Sirip fin Aliaran Dasar Teori

9 inti jet , selain itu akan terjadi puncak koefisien perpindahan panas yang kedua untuk jarak jet nosel yang cukup dekat dengan permukaan target H yang kecil. a b Gambar 2.3 a Mekanisme perpindahan panas impinging jet bVisualisasi impinging jet Sumber : Bambang Yunianto, 2005 halaman 11 Awalnya penelitian terhadap metode peningkatan perpindahan panas impinging jet ini terfokus pada penggunaan impinging jet tunggal, kemudian berkembang pada penggunaan susunan impinging jet . Untuk impinging jet tunggal, seperti pada Gambar 2.3, aliran udara pendingin keluar melalui sebuah jet nosel dan langsung menabrak permukaan target. Aliran udara yang memancar memiliki kecepatan tertentu dan setelah terjadi tabrakan dengan permukaan target akan mengakibatkan terjadinya aliran turbulen. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan yang signifikan laju perpindahan panas yang terjadi. Koefisien perpindahan panas h yang tertinggi dihasilkan pada inti jet semburan dan akan menurun untuk daerah diluar inti jet Bambang Yunianto, 2005 . 10 a. Submerge impinging jet dan free impinging jet Berdasarkan perbedaan bentuk alirannya impinging jet ini terbagi dua yaitu, submerge impinging jet dan free impinging jet . Pada submerge impinging jet , fluida yang digunakan dalam impinging jet sama dengan fluida yang terdapat disekeliling target. Sedangkan untuk free impinging jet , fluida yang digunakan berbeda dengan fluida disekeliling pelat target, contohnya air digunakan untuk pendinginan komponen yang terdapat di udara bebas. Gambar 2.4 a Submerge impinging jet dan b free impinging jet Sumber : Bambang Yunianto, 2005 halaman 12 b. Confined impinging jet dan unconfined impinging jet Dalam penerapannya , Impinging jet terbagi menjadi confined impinging jet dan unconfined impinging jet. Seperti terlihat pada gambar, untuk confined impinging jet digunakan pembatas pada nosel keluaran jet . Gambar 2.5 a Unconfined impinging jet b confined impinging jet Sumber : Bambang Yunianto, 2005 halaman 12 11 2.4 Energi Berguna dan Efisiensi Kolektor Surya. 2.4.1 Energi berguna Kolektor Surya Untuk perhitungan energi yang diserap atau energi yang berguna untuk kolektor alat pemanas air tenaga surya Duffie and all, 1991 dapat digunakan persamaan : . . . Ti To c m q P u   .................................................................................... 2.4 Dimana : ��̇ = panas yang berguna per satuan waktu Watt . m = laju aliran fluida kgs p c = kapasitas panas jenis fluida Jkg.˚C T = temperatur fluida keluar ˚C i T = temperatur fluida masuk ˚C

2.4.2 Efisiensi Kolektor Surya

Efisiensi kolektor merupakan perbandingan panas yang diserap oleh fluida dan intensitas matahari yang mengenai kolektor. Performansi dari kolektor dapat dinyatakan dengan efisiensinya. Ada dua cara atau prosudur yang dipakai untuk mengidentifikasi efisiensi kolektor yaitu : 1. Instantanneous procedure yaitu : pengukuran masa flow rate, perbedaan temperature fluida masuk dan keluar dan isolasi. Instantaneous efficiency efisiensi sesaat, Duffie and all, 1991 dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ................................................................................ 2.5 Dimana : Cp = Panas jenis fluida JKg.˚C, nilai Cp didapat dari properties fluida berdasarkan temperatur film : 2 Ti To T f   . m = Laju aliran massa fluida kgs I T = total energi surya yang datang pada permukaan kolektor per satuan waktu per satuan luas Wm² C T p A I T c m . . . .    12 A c = Luasan kolektor m² T  = T o – T i ˚C η = efisiensi kolektor 2. Colorimentric procedure yaitu : pengukuran efisiensi pada sistem tertutup dimana perubahan temperature merupakan fungsi waktu dan berhubungan dengan sudut datang sinar matahari. Perhitungan efisiensinya Duffie and all, 1980 adalah : c T p c T u A I dt dT c m A I q . . . .    …………………………………………………... 2.6 Dimana : . m = massa media di dalam calorimeter per satuan luas permukaan kolektor kgm² p c = panas spesifik media di dalam calorimeter, J kg. o C C A = Luasan colektor m² T  = T o - T i ˚C T I = total energi surya yang datang pada permukaan kolektor per satuan waktu per satuan luas Wm²