BAB III. KEADAAN UMUM KOPERASI INTI

(1)

BAB III.

KEADAAN UMUM KOPERASI INTI 3.1. Keadaan Organisasi dan Manajemen

3.1.1. Sejarah Berdirinya Koperasi INTI

Berdirinya koperasi di lingkungan PT. Industri Nasional Telekomunikasi Indonesia (INTI) bermula dari adanya kelompok yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan karyawan di lingkungan perusahaan. Adapun wadah kesejahteraan karyawan PT. INTI itu diberi nama Ikatan Kesejahteraan Karyawan (IKK) PT. INTI. Dengan adanya perkembangan-perkembangan kebutuhan karyawan dan anjuran pemerintah melalui direksi PT. INTI maka ikatan kesejahteraan Karyawan (IKK) dirubah bentuknya menjadi Badan Usaha Koperasi. Koperasi Bina Sejahtera INTI yang sebelumnya bernama Koperasi Karya Usaha Bersama (KKUB) merupakan kelanjutan dari usaha karyawan di lingkungan perusahaan untuk memenuhi kebutuhanya.

Tujuan dan sasaran berdirinya koperasi karyawan di lingkungan PT. INTI adalah:

 Mencapai kesejahteraan karyawan.

 Berusaha menggerakkan, memadukan, dan mengembangkan sumber daya serta kamapuan para karyawan dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan nilai tambah yang merupakan salah satu sasaran koperasi.

 Mendukung program pemerintah yang mengharuskan didirikan koperasi karyawan di lingkungan perusahaan, khususnya dilingkungan BUMN.


(2)

Koperasi Karya Usaha bersama (KKUB) PT. INTI berdiri secara resmi pada tanggal 8 Desember 1979. Pada saat didirikan anggotanya sebanyak 470 orang yang merupakan seluruh karyawan yang bekerja di PT. INTI. Adapun unit usaha yang dikelolanya adalah:

a. Unit usaha dengan anggota:  Unit usaha simpan pinjam  Unit usaha toko konsumsi b. Unit usaha dengan non anggota :

 Unit usaha perdagangan umum  Unit usaha percetakan dan foto copy  Unit usaha jasa renovasi bangunan.

Koperasi Karya Usaha Bersama (KKUB) PT. INTI memperoleh badan hukum dengan nomor 7066/BH/DK-01/ I dari Departemen Perdagangan dan Koperasi Kota Madya Bandung pada tanggal 13 Juni 1980. Dengan adanya pengesahan badan hukum memungkinkan KKUB PT. INTI mengembangkan unit usaha secara luas. Kemudian dengan adanya Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor. 24/Kop/DK-01/I/80 tentang izin usaha bagi KKUB PT. INTI dalam bidang perdagangan umum dan dapat mengikuti tender-tender pekerjaan pemborong.

Sesuai dengan Rapat Anggota tanggal 27 Maret 1992, secara resmi KKUB PT. INTI diganti menjadi Koperasi Bina Sejahtera INTI dengan memperoleh akta perubahan Badan Hukum Nomor 7066/A/BH/KK/K.10/21 tanggal 2 Juni 1992 dari Kantor wilayah Departemen Koperasi Jawa Barat.


(3)

Sebagai tindak lanjut dari perubahan nama koperasi itu maka unit usaha menjadi bertambah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap anggota maupun masyarakat disekitarnya. Adapun unit usaha di KBSI setelah perubahan nama tersebut adalah sebagai berikut:

A. Bidang Pelayanan Anggota 1. Unit Usaha Simpan Pinjam 2. Unit Usaha Toserba

3. Unit Usaha Bengkel & Biro Jasa 4. Unit Usaha Apotik

B. Bidang Usaha Umum

1. Unit Usaha Perdagangan dan Proyek Tower 2. Unit Usaha Produksi

3. Unit Usaha Jasa Foto Copy 4. Unit Usaha Jasa Angkutan 5. Unit Usaha Wartel dan Warnet

Selanjutnya untuk susunan pengelola KBSI mengalami penyempurnaan sebagai berikut:

1. Pembina : Direksi PT. INTI 2. Pengurus

Ketua : Ir.Aan Sutarman Wakil ketua : Drs.Arsad Mustar Sekretaris I : R.Dwi Heryanto, SH. Sekretaris II : Srie Soegiarti, SH.


(4)

Bendahara : Sodikin E.Muhtar Manajer : H.Buldan Hamdani, SH. 3. Badan Pemeriksa

Ketua : Soeharsoyo, Bc.TT Anggota : Drs. Hendera Abu Bakar

Ir. Ade sulaksono

Berbagai penyempurnaan dalam pengelolaan koperasi dilakukan oleh KBSI, baik dalam manajemen maupun dalam pelayanan terhadap anggota, demi tercapainya tujuan koperasi yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan turut serta menunjang perekonomian nasional pada umumnya. Dalam mengelola perkoperasian, KBSI telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dibuktikan dengan adanya penghargaan terhadap prestasi yang telah dicapai KBSI. Adapun penghargaan atas prestasi tersebut adalah:

1. Piagam penghargaan dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia, sebagai Koperasi Fungsional teladan berturut-turut dari I, II, III, IV, dan V Tingkat Nasional ( Tahun 1992, 1993,1994,1995 dan 1996).

2. Piagam penghargaan dari Menteri Koperasi dan Pembianaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia, sebagai koperasi perkotaan Jenis Konsumen Teladan Tahun III dan IV Tingkat Nasional ( Tahun 1994 dan 1995 ).

3. Berdasarkan Keputusan Kepala kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kota Madya Bandung tentang Penempatan Koperasi dalam Kalsifikasi , KBSI ditempatkan dalam Klasifikasi A ( Sangat Mantap).


(5)

4. Piagam Penghargaan dari Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia, sebagai Koperasi Karyawan mandiri tahun 1995.

Adanya penempatan koperasi pada Klasifikasi A dan berbagai Piagam Penghargaan dari pemerintah baik pusat maupun daerah membuktikan bahwa KBSI telah mempunyai prestasi tersendiri. Dilain pihak hal ini juga merupakan suatu tantangan bagi pengurus dan pengelola KBSI untuk selalu meningkatkan usaha dan kegiatanya sehingga prestasi yang telah dicapai dapat dipertahankan.

3.1.2. Struktur Organisasi Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI)

Struktur organisasi KBSI sebagai salah satu alat pencapaian tujuan memisahkan fungsi, tugas dan wewenang kepada pihak manajemen. Untuk menjalankan masing-masing unit usaha, KBSI mempunyai kepala bidang yang membawahi bidang pelayanan anggota yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan oleh anggota dan yang melakukan komunikasi dengan anggota dalam menyampaikan aspirasinya. Begitu pula dengan kepala bidang untuk perdagangan umum, yang mengatur pemanfaatan pelayanan oleh anggota dan non anggota (masyarakat umum).

Menurut Undang-Undang Koperasi 25 Tahun 1992 pasal 21 menyebutkan bahwa perlengkapan koperasi terdiri dari Rapat Anggota, Pengurus, Pengawas dan Manajer Umum. Unsur-unsur yang ada dalam struktur organisasi KBSI meliputi:

1. Rapat Anggota

Rapat anggota dalam kehidupan berorganisasi koperasi merupakan kekuasaan tertinggi, pengambilan keputusan tidak berdasarkan kehendak perorangan tetapi berdasarkan hasil musyawarah rapat anggota, dimana setiap anggota mampunyai hak mengeluarkan pendapatnya. Pelaksanaan rapat anggota KBSI sudah berjalan


(6)

sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan yang ada dan diselengarakan satu kali dalam satu tahun. Akan tetapi untuk pelaksanaan selanjutnya diharapkan koperasi dapat memotivasi anggota untuk lebih berperan sebagai pemilik dengan menyampaikan saran atau kritik pada RAT yang sangat berguna dalam perkembangan koperasi.

Hal-hal yang ditetapkan dalam rapat anggota tahunan adalah : a. Anggaran Dasar

b. Kebijakan dalam organisasi, manajemen usaha koperasi.

c. Memilih, mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas.

d. Menetapkan rencana kerja, anggaran belanja, serta kebijakan pengurus dibidang organisasi dan usaha.

e. Mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas dibidang organisasi serta laporan keuangan koperasi.

f. Penggabungan, peleburan dan pembubaran koperasi.

Selain rapat anggota tahunan, KBSI juga melakukan rapat-rapat lain seperti rapat pengurus dan pengawas serta rapat luar biasa.

2. Pengurus

Pengurus sebagai pengelola memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan koperasi. Pengurus merupakan wakil dari anggota koperasi yang bertugas memimpin dan mengelola usaha koperasi. Begitu pula halnya dengan KBSI, pengurus dipilih dan diberhentikan dalam rapat anggota. Pengurus KBSI tidak memegang rangkap jabatan sebagai manajer, dikarenakan KBSI telah mempunyai manajer untuk mengatur usaha yang ada. Pengangkatan manajer diperlukan karena unit usaha yang ada di KBSI cukup banyak dengan omzet yang cukup tinggi, oleh karena itu KBSI menganggap perlu adanya manajer sebagai


(7)

salah satu pendukung keefektifan usaha koperasi. Pengurus dipilih untuk masa jabatan tiga tahun. Susunan pengurus KBSI periode sekarang adalah sebagai berikut:

Tabel 11. Susunan Pengurus, Pengelola dan Badan Pengawas

No. Jabatan Nama

1. PENGURUS :

 Ketua  Sekertaris  Bendahara

Ir. Eggy Julianda Asep Winara

H. Oman Superman, BSc II. PENGELOLA :

 Ka. Bidang Pelayanan Anggota  Ka. Bidang Pelayanan Umum

Maman Suryatman Yahman Mulyana III. BADAN PENGAWAS

Ketua Anggota Anggota

Drs. Irwan Yanis, Ak. MM Ir. Agus Gultom

Ir. Mustamin Mardjaing QIA

Sumber : RAT Tahun 2000

Adapun tugas-tugas pengurus KBSI adalah sebagai berikut :  Ketua

a. Mengkoordinir atau mengatur pembagian tugas pengurus. b. Menandatangani surat-surat keluar.

c. Memimpin kegiatan organisasi dan usaha. d. Memimpin rapat.

e. Mewakili koperasi dalam pertanggung jawaban di muka pengadilan.

f. Memimpin penyusunan konsep laporan pertanggung jawaban pengurus dan pengawas.

Sekretaris

a. Bertanggung jawab dan mengurusi bidang administrasi koperasi. b. Mengurus surat-surat yang masuk dan keluar.


(8)

Bendahara

a. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan uang setelah mendapatkan persetujuan dari ketua dan mempertanggung jawabkan keuangan.

b. Mengerjakan administrasi dan pembukuan yang berkaitan dengan keuangan. Pelaksanaan setiap tugas yang telah dibebankan kepada pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara pada umumnya telah dilaksanakan dengan cukup baik. Akan tetapi untuk salah satu point dari tugas ketua yaitu mewakili koperasi dalam pertanggungjawaban dimuka pengadilan belum sepenuhnya dilakukan, hal ini terbukti dari banyaknya kasus yang mengakibatkan kerugian terutama pada bidang usaha umum yang dilakukan oleh kepengurusan terdahulu, belum dilakukan proses hukum sehingga kerugian yang ada menjadi beban bagi koperasi. Kemudian untuk pelaksanaan tugas sekretaris dirasa telah dilaksanakan dengan cukup baik dimana hal-hal yang berkaitan dengan bidang adminstrasi baik itu pengarsipan dokumen, surat-suratdan hal-hal yang lainnya tersimpan dengan baik dan berbagai pihak yang berkepentingan bisa mendapatkan informasi dengan cepat. Sedangkan untuk bendahara juga telah melaksanakan tugas dengan cukup baik walaupun dalam penyusunan laporan keuangan, koperasi tetap membutuhkan jasa akuntan publik untuk membantu.

3. Dewan Pembina

Bagi kepentingan koperasi, rapat anggota dapat membentuk Dewan Pembina. Dewan ini dapat memberikan saran serta anjuran kepada pengurus demi kemajuan koperasi. Dewan pembina yang diangkat bisa berasal dari anggota dan non anggota koperasi asalkan orang tersebut mempunyai pengertian dan keakhlian tentang manajemen


(9)

dan perkoperasian. Dewan ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang belum diketahui oleh pengurus baik diminta maupun tidak.

Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI) membentuk Dewan Pembina dari unsur Direksi/pimpinan perusahaan PT. INTI, dimana pimpinan perusahaan ini juga menjadi anggota koperasi sehingga Dewan Pembina ini mempunyai hak suara dalam rapat anggota sebagaimana anggota koperasi lain yang tidak bertindak sebagai Dewan Pembina.

Dewan pembina mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam penentuan keputusan koperasi. Hal ini dimungkinkan karena dewan pembina berasal dari unsur direksi/pimpinan PT INTI yang banyak bekerjasama dengan koperasi, sehingga hubungan baik perlu sangat dijaga. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, sebenarnya dewan pembina mempunyai tugas yang hampir sama dengan pengawas sehingga keberadaannya tersebut tidak dimasukan dalam struktur organisasi yang ada pada KBSI (lihat lampiran). Oleh karena itu saran dan masukan dari dewan pembina jangan serta merta dijadikan sebagai suatu keputusan bagi koperasi.

4. Pengawas

Pengawas merupakan salah satu alat kelengkapan koperasi. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh anggota dalam rapat anggota ( Pasal 23 UU Koperasi No 25 Tahun 1992 ) sehingga bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Adapun tugas dari pengawas adalah melaksanakan pengawasan atas tata kehidupan koperasi yang meliputi bidang usaha, organisasi dan keuangan koperasi.

Pengawasan dilakukan sekurang-kurangnya tiga bulan sekali dan dibuat hasilnya dalam laporan tertulis yang kemudian disampaikan kepada anggota dalam rapat anggota.


(10)

Pada KBSI pengawas dipilih untuk masa jabatan dua tahun yang terdiri dari seorang ketua dan dua orang anggota.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, fungsi pengawasan belum dilakukan dengan sebaik-baiknya. Hasil dalam laporan pengawasan masih terbatas gambaran secara umum dan belum mendetail secara keseluruhan. Banyak terjadi hal-hal atau masalah bagi koperasi yang luput dari pengawasan pengawas dan tidak dilaporkan dalam rapat anggota, misalnya informasi mengenai kasus kayu meranti pada bidang usaha umum.

5. Kepala Bidang

Koperasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya memerlukan seorang kepala bidang yang membawahi beberapa unit usaha serta bertanggung jawab atas jalannya koperasi sehari-hari. Tanggung jawab tersebut didasarkan tugas yang dibebankan dan wewenang yang dilimpahkan oleh pengurus.

Seperti halnya di KBSI, pengurus telah mengangkat dua orang kepala bidang yang tugasnya adalah sebagai berikut:

a. Berfungsi sebagai pengelola kegiatan usaha dan rumah tangga koperasi.

b. Bersama pengurus ikut membantu rencana kerja dan RAPB untuk diajukan ke RAT. c. Membantu pengurus dalam menjalankan rencana kerja dan RAPB tahun berjalan. d. Bersama ketua menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan pihak luar. e. Membimbing dan mengawasi tugas masing-masing pegawai unit usaha. f. Memeriksa kegiatan pegawai unit usaha terutama keuangan unit usaha dan barang. g. Menyusun laporan masing-masing unit usaha.

Tugas dari kepala bidang pada dasarnya adalah sama dengan tugas seorang manajer bagi koperasi. Dalam hal ini KBSI mengangkat dua orang kepala bidang


(11)

sekaligus yang membawahi unit-unit usaha dengan koordinatornya masing-masing. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, penulis memperoleh gambaran yaitu diantara kedua kepala bidang tersebut kurang bekerja sama satu sama lain. Masing-masing pihak tampak mengutamakan bidang usahanya masing-masing, sehingga tidak bertindak atas nama koperasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu penulis merumuskan struktur organisasi yang disarankan bagi KBSI (lihat lampiran). Struktur organisasi tersebut menyarankan untuk ditiadakan fungsi dua kepala bidang tersebut dan menggantinya menjadi satu fungsi manajer utama yang bertanggung jawab atas seluruh unit yang ada. Hal ini bisa dilakukan tanpa mengurangi tugas yang biasa dilakukan oleh dua kepala bidang, karena masing-masing unit usaha tersebut mempunyai koordinator sendiri yang bisa melaporkan secara periodik kegiatan usaha masing-masing unit. Sehingga selain menyederhanakan struktur organisasi yang ada, juga mengurangi biaya tenaga kerja yang bisa dikerjakan oleh satu orang.

6. Keadaan Karyawan KBSI

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari koperasi mengangkat beberapa karyawan yang bertugas sebagai tenaga operasional. Keberadaan karyawan dalam koperasi sangat diperlukan untuk menjalankan unit usaha apalagi KBSI mempunyai banyak unit usaha.

Posisi personel diluar Pengurus dan Badan Pengawas KBSI per 31 Desember 2000 adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Posisi Personil diluar Pengurus dan Badan Pengawas KBSI KBSI

(Pegawai Tetap)

Perbantuan Dari PT. Inti

Pegawai kontrak

diperbantukan di PT. Inti Jumlah

56 orang 6 orang 28 orang 89 orang


(12)

3.1.3. Keanggotaan Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI)

Keanggotaan KBSI bersifat terbuka, suka rela, bebas dan memikul tanggung jawab bersama sebagaimana yang diatuangkan dalam UU Perkoperasian No 25 tahun 1992. jumlah anggota KBSI tahun 2001 mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan oleh habisnya masa kerja pegawai kontrak, baik pegawai PT. INTI maupun pegawai KBSI sendiri, dan program pensiun dini yang ditawarkan oleh pihak PT. INTI. Perkembangan anggota yang mengalami penurunan tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :

Tebel 13. Perkembangan Anggota

Tahun Jumlah Anggota

1998 1999 2000 2001

2185 orang 1721 orang 1347 orang 1088 orang

Sumber : RAT KBSI

Untuk menjadi anggota KBSI harus memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam rapat anggota yaitu:

1. Melunasi simpanan pokok sebesar Rp.10.000,- dan simpanan wajib yang besarnya ditentukan oleh strata golongan kepegawaian.

2. Sanggup mentaati AD/ART dan peraturan-peraturan koperasi serta keputusan rapat anggota.

3. Merupakan karyawan dilingkungan PT. INTI.


(13)

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh KBSI merupakan kegiatan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan baik kepada anggota untuk memenuhi kebutuhanya maupun kepada masyarakat pada umumnya. Adapun unit usaha yang dikelola oleh KBSI adalah sebagai berikut :

A. Bidang Pelayanan AnggotaUnit Usaha Simpan Pinjam

Jumlah anggota KBSI per 31 Desember 2003 adalah 1.088 orang, mengalami penurunan sebanyak 259 orang atau 19% dibanding dengan jumlah anggota tahun 2002 yang berjumlah 1347 orang. Nilai penjualan Unit Usaha Simpan Pinjam dalam tahun buku 2003 mencapai 424,64 juta atau 94% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 450,60 juta.

Jumlah Simpanan anggota per 31 Desember 2003 adalah sebagai berikut : Simpanan Pokok ………... .Rp. 109.177.075,00

Simpanan Wajib ………. Rp. 1.286.960.301,00 Simpanan Sukarela ………... Rp. 103.632.021,00 Jumlah Rp. 1.499.769.397,00

Untuk memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan dalam penyaluran pinjaman jangka panjang (maksimum 3 tahun), dalam tahun 2003 KBSI berhasil menjalin kerja sama dengan pihak Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan bank Mega. Total penyaluran pinjaman jangka panjang per 31 Desember 2003 adalah Rp. 6 Milyar dengan rincian Rp. 4 Milyar dan dari Bank Mega sebesar Rp.2 Milyar.

Unit Usaha Toserba

Melanjutkan program kerja tedahulu dan sesuai dengan permintaan anggota yang berlokasi di PT. Inti Palasari, telah didirikan bangunan Toserba di PT. Inti Palasari. Akan


(14)

tetapi dengan adanya kebijakan PPDS di PT. Inti yang tidak terantisipasi sebelumnya, mengakibatkan pendapatan dari unit usaha toserba lokasi PT. Inti Palasari berkurang sehingga akhirnya ditutup karena tidak memenuhi skala ekonomi.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan mengintensifkan peran serta anggota dalam memanfaatkan jasa pelayanan toserba, pengurus berusaha melakukan pembenahan dalam segala aspek termasuk kualitas layanan, penambahan Variasi persediaan, dan kerja sama dengan pihak lain untuk memasarkan produknya melalui fasilitas kredit. Namun demikian seiring dengan menurunnya jumlah anggota KBSI, maka nilai penjualan unit anggaran tahun 2003 hanya mencapai Rp. 567.82 juta atau sebesar 26 % dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp.2,18 Milyar.

Berdasarkan catatan akuntansi pada tahun ini Toserba juga masih mengalami kerugian sebesar 12,01 Juta adapun penyebab minimnya pencapaian penjualan dan terjadinya kerugian adalah antara lain :

 Terbatasnya modal kerja untuk mendukung penjualan kredit.

 Adanya PPDS di PT. Inti yang pada saat pembuatan anggaran tahun 2000 belum

dikomunikasikan. PPDS ini selain menyebabkan berkurangnya jumlah anggota juga menyebabkan terkurasnya cadangan likuiditas KBSI secara signifikan.

 Tingginya beban biaya oprasional rutin, terutama yang berasal dari biaya gaji

pegawai sedangkan marzin keuntungan kotor hanya berkisar antara 5 sampai dengan 10%. Sampai dengan akhir tahun 2003 yang karyawan ditempatkan Toserba sebanyak 5 orang. Pengurus akan merampingkan jumlah personal pada jumlah yang optimal.


(15)

 Adanya beberapa pos pendapatan lain-lain yang belakangan diketahui seharusnya

sebagai pendapatan toserba tetapi oleh unit akuntansi dimasukkan pada pos pendapatan Corporate.

Unit Usaha Bengkel Dan Biro Jasa

Dalam upaya meningkatkan kualitas jasa pelayanan perbaikan kendaraan bermotor dan untuk mengatasi minimnya modal kerja, sejak triwulan tiga 2003 unit usaha bengkel melakukan pola bagi hasil dengan pihak mitra kerja.

Unit bengkel mengalami kerugian karena terlalu besarnya beban biaya administrasi dari gaji karyawan dan terlambatnya pengakuan perdapatan bersdasarkan pembanyaran piutang dari PT Inti. Apabila digabung dengan Biro Jasa selama tahun 2003 diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 239.05 juta atau 63% dari anggrannya sebesar Rp. 380.100.000,- dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar 16,64 juta.

Unit Usaha Apotik

Hasil penjualan unit usaha apotik dalkam tahun 2001 sebesar Rp. 970.59 juta atau 207% dibanding anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 468 juta, dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp. 65,72 juta. Pencapaian yang cukup menggembirakan tersebut diperoleh melalui perbaikan dalam mekanisme kerja internal dan sistem persediaan. Selain itu apotik KBSI berusaha untuk memperbesar porsi penjualan dari pihak luar dalam (selain YWBI). Pada tahun 2003 perbandingan nilai penjualan dari YWBI dengan non YWBI adalah sebesar 60% : 40%, dan untuk 2002 ditargetkan mencapai porsi 55% : 45%.

B. BIDANG USAHA UMUM

Bidang usaha umum merupakan penggabungan dari bidang usaha inti dan bidang usaha pasar bebas. Bidang usaha ini mampu menyumbangkan nilai penjualan sebesar


(16)

6,41 Milyar atau 86% dibanding anggaran tahun 2002 sebesar Rp, 7.46 Milyar, dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp. 194.79 Juta. Minimnya laba yang diperolah adalah disebabkan adanya beban kerugian dari kayyu maranti sebesar Rp. 178 Juta yang baru dibukukan pada tahun 2002. Pihak mitra usaha yaitu PT. GTU melaporkan bahwa proyek kayu maranti mengalami kerugian, tetapi berdasarkan audit badan pengawas dengan alat bukti dari pihak PT GTU sebenarnya proyek tersebut menghasilkan keuntungan yang cukup besar.

Ada indikasi pihak GTU melakukan penipuan sehingga saat ini pengurus akan melakukan upaya penuntutan lewat jalur hukum.Usaha yang merugikan lainnya adalah order produksi pesawat telepon dan SBU terminal yang menghasilkan kerugian sebesar Rp. 170.45 Juta .

Unit Usaha Perdagangan dan Proyek Tower

Unit usaha perdagangan meliputi perdagangan dengan PT. Inti / masyarakat umum, kerja sama agrobisnis, penjualan komponen kayu jati dan proyek Tower. Penjualan unit perdagangan mencapai Rp. 4,158 milyar atau 95% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 4,387 milyar. Nilai penjualan terbesar diperoleh dari proyek tower yaitu senilai Rp. 3,576.48 atau 86%.

Penjualan diluar proyek tower sangat kecil antara lain selain disebabkan oleh makin berkurangnya preferensi dari PT. INTI yang kebijakan pengadaannya cenderung melalui proses tender juga intensitas PT. INTI yang memang berkurang.

Unit Usaha Produksi

Unit produksi menempati tempat di JL. Kliningan no. 2 Bandung dengan uang sewa RP. 26 juta / tahun. Kegiatannya adalah memperoduksi pesawat telepon PTE.991 E


(17)

sebanyak 10.200 unit sebagai carry over atas pesanan dari SBU terminal menunjuk kontrak PTE.991 E akhir tahun 2002. Usaha produksi pada tahun 2003 dihadapkan pada kondisi yang sangat sulit, dikarenakan harga komponen elektronik PTE 991 E (diluar material plastik dan SBU rekmekaplas) mengalami lonjakan yang cukup besar sebagi akibat dari apresiasi nilai dollar dan proses pengadannyapun sangat sulit. Nilai HPP mencapai Rp. 553,59 juta atau 107% dari nilai penjualan Rp. 514,61 juta, pencapaian penjualan sebesar Rp. 514,6 juta adalah 66% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 779,35.

Biaya usaha unit produksi mencapai nilai Rp. 191,67 juta. Kontribusi terbesar adalah biaya pegawai karena adanya penambahan pegawai dari unit lain, kerja lembur untuk mengejar target penyerahan barang ke SBU terminal disamping beban sewa gedung. Pada akhir tahun 2003, pabrik dilokasi Kliningan telah dipindahkan kelokasi Eks Toserba dipalasari dengan tujuan utama Efisiensi dan peningkatan produktivitas.

Kondisi lain yang memperburuk usaha produksi pesawat telefon untuk PT. INTI adalah adanya pemotongan piutang KBSI di SBU terminal oleh cicilan hutang yang ditinggalkan pengurus sebelumnya. Pada tahun 2003 telah terjadi pengurangan hutang KBSI ke SBU terminal sebesar Rp.100 juta. Dengan demikian jangankan keuntungan yang diperoleh, modalnyapun ikut terambil. Oleh karena itu untuk sementara unit usaha produksi pesawat telefon di hentikan.

Unit Usaha Jasa Photo Copy

Kegiatan Unit usaha photo copy tahun 2003 memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 586,59 juta atau 113% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 517,50 juta, dengan


(18)

perolehan laba sebesar Rp. 137,62 juta. Hal tersebut tercapai karena tingginya aktifitas bisnis PT. INTI dan pembukaan tempat usaha baru di lokasi Wartel Inti.

Unit Usaha Jasa Angkutan

Unit usaha angkutan membukukan perolehan hasil penjualan sebesar Rp. 906,67 juta atau 83% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 1,097 milyar. Permasalahan yang dihadapi unit usaha angkutan sampai dengan akhir 2003 adalah armada toyota kijang milik KBSI yang disewakan telah berusia 4-5 tahun yang mengakibatkan tingginya biaya pemeliharaan. Pengurus berencana untuk meremajakan atau mengganti dengan mobil sewaan dari para anggota KBSI sebaiknya dijual.

Unit usaha Wartel dan Warnet

Unit usaha wartel di lokasi PT. INTI dan Jl. BKR 20 A mencapai nilai penjualan Rp. 235,095 juta yang berasal dari usaha telepon, facsimillie, telegram dan penjualan voucher atau 111% dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 212 juta dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp. 8.42 juta. Penjualan wartel dirasakan semakin sulit karena banyaknya usaha sejenis dalam tempat yang berdekatan.

Pengelolaan warnet oleh mitra kerja di Jl. Gegerkalong 12 bandung tidak dapat diteruskan karena rata-rata pendapatan harian semakin kecil dan berakibat kewajiban kepada KBSI sebesar Rp. 2,186,2250,- tiap bulan mulai bulan juni 2000 tidak lagi dapat dipenuhi. Adapu nilai pendapatan warnet hanya sebesar Rp.13.117.500,-.

Perkembangan unit usaha yang ada di KBSI secara umum dapat digambarkan melalui tabel dibawah ini :

Tabel 14. Pencapaian Pendapatan Unit Usaha Tahun 2004-2006

Tahun Anggaran & Realisasi %


(19)

2004 9.297.927.500,00 5.504.982.567,55 59,21

2005 10.782.250,00 9.265.506,55 85,93

2006 5.879.098,84 4.081.365,09 69,42

Sumber : Laporan Keuangan KBSI

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan unit usaha dilihat dari omzet penjualan dari tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Seperti telah dijelaskan dalam perkembangan anggota, salah satu faktor penurunan omzet penjualan adalah karena banyaknya karyawan PT. INTI yang mengajukan pensiun dini dan juga habisnya masa bekerja bagi karyawan kontrak, yang menyebabkan penurunan tingkat partisipasi anggota sebagai pelanggan. Penurunan yang sangat besar adalah pada tahun 2000 dimana pada tahun 1999 hasil penjualan mencapai angka 5 miliar lebih, sedangkan tahun 2000 menurun drastis menjadi 9 juta, begitupun tahun 2001 yangkembali mengalami penurunan menjadi 4 juta lebih.

3.1.5. Keadaan Permodalan dan Keuangan KBSI. A. Keadaan Permodalan

Modal merupakan factor yang sangat penting dan sangat membantu dalam menjalankan dan mengembangkan kegiatan usaha, baik yang sifatnya modal sendiri maupun modal asing (modal pinjaman). Modal pada koperasi merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan yaitu mensejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya melalui pelayanan-pelayanan yang disediakan oleh koperasi.Adapun sumber permodalan pada KBSI terdiri dari :

a. Modal Asing

Yaitu modal yang berasal dari luar koperasi, sifatnya sementara dan bagi koperasi merupakan hutang, yang pada suatu saat harus dikembalikan. Komponen dari modal asing ini berupa kredit atau pinjaman yang termasuk hutang jangka pendek atau jangka


(20)

panjang. Modal ini diperoleh dari pinjaman Bank atau lembaga keuangan lainnya. Badan-badan usaha yang terlibat diantaranya:

1. Bank Muamalat Indonesia (BMI) 2. Bank MEGA

Modal asing diperlukan karena terbatasnya modal sendiri. Apabila koperasi hanya mengandalkan modal sendiri maka koperasi akan sulit mengembangkan aktivitas usahanya. Peminjaman modal ini diberikan kepada koperasi dengan keringanan-keringanan seperti tingkat bunga yang rendah sehingga tidak memberatkan KBSI.

b. Modal Sendiri

Yaitu modal yang berasal dari dalam koperasi yang berupa simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, SHU yang tidak dibagikan dan cadangan koperasi.

Untuk mengetahui perkembangan simpanan anggota dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15. Perkembangan Simpanan Anggota Tahun 2003 – 2006

No Bentuk simpanan Tahun 2003

( Rp)

Tahun 2006 (Rp) 1 Simpanan Pokok 12.897.075,00 109.177.075,00 2 Simpanan Wajib 1.177.161.756,00 1.286.960.301,00 3 Simpanan Sukarela 67.921.748,00 103.632.021,23

Sumber: Laporan RAT KBSI

Tabel di bawah ini menunjukkan perkembangan SHU KBSI selama periode 2003 – 2006.

Tabel.16. Perkembangan SHU KBSI 2003 – 2006


(21)

1 2 3 4 2003 2004 2005 2006 610.155.879,57 179.798.223,03 503.242.430,60 279.842.623,00

Ket.Perkembangan berdasarkan tahun per tahun Sumber : Laporan RAT KBSI

Sisa hasil usaha tahun 2005 mengalami kenaikan, hal ini diakibatkan adanya keuntungan kegiatan unit usaha non anggota yang dialokasikan ke dalam SHU anggota. Sedangkan keadaan modal sendiri KBSI dan perkembanganya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 17. Perkembangan keadaan modal sendiri KBSI tahun 2005 – 2006 Komponen Modal Sendiri Tahun 2005 (Rp) Tahun 2006 (Rp) Simpanan anggota Cadangan SHU 1.303.530.722,00 63.647.748,22 503.242.430,00 1.257.980.579,23 84.153.978,13 279.842.623,00 Jumlah 1.870.420.900,00 1.621.977.180,00 Sumber : Laporan RAT KBSI

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa adanya penurunan komponen modal sendiri yang diakibatkan oleh penurunan jumlah anggota, maka kenyataan ini haruslah dijadikan tolok ukur bagi perkembangan KBSI selanjutnya.

Berikut adalah strukur permodalan Koperasi Bina Sejahtera Inti (KBSI) yang menggambarkan perbandingan antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang yang dimiliki oleh koperasi, yaitu :

Tabel 18. Struktur Modal KBSI (Rp)

Struktur Modal 31 Desember2004 (Rp) 31 Desember2005 (Rp) 31 desember2006 (Rp) Modal Sendiri :

Simpanan Pokok Simpanan Wajib Donasi 13.232.075,00 1.145.539.931,00 93.124.580,75 12.897.075,00 1.177.161.756,00 93.124.580,75 109.177.075,00 1.286.960.301,00 93.124.580,75


(22)

Cadangan SHU

1.140.280.393,80 (156.729.004,73)

63.647.748,22 503.242.430,60

84.153.978,13 279.842.623,12 Jumlah 2.235.447.004,73 1.850.073.320,57 1.853.258.558,00 Hutang jk panjang

Hutang bank Hutang lain-lain

-125.914.871,00

Jumlah - - 125.914.871,00

Sumber : Laporan RAT KBSI

Berdasarkan data pada tabel tersebut, dapat dilihat perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang dimiliki oleh koperasi (Long Term Debt to Equity Ratio) yaitu untuk mengetahui bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Perbandingan tersebut dapat dilihat hanya untuk tahun 2006 karena tahun 2004 dan 2005 KBSI tidak mempunyai hutang jangka panjang, yaitu sebagai berikut :

Tabel 19. Perbandingan Hutang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri (KBSI) (Rp)

Keterangan Tahun

2006 Perbandingan (%)

Modal Sendiri 1.853.258.558,00 93,64

Hutang jangka panjang 125.914.871,00 6,36

Total 1.979.173.429,00 100

Sumber : Laporan RAT dan pengolahan data

Prosentase nilai pada data tabel di atas menunjukan bahwa perbandingan modal sendiri dengan total modal sebesar 93,64 % dan modal asing dengan total modal sebesar 6,36%. Hal ini mengambarkan bahwa sebagian besar kegiatan usaha KBSI dibiaya dengan modal sendiri.


(23)

Menilai keadaan keuangan adalah salah satu cara untuk melihat sampai sejauh mana koperasi mampu berdiri sendiri.Berbeda dengan analisis permodalan, analisis keuangan menbandingkan perbandingan antara modal sendiri yang dimiliki dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.Dalam penelitian keadaan keuangan KBSI dianalisis dengan mengunakan analisis keuangan yang terdiri dari analsis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas usaha serta aktivitas perusahaan.

a. Rasio Likuiditas.

Pengertian likuiditas menurut Bambang Riyanto (1995;25) adalah sebagai berikut “likuiditas suatu perusahaan menunjukan kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut adalah semua hutang lancar dan segala kebutuhan keuangan untuk menjalankan segala kegiatan.”

Likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dari aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities) sebagai berikut :

Likuiditas = 100% Lancar

Hutang

Lancar Aktiva

Perhitungan likuiditas KBSI tahun 2000 dapat dilihat dibawah ini : Jumlah aktiva lancar Rp

9.172.855.330,07,-Jumlah hutang lancar Rp

8.514.446.178,35,-= 100%

178,35 8.514.446.

330,07 9.172.855.

= 107,73

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kemampuan keuangan koperasi dalam memenuhi hutang jangka pendek dengan harta lancar adalah 1 : 1.07, artinya setiap Rp. 1.00 hutang jangka pendek dijamin Rp. 1.07 aktiva lancar, sehingga dapat dikatakan illikuid. Karena pedoman yang digunakan oleh KBSI adalah dengan current


(24)

ratio 2:1, maka kemampuan KBSI dalam memenuhi hutang jangka pendek adalah illikuid. Kemampuan KBSI dapat dikatakan likuid apabila Rp 1.00 dapat dijamin oleh Rp 2.00 aktiva lancar. Pedoman tersebut juga sesuai dengan yang diungkapkan Bambang Rianto (1995:27) yang menerangkan bahwa apabila pedoman current ratio 2:1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut.

b. Ratio Solvabilitas.

Pengertian solvabilitas menurut Bambang Riyanto (1995;32) adalah sebagai berikut :

“Solvabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya/hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan.”

Solvabilitas dapat diketahui dari jumlah aktiva (total assets) dengan jumlah hutang (total liabilities), menurut Bambang Riyanto (1995;34) :

100% x Hutang Total

Aktiva Total

as Solvabilit 

Masih menurut Bambang Rianto, koperasi akan solvabel apabila mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Solvabel minimal 100%, hal ini menunjukan kemampuan koperasi untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang lain tanpa ada cadangan untuk kegiatan koperasi tersebut.

Perhitungan rasio solvabilitas KBSI untuk tahun 2000 dapat dilihat sebagai berikut :

Jumlah aktiva : Rp 10.364.519.498,92 Jumlah hutang : Rp


(25)

8.514.514.446.178.35,-Solvabilitas (2000) = x 100% 178,35

8.514.446.

.498,92 10.364.519

= 121,73 %

Dari perhitungan di atas menunjukan tingkat solvabilitas 121,73% (1,2173:1), berarti setiap total hutang sebesar Rp 1,00 dijamin oleh total aktiva sebesar 1,2173. Dengan berpedoman pada rasio solvabilitas 1 : 1 atau berpedoman pada rasio solvabilitas 100%, maka KBSI dapat dikatakan solvabel, karena suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki rasio solvabilitas minimal 100%.

b. Ratio rentabilitas Usaha.

Pengertian Rentabilitas menurut Bambang Riyanto (1995;35) adalah sebagai berikut :

“Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasikan laba tersebut, dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”

Ada dua cara penilaian rentabilitas usaha yaitu : 1. Rentabilitas ekonomis

2. Rentabilitas modal sendiri

Karena merupakan koperasi maka, laba disini merupakan sisa hasil usaha (SHU). 1. Rentabilitas ekonomi

Rentabilitas ekonomi yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.

Adapun rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Rentabilitas Ekonomi = x 100%

asing Modal sendiri

Modal

SHU


(26)

Perhitungan Rentabilitas ekonomi untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut : 4,855% 100% x 178,35 8.514.446. 320,57 1.850.073. 0,60 503.242.43 Ekonomi as Rentabilit   

Dari perhitungan di atas berarti bahwa kemampuan modal untuk menghasilkan laba sebesar 4,855%.

2. Rentabilitas modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri yaitu perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

100% x Sendiri Modal SHU Sendiri Modal as Rentabilit 

Perhitungan rentabilitas modal sendiri untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut :

% 27 % 100 57 , 320 . 073 . 850 . 1 60 , 430 . 242 . 503 sendiri modal as

Rentabilit  x

Berdasarkan perhitungan di atas berarti bahwa kemampuan modal sendiri terhadap pencapaian SHU sebesar 27%.

1. Ratio Aktivitas

Yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan

“revenue” (pendapatan). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Ratio Aktivitas = x 1kali Aktiva

Jumlah

Netto Penjualan


(27)

Ratio Aktivitas = x 1kali 1,39kali .498,92

10.364.519

.692,86

14.411.784

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun pada tahun berputar 1,39 X (kali) atau setiap aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan “revenue” (pendapatan) sebesar Rp 1,39 Sehingga dapat diketahui rasio aktiva pada tahun dapat dikatakan cukup baik.

3.1.6. Organisasi yang Berkaitan dengan KBSI.

Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI) dalam melakukan kegiatanya tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi ada organisasi lain lain yang terkait di dalam mendukung kemajuan usaha koperasi, pengurus sebagai pengelola selain melakukan kerja sama intern, juga aktif melakukan kerja sama dengan organisasi/instansi lain. KBSI bekerja sama dengan Departemen Koperasi Kota Madya Bandung dalam upaya meningkatkan pengetahuan perkoperasian untuk pengurus, karyawan maupun anggota koperasi dengan jalan mengadakan pendidikan khusus mengenai manajemen koperasi, selain itu Departemen Koperasi mengadakan pengawasan dan pembinaan terhadap jalannya kegiatan koperasi dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi kerja.

Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI) juga melaksanakan kerja sama dengan Lembaga Keuangan seperti Bank Bukopin, Bank MEGA, Bank Muamalat, baik sebagai nasabah maupun sebagai mitra pelaksana kredit/pinjaman.

Koperasi bekerja sama dengan PT. INTI dalam upaya meningkatkan kegiatyan usahanya dimana PT. INTI memberikan usaha kepada koperasi dibidang penyediaan kebutuhan barang-barang pendukung produksi, penyediaan kebutuhan tranportasi, dan lain sebagainya. Disamping memberikan peluang usaha PT. INTI juga melakukan pembinaan-pembinaan guna memajukan koperasi.


(28)

Dengan demikian tercermin adanya kerja sama yang baik antara KBSI dengan PT. INTI, dimana PT. INTI memberikan keleluasaan kepada koperasi untuk mengembangkan usahanya selama tidak merugikan anggota.


(1)

Menilai keadaan keuangan adalah salah satu cara untuk melihat sampai sejauh mana koperasi mampu berdiri sendiri.Berbeda dengan analisis permodalan, analisis keuangan menbandingkan perbandingan antara modal sendiri yang dimiliki dengan hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang.Dalam penelitian keadaan keuangan KBSI dianalisis dengan mengunakan analisis keuangan yang terdiri dari analsis rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas usaha serta aktivitas perusahaan.

a. Rasio Likuiditas.

Pengertian likuiditas menurut Bambang Riyanto (1995;25) adalah sebagai berikut “likuiditas suatu perusahaan menunjukan kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi dalam jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut adalah semua hutang lancar dan segala kebutuhan keuangan untuk menjalankan segala kegiatan.”

Likuiditas suatu perusahaan dapat diketahui dari aktiva lancar (current assets) dengan hutang lancar (current liabilities) sebagai berikut :

Likuiditas = 100%

Lancar Hutang

Lancar Aktiva

Perhitungan likuiditas KBSI tahun 2000 dapat dilihat dibawah ini : Jumlah aktiva lancar Rp

9.172.855.330,07,-Jumlah hutang lancar Rp

8.514.446.178,35,-= 100%

178,35 8.514.446.

330,07 9.172.855.

= 107,73

Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa kemampuan keuangan koperasi dalam memenuhi hutang jangka pendek dengan harta lancar adalah 1 : 1.07, artinya setiap Rp. 1.00 hutang jangka pendek dijamin Rp. 1.07 aktiva lancar, sehingga dapat dikatakan illikuid. Karena pedoman yang digunakan oleh KBSI adalah dengan current


(2)

ratio 2:1, maka kemampuan KBSI dalam memenuhi hutang jangka pendek adalah illikuid. Kemampuan KBSI dapat dikatakan likuid apabila Rp 1.00 dapat dijamin oleh Rp 2.00 aktiva lancar. Pedoman tersebut juga sesuai dengan yang diungkapkan Bambang Rianto (1995:27) yang menerangkan bahwa apabila pedoman current ratio 2:1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada pedoman tersebut.

b. Ratio Solvabilitas.

Pengertian solvabilitas menurut Bambang Riyanto (1995;32) adalah sebagai berikut :

“Solvabilitas suatu perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansiilnya/hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang, apabila sekiranya perusahaan tersebut pada saat itu dilikuidasikan.”

Solvabilitas dapat diketahui dari jumlah aktiva (total assets) dengan jumlah hutang (total liabilities), menurut Bambang Riyanto (1995;34) :

100% x Hutang Total

Aktiva Total

as Solvabilit 

Masih menurut Bambang Rianto, koperasi akan solvabel apabila mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Solvabel minimal 100%, hal ini menunjukan kemampuan koperasi untuk dapat memenuhi kewajiban-kewajibannya yang lain tanpa ada cadangan untuk kegiatan koperasi tersebut.

Perhitungan rasio solvabilitas KBSI untuk tahun 2000 dapat dilihat sebagai berikut :

Jumlah aktiva : Rp 10.364.519.498,92 Jumlah hutang : Rp


(3)

8.514.514.446.178.35,-Solvabilitas (2000) = x 100% 178,35

8.514.446.

.498,92 10.364.519

= 121,73 %

Dari perhitungan di atas menunjukan tingkat solvabilitas 121,73% (1,2173:1), berarti setiap total hutang sebesar Rp 1,00 dijamin oleh total aktiva sebesar 1,2173. Dengan berpedoman pada rasio solvabilitas 1 : 1 atau berpedoman pada rasio solvabilitas 100%, maka KBSI dapat dikatakan solvabel, karena suatu perusahaan dikatakan solvabel apabila memiliki rasio solvabilitas minimal 100%.

b. Ratio rentabilitas Usaha.

Pengertian Rentabilitas menurut Bambang Riyanto (1995;35) adalah sebagai berikut :

“Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasikan laba tersebut, dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.”

Ada dua cara penilaian rentabilitas usaha yaitu : 1. Rentabilitas ekonomis

2. Rentabilitas modal sendiri

Karena merupakan koperasi maka, laba disini merupakan sisa hasil usaha (SHU). 1. Rentabilitas ekonomi

Rentabilitas ekonomi yaitu perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase.

Adapun rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

Rentabilitas Ekonomi = x 100%

asing Modal sendiri

Modal

SHU 


(4)

Perhitungan Rentabilitas ekonomi untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut : 4,855% 100% x 178,35 8.514.446. 320,57 1.850.073. 0,60 503.242.43 Ekonomi as Rentabilit   

Dari perhitungan di atas berarti bahwa kemampuan modal untuk menghasilkan laba sebesar 4,855%.

2. Rentabilitas modal sendiri

Rentabilitas modal sendiri yaitu perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut dilain pihak.

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : 100% x Sendiri Modal SHU Sendiri Modal as Rentabilit 

Perhitungan rentabilitas modal sendiri untuk tahun 2000 adalah sebagai berikut :

% 27 % 100 57 , 320 . 073 . 850 . 1 60 , 430 . 242 . 503 sendiri modal as

Rentabilit  x

Berdasarkan perhitungan di atas berarti bahwa kemampuan modal sendiri terhadap pencapaian SHU sebesar 27%.

1. Ratio Aktivitas

Yaitu kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan “revenue” (pendapatan). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

Ratio Aktivitas = x 1kali Aktiva

Jumlah

Netto Penjualan


(5)

Ratio Aktivitas = x 1kali 1,39kali .498,92

10.364.519

.692,86

14.411.784

Dari perhitungan di atas diketahui bahwa dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva rata-rata dalam satu tahun pada tahun berputar 1,39 X (kali) atau setiap aktiva selama satu tahun dapat menghasilkan “revenue” (pendapatan) sebesar Rp 1,39 Sehingga dapat diketahui rasio aktiva pada tahun dapat dikatakan cukup baik.

3.1.6. Organisasi yang Berkaitan dengan KBSI.

Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI) dalam melakukan kegiatanya tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi ada organisasi lain lain yang terkait di dalam mendukung kemajuan usaha koperasi, pengurus sebagai pengelola selain melakukan kerja sama intern, juga aktif melakukan kerja sama dengan organisasi/instansi lain. KBSI bekerja sama dengan Departemen Koperasi Kota Madya Bandung dalam upaya meningkatkan pengetahuan perkoperasian untuk pengurus, karyawan maupun anggota koperasi dengan jalan mengadakan pendidikan khusus mengenai manajemen koperasi, selain itu Departemen Koperasi mengadakan pengawasan dan pembinaan terhadap jalannya kegiatan koperasi dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan prestasi kerja.

Koperasi Bina Sejahtera INTI (KBSI) juga melaksanakan kerja sama dengan Lembaga Keuangan seperti Bank Bukopin, Bank MEGA, Bank Muamalat, baik sebagai nasabah maupun sebagai mitra pelaksana kredit/pinjaman.

Koperasi bekerja sama dengan PT. INTI dalam upaya meningkatkan kegiatyan usahanya dimana PT. INTI memberikan usaha kepada koperasi dibidang penyediaan kebutuhan barang-barang pendukung produksi, penyediaan kebutuhan tranportasi, dan lain sebagainya. Disamping memberikan peluang usaha PT. INTI juga melakukan pembinaan-pembinaan guna memajukan koperasi.


(6)

Dengan demikian tercermin adanya kerja sama yang baik antara KBSI dengan PT. INTI, dimana PT. INTI memberikan keleluasaan kepada koperasi untuk mengembangkan usahanya selama tidak merugikan anggota.