BAB III Sejarah Masuknya Becak Siantar
3.1 Latar Belakang Munculnya Becak di Kota Pematangsiantar
Kehadiran becak di Kotamadya Pematangsiantar tidak terlepas dari kondisi
alam,kondisi minimnya transportasi, peningkatan penduduk dan perluasan wilayah kota Siantar. Semua ini merupakan beberapa faktor yang mendukung lahirnya becak.
Namun dari semua faktor itu yang tak kalah penting adalah ide dari beberapa masyarakat Siantar yang ingin mengatasi keterbatasan sektor transportasi dengan
meciptakan sesuatu yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Dalam buku Pengantar Ilmu Antropologi Koentjaraningrat mengatakan:
Dalam setiap masyarakat tentu ada individu-individu yang sadar akan kekurangan dari budaya mereka. Diantara individu-individu itu banyak
yang menerima kekurangan itu sebagai hal yang harus mereka terima ..., namun ada juga individu-individu yang aktif, yang berusaha untuk mengisi
atau memperbaiki kekurangan yang mereka sadari itu.
13
Seperti apa yang digambarkan Koentjaraningrat tersebut kemunculan becak di Kota Pematangsiantar bisa dibilang merupakan ide beberapa masyarakat siantar yang aktif
untuk mengatasi masalah kekurangan sarana transportasi. Memanfaatkan motor- motor BSA bekas peninggalan bangsa Eropa dengan segala keterbatasan yang ada
para pioner ini mencoba menciptakan sebuah becak motor yang nantinya di akui, diterima dan digunakan oleh masyarakat Siantar. Kemunculan becak ini pada
akhirnya akan membawa warna dan perubahan dalam masyrakat Siantar. Selain itu
13
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru, 1980, hal. 273.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
masalah minimnya lapangan pekerjaan pada awal-awal perkembangan kota Siantar menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah becak di kota ini. Tergolong
pekerjaan informal menjadi tukang becak menjadi pilihan sebagian masyarakat Pematangsiantar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3.1.1. Kondisi Transportasi kota Pematangsiantar pada 1957 sampai 1960
Sebagai kota yang baru menjadi kotamadya pada tahun 1957 Kota Pematangsiantar memang masih jauh dari gambaran kota moderen. Sebagai kota yang
baru berbenah dari dari perubahan status kota dari Gemente menjadi Kotamadya Pematangsiantar lebih memfokuskan diri pada pembenahan birokrasi pemerintahan.
Masalah-masalah pelayanan publik pada tahun-tahun masih jauh dari apa yang diharapkan begitu juga dalam hal transportasi. Pada masa ini terdapat beberapa alat
transportasi yang ada di kota ini antara lain Bus Gok gabungan oplet kota Siantar bus dan Sado. Dimana bus Gok dan Siantar Bus menjadi alat transportasi yang
menghubungkan daerah Siantar dengan daerah-daerah pinggiran maupun kedaerah- daerah kabupaten Simalungun. Sedangkan Sado lebih melayani mobilitas penduduk
di dalam kota Pematangsiantar. Namun dari segi jumlah dan rute yang dilalui dari alat-alat transportasi tersebut masih terbilang minim. Sedangkan untuk kendaraan
pribadi kebanyakan masyarakat kota Pematangsiantar menggunakan sepeda. Selain dari moda transportasi yang minim sarana jalan yang ada masih
sedikit yang beraspal hitam dan kebanyakan masih berbatu dan bertanah. Jalan-jalan yang beraspal hanya berada di daerah kawasan pusat kota saja. Dengan kondisi
topografi daerah yang berbukit rendah dan dengan ketinggian 400 mdpl menjadikan
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
jalan-jalan yang ada berbukit dan naik turun serta berbatu. Hal ini menjadikan transportasi Kota Pematangsiantar hanya bertumpu pada Sado. Sebagai transportasi
tradisional Sado yang hanya mengandalkan kuda sebagai penggeraknya dan merupakan alat transportasi yang khusus melayani dalam kota terkadang tidak
mampu menjangkau jalan-jalan yang menanjak dan daerah-daerah pinggiran kota. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi arus mobilitas penduduk Siantar pada saat
itu. Namun pada tahun 1960 di kota Pematangsiantar mulai beroperasi alat
transportasi baru yaitu becak mesin. Becak-becak ini beroperasi didalam wilayah kota Pematangsiantar. Kehadiran becak-becak ini merupakan gagasan dari seorang mantan
pejuang yaitu Pahala Siahan. Becak-becak ini menggunakan motor BSA buatan Inggris yang berkapasitas mesin besar yaitu 350-500 cc. Dengan kapasitas mesin
yang besar ternyata alat transportasi ini mampu mengatasi jalan-jalan di Siantar yang bertopografi naik-turun serta belum beraspal dan berbatu. Mampu melalui jalan-jalan
yang belum beraspal dan naik turun dan dengan kecepatan 40–80 kmjam sehingga dapat mempercepat waktu tempu, becak-becak ini selanjutnya menjadi primadona
moda transportasi masyarakat Siantar. Dimana pada tahun 1960 selain Bus Gok, Siantar Bus dan Sado, becak pun mulai mewarnai jalan-jalan di Kota
Pematangsiantar.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
3.1.2. Brimingham Small Arms
Brimingham Small Arms BSA Company adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan perang di Inggris tepatnya di kota Brimingham.
Perusahaan ini berdiri tahun 1863.
14
Namun seiring pengembangan usaha pabrik manufaktur ini mulai memproduksi sepeda motor. Pada tahun 1903 BSA mulai memproduksi sepeda
motor. pada masa perang dunia I dan II BSA sebagai perusahaan manufaktur peralatan perang banyak mengikat kontrak untuk mensuplai peralatan perang untuk
negara-negara sekutu seperti Tentara Inggris, Belanda, Denmark, Perancis dan Australia. Untuk sepeda motor yang banyak digunakan angkatan perang adalah model
M20 500 cc produksi Tahun 1939-1941. Motor-motor ini digunakan militer sebagai kendaraan operasional. Motor Jenis inilah yang pada akhirnya dijadikan pilihan
Pada awal berdirinya pabrik ini hanya memproduksi senjata seperti senapan dan pistol. Namun seiring waktu pabrik ini
tidak hanya memproduksi senjata tetapi juga alat-alat transportasi yang dapat menunjang operasional prajurit di medan perang seperti sepeda dan sepeda motor.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri alat perang BSA menjadi perusahaan yang mensuplai alat-alat perang terutama untuk angkatan perang Inggris Raya. Pada
tahun 1881 BSA mulai masuk ke bidang alat transportasi. Pada awalnya pabrik BSA hanya memproduksi sepeda. Sepeda ini banyak digunakan tentara inggris sebagai
kendaraan operasional terutama model sepeda lipat. Bukan hanya untuk transportasi militer sepeda juga diproduksi kalangan sipil.
14
www. motorclasik.co.id, Sejarah Motor BSA , diakses pada tanggal 13 Oktober 2012
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
Pahala dan kawan-kawan sebagai motor penarik becak dikarenakan kapasitas mesinya yang besar. Hal ini dikarenakan dengan tenaga yang cukup besar motor ini
mampu melalui jalan-jalan Siantar yang kebanyakan memiliki topografi naik-turun. Kapan masuknya motor-motor BSA ke Indonesia tidak dapat diketahui
dengan pasti. Namun dengan melihat tipe yang digunakan para tukang becak yaitu tipe M20, yang merupakan kendaraan operasional militer. Juga berdasarkan informasi
yang didapat penulis dilapangan memberitahukan motor-motor ini merupakan peninggalan tentara Belanda yang ketika melakukan Agresi militer I II. Selain itu
photo dokumentasi dari website KILTV menunjukan adanya pasukan Belanda yang berboncengan menggunakan sepeda motor ketika melakukan aksi polisinil I agresi
militer Belanda I di kota Porsea dengan keterangan waktu bulan 7 tahun 1947. Dengan mengacu informasi dan adanya dokumentasi tersebut tentunya bisa kita
jadikan gambaran kapan masuknya motor BSA khususnya tipe M20 ke Indonesia bersamaan Belanda melakukan Agresi Militer I dan II tahun 1947-1949.
Pada awalnya tidak hanya BSA saja yang digunakan tetapi motor-motor produksi Eropa yang berkapasitas besar lainnya juga digunakan seperti Ariel, Triump,
AJS, Northon, BMW dan Harley Davidson juga digunakan. Motor-motor ini masuk ketika perkebunan-perkebunan partikelir berkembang di wilayah Hindia Belanda
khususnya daerah Sumatera timur yang menjadi daerah ekspansi onderneming. Motor-motor ini merupakan milik para pengusaha ataupun para staf perkebunan. Dan
ketika terjadi revolusi kemerdekaan motor-motor ini berali ke tangan masyrakat pribumi.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
Tidak hanya motor BSA tipe M20 saja yang digunakan sebagai motor penggerak dari becak di Siantar. Namun juga jenis lainnya sperti ZB Gold Star
buatan tahun 1948 dengan kapasitas mesin 350 cc. Juga ada model WM produksi tahun 1948 berternaga 500 cc. Banyaknya masuk motor BSA ke Pematangsiantar
tidak terlepas dari banyaknya masyrakat yang berburu motor ini ke dearah-daerah Sumatera dan Jawa. Usaha pencarian ini dimulai dari tahun 1970 sampai awal-awal
dekade 1990-an. Menurut kartiman alasan pemilihan motor BSA sebagai penarik becak dikarenakan BSA lebih hemat dibandingkan jenis-jenis motor Eropa lainnya.
Selain itu kemudahan dalam hal meniru bagian-bagian mesin dan jumlah yang lebih banyak menjadi faktor alasan masyarakat memilih motor BSA.
3.1.3. BSA “Becak Siantar Asli”
Kemunculan becak di Kota Pematangsiantar dimulai pada tahun 1956. Dimana seorang mantan pejuang kemerdekaan yang bernama Pahala Siahaan
mencoba membuat alat transportasi alternatif dengan meniru becak mesin di kota Medan. Keinginan Pahala ini berawal dari keprihatinan beliau melihat satu keluarga
tukang sado yang mana anak dan istri tukang sado tersebut lebih sibuk mengurusi kuda daripada mengurusi keluarga ataupun bersekolah. Dengan pengalaman melihat
becak mesin Medan pahala
15
15
Pahala mulai narik becak dari tahu 1956 – 1970, kemudian beliau berali profesi sebagai supir taxi rute medan-siantar dan meninggal di tahun 1986.
mulai membangun becak dengan sepeda motor bromfit merek KK yang berkapasitas mesin 50 cc dengan kabin penumpang yang meniru
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
persis becak di Kota Medan. Setelah jadi becak ini pun diberi nama Gabema yang dalam bahasa batak berarti jadilah.
16
Kemudian becak ini pun mulai di bawa pahala keliling kota untuk mencari sewa. Kebanyakan yang pertama menjadi penumpang adalah masyarakat Tionghoa
karena tertarik dengan alat transportasi baru ini. Para penumpang pada awalnya hanya ingin keliling kota untuk mencoba becak ini.
17
Karena sering berkeliling kota dan menjadi pusat perhatian banyak masyarakat Siantar lainnya mengikuti Pahala
membuat becak terutama dari kalangan veteran. Becak-becak ini pun kian hari kian betambah dengan menggunakan sepeda motor yang bercc rendah yang sering disebut
bromfit sepeda kumbang, seperti Gobel, DKW dan KK yang berkapasitas mesin 50 cc.
18
Pada perkembangan selanjutnya becak mesin ini tidak hanya mengangkut penumpang untuk berkeliling-keliling kota saja. Namun juga sudah berubah menjadi
alat transportasi umum yang melayani masyarakat Siantar. Dikarenakan topografi Melihat kian maraknya becak-becak mesin di kota Siantar melahirkan
kekawatiran bagi tukang-tukang sado. Mereka tidak terima dengan adanya saingan. Pahala sebagai pelopor becak ini pun sempat mengalami tekanan dari para tukang
sado. Menurut Ibu Mince, Pahala sempat dipanggil walikota pada saat itu untuk menjelaskan alasan dia membuat becak dihadapan tukang sado. Dengan adanya
mediasi dari walikota pada saat itu dan penjelasan Pahala yang hanya ingin membantu tukang sado gesekan ini pun akhirnya mereda.
16
Wawancara dengan Melince Boru Tambunan merupakan istri Alm Pahala Siahaan, pada 29 Oktober 2012 ,di Pematangsiantar.
17
Wawancara dengan Melince Boru Tambuan.
18
Wawancara dengan Rohim, Pemilik Bengkel Bubut Khusus Becak, pada 29 Oktober 2012, di Pematangsiantar.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
kota Pematangsiantar yang berbukit-bukit rendah sehingga terdapat banyak jalan yang naik turun. Terkadang hal ini membuat becak tidak mampu melaluinya. Para
penumpang terpaksa turun dan membantu mendorong becak untuk melalui tanjakan- tanjakan yang ada. Hal ini memicu Pahala dan tukang becak lain yang kebanyakan
para veteran perang untuk berpikir mengganti motor penggerak yang lebih besar kapasitas mesinnya. Dicobalah motor-motor dengan kapasitas mesin 125-250 cc
seperti Dukati dan Panter namun motor-motor ini juga tidak mampu dan usaha ini kandas.
Sekitar tahun 1958 mereka mulai mencari motor-motor yang berkapsitas jauh lebih besar lagi sperti Triump, Ariel, Northon, AJS, maupun BSA yang
berkapasitas mesin 350-500 cc. Motor-motor ini mayoritas didapat dari daerah-daerah perkebunan yang mengelilingi kota Pematangsiantar. Kebanyakan motor-motor ini
merupakan peninggalan administratur-administratur perkebunan yang berbangsa Eropa dan ketika terjadi revolusi kemerdekaan mereka kembali ke negaranya dan
memberikan motor-motor ini kepada warga pribumi yang merupakan bawahannya. Dengan didapatnya motor-motor Eropa ini becak yang sebelumnya menggunakan
motor berkapasitas 50 cc berubah menggunakan motor-motor dengan kapasitas mesin yang jauh lebih besar. Bila di masa waktu menggunakan motor yang berkapasitas
mesin rendah becak tidak mampu melalui jalan yang menanjak namun dengan menggunakan motor-motor besar sebagai penariknya masalah ini dapat teratasi.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
Namun dari tahun 1958 -1959 selama digunakan motor-motor Eropa sperti Triump, Norton, Ariel dan AJS banyak mengalami kendala terutama dari segi
perawatan dan penggunakan bensin yang boros. Selanjutnya motor-motor Eropa ini perlahan demi perlahan di tinggalkan dan para penarik becak hanya menggunkan
motor BSA 500 cc sebagai penariknya. Dimana pada tahun 1960 mayoritas penarik becak kebanyakan menggunakan motor BSA 500 cc. Diperkirakan pada saat itu ada
sekitar 30 unit Becak yang beroperasi di kota Siantar. Seiringnya kehadiran becak di Pematangsiantar terbentuk jugalah organisasi tukang becak yang bernama PBMS
Persatuan Bejtak Motor Siantar pada tanggal 11 Mei 1960. Dengan ketua Samsudin Koto dan Sekretaris Sugimin Prayono. Sesuai dengan isi Anggaran Dasar pasal 3 a
organisasi ini bertujuan melaksanakan amanat penderitaan rakyat dalam mencapai masyarakat yang adil dan makmur, terutama dalam angkutan becak motor.
19
Mulai tahun 1960 becak dengan motor BSA akrab mewarnai jalan-jalan kota Pematangsiantar. Karena kemampuan dan kecepatannya yang lebih baik dari
transportasi lain terutama sado. Becak inipun menjadi primadona angkutan dalam kota. Menurut Rohim pada awalnya becak-becak biasa mangkal di daerah Pajak
Horas dan Deli Studio yang berada di pusat kota sekaligus pusat ekonomi dan hiburan di kota Pematangsiantar. Becak-becak ini mulai beroperasi dari pagi hari
Untuk mencapai tujuan tersebut menurut pandangan organisasi ini harus dilakukanlah usaha
mempelancar pengankutan becak motor dengan biaya-biaya yang serendah- rendahnya agar tercipta pemerataan.
19
ADART PBMS Persatuan Betjak Motor Siantar Arsip Pribadi Kartiman.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
bahkan bisa sampai larut malam apabila ada Midnight Show di Bioskop Deli. Nilai lebih becak pun kian bertambah karena mampu beroperasi hingga larut malam
dibandingkan angkutan kota lain seperti mopen dan sado yang hanya beroperasi sampai sore hari saja. Mengoperasikan becak pada masa awal-awal ini bukan tanpa
ganjalan. Minimnya sukucadang memaksa tukang becak untuk kreatif untuk mengakalinya. Contohnya ban becak yang bocor dan koyak karena tidak adanya ban
khusus becak yang dijual memaksa para tukang becak menjait ban tersebut untuk menutupi kerusakan yang ada. Dan untuk mesin yang rusak biasanya para pemilik
becak melakukan kanibal dengan cara mengambil bagian-bagian sukucadang yang perlu dari motor-motor Eropa yang sejenis.
Sekitar tahun 1965 menurut kartiman sudah ada sekitar 50 unit becak yang beroperasi di Kota Pematangsiantar. Pada tahun-tahun selanjutnya pertumbuhan
becak kian hari kian meningkat. Pada tahun 1960-1965 motor-motor BSA yang dijadikan becak kebanyakan didapat dari daerah Sumatera utara terutama di daerah-
daerah perkubunan. Motor-motor ini merupakan peninggalan para administratur perkebunan partikelir yang kembali ke tanah airnya ketika Revolusi Kemerdekaan
terjadi. Namun pada tahun ini juga ada sekitar 20 unit motor BSA yang didatangkan dari wilayah Singapura. Uniknya motor-motor ini didapat dengan cara dibarter
dengan 2 truk sayur kol oleh pengusaha Tionghoa Siantar yang bernama Tiongseng. Dengan memanfaatkan anaknya yang bernama Asu dan bermukim di Singapura
beliau memasukan motor-motor BSA tipe M20 dengan mesin berselindir 500 cc. Sesampainya di Siantar motor-motor produksi Inggris ini mulai di rakit menjadi
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
becak. Setelah menjadi becak kemudian becak ini dijual kepada masyrakat yang tertarik dengan harga Rp 30.000.
Kian berjalannya waktu jumlah becak di Pematangsiantar kian bertambah. Hal ini dikarenakan menarik becak merupakan lapangan pekerjaan yang baru dan
menjanjikan. Terutama dari kalangan veteran perang dengan keluarnya Peraturan Pemerintah no.6 Tahun 1954 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan
Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat
20
mengarahkan para veteran perang untuk mandiri. Dengan kemampuan mengendarai sepedamotor dan memiliki
sepeda motor bekas peninggalan Belanda, sebagian veteran ini memilih menarik becak sebagai lapangan pekerjaan setelah tidak terikat lagi dengan dinas militer.
Banyaknya para veteran yang menarik becak maka berdirilah organisasi penarik becak yang bernama KARBEVSI Karyawan Becak Mesin Legiun Veteran Siantar
sekitar awal tahun 1970-an. Menurut Informasi dari informan diperkirakan jumlah becak yang beroperasi di Siantar mencapai lebih kurang 100 Tahun 1970. Seiring
bertambahnya jumlah becak yang beroperasi membawa dampak bermunculan bengkel-bengkel becak. Salah satu bengkel becak yang cukup terkenal pada saat itu
adalah Bengkel Gema Karya milik Rohim yang mulai beroperasi dari tahun 1960
21
20
www.djpp.depkumham.go.id, Lembaran Negara Peraturan Pemerintah No.6 Tentang Penampungan Bekas Anggota Angkatan Perang Dan Pemulihan Mereka Kedalam Masyarakat,
diakses 11 November 2012.
21
Wawancara dengan Rohim.
. Pada awalnya rohim membuka bengkel sekitar tahun 1958 namun bengkel ini belum
melayani becak masih bengkel sepeda motor biasa. Namun pada tahun 1960-1965 dengan meningkatnya jumlah becak. Rohim pun memutuskan memfokuskan
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
bengkelnya pada perbaikan becak. Tidak hanya memperbaiki becak. Bengkel ini juga mulai membuat sukucadang becak yang tidak ada lagi diproduksi. Biasanya Rohim
memanfaatkan sukucadang kendaraan lain yang dianggap cocok untuk dimodifikasi dan dibentuk kembali sesuai sukucadang motor BSA yang diperlukan. Teknik ini
dilakukan dengan cara membubut komponen yang ada sehingga sama persis dengan bentuk dan ukuran bagian sukucadang motor BSA yang asli. Hal inilah yang
menyebabkan becak di Siantar dapat tetap beroperasi walupun suku cadangnya susah untuk dicari. Bahkan ketika pada tahun 1973 Pabrik BSA sudah tidak beroperasi lagi
yang secara otomatis membuat tidak beredarnya lagi sukucadang motor BSA. Namun di kota ini motor-motor BSA masih tetap berjalan dan mewarnai setiap
persimpangan-persimpangan jalan yang ada walaupun sudah berubah menjadi becak. Tidak hanya mengalami pertambahan unit di tahun 1970 bentuk bak
penumpang juga mulai berubah
22
22
Wawancara dengan Rohim
. Semula kabin penumpang memiliki model bak sampan bak pikul yang terbuat dari kayu dan beratap lipat. Dengan alasan
moderenisasi bak ini kemudian dirubah dengan menambahkan per pegas antara sispan chasis dan bak penumpang. Selain itu jarak sispan juga diperhitungkan
sekitar 25 cm dari permukaan tanah. Ukuran ini diperkirakan mampu membuat becak tetap stabil. Untuk bak penumpang juga mengalami perombakan secara total. Pada
bak penumpang ini ditambahkan kaca pada bagian depannya dengan model 3 jendela. Selain itu untuk atap dirubah menjadi atap permanen. Untuk bagian body dari bak
juga ditambahkan plat besi agar lebih tahan dari air. Tempat duduk penumpang juga
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
diberikan busa agar penumpang lebih nyaman ketika duduk. Bak ini di beri nama Mersi yang merupakan singakatan mereng sedikit.
23
Mulai tahun 1965-1970 jumlah becak mulai bertambah. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat Siantar yang mencari motor-motor BSA ke
daerah-daerah perkebunan sekitar Siantar-Simalungun, Medan, Langkat. Setelah tidak lagi menjumpai di sekitar wilayah Sumatera Utara. Para pemburu motor BSA
ini memperluas wilayah pencarian keseluruh wilayah Sumatera dari Aceh, Sumatera Tengah Sumatera Barat sampai Lampung.
Hal ini dikarenakan ketika memasang atap yang terbuat dari terpal tukang becak mengalami kesulitan karena
tidak sinkronnya antara rangka atap dengan terpalnya. Model bak Mersi ini digunakan hingga sekarang.
24
23
Wawancara dengan Kartiman, pada 1 November 2012, di Pematangsiantar.
24
Wawancara dengan Kartiman
Pada masa ini juga Sado mulai berkurang jumlah dikarenakan banyaknya tukang sado yang beralih profesi menjadi
penarik becak. Alasan beralihnya tukang sado ini dikarenakan biaya merawat kuda yang cukup besar dibandingkan biaya merawat becak. Juga karena kebanyakan
masyarakat lebih memilih becak sebagai alat transportasi karena lebih efesien dalam hal waktu.
Mulai tahun 1980 sampai 1990-an motor-motor BSA mulai didatangkan dari pulau Jawa. Mulai dari kota-kota di ibu kota Jakarta sampai Surabaya menjadi
wilayah pencarian motor BSA. Dengan masuknya motor-motor BSA dari Jawa semakin menambah lajuh pertumbuhan becak di Kota Pematangsiantar.
UNVERSITAS SUMATERA UTARA
Pada tahun 1996 Becak Siantar tercatat 720 unit. Namun dalam hal ini kita bisa jauh berasumsi, bisa saja jumlah becak yang beroperasi pada masa ini lebih dari
1.000 unit. Hal ini dikarenakan kebanyakan becak-becak yang ada tidak bersurat resmi alias bodong. Asumsi perkiraan jumlah ini juga diperkuat dengan pernyataan-
pernyataan dari para informan penulis yang menceritakan sudah menjadi hal yang biasa pada saat itu dalam 1 Surat Tanda Kendaraan Bermotor yang dikeluarkan
pemerintah menjadi surat untuk tiga sampai lima becak. Peningkatan jumlah becak yang cukup pesat di Kota Pematangsiantar
menjadikan Kota ini cukup terkenal dengan moda transportasinya yang unik. Dengan banyaknya becak yang menggunakan motor-motor BSA yang cukup tua menjadikan
kota ini terkenal sebagai kotanya becak motor BSA. Seiring perjalan waktu kata BSA pun mengalami pergeseran arti. Kebanyakan orang akan lebih mengetahui BSA
merupakan singkatan “Becak Siantar Asli” dari pada Brimingham Small Arms yang merupakan perusahaan manufaktur di Inggris. Hal ini merupakan salah satu gambaran
bagaimana becak sebagai alat transportasi ternyata tanpa disadari telah menjadi icon kota ini.
3.2 Perkembangan Becak Siantar