Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PERMASALAHAN INSTITUSI
DALAM KOMPLEKSITAS PENATAAN KAWASAN PUNCAK
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

Oleh :
EMI MARSUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi
dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2007

Emi Marsusanti, S. Hut
NRP : P10500047

ABSTRAK
Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas
Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua
dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)
Emi Marsusanti, Hadi S. Alikodra, Hariadi Kartodihardjo

Menurunnya kualitas lingkungan akibat perubahan fungsi lahan dari areal
konservasi/hutan menjadi pemukiman di kawasan Puncak Bogor merupakan
akibat dari lemahnya fungsi institusi dalam mengendalikan kawasan Puncak.
Penelitian ini bertujuan untuk pertama mengungkapkan penyebab terjadinya
perubahan lahan di kawasan Puncak Bogor, kedua mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan-permasalahan institusi menyangkut batas yurisdiksi,

property right dan aturan representasi dalam penataan kawasan Puncak Bogor.
Metode penelitian ini bersifat kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan
kuesioner, wawancara serta overlay peta dalam proses pengumpulan data-datanya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa institusi yang diharapkan dalam
pengelolaan kawasan puncak Bogor merupakan institusi yang mampu
mengendalikan penggunaan lahan di kawasan ini. Pemerintah kabupaten Bogor
seharusnya diberikan wewenang penuh dalam mengelola kawasan Puncak Bogor
berikut komitmen finansial sehingga aturan representasi lebih efisien karena
dibuat melalui proses dan mekanisme internal. Penegasan akan kepemilikan lahan
(property right) akan menurunkan tekanan perubahan lahan ke fungsi lahan
lainnya sehingga penciptaan ruang yang seimbang dan serasi dapat segera
terpenuhi

ABSTRACT
Identification and Analysis of Institution’s Problem in Puncak Area
Managing Complexity (Case Study : Kelurahan Cisarua and Tugu Utara
Village, Bogor District)
Emi Marsusanti, Hadi S. Alikodra, Hariadi Kartodihardjo

Declining of environment’s quality caused by land function transforming

from conservation or woods area to housing complex at Bogor Puncak area, is the
result of the institution’s function weakness in managing Puncak area. This
research attempts to first reveal the grounds of land transforming at Bogor Puncak
area, second, identify and analyze the institution’s problems including the
jurisdiction’s border, property right and representation’s rule in transforming
Puncak area.
The method of this research is quantitative-qualitative by using
questionnaire, interview and map overlay in data collecting process.
The research shows that institution which has big role and is really
expected to restructure Puncak area is an affordable institution which can direct
the use of land in Puncak area. Government’s of Bogor district should be given
full authority in managing Puncak area includes the financial commitment so that
representation’ rule run effectively as it is made through process and internal
mechanism. Affirmation of land’s property rights will descend the pressure of
land transforming to others functions. Therefore, the creating of balance and
harmony area can be accomplished quickly.

ANALISA DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN INSTITUSI
DALAM KOMPLEKSITAS PENATAAN KAWASAN PUNCAK
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)


EMI MARSUSANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

: Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam
Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus
Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa


: Emi Marsusanti, S. Hut

Nomor Pokok

: P10500047

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Hadi S. Alikodra, MS
Ketua

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS
Anggota


Mengetahui,
2. Plh Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Etty Riani, MS

Tanggal Ujian :

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

RABBku, sebagai bentuk pertanggungjawaban akademisku.


Ayah dan emak serta seluruh keluarga di Pontianak, Abati dan ibu
serta seluruh keluarga di Palembang dengan doa dan segenap
harapan

Suamiku, sahabatku bang ifan
bersama doa, semangat, dukungan, cinta dan kasih sayang

Anak-anakku Nadia, Ulfa dan Bintang , semoga dapat mewariskan budaya
keilmuan pada generasimu.

Yun, Bi Cik Ita, D’ Ta, Dani, Sopi HD, Yudi PPLH, Eti PSL, Bu Ade dan Pak
Ujang di Desa Tugu Utara, Pak Khairul di Cisarua, Hermin dan Evi Bojong,
Guru-guru TPA Masjid Almuhairi, Mas eko rental Computer Blem dan mas
wiwid Prima printing. Trimakasih untuk segala bantuan

Akhirnya, .......... pada semua yang menghargai sebuah karya

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak

kemudahan dalam setiap proses penyelesaian tugas akhir Pasca Sarjana ini. Tesis
ini berjudul Analisa dan Identifikasi Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas
Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara
Kabupaten Bogor).
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr H Hadi S Alikodra,
MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku
anggota komisi dan Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc selaku dosen penguji
yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan yang sangat berarti bagi
penulis dalam merumuskan hasil penelitian ini. Kepada semua pihak yang telah
membantu selama penulisan tesis ini penulis berikan penghargaan atas segala
bantuan dan kerjasamanya.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, saran yang konstruktif sangat penulis
harapkan demi perbaikan tesis ini. Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

Emi Marsusanti

RIWAYAT HIDUP


Emi Marsusanti, dilahirkan pada tanggal 4 September 1969 di Pontianak
Kalimantan Barat. Ibu bernama Fatimah dan ayah bernama H. Abdul Madjid.
Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.
Penulis menamatkan sekolah dasar di Madrasah Ibtida’iyah pada tahun
1982 kemudian meneruskan ketingkat sekolah menengah pertama di
Muhammadiyah Pontianak pada tahun 1985, kemudian pada tahun yang sama
melanjutkan ke SMAN 2 Pontianak. Pada tahun 1988 penulis melanjutkan
pendidikan ke Universitas Tanjungpura di Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan
dan selesai pada tahun 1994. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan
Pasca Sarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

vii


DAFTAR TABEL..........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

ix

I.

II.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................

4


1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................

5

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

5

1.5. Kerangka Pemikiran ...................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Institusi

..................................................................................

8

2.2. Penataan Ruang ..........................................................................

10

2.3. Permasalahan dalam Manajemen Kawasan ................................

11

2.4. Penggunaan Lahan .....................................................................

13

2.5. Alih Fungsi atau Perubahan Penggunaan Lahan ........................

14

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
3.1. Kelurahan Cisarua .......................................................................
3.1.1

17

Letak, Luas dan Batas Wilayah .....................................

17

3.1.2. Biofisik dan Hidrologi ....................................................

17

3.1.3. Kependudukan ................................................................

17

3.2. Desa Tugu Utara .........................................................................

19

3.2.1

Letak, Luas dan Batas Wilayah .....................................

19

3.2.2. Biofisik dan Hidrologi ...................................................

19

3.2.3. Kependudukan ..............................................................

20

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS PERMASALAHAN INSTITUSI
DALAM KOMPLEKSITAS PENATAAN KAWASAN PUNCAK
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

Oleh :
EMI MARSUSANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :

Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi
dalam Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua
sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2007

Emi Marsusanti, S. Hut
NRP : P10500047

ABSTRAK
Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas
Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua
dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)
Emi Marsusanti, Hadi S. Alikodra, Hariadi Kartodihardjo

Menurunnya kualitas lingkungan akibat perubahan fungsi lahan dari areal
konservasi/hutan menjadi pemukiman di kawasan Puncak Bogor merupakan
akibat dari lemahnya fungsi institusi dalam mengendalikan kawasan Puncak.
Penelitian ini bertujuan untuk pertama mengungkapkan penyebab terjadinya
perubahan lahan di kawasan Puncak Bogor, kedua mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan-permasalahan institusi menyangkut batas yurisdiksi,
property right dan aturan representasi dalam penataan kawasan Puncak Bogor.
Metode penelitian ini bersifat kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan
kuesioner, wawancara serta overlay peta dalam proses pengumpulan data-datanya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa institusi yang diharapkan dalam
pengelolaan kawasan puncak Bogor merupakan institusi yang mampu
mengendalikan penggunaan lahan di kawasan ini. Pemerintah kabupaten Bogor
seharusnya diberikan wewenang penuh dalam mengelola kawasan Puncak Bogor
berikut komitmen finansial sehingga aturan representasi lebih efisien karena
dibuat melalui proses dan mekanisme internal. Penegasan akan kepemilikan lahan
(property right) akan menurunkan tekanan perubahan lahan ke fungsi lahan
lainnya sehingga penciptaan ruang yang seimbang dan serasi dapat segera
terpenuhi

ABSTRACT
Identification and Analysis of Institution’s Problem in Puncak Area
Managing Complexity (Case Study : Kelurahan Cisarua and Tugu Utara
Village, Bogor District)
Emi Marsusanti, Hadi S. Alikodra, Hariadi Kartodihardjo

Declining of environment’s quality caused by land function transforming
from conservation or woods area to housing complex at Bogor Puncak area, is the
result of the institution’s function weakness in managing Puncak area. This
research attempts to first reveal the grounds of land transforming at Bogor Puncak
area, second, identify and analyze the institution’s problems including the
jurisdiction’s border, property right and representation’s rule in transforming
Puncak area.
The method of this research is quantitative-qualitative by using
questionnaire, interview and map overlay in data collecting process.
The research shows that institution which has big role and is really
expected to restructure Puncak area is an affordable institution which can direct
the use of land in Puncak area. Government’s of Bogor district should be given
full authority in managing Puncak area includes the financial commitment so that
representation’ rule run effectively as it is made through process and internal
mechanism. Affirmation of land’s property rights will descend the pressure of
land transforming to others functions. Therefore, the creating of balance and
harmony area can be accomplished quickly.

ANALISA DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN INSTITUSI
DALAM KOMPLEKSITAS PENATAAN KAWASAN PUNCAK
(Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

EMI MARSUSANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Tesis

: Identifikasi dan Analisis Permasalahan Institusi dalam
Kompleksitas Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus
Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa

: Emi Marsusanti, S. Hut

Nomor Pokok

: P10500047

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Hadi S. Alikodra, MS
Ketua

Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS
Anggota

Mengetahui,
2. Plh Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dr. Ir. Etty Riani, MS

Tanggal Ujian :

3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS

Tanggal Lulus :

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

RABBku, sebagai bentuk pertanggungjawaban akademisku.

Ayah dan emak serta seluruh keluarga di Pontianak, Abati dan ibu
serta seluruh keluarga di Palembang dengan doa dan segenap
harapan

Suamiku, sahabatku bang ifan
bersama doa, semangat, dukungan, cinta dan kasih sayang

Anak-anakku Nadia, Ulfa dan Bintang , semoga dapat mewariskan budaya
keilmuan pada generasimu.

Yun, Bi Cik Ita, D’ Ta, Dani, Sopi HD, Yudi PPLH, Eti PSL, Bu Ade dan Pak
Ujang di Desa Tugu Utara, Pak Khairul di Cisarua, Hermin dan Evi Bojong,
Guru-guru TPA Masjid Almuhairi, Mas eko rental Computer Blem dan mas
wiwid Prima printing. Trimakasih untuk segala bantuan

Akhirnya, .......... pada semua yang menghargai sebuah karya

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak
kemudahan dalam setiap proses penyelesaian tugas akhir Pasca Sarjana ini. Tesis
ini berjudul Analisa dan Identifikasi Permasalahan Institusi dalam Kompleksitas
Penataan Kawasan Puncak (Studi Kasus Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara
Kabupaten Bogor).
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr H Hadi S Alikodra,
MS selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS selaku
anggota komisi dan Bapak Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc selaku dosen penguji
yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan yang sangat berarti bagi
penulis dalam merumuskan hasil penelitian ini. Kepada semua pihak yang telah
membantu selama penulisan tesis ini penulis berikan penghargaan atas segala
bantuan dan kerjasamanya.
Tesis ini masih jauh dari sempurna, saran yang konstruktif sangat penulis
harapkan demi perbaikan tesis ini. Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2007

Emi Marsusanti

RIWAYAT HIDUP

Emi Marsusanti, dilahirkan pada tanggal 4 September 1969 di Pontianak
Kalimantan Barat. Ibu bernama Fatimah dan ayah bernama H. Abdul Madjid.
Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara.
Penulis menamatkan sekolah dasar di Madrasah Ibtida’iyah pada tahun
1982 kemudian meneruskan ketingkat sekolah menengah pertama di
Muhammadiyah Pontianak pada tahun 1985, kemudian pada tahun yang sama
melanjutkan ke SMAN 2 Pontianak. Pada tahun 1988 penulis melanjutkan
pendidikan ke Universitas Tanjungpura di Fakultas Pertanian Jurusan Kehutanan
dan selesai pada tahun 1994. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan
Pasca Sarjana di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Pengelolaan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

vii

DAFTAR TABEL..........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

ix

I.

II.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................

1

1.2. Perumusan Masalah ...................................................................

4

1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................

5

1.4. Manfaat Penelitian .....................................................................

5

1.5. Kerangka Pemikiran ...................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Institusi

..................................................................................

8

2.2. Penataan Ruang ..........................................................................

10

2.3. Permasalahan dalam Manajemen Kawasan ................................

11

2.4. Penggunaan Lahan .....................................................................

13

2.5. Alih Fungsi atau Perubahan Penggunaan Lahan ........................

14

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
3.1. Kelurahan Cisarua .......................................................................
3.1.1

17

Letak, Luas dan Batas Wilayah .....................................

17

3.1.2. Biofisik dan Hidrologi ....................................................

17

3.1.3. Kependudukan ................................................................

17

3.2. Desa Tugu Utara .........................................................................

19

3.2.1

Letak, Luas dan Batas Wilayah .....................................

19

3.2.2. Biofisik dan Hidrologi ...................................................

19

3.2.3. Kependudukan ..............................................................

20

IV. METODOLOGI PENELITIAN

V.

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................

21

4.2. Pengumpulan Data ......................................................................

21

4.3. Analisis Data ...............................................................................

23

4.3.1. Analisis Spasial ...............................................................

24

4.3.2. Analisis Deskriptif ...........................................................

24

HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan .....................................

28

5.1.1. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
di Kelurahan Cisarua .......................................................

30

5.1.2. Analisa Perubahan Penggunaan Lahan
di Desa Tugu Utara .........................................................

31

5.2. Analisis dan Identifikasi Penyebab Perubahan Penggunaan Lahan 32
5.2.1. Kelurahan Cisarua ...........................................................

32

5.2.1.1. Pemerintahan .............................................................

32

5.2.1.2. Status Kepemilikan Lahan (Property Right) .............

34

5.2.1.3. Kawasan Hutan .........................................................

37

5.2.2. Desa Tugu Utara .............................................................

38

5.2.2.1. Pemerintahan .............................................................

38

5.2.2.2. Status Kepemilikan Lahan (Property right) .............

41

5.2.2.3. Kawasan Hutan .........................................................

41

5.2.2.4. Status Tanah Hak Guna Usaha .................................

43

5.3. Aturan Representasi ...................................................................

46

5.4. Sistem Pengendalian Pembangunan di Kawasan

VI.

Puncak Bogor ..............................................................................

49

5.5. Nilai Jual Objek Pajak ................................................................

51

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan Saran .........................................................................

52

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................

54

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.

Kerangka Pemikiran Penelitian Identifikasi Permasalahan
Institusi dalam kompleksitas Penataan Kawasan Puncak ..........

Gambar 2

7

Struktur Aktivitas Sosial Ekonomi dengan Penggunaan atau
Penutupan lahan .................................................................. .....

16

Gambar 3.

Peta Kecamatan Cisarua ...........................................................

18

Gambar 4.

Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif ............

25

Gambar 5.

Peta Lokasi Penelitian ..............................................................

25

Gambar 6.

Diagram Alir Penelitian ...........................................................

26

Gambar 7.

Perbandingan Perubahan Lahan tahun 1994-2004 ...................

29

Gambar 8.

Susunan Organisasi Pemerintahan Kelurahan Cisarua
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor .....................................

Gambar 9.

34

Susunan Organisasi Kelurahan Cisarua Kecamatan Cisarua
Kabupaten Bogor .....................................................................

35

Gambar 10. Sebaran Hutan di Kelurahan Cisarua .......................................

38

Gambar 10. Peta Wilayah Desa Tugu Utara ................................................

44

Gambar 11. Skema Penataan Ruang ...........................................................

48

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.

Jenis Data dan Metode Pengumpulannya .....................................

23

Tabel 2.

Perubahan Fungsi Lahan Bopunjur .............................................

27

Tabel 3.

Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2004 di
Kelurahan Cisarua Kabupaten Bogor.............................................

Tabel 4.

30

Rekapitulasi Data Perubahan Status Penguasaan Lahan Dari
Tahun 1994 – 2004 di Kelurahan Cisarua ....................................... 31

Tabel 5

Data Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 1994-2004 di Desa
Tugu Utara Kabupaten Bogor ..................................................... ..

Tabel 6

32

Rekapitulasi Data Perubahan Status Penguasaan Lahan Dari
Tahun 1994 – 2004 di Desa Tugu Utara .......................................

32

Tabel 7

Status penguasaan lahan di Kelurahan Cisarua Kabupaten ...........

37

Tabel 8

Status penguasaan lahan Desa Tugu Utara Kabupaten Bogor .......

41

Tabel 9

Jumlah Bangunan Fisik di Desa Tugu Utara s.d. tahun 2006 ........

45

Tabel 10 Jumlah dan tingkat personil Sat Pol PP Kabupaten Bogor ............

50

Tabel 11 NJOP Lahan pada Kelurahan Cisarua dan Desa Tugu Utara.........

51

Tabel 12 Deskripsi Singkat Permasalahan Institusi dalam Pengelolaan
Kawasan Puncak Kabupaten Bogor ..............................................

53

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1.

Data Distribusi Perubahan Penggunaan Lahan Kelurahan Cisarua ........

61

2.

Data Distribusi Perubahan Penggunaan Lahan Desa Tugu Utara...........

63

3.

Skema Masalah Pertanahan PT. Sari Sumber Bumi Pakuan
(Desa Tugu Utara-Kecamatan Cisarua) ..................................................

65

4.

Peta NJOP Kelurahan Cisarua ................................................................

66

5.

Peta NJOP Desa Tugu Utara ...................................................................

67

6.

NJOP Kelurahan Cisarua .......................................................................

69

7.

NJOP Desa Tugu Utara ..........................................................................

70

8.

Surat Keterangan Tidak Sengketa...........................................................

72

9.

Surat keterangan Riwayat Tanah ............................................................

73

10.

Letter C

74

12.

Kantor Desa Tugu Utara

.....................................................................

75

13.

Beberapa Villa di Desa Tugu Utara ........................................................

76

....................................................................................

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kawasan Puncak merupakan bagian dari kawasan Bogor Puncak Cianjur
(Bopunjur) dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor. Kawasan ini memiliki
beragam fungsi strategis, antara lain sebagai kawasan lindung dan tata air, sumber
plasma nutfah, kawasan penyangga dan budidaya pertanian dan non pertanian.
Dikarenakan posisi geografis yang signifikan dari kawasan ini, kawasan Puncak
juga dianggap sebagai kawasan hinter land yang menjaga kehidupan penduduk di
sekitarnya seperti Depok, Bogor dan Ibukota negara DKI Jakarta. Eksistensi
kawasan ini sangat diperhitungkan karena dampak permasalahan di dalamnya
mempengaruhi kawasan-kawasan penting lainnya.
Selain itu kawasan ini memiliki keindahan alam dan udara yang sejuk
karena didominasi oleh pegunungan dengan hamparan perkebunan teh yang
terletak pada ketinggian 1000 meter dari permukaan laut sehingga menjadi
andalan wisata Jawa Barat dan trade mark bagi Bangsa Indonesia di forum
pariwisata internasional.
Beberapa keunggulan diatas, menjadikan kawasan ini memiliki daya tarik
yang cukup tinggi sehingga banyak pihak yang memanfaatkannya tidak hanya
sebagai alternatif tempat pariwisata untuk menikmati keindahan alam di akhir
pekan, tetapi lebih pada keinginan untuk menguasai lahan dan tempat investasi,
mulai dari investasi skala kecil hingga skala besar, sehingga jumlah penduduk di
kawasan ini meningkat pesat dan membawa konsekuensi pada penggunaan lahan
yang meningkat pula. Menurut sensus penduduk pada tahun 1980 dan 2000 terjadi
peningkatan jumlah penduduk dari 5,7 menjadi 11,7 juta jiwa (Alihar, 2002).
Apalagi sejak tahun 1960, dengan terbukanya jalur intensif JakartaBandung, perkembangan pembangunan di kawasan ini sulit dikendalikan.
Dominasi pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan telah menyebabkan
perubahan perkembangan fisik dan kehidupan sosial yang pesat dan terkadang
destruktif. Kondisi ini mengakibatkan perubahan fungsi lahan yang tidak sesuai
dengan fungsi peruntukannya. Sebagai contoh, kawasan hutan, daerah pertanian,
dan daerah resapan air telah berubah menjadi kawasan perumahan bahkan untuk

industri. Akibat dari perubahan fungsi ini bermunculan persoalan-persoalan
lingkungan yang memiliki dampak ekologis seperti banjir, erosi dan lain-lain,
yang tidak saja terjadi di kawasan Puncak Kabupaten Bogor tapi juga pada
kawasan-kawasan di sekitarnya.
Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi masalah ini adalah
memperketat aturan main (perundang-undangan) di kawasan Puncak. Melalui
Keppres 114/1999, pemerintah menetapkan kawasan Puncak sebagai kawasan
konservasi dengan pembangunan terkendali dan terkontrol di dalamnya.
Sebelumnya, telah terbit PP no 13/1963, Keppres 48/1983, Keppres no 79/1985
dan PP no 47/1997, yang dijadikan sebagai landasan operasional penataan di
Kawasan Puncak, namun semuanya dianggap tidak relevan dengan dinamika
pembangunan di lapangan, karena peraturan yang ada tidak menggambarkan
kondisi rill di lapangan. Hingga saat ini Keppres 114/1999 masih diberlakukan.
(Pemda kabupaten Bogor, 2000).
Meskipun aturan hukum telah tersedia, permasalahan-permasalahan di
kawasan Puncak belum dapat terselesaikan. Permasalahan-permasalahan khusus
dalam upaya mempertahankan fungsi Kawasan Bogor Puncak Cianjur, yang
diidentifikasi oleh Bappeda Pemda Kabupaten Bogor dan disampaikan dalam
Forum Sosialisasi Keppres Nomor 114 Tahun 1999 antara lain adalah :
1. Menurunnya kualitas lingkungan yang berdampak pada tata air di kawasan
Bopunjur, khususnya pada Kecamatan Cisarua, Ciawi dan Mega Mendung
sebagai “Kawasan Prioritas”.
2. Kurangnya pemahaman akan fungsi kawasan dan penanganannya oleh
pemerintah pusat dan swasta.
3. Rendahnya

komitmen

untuk

mematuhi

peraturan/ketentuan

dalam

pengendalian pembangunan di kawasan Bopunjur baik di tingkat pusat
maupun daerah.
4. Masih tingginya permintaan penggunaan lahan untuk pembangunan
perumahan, pariwisata, dan industri.
5. Rendahnya dukungan dana sektoral untuk penataan ruang.
6. Adanya permohonan hak atas tanah terhadap tanah-tanah negara yang HGUnya telah habis masa berlakunya. Selain itu, terjadinya mutasi tanah garapan

atas tanah negara (ex HGU).
Di samping hal-hal di atas, pengelolaan di kawasan Puncak semakin
kompleks dikarenakan sifat kepemilikan lahan yang dikuasai secara turun temurun
yaitu sebagai tanah adat, yang memiliki kelemahan dalam kontrol penggunaannya.
Dewasa ini, kepemilikan lahan secara adat dikarenakan alasan ekonomi dialihkan
kepada pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan keuangan. Mutasi kepemilikan
ini menyebabkan pemerintah sulit menghentikan pihak yang menguasai lahan
tersebut dalam merubah lahan milik mereka menjadi perumahan (pemukiman) dan
industri dikarenakan peruntukannya lebih menguntungkan secara ekonomi
(Barlowe, 1986). Interdependensi dalam penggunaan sumber daya alam berupa
lahan tidak hanya menjadi masalah individu. Lahan-lahan milik negara pun
memiliki konsekuensi terjadinya perubahan fungsi lahan karena berbagai
kepentingan sektor-sektor pembangunan lainnya dalam kepemilikan (ownership)
lahan yang telah ada.
Dari uraian tersebut diketahui bahwa, munculnya permasalahan dalam
penggunaan lahan di Kawasan Puncak didominasi oleh faktor kelembagaan.
Sejalan dengan itu Lembaga Penelitian IPB bekerjasama dengan Badan
Pertanahan Nasional (2003) mengungkapkan bahwa faktor kelembagaan
(institusi) berpengaruh 70% terhadap perubahan fungsi lahan sedangkan non
kelembagaan hanya berperan 30%. Dalam hal ini institusi dipahami sebagai
instrument yang mengatur hubungan orang atau kelompok masyarakat melalui
hak dan kewajiban dalam pemanfaatan sumber daya (Basuni, 2003).
Suatu institusi dicirikan oleh tiga hal penting yaitu, batas yurisdiksi,
property right, dan aturan representasi. Oleh karena itu penelitian ini ditinjau dari
tiga aspek tersebut, untuk mengungkapkan permasalahan-permasalahan institusi
dalam penataan Kawasan Puncak Bogor.
Penelitian dilakukan di dua desa di kawasan puncak Bogor yaitu Kelurahan
Cisarua dan Desa Tugu Utara. Kelurahan Cisarua mewakili pusat kota dari
Kecamatan Cisarua dengan dinamika masyarakat yang cukup tinggi sedangkan
Desa Tugu Utara mewakili wilayah yang memiliki beragam fungsi kawasan.

1.2. Perumusan Masalah
Kawasan pariwisata Puncak yang memiliki luas 18.298,918 ha terdiri dari
tiga

kecamatan

yaitu

Kecamatan

Cisarua

(7.460,565

ha),

Kecamatan

Megamendung (6.012,430 ha) dan Kecamatan Ciawi (4.825,923 ha), yang semula
peruntukannya adalah sebagai kawasan non budidaya, diperuntukkan bagi
pengaturan air, pencegahan erosi dan banjir, serta memelihara keawetan dan
kesuburan tanah (Dinas Tata Ruang, 2004). Akan tetapi, pada saat ini cenderung
menjadi kawasan dengan fungsi pengembangan perkotaan, dengan meningkatnya
berbagai macam pembangunan.
Pesatnya pembangunan di kawasan ini menyebabkan berkurangnya kawasan
hutan lindung dan meningkatnya luas kawasan lahan kritis. Dari wilayah
Kabupaten Bogor dengan 11 kecamatan yang masuk wilayah Bopuncur terdapat
1.733,13 ha lahan kritis dan hutan lindung yang tergerus sebesar 4.475 ha (Natsir,
2005). Perkembangannya, kawasan-kawasan ini mengalami perubahan fungsi
lahan yang mengarah pada perusakan lingkungan yang berdampak secara ekologis
seperti banjir, erosi dan lain-lain, yang tidak saja terjadi di kawasan Puncak
Kabupaten Bogor tapi juga pada kawasan-kawasan di sekitarnya.
Berbagai aturan telah banyak diterbitkan, seminar, lokakarya, dan rapatrapat telah banyak dilakukan, namun tiga unsur pengendalian penataan ruang
yakni perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tidaklah efektif. Selain itu
penegakan hukum yang lemah, serta koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antar
lembaga yang masih rendah, menyebabkan kawasan Puncak sulit dikendalikan.
Dapat dikatakan kebijakan dalam pengelolaan kawasan Puncak selama ini belum
sepenuhnya berhasil, terbukti dari masih sulitnya pengendalian pendirian
bangunan yang semakin hari semakin bertambah. Permasalahan institusi dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Pengelolaan kawasan Puncak merupakan upaya untuk mengendalikan
penggunaan lahan agar lebih kompatibel dengan fungsi peruntukan semula.
Kenyataan yang ada penyimpangan penggunaan lahan untuk pemukiman,
industri dan budidaya terus terjadi.
2. Salah satu faktor pendorong keberhasilan dalam menjaga integritas ekologis
kawasan Puncak adalah meneguhkan struktur property rights akan lahan yang

ada. Kenyataannya, alokasi pemanfaatan lahan tidak dapat efisien karena
struktur kepemilikan lahan yang berubah-ubah.
3. Efektifitas pengelolaan kawasan Puncak dapat terwujud ketika setiap
kelembagaan

yang

terlibat

dapat

konsisten

dan

tegas

dalam

mengejawantahkan berbagai kebijakan baik produk pemerintah pusat maupun
kelembagaan daerah kemudian secara bersama-sama memiliki komitmen
dalam kelestarian kawasan. Kenyataannya kebijakan hanya bersifat parsial dan
komitmen pelestarian hanya milik lembaga tertentu.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui dan menganalisis perubahan penggunaan lahan di kawasan
Puncak kabupaten Bogor.
2. Mengetahui dan menganalisis penyebab terjadinya perubahan fungsi lahan di
kawasan Puncak.
3. Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan-permasalahan institusi
(batas yurisdiksi, property right, aturan representasi) yang dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan kawasan Puncak.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk :
1. Pemerintah daerah, dalam memetakan tata ruang Kawasan Puncak di
Kabupaten Bogor sehingga memiliki cukup informasi dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan di lapangan.
2. Dunia akademis, sebagai referensi bagi penelitian sejenis atau penelitian
lanjutan yang berkaitan dengan penataan kawasan Puncak di kabupaten
Bogor.
3. Perkembangan ilmu pengetahuan, semoga dapat memberikan sumbangsih
khususnya bagi manajemen tata ruang Indonesia.

1.5. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran penelitian ini digambarkan dalam skema yang disajikan
dalam Gambar 1, uraian berikut ini merupakan penjelasannya, diawali dengan

pengukuhan Kawasan Puncak Bogor sebagai kawasan yang memiliki berbagai
fungsi strategis seperti fungsi lindung atau konservasi, tata air, budidaya pertanian
maupun budidaya non pertanian. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cisarua
dan Desa Tugu Utara, yang merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Cisarua.
Ada empat faktor yang berpengaruh terhadap kinerja pengelolaan sumber
daya alam yaitu sumber daya alam (natural capital), sumber daya manusia
(human capital), sumber daya buatan manusia (man made capital) serta pranata
institusi formal maupun informal masyarakat (social capital) (Kartodihardjo dkk,
2000). Pengelolaan sebuah kawasan tidak akan efektif jika faktor institusi tidak
sesuai dengan yang diharapkan, dan pada Kelurahan Cisarua dan desa Tugu Utara
telah terjadi pola panggunaan lahan yang tidak sesuai dengan fungsi
peruntukkannya. Hal ini disebabkan individu, kelompok masyarakat dan pihakpihak yang terlibat dalam pengelolaan kawasan sangat ditentukan oleh gugus
kesempatan yang tersedia yang oleh Nort, (1991) gugus kesempatan tersebut
sangat tergantung pada aturan main baik formal maupun informal. Aturan main
ini merupakan bentuk institusi yang menentukan interdependensi antar individu
dan kelompok masyarakat yang terlibat, dan institusi pula yang mengatur apa
yang dilarang untuk dikerjakan dan dalam kondisi bagaimana seseorang dapat
mengerjakan sesuatu.
Dalam hal penggunaan lahan, institusi mengatur individu dan kelompok
masyarakat dalam penetapan hak kepemilikan (property right), batas yurisdiksi
(jurisdictional boundary) dan aturan representasi (rule of representasi). Jika
ketiga hal ini tidak berjalan baik maka pola penggunaan lahan tidak akan
terkendali.

1.
2.
3.
4.

Fungsi- fungsi Kawasan Puncak :
Fungsi Lindung/ Konservasi
Fungsi Penyangga Tat a Air
Fungsi Budidaya Pert anian
Fungsi Budidaya Non Pert anian

Kawasan Puncak
Kabupat en Bogor
( Kel Cisarua &
Desa Tugu Ut ara)

Perat ur an
Perundang- undangan

Perubahan Penggunaan Lahan

I nst it usi Non
Form al

Perm asalahan I nst it usi :
- Bat as Yurisdiksi
- Propert y Right
- At uran Represent asi

I nst it usi Form al

Pengendalian Penggunaan Lahan

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Identifikasi Permasalahan
Institusi dalam kompleksitas Penataan Kawasan Puncak

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Institusi
Pengertian lembaga atau institusi dapat ditelusuri melalui tiga pendekatan,
yaitu pendekatan bahasa, budaya, dan negara (state).
1. Pendekatan Bahasa.
Lembaga merupakan terjemahan dari dua istilah atau kata yaitu : institute
dan institution. Keduanya mempunyai arti yang berbeda. Institute merupakan
wujud kongkrit atau nyata dari sebuah lembaga. Sedangkan institution merupakan
wujud abstrak dari suatu lembaga sebab merupakan sekumpulan norma-norma
pengatur prilaku dalam aktifitas hidup tertentu.
2. Pendekatan Budaya.
Lembaga dapat diartikan sebagai tingkah laku (behavior) orang-orang.
Pengertian ini dipertegas oleh John Lewis Gillin & John Philip Gillin yang dikutip
oleh Kolopaking dan Tommy (1994) sebagai social institution yang merupakan
suatu konfigurasi fungsional daripada pola-pola kebudayaan berupa perbuatan ide,
sikap dan perlengkapannya serta perabotan kebudayaan yang permanen untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
Batasan lembaga menurut John R. Commons adalah : collective action in
control of individual action. Inti lembaga adalah aksi atau tindakan positif berbuat
sesuatu yang dibenarkan atau tidak berbuat sesuatu, yaitu menahan diri,
mengekang diri untuk tidak berbuat sesuatu yang dilarang. Collective action
diartikan sebagai pengawasan; lembaga dapat pula berarti peraturan yang
mengendalikan atau mengawasi tindakan bersama-sama. In control artinya
mengawasi. Prinsip umum adalah pengawasan, pengendalian, pembatasan
perbuatan perseorangan atau tindakan kolektif dengan pemberian sanksi bagi
orang yang melanggar.

3. Pendekatan State atau Negara
Sugiyanto (2002) menjelaskan perbedaan antara lembaga dengan institusi
didasarkan pada penemuan kosa kata baru yang diambil dari bahasa Inggris

Institution=institusi=pranata

dan

institute=lembaga=organisasi.

Selanjutnya

Bertrand yang dikutip oleh Sitorus dan Utomo (1998) mengartikan kelembagaan
(institution) sebagai abstraksi yang lebih tinggi dari grup organisasi dan sistem
sosial lainnya.
Shaffier yang dikutip oleh Kolopaking dan Tommy (1994) lebih melihat
kelembagaan sebagai sistem organisasi dan kontrol terhadap sumber daya. Dalam
hal ini dipandang sebagai bagian dari individu, kelembagaan merupakan gugus
kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan
aktifitasnya. Suatu kelembagaan dicirikan oleh tiga hal utama, yaitu:
1. Batas yuridiksi
2. Property right
3. dan Aturan-aturan representasi
Konsep batas yurisdiksi dapat berarti batas wilayah kekuasaan atau batas
kewenangan yang dimiliki oleh suatu lembaga, atau mengandung kedua makna
tersebut. Penentuan siapa dan apa yang tercakup dalam suatu masyarakat
ditentukan oleh batas yurisdiksi. Dalam istilah pemerintah pusat atau pemerintah
daerah, misalnya terkandung makna bagaimana batas yurisdiksi berperan dalaam
mengatur alokasi sumber daya. Perubahan batas yurisdiksi dan bagaimana
dampaknya terhadap kinerja yang diharapkan ditentukan oleh perasaan sebagai
satu masyarakat (sense of community), eksternalitas, homogenitas dan skala
ekonomis (Shaffer dan Schmid, 1979 yang dikutip Pakpahan, 1989).
Konsep aturan representasi mengatur permasalahan siapa yang berhak
berpartisipasi terhadap apa dalam proses pengambilan keputusan. Aturan
representasi menentukan jenis keputusan yang dibuat. Oleh karena itu, aturan
representasi menentukan alokasi dan distribusi sumber daya (Pakpahan, 1989).
Menurut Kartodihardjo (1998) Property right dapat dijabarkan menjadi
bentuk access dan withdrawal, management, exclusion dan alienation. Access
adalah hak untuk memasuki suatu batas fisik sumber daya yang teleh ditetapkan,
sedangkan withdrawal adalah hak untuk memanfaatkan produk dari sumber daya
yang telah ditentukan. Management adalah hak untuk mengatur pemanfaatan dan
mengubah bentuk sumber daya menjadi produk tertentu. Exclusion diartikan
sebagai hak untuk menentukan siapa yang mendapatkan akses dan bagaimana hak

tersebut dapat dialihkan. Sedangkan alienation adalah hak untuk menjual atau
menyewakan salah satu atau lebih hak-hak sebelumnya. Dalam kaitannya dengan
pemanfaatan sumber daya milik negara seperti tanah dan hutan.

2.2. Penataan Ruang
Tata ruang adalah wujud struktur dan pola pemanfaatan ruang, baik di
rencanakan maupun tidak direncanakan. Sedangkan rencana tata ruang adalah
hasil perencanaan tata ruang, yaitu proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Ruang merupakan sesuatu yang sangat penting dalam perencanaan
pembangunan wilayah, dimana wilayah perencanaan merupakan kesatuan
geografis, beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional.
Wilayah yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif disebut wilayah pemerintahan, sedangkan wilayah yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional dikategorikan menjadi dua
kawasan yaitu : (1) kawasan atau wilayah yang fungsi utamanya melindungi
kelestarian lingkungan termasuk di dalamnya sumber daya alam dan sumber daya
lingkungannya, untuk kemudian disebut kawasan lindung, (2) kawasan atau
wilayah yang tetap dengan fungsi utamanya untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan potensi
hutan disebut kawasan budidaya (Rustiadi, 2003).
Sementara itu Direktorat Jendral Cipta Karya dan Ikatan Ahli Perencanaan
Indonesia (1997) mendefinisikan penataan ruang sebagai suatu proses
perencanaan, tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
berazaskan pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu
berdayaguna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang dan berkelanjutan serta
keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan hukum. Sedangkan menurut
UU Nomor 24/1992 penataan ruang adalah rangkaian proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Pokok-pokok kebijakan Penataan Ruang Kawasan Bopunjur dalam Keppres
RI No.114/1999, meliputi : perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyimpangan tata ruang yang sering terjadi di lapangan antara lain :
a. Perencanaan tata ruang yang pola penyusunannya tidak mengikuti kaidah yang
semestinya, sehingga produk tata ruang tidak berhasil guna (blue print
planning).
b. Pemanfaatan tata ruang yang tidak mengacu pada perencanaan ruang yang
telah dirumuskan (banyak penyimpangan).
c. Pengendalian tata ruang yang dianggap belum berjalan dan belum
berkembang.
Penataan ruang yang berjalan selama ini banyak mengalami
penyimpangan, dan sejauh ini kita lebih terpaku pada upaya perbaikan pola,
konsep dan struktur penataan ruang sendiri, padahal walaupun kebijakan tata
ruang itu sendiri belum sempurna. Namun pada dasarnya rumusan penataan
ruang telah mengarah pada keinginan terwujudnya pembangunan yang terpadu,
seimbang dan berkelanjutan. Sehingga dari sisi ini kita memang perlu
menemukan kembali rumusan penataan ruang yang ideal dan applicable
(Kementrian Lingkungan Hidup, 2001).
2.3. Permasalahan dalam Manajemen Kawasan
Kawasan Puncak merupakan salah satu kawasan konservasi yang akan
dipertahankan guna fungsi hidrologi bagi kelangsungan hidup manusia.
Permasalahan yang muncul dalam manajemen kawasan ini dibagi tiga, yaitu :
1. Pertimbangan-pertimbangan biologi, yaitu menempatkan kawasan konservasi
bagi proteksi proses-proses ekologi, suatu biota yang utuh atau yang khusus
dan subset biota tertentu. Tujuan ini membutuhkan pertimbanganpertimbangan lokasi, ukuran, dan bentuk geometri kawasan, ketergantungan
dan hubungan-hubungan spatialnya dengan daerah lain di sekitarnya. Ukuran
populasi dibutuhkan untuk mempertahankan spesies kritis, kolonisasi lokal,
dinamika kepunahan biota pada tingkat yang lebih tinggi, dinamika ekologi

kawasan

konservasi

serta

ancaman-ancaman yang

ditimbulkan

oleh

penggunaan lahan di sekitar kawasan.
2. Pertimbangan pengaruh-pengaruh antropologis. Diharapkan manajemen
kawasan konservasi tidak mengganggu budaya lokal, tidak menghalangi
pemanfaatan tradisional yang berkelanjutan dari masyarakat setempat.
Dukungan sosial dari penduduk lokal terhadap kawasan konservasi serta
kesediaan membayar bagi masyarakat umum yang berkunjung secara
signifikan membuka peluang berhasilnya manajemen kawasan konservasi.
3. Manajemen kawasan konservasi perlu bekerja dalam kendala-kendala
keterbatasan lahan. Lahan dan produknya merupakan sumber daya terbatas
bagi populasi manusia yang terus bertambah. Biasanya ada trade-off antara
pemenuhan akan konservasi alam dengan pembangunan. Disamping itu
manajemen kawasan konservasi harus menghadapi berbagai kepentingan atas
lahan dan pertentangan beberapa kelompok yang berbeda dalam penggunaan
lahan Basuni (2003).
Dalam hal manajemen institusi, Ramdan et al (2003) menyatakan suatu
kebijakan (institusi) harus cocok dengan permasalahan yang dihadapi dan harus
efektif dalam mencapai tujuannya. Kecocokan suatu kebijakan ditentukan oleh
sifat-sifat : workability, efisiensi, derajat kepastian hasil, keluwesan, konsistensi
dan ketepatan waktu. Kelemahan yang sering terjadi adalah dalam sifat
workability. Dalam konteks ini, suatu kebijakan tidak akan efektif jika badan yang
bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya tidak mampu.
Sumoprawiro (2002) dalam Ottorella (2003) menyatakan kemampuan suatu
organisasi publik (birokrasi) ditentukan oleh kondisi sumber daya birokrasi yang
meliputi konfigurasi struktural nomenklatur, sumber daya manusia aparatur,
proses

manajemen

publik,

tekhnologi

organisasi

dan

kapasitas

proses

pengambilan keputusan, sedangkan ukuran efektifitas kebijakan yang perlu
diperhatikan meliputi efisiensi adil (fair), mengarah kepada insentif, penegakan
hukum (enforcability), diterima publik (public acceptability) dan berlandaskan
moral.

2.4. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan (land use) didefinisikan sebagai setiap bentuk campur
tangan (intervensi) manusia terhadap lahan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
baik dari segi materi maupun spiritual (Arsyad, 2000).
Penggunaan lahan secara umum dibagi dalam dua hal :
1. Penggunaan lahan pedesaan, dengan menitik beratkan

pada produksi

pertanian, termasuk pengelolaan Sumber Daya Alam dan kehutanan.
2. Penggunaan lahan perkotaan, dengan menitik beratkan pada tempat tinggal
sentra ekonomi, jasa & pemerintahan.
Dari pembagian penggunaan lahan di atas, maka Janudianto (2004)
mengklasifikasikan penggunaan lahan menjadi sembilan kategori, diantaranya,
hutan lebat, hutan semak/belukar, kebun campuran, pemukiman, sawah. Lebih
jauh Barlowe (1978) yang dikutip Saefulhakim et al (2003) menjelaskan,
penggunaan lahan tidak terlepas dari pemahaman dinamika sosial ekonomi dan
kelembagaan yang berkembang dalam tatanan kehidupan masyarakat. Selanjutnya
Barlowe menjelaskan ada tiga hal penting yang harus dipertimbangkan dalam
pemanfaatan lahan yaitu :
1. Kesesuaian Bio-fisik (bio-physical suitability)
2. Kelayakan sosio-ekonomi (socio-economical feasibility)
3. Kelayakan kelembagaan (institutional acceptability)

2.5

Alih Fungsi atau Perubahan Penggunaan Lahan
Wahyunto et al (2001) menerangkan bahwa alih fungsi atau penggunaan

lahan adalah bertambahnya sesuatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan
ke penggunaan yang lain yang diikuti dengan berkurangnya penggunaan lahan
yang lain pada suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan
pada suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda. Berdasarkan hasil studi di
tujuh propinsi di Indonesia yang dikemukakan oleh Lembaga Penelitian IPB
(1996) secara umum terdapat dua faktor penting yang berperan dalam perubahan
penggunaan lahan yaitu :
1. Faktor kelembagaan
2. Faktor non kelembagaan

Faktor kelembagaan yang berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah,
memberikan pengaruh 70% dalam mendorong alih guna lahan. Sedangkan faktor
non kelembagaan termasuk di dalamnya kualitas sumber daya lahan hanya
berperan 30%, sehingga bobot kebijakan pemerintah dalam mempengaruhi proses
alih guna lahan sangat besar. Struktur yang berkaitan langsung dengan perubahan
penggunaan lahan yaitu :
1. Struktur permintaan
2. Struktur penawaran
3. Struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada produktifitas sumber
daya lahan.
Pemahaman ketiga struktur utama yang berkaitan langsung dengan
pembahasan penggunaan lahan tersebut merupakan syarat perlu (necessary
condition) yang dapat memodelkan perubahan penggunaan lahan secara utuh.
Agar lebih mendalam ketiga struktur tersebut dijabarkan dalam suatu sistem yang
saling terkait dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya (dapat dilihat pada
Gambar 2).
Permintaan akan lahan di dalam aktivitas masyarakat antara lain untuk
menunjang ketersediaan pangan sandang, papan dan fasilitas kehidupan dasar
lainnya dalam kuantitas, kualitas dan tingkat keragaman tertentu. Kebutuhan akan
lahan ini meningkat dari waktu ke waktu dipicu ol