Tingkat Kecukupan Energi dan Protein, Tingkat Pengetahuan Gizi, Jenis Terapi Kanker, dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
LINA SUGITA. Adequency level of Energy and Protein Intake, Level of Nutrition Knowledge, Type of Cancer Therapy and Nutritional Status of Cancer
Hospitalized Patients at Dharmais Cancer Hospital. Under direction of EVY DAMAYANTHI and RIRIN HARIANI.
The purpose of this research was for study about adequency level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy and nutritional status of cancer hospitalized patients at Dharmais cancer hospital. This research was used cross sectional study design with purposive sampling technique and total sample was 80 cancer patients. Data processing used Nutrisurvey and Microsoft Excel 2007 programe with univariat descriptive analysis and bivariat to see the relationship from level of energy and protein intake, level of nutrition knowledge, type of cancer therapy with nutritional status that tested with pearson corelation. The result showed based on level of nutrition knowledge, almost a half from sample (43.8%) had low level of nutrition knowledge. Most of the sample had severe deficit at energy intake (90%) and protein intake (55%). Half of the sample (62.5%) had been doing chemotherapy, with the highest sample was on breast cancer patient (30%). Half of the sample had good nutritional status (50%), even though sample with severe underweight nutritional status was 16.25%, sample with mild underweight was 11.25%, for 15% sample that had overweight and 7.5% sample with severe overweight. Test result from pearson corelation showed that there was no relationship between level of nutrition knowledge, adequency level of energy intake, adequency level of protein intake and cancer therapy with nutritional status.
Key words: cancer, nutritional status, energy intake, protein intake, nutrition knowledge
(2)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut WHO dan Bank Dunia (2005) diperkirakan setiap tahun, 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6 juta diantaranya meninggal dunia. Jika tidak dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan berkembang (International Union Against Cancer /UICC 2009).
Kanker menempati urutan kedua setelah penyakit jantung sebagai penyebab kematian utama di Amerika serikat. Pada wanita usia 40 hingga 79 tahun dan laki-laki usia 60-79 tahun (Whitney 2008). Penyakit kanker sebagian besar dapat dicegah, namun dapat mengakibatkan lebih dari satu juta kematian setiap tahunnya. Sekitar 23 % kematian di Amerika serikat diakibatkan oleh kanker (Lee RD, et al 2008). Proporsi kejadian kanker di dunia yang lebih tinggi terjadi di daerah kurang berkembang, baik dari segi insiden kanker (56% dari kasus kanker baru di tahun 2008 terjadi di negara berkembang) dan kematian kanker (63% dari kematian akibat kanker). Penderita kanker terbanyak di dunia adalah kanker paru-paru (1.61 juta, 12.7% dari total), kanker payudara (1.38 juta, 10.9%) dan kanker kolorektal (1.23 juta, 9.7%). Penyebab kematian yang paling umum terjadi yaitu pada kanker paru-paru (1.38 juta, 18.2% dari total), kanker lambung (0.74 juta, 9.7%) dan kanker hati (0.69 juta, 9.2%) (GLOBOCAN 2008).
Di Indonesia pada tahun 2004, prevalensi penyakit neoplasma mengalami peningkatan yang cukup tinggi (Depkes Indonesia 2005). Data statistik rumah sakit dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2006, menunjukkan bahwa kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap (19,64%), disusul kanker leher rahim (11,07%), dan leukemia (5,93%) (Depkes Indonesia 2009). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diantara penyakit tidak menular pada semua kelompok umur di Indonesia, kanker (tumor ganas) berada pada urutan keenam setelah diabetes mellitus yaitu 4.3‰.
Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel - sel DNA, dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi
(3)
dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2004).
Kanker dapat membunuh penderitanya dengan berbagai cara, tetapi yang paling sering adalah akibat kekurangan gizi yang berat atau kakhesia. Pada penderita dengan kakhesia, penderita mengalami kurus kering dan lemah lunglai, seperti orang yang menderita kelaparan dengan jangka waktu yang lama. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Pada 20% - 40% dari seluruh penderita kanker penyebab kematian adalah karena kelaparan. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002).
Status gizi dan tingkat konsumsi pangan merupakan bagian penting dari status kesehatan seseorang. Seseorang dengan kondisi sakit yang sedang dalam penyembuhan dan juga pada lanjut usia pun memerlukan pangan khusus karena kondisi kesehatannya yang kurang baik. Pandangan dan kepercayaan seseorang, termasuk juga pengetahuan mereka tentang ilmu gizi, harus dipertimbangkan sebagai bagian dari berbagai faktor penyebab yang berhubungan terhadap konsumsi makanan mereka. Dengan pendidikan gizi yang
baik maka dapat ditingkatkan konsumsi pangan serta keadaan gizi (Suhardjo 2003).
Terjadinya penurunan status gizi pada sebagian besar penderita kanker terutama karena turunnya asupan zat-zat gizi, baik akibat gejala penyakit kankernya sendiri atau efek samping pengobatan seperti anoreksia, mual, muntah, maupun diare. Penyakit kanker dapat diobati dengan pembedahan, radiasi, kemoterapi, imunoterapi, atau kombinasi beberapa jenis pengobatan tersebut. Meskipun demikian, semua jenis pengobatan ini sedikit banyak akan mempengaruhi keadaan gizi penderita karena efek samping yang ditimbulkan seperti anoreksia, mual, muntah, maupun diare. Di lain pihak, keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada keadaan gizi penderita (Uripi 2002). Kemunduran status gizi dapat menimbulkan komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Kekurangan gizi merupakan salah satu faktor penting yang sangat
(4)
mempengaruhi hasil pengobatan kanker karena pasien dengan kecukupan gizi dan status gizi yang baik relatif lebih tahan terhadap terapi kanker dari pada pasien yang berstatus gizi buruk dan kecukupan gizi kurang.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Montoya dan Domingo (2010) mengenai status gizi pasien kanker dengan pengobatan kemoterapi pada Lembaga Nasional Transplantasi Ginjal di Singapura, menunjukan bahwa separuh (47,5%) pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami kekurangan gizi bahkan risiko lebih tinggi mengalami gizi buruk. Dalam penelitiannya dinyatakan bahwa pada pasien kanker berisiko kekurangan gizi karena memiliki sistem metabolik yang tinggi akibat tumor, rendahnya asupan makan karena kemoterapi yang menyebabkan perubahan indera pencecap dan pembau. Begitu juga dengan hasil studi Unsal (2006) dan Geirsdottir (2008) menunjukan bahwa, terjadi penurunan status gizi pasien kanker (40%) setelah menjalani terapi kemoterapi, dan terjadi peningkatan keadaan malnutrisi pasien kanker (31% menjadi 43%) setelah menjalani terapi radiasi. Studi lain menunjukan bahwa 64% pasien kanker mereka mengalami gizi buruk yang meningkat sampai 81% di antara pasien yang menjalani perawatan paliatif, dimana perawatan paliatif yaitu perawatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampak kanker serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Perawatan ini biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi stadium lanjut. Karena tingginya prevalensi gizi buruk pada pasien kanker sehingga penting untuk dilakukannya penilaian status gizi pasien tersebut.
Rumah Sakit Kanker Dharmais adalah RS rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. Ada peningkatan persentase penyakit kanker di RS Kanker Dharmais dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari 10 besar jumlah penderita kanker dari tahun 2009 jumlah penderita kanker adalah 1530 kasus dan pada tahun 2010 berjumlah 1722 kasus. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker, dan status gizi pasien kanker rawat inap Rumah Sakit Kanker Dharmais.
(5)
Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat kecukupan energi dan protein,tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Tujuan Khusus
1. Mempelajari karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan pekerjaan).
2. Identifikasi tingkat pengetahuan gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
3. Identifikasi tingkat kecukupan energi dan protein contoh kanker di Rumah Sakit kanker Dharmais.
4. Identifikasi jenis kanker dan jenis terapi kanker contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
5. Identifikasi status gizi contoh kanker rawat inap di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
6. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi, tingkat kecukupan energi dan protein, jenis terapi kanker dengan status gizi contoh kanker di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Kegunaan Penelitian 1. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini peneliti akan memperoleh pengalaman langsung untuk mengetahui permasalahan kanker dalam bidang gizi dan mengetahui baik tingkat asupan makan, terapi kanker maupun status gizi pasien kanker juga menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang gizi klinik.
2. Bagi Institusi Rumah Sakit
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan masukan informasi data mengenai status gizi pasien kanker rawat inap dan hubungannya dengan tingkat asupan makan dan terapi kanker serta
(6)
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan intervensi gizi pada pasien kanker.
3. Bagi Masyarakat
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan hasilnya berguna untuk masyarakat khususnya pasien kanker maupun keluarganya dalam informasi berkenaan dengan asupan makan pasien kanker, terapi kanker serta hubungannya dengan status gizi pasien kanker.
(7)
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker Definisi Kanker
Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid), dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel - sel tersebut, yaitu neoplasma. Klasifikasi tumor didasarkan pada jaringannya, sifat pertumbuhan, dan invasi atau penyebaran ke jaringan lain. Pertumbuhan neoplasma ganas biasanya merusak jaringan sekitarnya dan dapat menyebar ke organ lainnya, proses ini dikenal sebagai metastasis (Grant 2008).
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh perkembangan populasi sel yang lolos pada pertumbuhan regulasi normal, replikasi, dan diferensiasi dan yang menyerang jaringan di sekitarnya. Kanker berkembang ketika clone dari sel abnormal dapat keluar dari regulasi. Kanker dihasilkan dari fungsi sel yang abnormal dan kelainan ini hasil dari mutasi dalam struktur nukleotida DNA yang paling sering diperoleh selama hidup (mutasi somatik) (Wiseman 2007).
Penyakit kanker dapat didefinisikan berdasarkan empat karakteristik, yang dapat menjelaskan bagaimana sel kanker belaku berbeda dengan sel normal.
1. Klonalitas : Kanker berasal dari perubahan genetik yang terjadi pada sebuah sel, yang kemudian berploriferasi membentuk sel ganas.
2. Autonomi : Pertumbuhan tidak teratur dengan benar oleh pengaruh biokimia dan fisik normal dalam lingkungan.
3. Anaplasia : Tidak terdapat diferensiasi sel yang normal dan terkoordinasi 4. Metastasis : Sel kanker memiliki kemampuan tumbuh secara tidak
kontinyu dan menyebar ke bagian tubuh lain (Mendelsohn 2000). Etiologi dan Patofisiologi Kanker
Kanker adalah suatu pertumbuhan maligna yang selnya memiliki sifat – sifat : replikasi terus menerus, hilangnya kontak penghambat, invasif dan kemampuannya untuk menyebar, jika tidak ditangani maka akan menjadi fatal. Faktor lingkungan merupakan penyebab kejadian kanker sebesar 80-85%,
(8)
sedangkan sekitar 10-15% disebabkan oleh kesalahan replikasi dan genetika, dan diyakini sepertiga dari kanker berhubungan dengan diet (Damayanthi 2008).
Penyebab kanker bervariasi dan tidak dapat diketahui dengan pasti. Kanker terjadi karena kerusakan struktur genetik yang menyebabkan pertumbuhan sel menjadi tidak terkontrol. Pola insiden kanker bervariasi sesuai jenis kelamin, ras, dan letak geografik. Beberapa kanker dapat dipengaruhi faktor genetik keluarga, namun yang paling sering terjadi karena faktor lingkungan dan gaya hidup. Promotor kanker, yang disebut karsinogen seperti bahan kimia, virus serta faktor lingkungan dan gaya hidup (Mendelsohn 2000 dan Duyff 2006).
Kanker adalah nama untuk sekelompok kondisi yang dihasilkan dari pertumbuhan tidak terkendali dari sel - sel yang abnormal. Perkembangannya kompleks melalui beberapa tahap yaitu: aktivasi, inisiasi, promotor, progresi (perkembangan dan penyebaran), dan kemungkinan remisi (sukses pengobatan atau pembalikan).
Menurut Krinke (2005) Fase transformasi sel normal menjadi sel kanker adalah sebagai berikut :
1. Aktivasi. Beberapa bahan kimia dan/atau radiasi dapat memicu perubahan sel. Dalam proses yang normal, tubuh seseorang dapat menghilangkan zat-zat berbahaya, dalam beberapa kasus substansi menetap dan menempel pada DNA dalam sel.
2. Inisiasi. DNA berubah atau bermutasi dalam sel yang disalin. Jika itu terjadi dalam DNA tertentu, ini akan membuat sel lebih sensitif terhadap zat berbahaya dan/atau radiasi.
3. Promosi. Ketika sel menjadi sensitif, promotor mendorong sel-sel membelah dengan cepat. Jika urutan normal dari DNA rusak, gumpalan sel abnormal mengikat bersama untuk membentuk suatu masa atau tumor.
4. Progresi. Sel-sel terus berkembang biak dan menyebar ke jaringan terdekat. Jika mereka memasuki sistem getah bening, sel-sel abnormal akan diangkut ke organ tubuh lain.
5. Pembalikan. Tujuan dari pembalikan adalah untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk memblokir salah satu dari keempat
(9)
Kategori kanker
Tumor diidentifikasi berdasarkan jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma” biasanya ditambahkan ke istilah jaringan untuk mengidentifikasi suatu kanker (Corwin 2001). Beberapa kategori umum kanker yaitu, karsinoma adalah kanker jaringan epitel, termasuk sel-sel kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mukus, sel penghasil melanin, payudara, serviks, kolon, rektum, lambung, pankreas dan esophagus. Limfoma adalah kanker jaringan limfe yang mencakup kapiler limfe, lakteal, limpa, berbagai kelenjar limfe dan pembuluh limfe. Timus dan sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma malignum. Leukemia adalah kanker dalam darah dimana sumsum tulang belakang memproduksi sel darah putih abnormal yang mendesak keluar sel darah putih normal, sel darah merah dan platelet. Sarkoma adalah kanker jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang (Escott 2008). Glioma adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan saraf pusat. Karsinoma in situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang masih terbatas di daerah tertentu sehingga dianggap lesi prainvasif (Corwin 2001).
Stadium kanker
Stadium kanker merupakan keputusan klinis yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi dan derajat penyebarannya ke tempat-tempat jauh pada seseorang (Corwin 2001). Sebuah prediktor secara kuat mengenai kekambuhan penyakit dan lamanya paparan penyakit pasien yang menyerang di tempat itu serta penyebaran ke organ terdekat, seperti tulang, hati, paru-paru dan sistem saraf pusat. Secara klinis untuk menentukan diagnosa perluasan penyakit, maka akan digunakan hasil pemeriksaan klinis pasien, hasil observasi selama intervensi pembedahan, dan hasil laporan patologis (Nasca 2008).
Sistem stadium tumor terbagi menjadi dua yaitu stadium yang masih terbatas dan stadium yang sudah meluas. Sistem stadium terbatas termasuk kategori kanker in situ (tumor yang terbatas pada lapisan atas sel epitel), penyebaran kanker masih terbatas pada satu tempat. Sistem TNM dapat digunakan untuk pembagian stadium kanker yang meluas, dimana T (ukuran tumor), N (metastasis ke kelenjar getah bening regional), dan M (ada atau tidak adanya metastasis jauh). Sistem TNM telah dikembangkan oleh gabungan The
(10)
International Agency for Research on Cancer (IARC) dan The American Joint Committee on Cancer (AJCC) (Nasca 2008).
Gejala kanker
Menurut Corwin (2001) gejala kanker secara umum timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh yang terserang yaitu :
a. Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya, reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.
b. Pendarahan atau pengeluaran cairan yang tidak wajar, misalnya ludah, batuk atau muntah yang berdarah, mimisan yang terus menerus, cairan puting susu yang mengandung darah, cairan lubang senggama yang berdarah (diantara menstruasi/menopause) darah dalam tinja, darah dalam air kemih.
c. Perubahan kebiasaan buang air besar.
d. Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia).
e. Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
f. Nyeri akibat penekanan syaraf dan pembuluh darah terutama terjadi pada jaringan-jaringan yang terletak diruangan yang terbatas seperti tulang atau otak
g. Anemia yang terjadi akibat berbagai sebab
h. Kelelahan sering terjadi akibat gizi yang buruk, malnutrisi protein, dan gangguan oksigenasi jaringan akibat anemia.
Menurut Corwin (2001), Wilson (2003), dan Escott (2008), terdapat beberapa gejala kanker yag secara khusus berdasarkan jenis kanker yang dialami, yaitu :
a. Kanker paru-paru
Batuk persisten, dispnea, nyeri pleura (dada), hemoptisis (batuk berdarah). Anoreksia, penurunan berat badan adalah manifestasi kanker paru yang lanjut.
b. Kanker payudara
Adanya benjolan, penebalan kulit (tickening), perubahan bentuk, kulit menjadi merah, panas, edematosa (pembengkakan), berindurasi (benjolan) dan nyeri
(11)
c. Kanker lambung
Gejala dini rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas, rasa penuh setelah makan. Pada akhirnya terjadi anoreksia dan penurunan berat badan.
d. Kanker kolon
Perubahan kebiasaan defekasi, pendarahan, nyeri, anoreksia dan penurunan berat badan
e. Kanker andung kemih atau ginjal
Ada darah pada air seni, rasa sakit atau perih pada saat buang air kecil, keseringan atau kesulitan buang air kecil, sakit pada kandung kemih.
f. Kanker prostat
Kencing tidak lancar, rasa sakit ketika buang air kecil, rasa terbakar Limfoma
Kelenjar getah bening membesar, mual , muntah , anoreksia demam atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
g. Leukemia
Pucat, kelelahan kronis, penurunan berat badan, anemia, mual, muntah, dan demam.
h. Kanker otak
Sakit kepala sering merupakan manifestasi kanker otak stadium lanjut
i. Kanker mulut
Bengkak kecil di dasar mulut yang dapat bergerak dan tidak menimbulkan nyeri.
j. Kanker hati
Nyeri akut karena pendarahan dari tumor, acites (penumpukan cairan di rongga perut), nafsu makan menurun dan muncul ikterus (kuningan)
k. Kanker pankreas
Penurunan nafsu makan, penurunan berat badan dan nyeri punggung
l. Nasofaring
Gejala pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk meluas ke lingkungan sekitar misalnya menyebabkan mata juling, tuli satu telinga dan bengkak di leher akibat metastasis di kelenjar limfe leher.
m. Kanker servik
Gangguan siklus haid, keputihan berlebihan dan bau busuk, penderita sering mendadak sakit perut.
(12)
Faktor risiko
Faktor-faktor risiko untuk kanker antara lain adalah pajanan ke bahan fisik, kimiawi, atau virus yang diketahui bersifat mutagenik dan pajanan berkepanjangan ke suatu promotor. Mutagen dapat terhirup, tertelan, atau bekerja di kulit, misalnya radiasi ultraviolet. Menurut Corwin (2001) dan Krinke (2005) terdapat pula beberapa faktor risiko lainnya yaitu :
a. Faktor risiko hormonal
Hormon estrogen dapat berfungsi sebagai promotor bagi kanker tertentu, misalnya kanker payudara dan kanker endometrium. Wanita yang menstruasi memiliki kadar estrogen yang tinggi, maka risiko terbentuknya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi dini dan mencapai menopause lambat. Terlambat mengandung atau tidak memiliki anak dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
b. Faktor kejiwaan, emosi psikis
Gangguan yang terjadi pada emosi dapat menyebabkan atau memperberat kanker seperti stress, dendam, kebencian yang mendalam atau sakit hati. Peranan faktor kejiwaan pada kanker dapat melalui beberapa cara, diantaranya; stress atau dendam yang mempengaruhi perkembangan sel menjadi liar dan efek yang melemahkan sistem kekebalan tubuh sel T sehingga tidak mampu melenyapkan sel kanker tertentu.
c. Faktor yang bersifat protektif terhadap pembentukan kanker.
Hormon progesteron bersifat protektif terhadap kanker yaitu dengan menghambat efek stimulasi estrogen. Hormon progesteron meningkat pada wanita saat kehamilan dan saat menyusui, oleh karena itu wanita yang menyusui selama paling sedikit 6 bulan berturut-turut, wanita yang hamil beberapa kali, akan mengurangi risiko terkena kanker payudara. d. Faktor riwayat keluarga
Adanya riwayat keluarga yang mengidap kanker, terutama dari satu jenis, adalah faktor risiko terjangkitnya kanker. Kecenderungan genetik untuk kersinogenesis mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen regulator, kerentanan terhadap inisiator atau promotor tertentu, kesalahan enzim pengkoreksi, atau gagalnya fungsi sistem imun (Corwin 2001).
(13)
e. Faktor prilaku individu
Perilaku tertentu meningkatkan kemungkinan bahwa seseorang akan lebih sering terpajan ke inisiator atau promotor. Faktor-faktor risiko perilaku antara lain adalah merokok, dan konsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan daging yang diawetkan. Faktor risiko perilaku berkaitan dengan perilaku seksual seperti berganti-ganti pasangan, dan melakukan hubungan intim pada usia dini, meningkatkan risiko terinfeksi virus papiloma manusia yang berkaitan dengan neoplasma alat kelamin. Infeksi oleh virus herpes simplek tipe-2 yang ditularkan melalui hubungan kelamin dapat menigkatkan risiko kanker (Corwin 2001).
f. Faktor makanan
Diet dapat merubah peran genetik dalam perkembangan kanker. Walaupun pola diet berdampak lebih besar ketika awal kehidupan, tetapi perhatian ditunjukan lebih besar pada orang dewasa dalam menurunkan risiko kanker. Asupan buah, sayuran dan antioksidan berhubungan dengan penurunan kanker pada tahap inisiasi dan progresi. The American Cancer Society Expert Committe telah menunjukan bahwa manfaat dari peningkatan asupan buah dan sayuran dapat mencegah kanker payudara, kolon, paru-paru dan prostat (Krinke 2005). Adapun faktor risiko kanker yang berkaitan dengan gizi secara umum, disajikan pada tabel 1.
Tabel 1 Faktor risiko gizi pada kanker secara umum
Tipe kanker Faktor risiko gizi dengan fakta nyata maupun diduga berpengaruh Paru – paru - Rendahnya asupan buah dan sayur
Payudara - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Obesitas (terutama pada wanita menopause) - Peningkatan asupan alkohol
Lambung - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan makanan yang diawetkan
- Tingginya penggunaan obat, merokok dan makanan awetan. Kolon/ rektum - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Tingginya asupan daging merah (terutama lemak pada daging merah) - Asupan alkohol berlebih
Nasofaring - Rendahnya asupan buah dan sayur - Asupan alkohol dan tembakau berlebih - Kebiasaan merokok
Hati - Tingginya asupan alkohol
- Konsumsi makanan yang terkontaminasi (terutama kontaminasi aflatoxins)
Servik - Rendahnya asupan buah dan sayur Esophagus - Rendahnya asupan buah dan sayur
- Kekurangan gizi - Asupan tinggi alcohol
Prostat - Tingginya asupan daging merah atau lemak daging dan produk olahanya
(14)
Terapi kanker
Terapi pada pasien kanker bertujuan untuk membinasakan sel-sel kanker dengan membunuhnya ataupun membuangnya (uripi 2002). Walaupun saat ini cukup banyak pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk setiap jenis kanker tetapi sebagian besar menimbulkan komplikasi dan penyulit pada penderitanya. Secara umum tujuan terapi kanker adalah memperbesar angka harapan hidup dan mengatasi gejala yang berarti memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini jenis terapi untuk pasien kanker :
a. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan bahan kimia atau obat untuk mengobati kanker. Sedangkan operasi dan terapi radiasi digunakan untuk mengobati tumor lokal. Kemoterapi adalah terapi sistemik yang efeknya mempengaruhi seluruh tubuh. Aksi target dari kemoterapi tidak hanya terbatas pada jaringan ganas, hal itu juga mempengaruhi sel-sel normal. Sel-sel tubuh dengan peredaran yang cepat seperti sumsum tulang, folikel rambut, dan mukosa saluran pencernaan biasanya yang paling terpengaruh. Gejala gizi yang dialami akibat kemoterapi meliputi myelosupresi (penurunan dalam produksi sel darah merah, sel darah putih dan trombosit oleh sumsum tulang), kelelahan, mual dan muntah, kehilangan nafsu makan, mucositis, perubahan rasa dan bau, xerostomia (mulut kering), disfagia, dan perubahan fungsi usus. Akibatnya, asupan makan dan status gizi dapat terpengaruh (Grant 2008).
Kemoterapi adalah penggunaan obat untuk penyembuhan atau pengendalian kanker. Kemoterapi merupakan terapi sistemik yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh. Obat ini akan bekerja dengan menghambat atau mematikan sel-sel tumor, dan juga berpengaruh pada sel normal seperti ketika sel-sel pada saluran pencernaan terkena dapat menyebabkan diare, konstipasi, ataupun menghambat penyerapan zat gizi. Efek samping ini bersifat sementara karena sel-sel saluran cerna menganti dirinya sendiri setiap tiga hari. Namun karena kemoterapi dilakukan dalam waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan status gizi buruk (Levine and Colleagues 2008 dalam Peckenpaugh 2010).
Tingkat keparahan efek samping tergantung pada agen tertentu, dosis, lamanya pengobatan, obat yang digunakan, respon individu, dan status kesehatan saat ini. Penggunaan waktu dan terapi yang tepat seperti antiemetic, antidiarrhe, agen hematopoetik, dan antibiotik, serta perubahan pola makan,
(15)
sangat penting bagaimana mengatur efektivitasnya terkait dengan efek samping pengobatan (Grant 2008).
b. Radiasi
Terapi radiasi dapat diberikan secara eksternal ke dalam tubuh dari akselerator liniear atau unit kobalt atau internal dengan menempatkan sumber radioaktif secara langsung di dalam tubuh atau pada tumor dengan dosis tinggi. Berbeda dengan kemoterapi yang merupakan terapi sistemik, terapi radiasi berpengaruh hanya pada tumor dan daerah sekitarnya. Efek samping terapi radiasi biasanya hanya pada daerah yang teradiasi. Radiasi juga dapat diberikan dengan mengkombinasikannya dengan terapi kemoterapi agar meningkatkan efek radiasi. Terapi radiasi yang dilakukan pada leher, dada, kerongkongan, dan perut menyebabkan masalah makan yang akut. Efek samping dari pengobatan sering menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulut sakit, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).
c. Operasi
Operasi dilakukan dalam pengobatan kanker dalam upaya untuk mengangkat tumor atau mengurangi gejala (misalnya obstruksi pada saluran cerna). Masalah gizi dapat berkembang tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan. Memberikan gizi yang optimal diperlukan dengan cara memodifikasi diet berdasarkan kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk mengkonsumsi, dan mencerna makanan.
Operasi digunakan untuk pengobatan kanker dapat pula dikombinasikan dengan kemoterapi adjuvant sebelum operasi atau pasca operasi atau terapi radiasi. Setelah operasi diet yang diberikan yaitu tinggi energi dan protein yang diperlukan untuk penyembuhan luka dan pemulihan. Gejala yang umum terjadi seperti kelelahan, kesakitan, kehilangan nafsu makan, dan perubahan makan. Umumnya efek samping tersebut sementara dan menghilang beberapa hari setelah operasi (Peckenpaugh 2010).
d. Imunoterapi
Imunoterapi adalah bentuk terapi kanker yang baru diciptakan yang memanfaatkan dua sifat atau ciri utama dari sistem imun : spesifitas dan daya ingat. Imunoterapi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tumor dan memungkinkan pendeteksian semua tempat metastasis yang tersembunyi. Imunoterapi dapat merangsang sistem kekebalan pejamu agar berespons secara
(16)
lebih agresif terhadap tumor, atau sel-sel tumor dapat diserang oleh antibodi yang dibuat di laboratorium. Imunoterapi yang digunakan seperti ; Antibodi Berlabel Fluoresen, Stimulan Imunitas, dan Antibodi penyerang. Selain itu, sedang dikembangkan terapi yang didasarkan pada biologi molekuler sel tumor yang khas yang berbeda dengan sel-sel non kanker, contoh terapi biologis untuk tumor yaitu menggunakan obat-obat yang secara spesifik menghambat faktor angiogenesis dan enzim-enzim tumor tertentu misalnya kolagenase tipe IV (Corwin 2001).
Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi, serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan. Pengetahuan gizi yang baik akan dapat menghindarkan seseorang dari konsumsi pangan yang salah atau buruk (Suhardjo 2003).
Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan praktek seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televisi, radio, surat kabar, dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter, dan lain-lain) (Khomsan et al 2009 ). Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo 2003). Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan. Individu yang berpengetahuan baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangan mencukupi kebutuhan (Nasoetion dan Khomsan 1995).
Menururut Khomsan (2000) kategori pengetahuan gizi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off-point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off-point sebagai berikut : baik: 80%, sedang : 60-80%, dan kurang : < 60%.
Status Gizi dan Gizi Pada Pasien Kanker Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
(17)
gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsier 2004). Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang. Kemunduran status gizi dapat menimbulkan komplikasi dan menghambat terapi kuratif. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Menurut Gibson (2005), bahwa konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dan tingkat kesehatan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan ketersediaan bahan makanan, keadaan sosial budaya seperti pendidikan, pengetahuan gizi, dan faktor lingkungan (biologi, kimia, dan fisik).
Gizi adalah faktor penting dalam perjalanan penyakit dan penyebab utama kematian secara umum pada masyarakat. Penyakit jantung koroner, obesitas, hipertensi, anemia, osteoporosis, diabetes mellitus, dan kanker adalah penyakit yang umum berhubungan dengan gizi (Hammond 2008). Beberapa kasus kematian diakibatkan, antara lain karena penyakit jantung koroner, stroke, diabetes mellitus, dan beberapa jenis kanker, memiliki hubungan yang kuat dengan tipe dan kualitas konsumsi makanan.
Status gizi yang optimal dapat dicapai dengan keseimbangan antara asupan gizi dan kebutuhan gizi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makan dan penyerapan zat gizi dalam tubuh, sedangkan kebutuhan gizi dipengaruhi oleh pertumbuhan tubuh, pemeliharaan tubuh, stress psikologis, dan penyakit infeksi maupun bukan infeksi (Hammond 2008).
Pengukuran status gizi
Penilaian status gizi ada dua cara yaitu penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Adapun penilaian gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga yaitu survei konsumsi, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa 2002).
(18)
a. Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan antara asupan energi dan protein (Supariasa 2002). Menurut Riyadi (2004), saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh) digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi ketidakseimbangan kronik antara intik energi dan protein. Pengukuran antropometri yang sering dilakukan adalah berat badan (BB): untuk mengetahui massa tubuh, panjang/tinggi badan (PB/TB): untuk mengetahui dimensi linear, tebal lipatan kulit (skinfold thickness) dan lingkar lengan atas (LILA): untuk mengetahui komposisi tubuh, cadangan energi dan protein (Briawan dan Madanijah 2008).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis digunakan untuk mendeteksi defisiensi gizi. Pemeriksaan ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda - tanda klinis secara umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi (Supariasa 2002).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Pemeriksaan ini hanya dapat diperoleh di rumah sakit atau pusat kesehatan (Supariasa 2002).
d. Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik dilakukan untuk melihat kemampuan fungsi jaringan dan perubahan struktur. Penilaian dengan cara ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi (Supariasa 2002).
Indeks Massa Tubuh
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan yang ideal atau normal (Supariasa 2002).
(19)
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan manjadi Indeks Masa Tubuh (IMT). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Kategori ambang batas IMT
Kategori IMT Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2
Kurus tingkat ringan 17,0 – 18,49 kg/m2 Normal 18,5 – 24,9 kg/ m2 Gemuk tingkat ringan 25 – 27,0 kg/m2 Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2 Sumber : Depkes (2005)
Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Secara umum tujuan dari survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa 2002).
Jenis data konsumsi
Pengumpulan jenis data konsumsi makanan terbagi dua yakni kualitatif dan kuantitatif (Gibson 2005).
Metode kuantitatif
Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak. Metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:
a. Metode recall 24 jam
b. Perkiraan makanan (Estimated food records) c. Penimbangan makanan (Food weighing)
(20)
d. Metode food account
e. Metode inventaris (Inventory method) f. Pencatatan (Household food records) Metode Recall 24 jam
Prinsip dari metode recall 24 jam yaitu dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam metode ini, responden disuruh menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24 jam yang lalu. Biasanya dimulai sejak bangun pagi kemarin sampai responden istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari waktu saat mulai wawancara mundur kebelakang sampai 24 jam penuh. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu untuk dapat data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari (Supariasa 2002).
Metode recall 24 jam didesain untuk memperkirakan asupan makanan rata-rata individu selama periode waktu yang lebih lama. Recall 24 jam diperlukan untuk memperkirakan kebiasaan asupan zat gizi individu yang bervariasi setiap harinya (Gibson 2005).
• Kelebihan metode recall 24 jam
a. Mudah pelaksanaannya serta tidak membebani responden. b. Biaya relatif murah, tidak memerlukan peralatan khusus. c. Cepat, sehingga dapat mencakup banyak responden. d. Dapat digunakan untuk responden buta huruf.
e. Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
• Kekurangan metode recall 24 jam
a. Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari, bila hanya dilakukan recall satu hari.
b. Ketepatannya sangat tergantung pada daya ingat responden, sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia 7 tahun, orang tua berusia diatas 70 tahun dan orang yang hilang ingatan atau pelupa.
(21)
c. Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
d. Responden harus diberi motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian
Gizi Pada Pasien Kanker
Gizi merupakan bagian yang penting pada penatalaksanaan terapi kanker, baik pada pasien yang sedang menjalankan terapi kanker, pemulihan dari terapi, dan pada keadaan remisi maupun untuk mencegah kekambuhan. Adapun tujuan dari terapi gizi yaitu untuk mempertahankan atau memperbaiki status gizi, mengurangi gejala sindrom kaheksia, mencegah komplikasi lebih lanjut serta memenuhi kecukupan mikronutrien (Sutandyo dan Ririn 2006). Berikut ini penatalaksanaan gizi pada kanker :
Kebutuhan gizi
Kebutuhan gizi pasien kanker sangat individual dan berubah-ubah dari waktu kewaktu selama perjalanan penyakit serta tergantung dari terapi yang dijalankan (Sutandyo dan Ririn 2006). Menurut Babcock (2005) walaupun kebutuhan gizi pada individu bervariasi, pedoman untuk terapi gizi pasien kanker harus memenuhi kebutuhan gizi spesifik dan tujuannya terkait dengan percepatan metabolisme, yang syaratnya dapat meningkatkan sintesis jaringan protein dan produksi energi.
a. Energi
Kanker menyebabkan terjadinya hipermetabolik, untuk itu kebutuhan energi sangat tinggi pada pasien. Pada pasien dewasa dengan status gizi baik memerlukan energi 2000 kkal, atau 25 sampai 30 kkal/ kg berat badan. Untuk keperluan pemeliharaan, energi lebih mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat stress individu atau luasnya kerusakan jaringan (Babcock 2005).
b. Protein
Sebagian besar pasien kanker mempunyai imbangan nitrogen yang negatif. Oleh karena itu dukungan gizi harus dapat memenuhi kebutuhan sintesa protein dan menurunkan degradasi protein. Kebutuhan protein pada pasien kanker dengan adanya peningkatan kebutuhan atau pasien dengan hipermetabolisme atau wasting yang berat dianjurkan protein 1,5-2 g/kg berat badan (Sutandyo dan Ririn 2006).
(22)
c. Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral sebagai kontrol protein dan metabolisme energi melalui peranannya sebagai koenzim spesifik dalam cell enzyme pathways dan juga berperan penting dalam membangun dan memelihara jaringan yang kuat. Oleh karena itu perlu asupan vitamin dan mineral yang optimal, sesuai rekomendasi standar kecukupan gizi (The Dietary Reference Intake/ Recommended Dietary Allowance standards) tetapi lebih sering untuk tingkat terapetik yang lebih tinggi. Suplemen vitamin dan mineral biasanya diindikasikan sesuai dengan aturan makan (Babcock 2005).
d. Cairan
Asupan cairan harus dipastikan cukup dengan alasan yaitu mengganti cairan akibat gangguan gastrointestinal dari muntah, demam, infeksi ataupun diare, dan untuk membantu ginjal membuang produk uraian metabolisme dari kerusakan sel-sel kanker dan obat racun yang digunakan dalam kemoterapi. Beberapa jenis obat kemoterapi (seperti cyclophosphamide, cytoxan) membutuhkan sebanyak 2 sampai 3 liter cairan untuk mencegah hemorrhagic cystitis (Babcock 2005).
Diet pada pasien kanker
Jenis diet untuk pasien kanker sangat tergantung pada keadaan pasien, perkembangan penyakit, dan kemampuan untuk menerima makanannya. Oleh sebab itu, diet disusun secara individual. Jenis makanan atau diet yang diberikan hendaknya memperhatikan nafsu makan, perubahan indera pencecap, rasa cepat kenyang, mual, penurunan berat badan akibat pengobatan. Sesuai keadaan pasien makanan yang diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Makanan dapat diberikan dalam bentuk makanan padat, makanan cair atau kombinasi. Makanan padat dapat berbentuk makanan biasa, makanan lunak atau makanan lumat (Almatsier 2004).
Syarat diet penyakit kanker adalah energi tinggi yaitu 36 kkal/kg BB untuk laki-laki dan 32 kkal/kg BB untuk perempuan. Protein tinggi yaitu 1-1,5 g.kg BB, lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan total energi. Karbohidrat, dan vitamin dan mineral diberikan cukup, rendah yodium apabila sedang menjalankan medikasi radioaktif internal, dan porsi makanan diberikan kecil dan sering (Almatsier 2004).
(23)
KERANGKA PEMIKIRAN
Satus gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan. Menilai status gizi seseorang dapat memberikan gambaran tentang baik atau tidaknya status gizi orang tersebut (Gibson 2005). Status gizi merupakan bagian terpenting dari status kesehatan seseorang.
Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal. Perkembangannya melibatkan kerusakan pada sel - sel DNA, dan kerusakannya ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Sel-sel ini merusak dan melepaskan diri dari mekanisme yang berfungsi untuk melindungi dari pertumbuhan dan penyebaran sel-sel tersebut, yaitu neoplasma. (Grant 2008). Seiring dengan perjalanan penyakitnya dapat menimbulkan masalah gizi seperti malnutrisi. Malnutrisi pada kanker disebabkan oleh faktor-faktor primer dan sekunder, baik langsung maupun tidak langsung. Faktor-faktor primer tersebut antara lain faktor umur, pengetahuan tentang gizi, asupan makanan, penyakit infeksi dan untuk faktor-faktor sekunder tersebut antara lain stadium kanker dan tindakan pengobatan kanker (Uripi 2002).
Malnutrisi akan berpengaruh terhadap penurunan status gizi bagi penderitanya. Status gizi pada pasien kanker dapat dilihat dari kondisi kesehatan non kanker ataupun penyakit infeksi dan kondisi kesehatan kankernya itu sendiri yang meliputi jenis kanker, stadium kanker, dan jenis terapi kanker. Selain itu, asupan makan dan zat gizi akan mempengaruhi status gizi secara langsung. Asupan makan pada pasien kanker dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan terkait kanker seperti jenis kanker itu sendiri dan jenis terapi yang diberikan, serta seberapa baik pengetahuan gizinya.
(24)
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara status gizi pasien kanker rawat inap dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya
Karakteristik contoh :
‐ Usia
‐ Jenis kelamin
‐ Pekerjaan
‐ Tk pendidikan
Pengetahuan gizi
Kondisi kesehatan terkait kanker :
‐ Jenis kanker
‐ Terapi kanker
Asupan (energi & protein) melalui asupan makanan secara oral, enteral, dan parenteral
Status Gizi Pasien Kanker : Indeks Massa Tubuh
(IMT) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya
Kondisi kesehatan non kanker
Penyakit Infeksi/ lainnya
Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang diteliti
Hubungan yang tidak diteliti
(25)
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengumpulan variabel independen dan dependen dilakukan pada satu waktu yang tidak berkelanjutan untuk menggambarkan karakteristik dan tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan gizi, jenis terapi kanker serta status gizi pasien kanker rawat inap. Penelitian ini dilaksanakan di RS Kanker Dharmais Jakarta Barat. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli 2011.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di RS kanker Dharmais. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara non probability samples dengan teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut :
1. Laki- laki atau perempuan 2. Usia ≥18 tahun
3. Pasien rawat inap dengan kunjungan baru maksimal 3 hari rawat 4. Kondisi sadar dan bersedia menjadi contoh penelitian yang ditunjukan
dengan penandatanganan informed concern. Dengan perhitungan sampel sebagai berikut :
n =
. = 78 keterangan :
n = jumlah contoh 78
N = jumlah populasi 354 orang (periode bulan Juni) d = tingkat kepercayaan (0.1)
(Notoatmodjo 2005)
Jumlah contoh yang diperoleh berdasarkan hasil perhitungan yaitu 78 orang. Pengambilan contoh dilakukan selama dua minggu, dengan jumlah contoh sebanyak 80 orang dari populasi pasien kanker untuk periode bulan Juni 2011 pada kelas II, III dan jamkesmas yaitu 354 orang.
(26)
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan), antropometri contoh meliputi (berat badan dan tinggi badan) tingkat pengetahuan gizi contoh, asupan makan contoh. Data sekunder terdiri dari, jenis penyakit kanker contoh, jenis terapi kanker yang sedang dijalankan contoh, dan gambaran umum rumah sakit, gambaran umum instalasi gizi RS Kanker Dharmais.
Data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan) diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data antropometri (berat badan dan tinggi badan) diperoleh dengan melakukan pengukuran menggunakan timbangan injak dan microtoise.
Data pengetahuan gizi contoh diperoleh melalui pengisian kuesioner dengan menggunakan kuesioner. Data mengenai jenis kanker, pengobatan atau jenis terapi kanker diperoleh dari buku rekam medis contoh. Data asupan makan contoh dikumpulkan dengan menggunakan recall 2 x 24 jam dari makanan yang dikonsumsi contoh.
Data sekunder didapatkan dari data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais mengenai gambaran umum Rumah sakit dan instalasi gizi. Selain itu data jenis diet, jenis kanker, pengobatan ataupun terapi kanker dan lama perawatan dikumpulkan dari hasil diagnosa dokter melalui rekam medis. Jenis dan cara pengumpulan data secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Jenis dan Cara Pengumpulan Data
No Data Jenis data Cara Pengumpulan
Data Alat
1 Karakteristik contoh - Usia
- Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Pekerjaan
Primer Wawancara kuesioner
2
Berat badan, dan
tinggi badan Primer/sekunder
Pengukuran timbangan injak dan rekam
medis 3 Pengetahuan gizi Primer Wawancara Kuesioner 4 Jenis kanker,jenis
terapi kanker Sekunder
Wawancara/ melihat dari buku rekam medis
Buku rekam medis 5 Asupan zat gizi (Energi
& protein) Primer
Wawancara dengan
recall 2 x24 jam
Recall 2 x 24 jam 6 Gambaran umum
rumah sakit dan instalasi gizi
(27)
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses editing, coding, dan entry data kemudian tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan program komputer perangkat lunak Microssoft excel 2007 dengan analisis deskriptif.
Data karakteristik contoh yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan, data pengetahuan gizi contoh, data asupan makan data jenis kanker, data terapi kanker, dan data status gizi contoh dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu kemudian dianalisis secara deskriptif.
Usia contoh. Data usia contoh yang diperoleh dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan (Riskesdas 2007) yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun.
Jenis kelamin. Data jenis kelamin contoh terdiri dari dua kategori yaitu laki - laki dan perempuan.
Tingkat pendidikan. Data tingkat pendidikan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi/sederajat.
Pekerjaan. Data pekerjaan contoh diolah dengan mengkelompokan menjadi lima kategori yaitu PNS, Pegawai Swasta, Wiraswasta, Buruh, dan Ibu Rumah tangga/ tidak bekerja.
Tingkat pengetahuan gizi. Tingkat pengetahuan gizi contoh diolah dengan menggunakan scoring dari hasil jawaban contoh, kemudian dikelompokan menjadi tiga kategorikan menurut (Khomsan 2000) yaitu tingkat pengetahuan baik (> 80%), tingkat pengetahuan sedang (60- 80%), dan tingkat pengetahuan kurang (< 60%).
Jenis kanker. Data jenis kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis kanker contoh yang ada pada buku rekam medis.
Jenis Terapi kanker. Data terapi kanker contoh diolah dengan mengkategorikan berdasarkan jenis terapi yang dijalani contoh yang ada pada buku rekam medis.
Asupan zat gizi. Data hasil konsumsi dalam satuan gram kemudian dihitung energi dan kandungan proteinnya dengan menggunakan program nutrisurvey sehingga diperoleh rata-rata asupan untuk 2 hari. Data tersebut dianalisis sebagai berikut :
Asupan energi dan protein contoh dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (2005) untuk contoh dengan status gizi kurang maupun lebih,
(28)
sedangkan contoh dengan status gizi normal menggunakan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi dengan berat badan aktual contoh sehingga didapatkan angka kecukupan energi dan protein koreksi. Rumus yang digunakan dalam mengkoreksi angka kecukupan gizi adalah sebagai berikut (Nasoetion & Damayanthi 2008):
AKG Koreksi =
Angka kecukupan gizi kemudian digunakan untuk menghitung tingkat konsumsi zat gizi. Tingkat konsumsi zat gizi contoh diperoleh dengan menggunakan rumus (Nasoetion & Damayanthi 2008) :
Tingkat konsumsi zat gizi = , %
Penggolongan tingkat kecukupan dilakukan berdasarkan Supariasa (2002) yaitu :
Defisit berat : < 70 % AKG Defisit sedang : 70 - 79 % AKG Defisit ringan : 80 - 89 % AKG normal : 90 - 119% AKG kelebihan : ≥ 120% AKG
Status gizi. Status gizi contoh diukur dengan menggunakan indeks massa tubuh yang terdiri dari lima kategori menurut Depkes (1994) dalam Depkes (2005) yaitu sebagai berikut :
Kategori IMT Kurus tingkat berat < 17,0 kg/m2
Kurus tingkat ringan 17,0 - 18,49 kg/m2
Normal 18,5 - 24,9 kg/ m2
Gemuk tingkat ringan 25 - 27,0 kg/m2 Gemuk tingkat berat > 27,0 kg/m2
Pengolahan data ini mencakup tabulasi data dan perhitungan statistik. Analisis data yang dilakukan yaitu analisis data univariat dan analisis data bivariat. Adapun data yang akan dianalisis yaitu:
1. Analisis Univariat
a. Data karakteristik contoh meliputi (usia, jenis kelamin, pekerjaan dan tingkat pendidikan)
(29)
b. Tingkat kecukupan dan Asupan energi dan protein contoh c. Tingkat pengetahuan gizi contoh
d. Jenis terapi kanker contoh e. Jenis kanker contoh f. Status gizi contoh
g. Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan status gizi contoh
h. Jenis terapi kanker contoh dengan status gizi contoh i. Jenis kanker contoh dengan status gizi contoh
j. Asupan makan contoh (energi dan protein) dengan terapi kanker contoh
k. Kebiasaan makan contoh 2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat hubungan antar dua variabel dengan menggunakan uji korelasi Pearson digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yaitu hubungan antara tingkat pengetahuan gizi, asupan (energi dan protein), jenis terapi kanker dengan status gizi. .
(30)
Tabel 4 Pengkategorian variabel penelitian
No Variabel Kategori/Kelompok Sumber/
Acuan
1. Usia
1. 15-24 tahun 2. 25-34 tahun 3. 35-44 tahun 4. 45-54 tahun 5. 55-64 tahun 6. 65-74 tahun 7. > 75 tahun
Riskesdas 2007
2. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Sebaran contoh
3. Pekerjaan
1. Pegawai swasta 2. PNS
3. Wiraswasta 4. Buruh
5. IRT/ tidak bekerja
Sebaran contoh
3. Tingkat
Pendidikan
3. Perguruan Tinggi 4. SMA/sederajat 5. SMP/sederajat 6. SD/sederajat 7. Tidak sekolah
Sebaran contoh
5. Pengetahuan
gizi
1. Kurang (<60%) 2. Sedang (60%-80%) 3. Baik (>80%)
Khomsan (2000)
6. Jenis kanker
1. Kanker payudara 2. Kanker servix 3. Kanker paru 4. Kanker ovarium 5. Kanker nasofaring 6. Kanker rektum 7. Kanker tiroid 8. Kanker kolon 9. Hepatoma
10. Lymphoma non hodgkin’s
Data RSK.Dharmais
7. Terapi kanker
1. Kemoterapi 2. Radioterapi 3. Operasi 4. Terapi lainnya
Rekam medis
8. Asupan zat gizi
(Energi & protein)
1. Defisit berat : < 70% AKG 2. Defisit sedang : 70 - 79% AKG 3. Defisit ringan : 80 - 89 % AKG 4. Normal : 90 - 119% AKG 5. Kelebihan : ≥ 120 % AKG
Supariasa (2002)
9. Status gizi
Kurus tingkat berat : <17,0 kg/m2 Kurus tingkat ringan : 17,0 – 18,49 kg/m2 Normal : 18,5- 24,9 kg/m2 Berat tingkat ringan : 25,0 – 27,0 kg/m2 Berat tingkat berat : > 27 kg/m2
(31)
Definisi Operasional
Contoh adalah pasien kanker rawat inap baik laki-laki maupun perempuan yang telah bersedia menjadi contoh penelitian dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti.
Usia adalah umur penderita kanker yang dikelompokan menjadi tujuh kelompok umur yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun dan > 75 tahun.
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir contoh yang telah ditamatkan dan memperoleh ijazah atau sertifikat, yang dikategorikan menjadi SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/ sederajat, Perguruan tinggi/ sederajat. Pekerjaan adalah jenis pekerjaan contoh yang dikategorikan menjadi PNS, Pegawai Swasta, wiraswasta, buruh, IRT/ tidak bekerja.
Pengetahuan gizi adalah kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat gizi.
Jenis kanker adalah jenis kanker yang diderita oleh contoh.
Jenis Terapi kanker adalah jenis upaya tindakan seperti kemoterapi, radioterapi maupun kombinasi pengobatan yang sedang dijalani oleh contoh.
Asupan makan adalah konsumsi makanan contoh berdasarkan hasil recall dua kali 24 jam.
Asupan Energi dan Protein adalah rata-rata asupan energi dan protein contoh yang berasal dari makanan baik secara oral, enteral maupun parenteral yang dihitung dari 2 hari asupan contoh.
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah jumlah asupan energi dan protein contoh yang dibandingkan dengan angka kecukupan gizi untuk status gizi kategori kurang atau lebih sedangkan status gizi normal dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang telah dikoreksi berat badan ideal.
Status gizi adalah keadaan gizi contoh yang dihitung berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) menurut Depkes (2005). IMT dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram dibagi dengan tinggi badan dikuadratkan (BB/TB2).
(32)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sakit Kanker Dharmais
Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais didirikan sebagai usulan dari mantan presiden RI, Soeharto pada tahun 1993 sebagai rumah sakit rujukan pusat yang berfungsi memberikan pelayanan yang merata bagi masyarakat, khususnya bagi penderita kanker. RS Kanker Dharmais juga menjadi pusat pendidikan dan penelitian bagi mereka yang bergerak dalam pelayanan penyakit kanker yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap penyakit kanker. Bangunan RS Kanker Dharmais didirikan di atas lahan seluas 38.920 m2 dengan luas total seluruh bangunan adalah 63.540 m2 dan terdiri dari tiga blok bangunan yaitu bangunan pelayanan rumah sakit, bangunan penelitian, pengembangan dan asrama, serta bangunan penunjang.
RS Kanker Dharmais berfungsi sebagai pusat kegiatan pelayanan medis pasien kanker serta pusat pendidikan dan pelatihan kanker. RS Kanker Dharmais juga melakukan riset klinik, riset dasar dan pendidikan mengenai kanker sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas pasien kanker. Pelayanan medis di rumah sakit ini bertujuan kuratif, paliatif, rehabilitatif, preventif, promotif dan edukatif. RS Kanker Dharmais memberikan pelayanan berupa: pengobatan segala jenis kanker, deteksi dini kanker dengan tes screening kanker di samping melakukan check up serta pencegahan kanker dengan melakukan penyuluhan mengenai berbagai jenis pencegahan penyakit kanker. Rumah sakit ini dituntut untuk selalu memantau perkembangan kanker baik secara nasional maupun internasional (Profil RS Kanker Dharmais 1993).
Karakteristik Contoh
Contoh pada penelitian ini adalah pasien kanker rawat inap RS Kanker Dharmais kelas II, III dan Jamkesmas yang diambil dari populasi pada periode bulan Juni 2011, yaitu sebanyak 354 orang contoh yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah keseluruhan contoh adalah 80 orang, dimana jumlah tersebut melebihi jumlah minimal sampel. Karakteristik contoh yang diamati meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan.
(33)
2%
14%
23% 45%
11% 5%
15‐24 25‐34 35‐44 45‐54 55‐64 65‐74 30%
70%
laki-laki perempuan
Jenis Kelamin Contoh
Berdasarkan jenis kelamin contoh dikelompokan menjadi laki-laki dan perempuan. Seperti disajikan pada gambar di bawah ini:
Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin, jumlah terbesar adalah kelompok berjenis kelamin perempuan sebanyak 56 orang (70%) dan untuk laki-laki 24 orang (30%). Hasil tersebut sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan kejadian kanker pada perempuan (5.7‰) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (2.9 ‰).
Usia Contoh
Berdasarkan usia contoh dikelompokan menjadi tujuh kelompok usia yaitu 15-24 tahun, 25-34 tahun, 35-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-74 tahun, dan > 75 tahun. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok usia
Dari gambar 3 di atas, dapat diketahui bahwa berdasarkan usia, jumlah terbesar adalah kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 36 orang (45%). Kelompok usia 35-44 tahun sebanyak 18 orang (23%), usia 25-34 sebanyak 11 orang (14%), usia 55-64 sebanyak 9 orang (11%) dan sisanya pada kelompok usia 65-74 tahun 4 orang (5%) serta usia 15-24 tahun sebanyak 2 orang (2%). Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa kejadian kanker sebagian besar terjadi pada golongan usia 45-54 tahun. Kanker diketahui meningkat sejalan dengan bertambahnya usia (Linn 2004), karena mutasi pada gen
(34)
29%
39% 15%
15%
2%
perguruan tinggi SMA
SMP SD
tdk sekolah
penyebab kanker terakumulasi dengan usia, yang menyebabkan meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut (Virshup 2010).
Menurut Escott (2008) kejadian kanker umumnya terjadi setelah usia 30 tahun, seperti pada kanker payudara, dan kanker colon kejadiannya setelah usia 50 tahun serta kanker pankreas dan lambung yang umum terjadi pada usia antara 50-60 tahun. Hal ini dikarenakan bahwa ciri dari kanker itu memiliki jangka waktu yang panjang antara terkena dengan saat timbulnya kanker. Pertumbuhannya sekitar 6 sampai 10 tahun sebelum tumornya membesar (Wim de jong 2004). Seperti halnya pada kanker payudara, yang membutuhkan waktu 7 tahun untuk tumbuh dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi ( kira - kira diameter 1 cm) (Wilson 2003). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pasien kanker terdiagnosa kanker pada usia antara 35 hingga 54 tahun.
Tingkat Pendidikan Contoh
Berdasarkan tingkat pendidikan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu Perguruan tinggi, SMA/sederajat, SMP/sederajat, SD/sederajat dan tidak sekolah yang disajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan
Berdasarkan gambar 4 di atas, menunjukkan bahwa jumlah terbesar untuk tingkat pendidikan contoh adalah SMA/sederajat sebanyak 33 orang (39 %), perguruan tinggi 21 orang (26 %) dan sisanya masing - masing sebanyak 12 orang (15 %) SMP/sederajat dan SD/sederajat, dan hanya 2 orang contoh (3 %) tidak sekolah.
Menurut Guhardja et al (1992) Pendidikan merupakan faktor dari diri seseorang yang mempengaruhi perilakunya. Selain itu, pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap banyaknya informasi maupun pengetahuan yang ia
(35)
24%
10%
2% 5% 59%
swasta PNS wiraswasta buruh tdk kerja/IRT
miliki. Menurut Khomsan et al (2009) Tingkat pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman, dan kejelasan konsep mengenai objek tertentu. Pekerjaan contoh
Berdasarkan pekerjaan contoh dikelompokan menjadi lima kelompok yaitu pegawai swasta, PNS, wiraswasta, buruh dan tidak bekerja/ ibu rumah tangga yang disajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan
Berdasarkan gambar 5 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar contoh tidak bekerja yaitu sebanyak 47 orang (59 %), sedangkan contoh yang bekerja untuk pegawai swasta sebanyak 19 orang (24 %), PNS sebanyak 10 orang (10 %), buruh 4 orang (5 %) dan yang bekerja sebagai wiraswasta hanya 2 orang (2%). Sebagian besar dari contoh tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada penelitian sebagian besar dengan jenis kelamin wanita dan merupakan seorang ibu rumah tangga. Hasil ini sejalan dengan RISKESDAS 2007 yang melaporkan bahwa kejadian kanker lebih banyak terjadi pada ibu rumah tangga dengan prevalensi (8.2‰).
Pengetahuan Gizi
Pada penelitian ini pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan angket pengetahuan yang terdiri dari 20 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan gizi seimbang, dan fungsi zat-zat gizi pada bahan makanan. Berikut sebaran contoh menurut pengetahuan gizi disajikan pada gambar 6 di bawah ini.
(36)
35
32
13 43.8
40
16.25
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
< 60% 60 ‐80 % > 80%
jumlah contoh
% Kategori Tingkat Pengetahuan Gizi
n %
Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi
Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar dari contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah yaitu sebanyak 35 orang (43.8 %) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 32 orang ( 40 %) sedangkan tingkat pengetahuan baik hanya 13 orang (16.25 %). Skor pengetahuan gizi contoh berkisar antara 25% sampai 95 % dengan rata-rata 61.3 % ± 0.186%.
Pengetahuan gizi adalah pemahaman seseorang tentang ilmu gizi, zat gizi serta interaksi antara zat gizi terhadap status gizi dan kesehatan (Suhardjo 2003). Salah satu pertimbangan seseorang untuk mengkonsumsi makanan adalah tingkat pengetahuan tentang manfaat makanan tersebut bagi kesehatan, pengetahuan tentang bahan penyusun asal makanan, dan makna simbolnya. Semakin baik pengetahuan gizinya, makan seseorang akan semakin memperhatikan kualitas pangan yang akan dikonsumsinya (Khomsan et al 2009). Pertanyaan pengetahuan gizi yang diajukan pada contoh yaitu pengetahuan dasar mengenai menu gizi seimbang, jenis kandungan gizi pada pangan, fungsi
dan manfaat zat gizi. Berdasarkan hasil penelitian ini, separuh dari contoh (43.8 %) memiliki tingkat pengetahuan gizi rendah. Hal ini dikarenakan sebagian
besar dari contoh dengan tingkat pendidikan SMA, SMP, dan SD. Sedangkan pada contoh dengan tingkat pendidikan baik sebanyak 13 orang (16.25 %) merupakan contoh dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Dimana tingkat pendidikan tinggi seseorang akan berpengaruh terhadap pengetahuan maupun informasi yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang pendidikan lebih rendah. Berikut tingkat pengetahuan gizi contoh berdasarkan pertanyaan dan jawaban yang benar:
(37)
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar pertanyaan pengetahuan gizi
No Pertanyaan dan jawaban n = 80 % 1. Susunan menu keluarga yang baik yaitu nasi, sayur, lauk, buah,
dan susu.
69 86.2 2. Zat-zat gizi yang diperlukan tubuh yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air.
59 73.7 3. Zat gizi untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh yaitu
protein
47 58.7 4. Bahan makanan mengandung protein hewani yaitu daging, ikan,
telur, dan susu
69 86.2 5. Bahan makanan mengandung protein nabati yaitu
kacang-kacangan
44 55
6. Fungsi utama protein yaitu mengganti bagian tubuh yang rusak, 29 36.2
7. Pangan yang termasuk sumber karbohidrat yaitu nasi 73 91.2 8. Simpanan energi berlebih disimpan tubuh dalam bentuk yaitu
lemak
45 56.2 9. Penggunaan minyak goreng yang aman sebaiknya tidak lebih dari
3 kali
77 96.2 10. Kandungan gizi pada sayur dan buah yaitu vitamin dan mineral 67 83.7 11. Makanan yang mengandung serat yaitu sayuran dan buah-buahan 47 58.7 12. Kelompok pangan yang mengandung antioksidan yaitu sayuran
dan buah-buahan
48 60 13. Fungsi antioksidan yaitu menetralisir radikal bebas 23 35
14. Jenis vitamin larut lemak yaitu A,D,E dan K 8 10
15. Mempertahankan gizi sayuran proses pengolahan yang baik yaitu dicuci, dipotong dan dimasak
50 62.5 16. Merebus sayuran terlalu lama menyebabkan vitamin dan
mineralnya banyak berkurang
66 82.5 17. Jumlah sayur dan buah yang baik dikonsumsi yaitu ≥ 5 porsi 12 15
18. Jumlah air yang baik dikonsumsi setiap hari ≥ 8 gelas 68 85 19. Pengaruh kurang zat besi yaitu anemia 31 38.7
20. Makanan sumber zat besi yaitu hati, bayam dan daging 53 66.2
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dari 20 pertanyaan yang diajukan kepada contoh, terdapat 5 pertanyaan yang dianggap sulit oleh contoh diantaranya adalah pengaruh kurang zat besi, fungsi utama protein, fungsi antioksidan, jumlah sayuran dan buah yang baik dikonsumsi dan jenis vitamin larut lemak. Dimana diantara contoh menjawab tidak tahu dan beberapa diantara mereka pernah mendengar namun menyatakan lupa. Untuk pertanyaan yang dijawab bener oleh sebagian besar contoh diantaranya yaitu mengenai penggunaan minyak goreng yang aman, kandungan gizi sayuran dan buah, susunan menu keluarga makan yang baik, pangan sumber karbohidrat dan protein. Menurut Khomsan et al (2009) pengetahuan gizi adalah salah satu faktor untuk memperbaiki kebiasaan pangan sehingga berdampak pada semakin baiknya status gizi. Upaya meningkatkan pengetahuan gizi dapat dilakukan melalui penyuluhan.
(38)
0 20 40 60 80 100
defisit berat defisit sedang
defisit ringan
normal kelebihan
90
1.2 5 3.7 0
55
15
8.8 16.2 5
persen
kategori tingkat kecukupan
%Energi %Protein
Tingkat Kecukupan Energi dan Protein
Tingkat kecukupan energi dan protein dalam penelitian ini adalah proporsi asupan energi dan protein contoh yang diperoleh dari hasil recall 2 x 24 jam, yang kemudian dibandingkan dengan Angka kecukupan gizi (AKG) dalam WKNPG untuk contoh dengan kondisi malnutrisi gizi lebih maupun kurang, sedangkan untuk contoh dengan status gizi normal, menggunakan Angka kecukupan gizi (AKG) yang telah dikoreksi, kemudian dikategorikan menjadi 5 kategori yaitu defisit berat (< 70% AKG), sedang (70-79% AKG), ringan (80-89% AKG), normal (90-119 % AKG) dan kelebihan (≥ 120 % AKG) (Supariasa 2002). Berikut sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein:
Gambar 7 sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan energi dan protein yang rendah yaitu sebesar 90% tingkat kecukupan energi kategori defisit berat dan sebesar 55% tingkat kecukupan protein kategori defisit berat. Hal ini disebabkan karena, contoh pada penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani terapi kanker, dimana pengaruh dari terapi yang dijalani secara umum menyebabkan penurunan nafsu makan, rasa mual dan muntah, dan perubahan indera pencecap. Menurut Grant (2008), dari pengobatan yang diberikan pada pasien kanker memiliki efek samping yang menyebabkan ketidaknyamanan penderitanya, seperti disfagia, mulal, muntah, stomatitis, esofagitis (radang kerongkongan) dan penurunan produksi air liur yang menyebabkan mulut kering (Grant 2008).
(39)
Kombinasi Kemoterapi Radiasi Operasi 12.5
62.5
6.2
18.8 %
Rata-rata asupan makan contoh yaitu untuk energi 862±339 kkal/hari,untuk protein 34±17 gram/hari dan lemak 24±13 gram/hari. Pada contoh yang memiliki tingkat kecukupan defisit berat rata-rata asupan energi contoh yaitu 805±291 kkal dan rata-rata asupan protein 32±15 gram, contoh dengan tingkat kecukupan defisit sedang rata-rata asupan energi 878 kkal dan protein 43 gram, contoh dengan tingkat asupan defisit ringan rata-rata asupan energi yaitu 1578±173 kkal dan protein 60±60 gram, contoh dengan asupan baik rata-rata asupan energi contoh 1169±334 kkal dan asupan protein contoh 34±24 gram. Dimana asupan makan contoh selain asupan oral juga terdapat beberapa contoh dengan tambahan gizi parenteral dan enteral.
Jenis Terapi Kanker
Penatalaksanaan kanker bersifat multidisiplin, mulai dari pendekatan diagnostik yang melibatkan banyak keahlian, kemudian pengobatan kanker yang multimodalitas dengan operasi, radiasi, dan kemoterapi, ataupun kombinasi dari ketiga hal tersebut (Reksodiputro 2006). Berikut sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker yang dijalani.
Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis terapi kanker
Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa separuh dari contoh sedang menjalani terapi kanker dengan kemoterapi sebesar (62.5%), dan sisanya dengan terapi operasi sebesar (18.8%), kombinasi sebesar (12.5) dan radiasi sebesar (6.2%). Beberapa contoh dalam penelitian ini merupakan pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi kanker pertama.
Jenis Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel jaringan yang tidak terkendali. Sel-sel bagian tubuh yang terserang penyakit ini mengalami perubahan material genetik asam deoksiribonukleat
(41)
dan nasofaring, sedangkan pada wanita banyak ditemukan di serviks, uterus, payudara, ovarium, kulit, hati dan paru.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar contoh adalah pasien dengan kanker payudara (29.6%). Berdasarkan data statistik 10 besar kanker tersering RS Kanker Dharmais, kunjungan pasien terbesar yaitu kanker payudara sebesar (37%) pada tahun 2009 dan meningkat menjadi (41 %) tahun 2010.
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan dalam jangka waktu yang lama (Supariasa 2002). Pada penelitian ini, status gizi contoh dikelompokan menjadi 5 kategori menurut Depkes (2005). Berikut sebaran contoh menurut status gizi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi
Status Gizi n % Kurus tingkat berat 13 16.25 Kurus tingkat ringan 9 11.25
Normal 40 50
Gemuk tingkat ringan 12 15 Gemuk tingkat berat 6 7.5
Total 80 100
Berdasarkan Tabel 7 di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 contoh separuh dari contoh yaitu 40 orang (50 %) termasuk kategori gizi baik (normal), sedangkan separuh lainnya terbagi menjadi kurus berat sebanyak 13 orang (16.25 %), kurus ringan sebanyak 9 orang (11.25 %), gemuk ringan sebanyak 12 orang (15 %) dan gemuk berat sebanyak 6 orang (7.5 %).
Pada penelitian ini menunjukan bahwa separuh dari contoh dengan status gizi normal (50%). Namun berdasarkan wawancara yang dilakukan pada contoh, sebagian dari contoh menyatakan bahwa mereka mengalami penurunan berat badan 1- 3 kg setelah terpapar kanker ataupun setelah dilakukannya terapi awal. Walaupun ketika dirawat dalam kondisi status gizi normal, akan tetapi dapat terjadi penurunan berat badan selama terapi yang berakibat pada penurunan status gizi. Salah satu yang menjadi pendukung keberhasilan terapi kanker adalah kondisi gizi pasien itu sendiri. Menurut Uripi (2002) perlu dilakukannya penimbangan berat badan pasien kanker sekurang - kurangnya seminggu sekali. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi gizi serta agar intervensi gizi
(1)
No Jenis kelamin Pekerjaan Pendidikan Usia Bb Tb Imt Kategori Jenis kanker Terapi kanker 30 perempuan IRT SMP 54 69 151 30.26 gemuk berat ca. cervix kemo 31 laki-laki swasta SMA 48 63 159 24.91 normal KNF kemo 32 perempuan IRT SMA 46 40 150 17.77 kurus ringan ca. cervix kemo 33 perempuan IRT SMA 28 56 152 24.23 normal ca. mamae operasi 34 perempuan IRT SMP 47 49 150 21.77 normal ca. ovarium kemo 35 perempuan karyawan SMA 35 63 156 25.88 gemuk ringan ca. rekti kemo 36 laki-laki swasta PT 42 70 166 25.4 gemuk ringan ca. colon kemo 37 laki-laki swasta SMA 50 72 165 26.4 gemuk ringan ca. rekti kemo 38 perempuan IRT SD 30 49 150 21.77 normal KNF kemo 39 laki-laki karyawan SMA 53 69 165 25.34 gemuk ringan LNF kemo 40 laki-laki karyawan SMA 42 76 165 27.9 gemuk berat glen penis operasi 41 perempuan IRT SMA 54 60 155 24.9 normal ca. mamae kemo 42 perempuan IRT SMA 36 62 160 24.25 normal ca. servix kemo,radiasi 43 perempuan IRT SMA 35 48 150 21.33 normal ca. mamae kemo 44 perempuan IRT SMP 68 64 147 29.6 gemuk berat ca. mamae operasi 45 perempuan swasta SMA 46 40 157 16.22 kurus berat ca. paru kemo 46 perempuan PNS PT 43 53 145 25.2 gemuk ringan ca. ovarium kemo 47 laki-laki karyawan PT 31 69 173 23.05 normal LNH radiasi 48 perempuan IRT SD 47 34 145 16.17 kurus berat ca. mamae kemo 49 perempuan IRT PT 65 40 157 16.22 kurus berat ca. pankreas kemo 50 perempuan PNS SMA 48 52 150 23.11 normal ca tyroid operasi 51 perempuan IRT PT 31 30 153 12.81 kurus berat KNF kemo 52 perempuan IRT SMA 41 84 154 35.4 gemuk berat ca. mamae kemo,operasi 53 perempuan IRT SD 57 47 150 20.88 normal ca. ovarium operasi 54 laki-laki buruh SD 53 49 162 18.6 normal KNF kemo,operasi 55 perempuan swasta PT 25 43 159 17 kurus ringan ca. servix kemo,radiasi 56 perempuan IRT SMP 46 76 158 30.44 gemuk berat ca. mamae kemo,operasi 57 perempuan IRT SMA 33 59 155 24.55 normal ca. mamae kemo,operasi
(2)
71
58 laki-laki swasta SMA 42 59 175 19.26 normal KNF radiasi 59 perempuan IRT PT 35 42 150 18.66 normal ca. mamae operasi 60 perempuan swasta SMP 41 33 144 15.91 kurus berat ca. servix kemo,radiasi 61 laki-laki Wiraswasta SMA 35 67 165 24.6 normal ca. rekti kemo,radiasi 62 perempuan IRT SMP 52 44 155 18.31 kurus ringan LNH kemo,operasi 63 laki-laki petani SD 63 51 165 18.7 normal KSS operasi 64 laki-laki tidak kerja SMP 32 44 160 17.1 kurus ringan ca. colon kemo 65 perempuan Wiraswasta SD 53 42 151.5 18.42 kurus ringan ca. ovarium kemo 66 perempuan IRT SMP 46 26 135 14.26 kurus berat ca. colon kemo 67 perempuan IRT SMA 68 24 150 10.67 kurus berat ca. pelpis kemo 68 perempuan IRT SMP 60 45 145 21.4 normal ca. mamae kemo 69 perempuan swasta PT 47 39 151 17 kurus ringan ca. mamae kemo 70 perempuan PNS PT 53 48 153 20.5 normal ca. ovarium kemo 71 perempuan IRT SMA 53 58 155 24.14 normal ca. ovarium operasi 72 laki-laki swasta SMA 52 63 174 20.8 normal KNF kemo 73 perempuan IRT SD 53 59 151 25.8 gemuk ringan ca. mamae operasi 74 perempuan IRT SMA 40 55 155 22.8 normal ca. mamae kemo 75 perempuan IRT SMP 53 44 155 18.31 kurus ringan LNH kemo 76 laki-laki buruh SMP 45 52 164 19.33 normal KNF kemo 77 laki-laki swasta PT 41 67 168 23.73 normal leukemia kemo 78 perempuan IRT tdk dklah 46 54 159 21.35 normal ca. servix radiasi 79 perempuan IRT SMA 39 53 150 23.55 normal ca. servix operasi 80 laki-laki swasta PT 51 46 171 15.73 kurus berat ca. paru kemo
(3)
No skor P.gz
Keb. Gizi
AKG koreksi
E
AKG koreksi
P
Asupan E
Asupan P
Asupan lemak
Tk.asupan Energi
Tk.asupan Protein
1 85 2755 1870 44 1185 46.9 23.65 46.47 78.17 2 65 3081 2312 59 975 49 36.65 41.49 81.67 3 85 2845 2227 63.63 1097 39 36.6 62.69 78 4 65 2417 1623 46.36 1267 44.3 41.5 50.17 86 5 45 2559 1909 54.54 878 43 15.25 78.07 95.56 6 80 2223 1276 35.45 276.2 6.35 3.1 15.30 12.7 7 65 2476 1750 50 880 32 41 59.11 72.17 8 45 2847 2250 60 1330 43.3 17.7 50.28 64 9 45 2186 1309 36.8 204 2.35 1.55 15.58 6.39 10 50 2457 1706 43.5 538 51.5 13.8 31.54 118.39 11 80 3034 2040 48 1413 70.6 28.9 55.40 117.67 12 30 2307 1633 43.5 739 28.3 12.5 32.84 71.17 13 30 2319 1432 41 966 35.45 52.4 67.46 86.46 14 75 3325 2550 60 1164 40.25 17.85 45.65 67.08 15 50 2622 1898 52.72 895 57.1 31 49.73 114.2 16 80 2608 1767 49 788 22.9 32.95 44.60 46.73 17 45 2208 1145 31.8 676 20.95 32.3 37.57 41.9 18 50 2454 1309 36.36 723 24.4 38 40.17 48.4 19 70 2346 1778 47.42 814 32.5 42.9 45.78 68.54 20 85 2430 1591 45.45 926 31.75 27.6 58.20 69.86 21 85 2687 1800 50 492 14.45 6.1 68.44 101.7 22 75 2891 2127 59 1232 50.85 34.4 27.33 28.90 23 80 2367 1559 44.54 795 32.3 31 50.99 72.52 24 80 2495 1604 44.54 978 35.2 13.15 60.97 79.03 25 50 2856 1964 54.54 651 53.12 51.95 36.17 106.24 26 40 2497 1686 48 579 26 21 34.34 54.17 27 90 2716 1964 54.54 1598 58.7 32.9 81.36 107.63 28 90 2511 1636 45.45 1489 50.1 40.8 91.01 110.23 29 45 2251 1309 36.36 571 19.4 11 31.72 38.8 30 45 2790 2195 62.7 642 26.1 17.8 36.68 52.2 31 85 2915 2388 60.96 658 22.35 27.85 27.55 36.66 32 60 2287 1309 36 1128 60.45 8.95 62.67 120.9 33 95 2788 2046 53.8 1073 46.7 50.9 52.44 86.80 34 45 2457 1604 44.54 808 37.85 25.75 50.37 84.98 35 45 2875 2062 57.27 770 25.8 25.3 42.78 51.6 36 70 3273 2653 67.74 1502 54.5 15.3 63.91 90.83 37 90 3206 2613 69.67 552 23.5 13.6 24.53 39.17 38 65 2622 1604 44.54 703 38.75 18.65 43.83 87.00 39 60 3078 2504 66.77 726 32.95 25.85 32.72 54.97 40 60 3434 2758 73.54 1816 96 53.85 80.70 96 41 55 2626 1909 54.54 915 35.55 36.7 47.93 65.18
(4)
73
No skor P.gz
Keb. Gizi
AKG koreksi
E
AKG koreksi
P
Asupan E
Asupan P
Asupan lemak
Tk.asupan Energi
Tk.asupan Protein
42 75 2863 2258 62.72 767 31.7 23.6 33.97 50.54 43 65 2554 1571 43.63 733 18.6 22.4 46.66 42.63 44 40 2539 1861 52.36 1072 43 30.8 67.00 95.55 45 70 2314 1309 36.36 747 27.55 25.45 41.50 55.1 46 80 2575 1735 48 552 10.1 7.15 30.67 20.2 47 65 3472 2615 66.77 551 53.25 10.4 21.07 79.75 48 40 2139 1113 30.9 631 21.5 26.4 35.00 43 49 80 2129 1164 32.72 834 36.7 12.95 52.00 81.55 50 45 2507 1702 47.27 1147 35.95 38.45 67.39 76.05 51 90 2246 982 27.27 697 24.7 28.3 38.72 49.4 52 55 3226 2749 76.36 553 11.38 3 30.72 22.76 53 50 2320 1495 42 1425 58.35 33.55 95.32 138.93 54 25 2475 1778 47.4 1443 26.8 19.8 81.16 56.54 55 85 2586 1571 41.34 446 33.4 9.25 23.47 66.8 56 75 3034 2487 69 1023 35.6 25.45 56.83 71.2 57 95 2811 1931 53.63 727 28.5 30.4 37.65 53.14 58 75 3052 2236 57 975 69.8 18.4 43.60 122.46 59 70 2434 1374 38 652 21.55 17.55 47.45 56.71 60 40 2174 1080 30 648 14.85 12.4 36.00 29.7 61 55 3275 2193 60.9 990 45.45 25.85 45.14 74.63 62 75 2328 1400 40 432 10.6 9.45 43.31 62.89 63 45 2422 1850 49.35 699 23.25 20.55 24.68 21.2 64 60 2608 1668 42.5 905 31.28 40.75 48.89 28.4 65 65 2267 1336 38.18 1509 51.45 28.2 27.21 34.43 66 45 1951 851 23.64 616 20.2 16.85 35.80 14.03 67 45 1755 698 56.7 693 28.3 26.7 37.78 47.11 68 50 2231 1432 41 864 31.58 26.6 40.22 52.13 69 60 2262 1276 35.45 880 14.2 0.8 95.35 137.52 70 90 2390 1527 43.63 1456 60 46.1 86.26 102.9 71 60 2596 1845 52.72 502 18.15 17.6 34.22 40.4 72 35 3014 2286 60.96 818.4 8.55 8.95 60.34 77.02 73 35 2601 1877 53.63 627 19.5 15.3 35.82 39 74 35 2663 1800 50 1251 53.25 54 69.50 106.50 75 35 2318 1400 40 333 21 15.5 18.50 42 76 65 2695 1971 50.32 1055 40.25 37.95 53.53 79.99 77 50 3222 2539 64.83 373 13.2 8.2 14.69 20.36 78 25 2600 1767 49 561.25 22.75 20.55 31.76 46.43 79 75 2614 1734 48.18 221 8.4 1 12.75 17.43 80 50 2511 1669 44.5 1153 32.7 11.55 51.24 54.5
(5)
RINGKASAN
LINA SUGITA
.Tingkat Kecukupan Energi dan Protein,Tingkat Pengetahuan Gizi,
Jenis Terapi Kanker dan Status Gizi Pasien Kanker Rawat Inap di Rumah Sakit
Kanker Dharmais. Dibimbing oleh
EVY
DAMAYANTHI
dan
RIRIN HARIANI
.
Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara
berkembang seperti Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007 diantara penyakit tidak menular. Pada semua kelompok umur di
Indonesia, kanker (tumor ganas) berada pada urutan keenam setelah diabetes
mellitus yaitu 4.3‰. Kanker dapat dianggap sebagai penyakit dari sel-sel tubuh
yang berkembang secara abnormal. Pengembangannya melibatkan kerusakan
sel-sel DNA, dan kerusakan ini terakumulasi dari waktu ke waktu. Seiring dengan
perjalanan penyakitnya dapat menimbulkan masalah gizi,terutama menyebabkan
penurunan status gizi bagi penderitanya. Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk mempelajari tingkat kecukupan energi dan protein, tingkat pengetahuan
gizi, jenis terapi kanker dan status gizi pasien kanker rawat inap di Rumah Sakit
Kanker Dharmais.
Penelitian ini menggunakan desain
cross sectional study
, karena
pengambilan data dilakukan pada satu waktu tidak berkelanjut. Bertempat di
Rumah Sakit Kanker Dharmais. Dilakukan pada bulan Juli 2011. Populasi adalah
pasien kanker rawat inap di kelas II, III, dan Jamkesmas. Contoh adalah bagian
dari populasi yang diambil dengan teknik
purposive sampling
dengan kriteria
inklusi yaitu laki-laki atau perempuan, berusia > 18 tahun, pasien rawat inap
kunjungan maksimal 3 hari rawat, kondisi sadar dan bersedia menjadi contoh
penelitian. Jumlah contoh yang diambil yaitu sebanyak 80 orang.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (usia, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan pekerjaan), tingkat pengetahuan gizi contoh diperoleh
menggunaka kuesioner dengan pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan, asupan
makan contoh diperoleh dengan menggunakan recall 2 x 24 jam, antropometri
(berat badan) contoh diperoleh dengan pengukuran menggunakan timbangan
injak. Data sekunder meliputi data profil Rumah Sakit Kanker Dharmais, data
tinggi badan, jenis kanker dan jenis terapi kanker yang diperoleh dari rekam
medik. Data yang dikumpulkan diolah dan dianalisis, pengolahan data dimulai
dari coding, editing, entry data kemudian dianalisis dengan menggunakan
program
nutrisurvey
, komputer perangkat lunak
microssoft excel
2007 dengan
analisis deskriptif. Untuk melihat hubungan antar variabel, uji yang digunakan
yaitu uji korelasi
Pearson
.
Secara keseluruhan sebagian besar dari contoh (70%) adalah
perempuan. Secara keseluruhan usia contoh berkisar antara 45-54 tahun (45%),
hampir separuh dari contoh (39%) dengan tingkat pendidikan SMA/sederajat,
separuh dari contoh (59%) tidak bekerja, hal ini dikarenakan contoh pada
penelitian ini sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Berdasarkan status gizi,
separuh dari contoh (50%) dengan status gizi lebih maupun kurang, yaitu
sebesar 16.25% contoh status gizi kurus berat, 11.25% kurus ringan, sebesar
15% contoh gemuk ringan dan 7.5% contoh gemuk berat. Berdasarkan tingkat
pengetahuan gizi, hampir separuh dari contoh (43.8%) tingkat pengetahuan gizi
rendah < 60% dengan rata-rata pengetahuan gizi 61.3%. Sebagian besar dari
contoh (90%) memiliki tingkat kecukupan energi dengan kategori defisit berat,
(6)