Gambaran Umum Objek Penelitian
Hasil perhitungan rasio kemandirian disajikan sebagai berikut: Tabel 12. Rasio Kemandirian APBD DIY Anggaran Tahun 2012-2014
Tahun PAD
Dana Perimbangan Rasio
Kemandirian Pola
Hubungan
2012 1.004.063.125.812,33
894.544.324.851,00 112,2
Delegatif 2013
1.216.102.749.617,01 957.561.850.914,00
127,0 Delegatif
2014 1.464.604.954.200,16
1.013.811.389.590,00 144,5
Delegatif
Mean 127,9
Sumber: Data Sekunder Diolah Realisasi APBD PEMDA DIY Berdasarkan tabel 12, data Rasio Kemandirian Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Daerah Istimewa Yogyakarta Anggaran Tahun 2012-2014 dapat disajikan pada gambar
2 berikut ini:
Gambar 2. Rasio Kemandirian APBD DIY Anggaran Tahun 2012-2014 Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel 12 dan gambar 2,
Rasio Kemandirian Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Anggaran 2012 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Data tersebut menunjukkan bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2012 sebesar Rp1.004.063.125.812,33 dan
Dana Perimbangan sebesar Rp894.544.324.851,00, sehingga Rasio Kemandirian adalah sebesar 112,2. Realisasi Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2013 sebesar Rp1.216.102.749.617,01 dan Dana Perimbangan sebesar Rp957.561.850.914,00 sehingga Rasio
Kemandirian adalah sebesar 127,0. Realisasi Pendapatan Asli Daerah tahun 2014 sebesar Rp1.464.604.954.200,16 dan Dana
Perimbangan sebesar Rp1.013.811.389.590,00, sehingga Rasio Kemandirian adalah sebesar 144,5. Rata-rata Rasio Kemandirian
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta selama periode 3 tahun adalah sebesar 127,9. Berdasarkan hasil persentase tersebut, menurut
kategori Pola Hubungan Tingkat Kemandirian Daerah yang dituliskan oleh Halim 2001, Tingkat Kemandirian Pemerintah
Daerah Provini Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dikatakan tinggi, sehingga masuk ke dalam kategori pola hubungan delegatif, dimana
pola hubungan tersebut memiliki kriteria penilaian berkisar antara 75-100 atau lebih.
Berdasarkan pola hubungan delegatif, peran pemerintah pusat sudah tidak ada karena daerah telah mampu dan mandiri dalam
melaksanakan urusan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah
yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dana perimbangan
merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Tabel 12 menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal ini berarti Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
sudah optimal dalam menggali potensi daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah sudah tinggi. Pajak dan
retribusi daerah merupakan komponen utama Pendapatan Asli Daerah, serta menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Kontribusi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi meningkat, maka kesejahteraan masyarakat Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta juga ikut meningkat. Pendapatan Asli Daerah pun juga ikut meningkat, sehingga tingkat ketergantungan
Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Pemerintah Pusat semakin berkurang.
Perhitungan tingkat kemandirian keuangan di Daerah Istimewa Yogyakarta berguna untuk melihat kemampuan Daerah Istimewa
Yogyakarta dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakatnya. Hal ini sangat