3.1.3. Keanggotaan Koperasi Bina Sejahtera INTI KBSI
Keanggotaan KBSI bersifat terbuka, suka rela, bebas dan memikul tanggung jawab bersama sebagaimana yang diatuangkan dalam UU Perkoperasian No 25 tahun
1992. jumlah anggota KBSI tahun 2001 mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan oleh habisnya masa kerja pegawai kontrak, baik
pegawai PT. INTI maupun pegawai KBSI sendiri, dan program pensiun dini yang ditawarkan oleh pihak PT. INTI. Perkembangan anggota yang mengalami penurunan
tersebut dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tebel 13. Perkembangan Anggota Tahun
Jumlah Anggota
1998 1999
2000 2001
2185 orang 1721 orang
1347 orang 1088 orang
Sumber : RAT KBSI
Untuk menjadi anggota KBSI harus memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan didalam rapat anggota yaitu:
1. Melunasi simpanan pokok sebesar Rp.10.000,- dan simpanan wajib yang besarnya ditentukan oleh strata golongan kepegawaian.
2. Sanggup mentaati ADART dan peraturan-peraturan koperasi serta keputusan rapat anggota.
3. Merupakan karyawan dilingkungan PT. INTI.
3.1.4. Kegiatan Usaha Koperasi Bina Sejahtera INTI KBSI
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh KBSI merupakan kegiatan yang sangat penting dalam memberikan pelayanan baik kepada anggota untuk memenuhi
kebutuhanya maupun kepada masyarakat pada umumnya. Adapun unit usaha yang dikelola oleh KBSI adalah sebagai berikut :
A. Bidang Pelayanan Anggota
Unit Usaha Simpan Pinjam
Jumlah anggota KBSI per 31 Desember 2003 adalah 1.088 orang, mengalami penurunan sebanyak 259 orang atau 19 dibanding dengan jumlah anggota tahun 2002
yang berjumlah 1347 orang. Nilai penjualan Unit Usaha Simpan Pinjam dalam tahun buku 2003 mencapai 424,64 juta atau 94 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 450,60
juta. Jumlah Simpanan anggota per 31 Desember 2003 adalah sebagai berikut :
Simpanan Pokok ……………………... .Rp. 109.177.075,00 Simpanan Wajib ………………………. Rp. 1.286.960.301,00
Simpanan Sukarela …………………... Rp. 103.632.021,00 Jumlah Rp. 1.499.769.397,00
Untuk memenuhi kebutuhan dana yang diperlukan dalam penyaluran pinjaman jangka panjang maksimum 3 tahun, dalam tahun 2003 KBSI berhasil menjalin kerja
sama dengan pihak Bank Muamalat Indonesia BMI dan bank Mega. Total penyaluran pinjaman jangka panjang per 31 Desember 2003 adalah Rp. 6 Milyar dengan rincian
Rp. 4 Milyar dan dari Bank Mega sebesar Rp.2 Milyar.
Unit Usaha Toserba
Melanjutkan program kerja tedahulu dan sesuai dengan permintaan anggota yang berlokasi di PT. Inti Palasari, telah didirikan bangunan Toserba di PT. Inti Palasari. Akan
+
tetapi dengan adanya kebijakan PPDS di PT. Inti yang tidak terantisipasi sebelumnya, mengakibatkan pendapatan dari unit usaha toserba lokasi PT. Inti Palasari berkurang
sehingga akhirnya ditutup karena tidak memenuhi skala ekonomi. Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan dan mengintensifkan peran serta
anggota dalam memanfaatkan jasa pelayanan toserba, pengurus berusaha melakukan pembenahan dalam segala aspek termasuk kualitas layanan, penambahan Variasi
persediaan, dan kerja sama dengan pihak lain untuk memasarkan produknya melalui fasilitas kredit. Namun demikian seiring dengan menurunnya jumlah anggota KBSI,
maka nilai penjualan unit anggaran tahun 2003 hanya mencapai Rp. 567.82 juta atau sebesar 26 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp.2,18 Milyar.
Berdasarkan catatan akuntansi pada tahun ini Toserba juga masih mengalami kerugian sebesar 12,01 Juta adapun penyebab minimnya pencapaian penjualan dan
terjadinya kerugian adalah antara lain :
Terbatasnya modal kerja untuk mendukung penjualan kredit.
Adanya PPDS di PT. Inti yang pada saat pembuatan anggaran tahun 2000 belum dikomunikasikan. PPDS ini selain menyebabkan berkurangnya jumlah anggota
juga menyebabkan terkurasnya cadangan likuiditas KBSI secara signifikan.
Tingginya beban biaya oprasional rutin, terutama yang berasal dari biaya gaji pegawai sedangkan marzin keuntungan kotor hanya berkisar antara 5 sampai
dengan 10. Sampai dengan akhir tahun 2003 yang karyawan ditempatkan Toserba sebanyak 5 orang. Pengurus akan merampingkan jumlah personal pada
jumlah yang optimal. 52
Adanya beberapa pos pendapatan lain-lain yang belakangan diketahui seharusnya sebagai pendapatan toserba tetapi oleh unit akuntansi dimasukkan pada pos
pendapatan Corporate.
Unit Usaha Bengkel Dan Biro Jasa
Dalam upaya meningkatkan kualitas jasa pelayanan perbaikan kendaraan bermotor dan untuk mengatasi minimnya modal kerja, sejak triwulan tiga 2003 unit usaha
bengkel melakukan pola bagi hasil dengan pihak mitra kerja. Unit bengkel mengalami kerugian karena terlalu besarnya beban biaya
administrasi dari gaji karyawan dan terlambatnya pengakuan perdapatan bersdasarkan pembanyaran piutang dari PT Inti. Apabila digabung dengan Biro Jasa selama tahun 2003
diperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 239.05 juta atau 63 dari anggrannya sebesar Rp. 380.100.000,- dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar 16,64 juta.
Unit Usaha Apotik
Hasil penjualan unit usaha apotik dalkam tahun 2001 sebesar Rp. 970.59 juta atau 207 dibanding anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 468 juta, dengan perolehan laba
sebelum pajak sebesar Rp. 65,72 juta. Pencapaian yang cukup menggembirakan tersebut diperoleh melalui perbaikan dalam mekanisme kerja internal dan sistem persediaan.
Selain itu apotik KBSI berusaha untuk memperbesar porsi penjualan dari pihak luar dalam selain YWBI. Pada tahun 2003 perbandingan nilai penjualan dari YWBI dengan non YWBI
adalah sebesar 60 : 40, dan untuk 2002 ditargetkan mencapai porsi 55 : 45.
B. BIDANG USAHA UMUM
Bidang usaha umum merupakan penggabungan dari bidang usaha inti dan bidang usaha pasar bebas. Bidang usaha ini mampu menyumbangkan nilai penjualan sebesar
6,41 Milyar atau 86 dibanding anggaran tahun 2002 sebesar Rp, 7.46 Milyar, dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp. 194.79 Juta. Minimnya laba yang diperolah
adalah disebabkan adanya beban kerugian dari kayyu maranti sebesar Rp. 178 Juta yang baru dibukukan pada tahun 2002. Pihak mitra usaha yaitu PT. GTU melaporkan bahwa
proyek kayu maranti mengalami kerugian, tetapi berdasarkan audit badan pengawas dengan alat bukti dari pihak PT GTU sebenarnya proyek tersebut menghasilkan
keuntungan yang cukup besar. Ada indikasi pihak GTU melakukan penipuan sehingga saat ini pengurus akan
melakukan upaya penuntutan lewat jalur hukum.Usaha yang merugikan lainnya adalah order produksi pesawat telepon dan SBU terminal yang menghasilkan kerugian sebesar
Rp. 170.45 Juta .
Unit Usaha Perdagangan dan Proyek Tower
Unit usaha perdagangan meliputi perdagangan dengan PT. Inti masyarakat umum, kerja sama agrobisnis, penjualan komponen kayu jati dan proyek Tower.
Penjualan unit perdagangan mencapai Rp. 4,158 milyar atau 95 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 4,387 milyar. Nilai penjualan terbesar diperoleh dari proyek tower yaitu
senilai Rp. 3,576.48 atau 86. Penjualan diluar proyek tower sangat kecil antara lain selain disebabkan oleh
makin berkurangnya preferensi dari PT. INTI yang kebijakan pengadaannya cenderung melalui proses tender juga intensitas PT. INTI yang memang berkurang.
Unit Usaha Produksi
Unit produksi menempati tempat di JL. Kliningan no. 2 Bandung dengan uang sewa RP. 26 juta tahun. Kegiatannya adalah memperoduksi pesawat telepon PTE.991 E
sebanyak 10.200 unit sebagai carry over atas pesanan dari SBU terminal menunjuk kontrak PTE.991 E akhir tahun 2002. Usaha produksi pada tahun 2003 dihadapkan pada
kondisi yang sangat sulit, dikarenakan harga komponen elektronik PTE 991 E diluar material plastik dan SBU rekmekaplas mengalami lonjakan yang cukup besar sebagi
akibat dari apresiasi nilai dollar dan proses pengadannyapun sangat sulit. Nilai HPP mencapai Rp. 553,59 juta atau 107 dari nilai penjualan Rp. 514,61 juta, pencapaian
penjualan sebesar Rp. 514,6 juta adalah 66 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 779,35.
Biaya usaha unit produksi mencapai nilai Rp. 191,67 juta. Kontribusi terbesar adalah biaya pegawai karena adanya penambahan pegawai dari unit lain, kerja lembur
untuk mengejar target penyerahan barang ke SBU terminal disamping beban sewa gedung. Pada akhir tahun 2003, pabrik dilokasi Kliningan telah dipindahkan kelokasi Eks
Toserba dipalasari dengan tujuan utama Efisiensi dan peningkatan produktivitas. Kondisi lain yang memperburuk usaha produksi pesawat telefon untuk PT. INTI
adalah adanya pemotongan piutang KBSI di SBU terminal oleh cicilan hutang yang ditinggalkan pengurus sebelumnya. Pada tahun 2003 telah terjadi pengurangan hutang
KBSI ke SBU terminal sebesar Rp.100 juta. Dengan demikian jangankan keuntungan yang diperoleh, modalnyapun ikut terambil. Oleh karena itu untuk sementara unit usaha
produksi pesawat telefon di hentikan.
Unit Usaha Jasa Photo Copy
Kegiatan Unit usaha photo copy tahun 2003 memperoleh hasil penjualan sebesar Rp. 586,59 juta atau 113 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 517,50 juta, dengan
perolehan laba sebesar Rp. 137,62 juta. Hal tersebut tercapai karena tingginya aktifitas bisnis PT. INTI dan pembukaan tempat usaha baru di lokasi Wartel Inti.
Unit Usaha Jasa Angkutan
Unit usaha angkutan membukukan perolehan hasil penjualan sebesar Rp. 906,67 juta atau 83 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 1,097 milyar. Permasalahan yang
dihadapi unit usaha angkutan sampai dengan akhir 2003 adalah armada toyota kijang milik KBSI yang disewakan telah berusia 4-5 tahun yang mengakibatkan tingginya biaya
pemeliharaan. Pengurus berencana untuk meremajakan atau mengganti dengan mobil sewaan dari para anggota KBSI sebaiknya dijual.
Unit usaha Wartel dan Warnet
Unit usaha wartel di lokasi PT. INTI dan Jl. BKR 20 A mencapai nilai penjualan Rp. 235,095 juta yang berasal dari usaha telepon, facsimillie, telegram dan penjualan
voucher atau 111 dari anggaran tahun 2003 sebesar Rp. 212 juta dengan perolehan laba sebelum pajak sebesar Rp. 8.42 juta. Penjualan wartel dirasakan semakin sulit karena
banyaknya usaha sejenis dalam tempat yang berdekatan. Pengelolaan warnet oleh mitra kerja di Jl. Gegerkalong 12 bandung tidak dapat
diteruskan karena rata-rata pendapatan harian semakin kecil dan berakibat kewajiban kepada KBSI sebesar Rp. 2,186,2250,- tiap bulan mulai bulan juni 2000 tidak lagi dapat
dipenuhi. Adapu nilai pendapatan warnet hanya sebesar Rp.13.117.500,-. Perkembangan unit usaha yang ada di KBSI secara umum dapat digambarkan melalui
tabel dibawah ini :
Tabel 14. Pencapaian Pendapatan Unit Usaha Tahun 2004-2006 Tahun
Anggaran Realisasi Anggaran
Realisasi
2004 9.297.927.500,00
5.504.982.567,55 59,21
2005 10.782.250,00
9.265.506,55 85,93
2006 5.879.098,84
4.081.365,09 69,42
Sumber : Laporan Keuangan KBSI
Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan unit usaha dilihat dari omzet penjualan dari tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Seperti telah
dijelaskan dalam perkembangan anggota, salah satu faktor penurunan omzet penjualan adalah karena banyaknya karyawan PT. INTI yang mengajukan pensiun dini dan juga
habisnya masa bekerja bagi karyawan kontrak, yang menyebabkan penurunan tingkat partisipasi anggota sebagai pelanggan. Penurunan yang sangat besar adalah pada tahun
2000 dimana pada tahun 1999 hasil penjualan mencapai angka 5 miliar lebih, sedangkan tahun 2000 menurun drastis menjadi 9 juta, begitupun tahun 2001 yangkembali
mengalami penurunan menjadi 4 juta lebih.
3.1.5. Keadaan Permodalan dan Keuangan KBSI. A. Keadaan Permodalan