Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

commit to user 3 tersebut kurang mengetahui tentang IVA test. Berdasar penelitian sebelumnya yang berjudul “Hubungan antara Faktor Predisposisi, Pendukung dan Pendorong dengan Cakupan IVA di Kota Denpasar” didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara faktor predisposisi yang terdiri atas pengetahuan, sikap, dan tingkat ekonomi wanita usia subur WUS dengan cakupan IVA di Kota Denpasar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang IVA Test di Wilayah Kerja Puskesmas Mantingan Ngawi.”

B. Rumusan Masalah

“Adakah pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi. commit to user 4 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi sebelum dilaksanakan penyuluhan. b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan kader posyandu tentang IVA test di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi setelah dilaksanakan penyuluhan. c. Untuk menganalisis pengaruh pemberian penyuluhan terhadap perubahan pengetahuan pada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Mantigan Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah dan diskusi yang disertai media leaflet terhadap tingkat pengetahuan mengenai IVA test. 2. Manfaat Aplikatif a. Bagi Instansi Terkait atau Pukesmas Memberikan pengetahuan untuk mengembangkan metode penyuluhan, serta memperluas informasi kesehatan terutama tentang IVA test. commit to user 5 b. Bagi Kader atau Masyarakat Umum Menambah wawasan masyarakat mengenai manfaat IVA test, sehingga dengan pengetahuan yang baik masyarakat akan lebih sadar untuk melakukan deteksi dini. commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kepada individu, keluarga, kelompok sasaran khusus, dan masyarakat yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan kesehatan. Suatu penyuluhan dapat diukur hasilnya melalui knowledge pengetahuan, attitude sikap, practice perilaku Machfoedz,2008; Fitriani,2011. Tujuan diadakannya penyuluhan adalah untuk mewujudkan perubahan perilaku dan membentuk perilaku sehat. Keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh faktor penyuluh, sasaran serta proses berlangsungnya penyuluhan Maulana, 2009. Ceramah merupakan cara penyajian materi melalui penuturan secara lisan pada sekelompok orang. Peran penyuluh lebih banyak untuk memberikan materi penyuluhan, sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah sementara peserta penyuluhan cenderung hanya mendengarkan Dharma, 2008. Menurut Tarigan 2010, metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka dalam penggunaannya perlu digabung dengan metode- metode lain, salah satunya diskusi. Diskusi merupakan suatu bentuk komunikasi dua arah yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan 6 commit to user 7 peserta dalam kegiatan penyuluhan serta mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai pokok bahasan yang disampaikan Notoatmojo, 2007. Penyampaian materi suluh bisa menggunakan beberapa media, termasuk media cetak. Leaflet adalah salah satu bentuk media cetak yang digunakan untuk memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi bisa dalam bentuk kaliman maupun gambar, atau kombinasi keduanya. Ukuran leaflet kecil, sehingga mudah dibawa, disebarluaskan dan dibaca Depkes RI, 2010; Fitriani, 2011. 2. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan perasa, sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoatmodjo, 2007. Model studi Yale menyebutkan tahapan untuk menjadi tahu: timbulnya kesadaran, ada ketertarikan, memiliki pertimbangan, menerima pengetahuan, kemudian terjadi peningkatan pengetahuan Fishbein dan Ajzen dalam Azwar, 2011. commit to user 8 Tingkat Pengetahuan menurut Notoatmodjo 2007 di dalam domain kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yg dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tingkat ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengetahui dan mengukur bahwa orang tahu apa yang telah dipelajari, maka digunakan kata kerja, antara lain: menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya real. Aplikasi disini dapat diartikan dapat menggunakan prinsip-prinsip commit to user 9 siklus pemecahan masalah problem solving cycle di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. d. Analisa Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyebarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat digambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis Syntesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru atau dengan kata lain menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap tori atau rumusan- rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi obyek. Penilaian- penilaian itu berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu; pendidikan, pekerjaan, pengalaman, usia, minat, commit to user 10 kebudayaan lingkungan, kemudahan dalam memperoleh informasi Notoatmodjo 2007. 3. Kanker serviks Menurut Rasjidi 2009, kanker serviks merupakan penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, berupa pertumbuhan sel-sel yang tidak normal. Perjalanan penyakit ini tidak terjadi secara cepat. Dari kondisi wanita normal sampai terdiagnosis kanker stadium II, memerlukan waktu 13 tahun. Melihat dari perjalanan penyakit ini, sebenarnya bila dikenali sejak awal akan mempunyai prognosa yang baik. Hal ini tidak lepas dari pengetahuan wanita tentang tanda dan gejala penyakit ini pada stadium dini. Untuk itu perlu disampaikan secara lebih terperinci tentang penyebab, faktor resiko, tanda dan gejala serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan tertular penyakit ini Samadi, 2010. Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus HPV atau virus papiloma manusia. Sekitar 70 kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18. Awalnya sel kanker berkembang dari serviks mulut rahim yang letaknya berada di bawah rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa. Sel skuamus ini sangat berperan dalam perkembangan kanker serviks. commit to user 11 Wanita yang menderita kanker rahim tampaknya memiliki faktor resiko tertentu. Wanita yang memiliki faktor resiko tidak selalu menderita kanker rahim, sebaliknya banyak penderita kanker rahim yang tidak memiliki faktor resiko. Kadang tidak dapat dijelaskan mengapa seorang wanita menderita kanker rahim sedangkan wanita yang lainnya tidak. Tanda dan gejala kanker servik bisa berupa: a. Perdarahan rahim yang abnormal b. Siklus menstruasi yang abnormal c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi pada wanita yang masih mengalami menstruasi d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering pada wanita yang berusia diatas 40 tahun f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih pada wanita pasca menopause h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual Kanker serviks dapat keluar dari tumor utama. Tidak menutup kemungkinan mulai berkembang di bagian lain dari tubuh. Kanker serviks dapat menyebar dengan dua cara: commit to user 12 1. Dapat tumbuh membesar dan menginvasi daerah terdekatnya seperti vagina, kandung kemih, rektum, atau jaringan lain dekat uterus dan vagina. 2. Dapat menyebar melalui kelenjar getah bening. 3. Cara penyebaran lain melalui peredaran darah, namun cara ini tidak umum. Ketika kanker serviks telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, tidak serta merta dianggap kanker baru. Sebagai contoh, jika menyebar ke vagina, tidak disebut kanker vagina, tapi disebut metastasis kanker serviks. Ini karena umumnya kanker dinamai sesuai dengan nama tempat tumor awal. Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh International Federation of Gynecology and Obstetrics FIGO. Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut. Stadium kanker servik dapat dibagi menjadi berikut : Stadium 0 : Stadium ini disebut juga carcinoma in situ CIS. Tumor masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks. Stadium I : Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium I dibagi menjadi: commit to user 13 Stadium IA1 : Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Stadium IA2 : Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. Stadium IB1 : Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm. Stadium IB2 : Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm. Stadium II : Kanker berada di bagian dekat serviks tapi bukan di luar panggul. Stadium II dibagi menjadi: Stadium IIA : Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina. Stadium IIB : Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. Stadium III : Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih. Stadium IV : Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rektum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi: commit to user 14 Stadium IVA : Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rectum Stadium IVB : Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru-paru. 4. Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat IVA Test IVA inspeksi visual dengan asam asetat merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin Sukaca, 2009. Metode IVA test adalah metode baru deteksi dini kanker serviks dengan mengoleskan asam asetat cuka sebesar 5 ke dalam leher rahim dan memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan papsmear yang selama ini lebih populer. Keunggulan IVA test menurut Nugroho 2010 antara lain : a. Mudah, praktis c. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan d. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana e. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana Jadwal IVA test menurut Nugroho 2010 antara lain : a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun b. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun c. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun. commit to user 15 d. Anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif + adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif - adalah 5 tahun IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan IVA test diantaranya oleh : a. Perawat terlatih b. Bidan c. Dokter Umum d. Dokter Spesialis Obgyn Syarat mengikuti IVA test adalah sebagai berikut : a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual b. Tidak sedang datang bulanhaid c. Tidak sedang hamil d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual IVA test dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker. Kalau hasil dari IVA test dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau commit to user 16 dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus HPV itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain Samadi, 2010. Kelebihannya antara lain sensitivitas IVA lebih tinggi daripada papsmear, hasil dapat langsung dibaca, biaya murah bahkan gratis apabila di puskesmas Nugroho, 2010. Perbandingan sensitivitas untuk tes Pap 55, spesifisitas 90, nilai duga positif 84, nilai duga negatif 69, sedang sensitivitas IVA test 84, spesifisitas 89, nilai duga positif 87 dan nilai duga negatif 86. Simpulannya IVA test mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini lesi prakanker serviks Samadi, 2010. Asam asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna agak keputihan acetowhite change. Hasilnya dapat diketahui saat itu juga atau dalam waktu 15 menit. Berbeda dengan test Pap smear, pemeriksaan dengan metode IVA juga dapat dilakukan kapan saja, termasuksaat menstruasi, saat asuhan nifas atau paska keguguran. Bila hasilnya bagus, kunjungan ulang untuk tes IVA adalah setiap 5 tahun. commit to user 17 5. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Kader Posyandu Tentang IVA Test Kecenderungan sikap positif akan terbentuk setelah dilakukan penyuluhan yang tercermin dalam pengetahuan masyarakat yang diberi penyuluhan. Untuk mencapai pengetahuan pada tingkat pemahaman, tidak hanya digunakan metode penyuluhan ceramah namun juga diskusi dengan media leaflet, sehingga pengetahuan yang didapat lebih mantap dan mendalam Fitriani, 2011. commit to user 18

B. Kerangka Konsep