15
D. Tanggul
Tanggul merupakan salah satu bentuk dari bendungan urugan homogen. Dikatakan demikian karena tanggul mempunyai bahan pembuat dan bentuk
yang hampir sama dengan bendungan. Pembuatan tanggul merupakan salah satu usaha dalam konservasi tanah dan air. Tanggul berfungsi untuk
melindungi daerah irigasi dari banjir yang disebabkan oleh sungai, pembuangan yang besar atau laut DPU, 1986.
DPU 1986 menyatakan bahwa rembesan terjadi apabila tubuh tanggul harus mengatasi beda tinggi muka air dan jika aliran yang diakibatkannya
meresap ke dalam tanah di sekitar tanggul. Aliran ini mempunyai pengaruh yang merusakkan stabilitas tanggul karena terangkutnya bahan
– bahan halus dapat menyebabkan erosi bawah tanah. Jika erosi bawah tanah sudah terjadi,
maka terbentuk jalur rembesan antara bagian hulu dan bagian hilir tanggul. Keadaan ini akan mengakibatkan kerusakan sebagai akibat terkikisnya tanah
pondasi. Apabila garis rembesan memotong lereng hilir suatu tanggul, maka akan terjadi aliran-aliran filtrasi keluar menuju permukaan lereng tersebut dan
terlihat gejala keruntuhan atau longsoran kecil pada permukaan lereng hilir Sosrodarsono dan Takeda, 1977.
Dimensi tanggul menurut DPU 1986 adalah sebagai berikut: a. Tinggi Tanggul H
d
Tinggi tanggul merupakan beda tinggi tegak antara puncak dan bagian bawah dari pondasi tanggul. Permukaan pondasi adalah dasar dinding kedap
air atau dasar zona kedap air. Apabila pada tanggul tidak terdapat dinding atau zona kedap air, maka yang dianggap permukaan pondasi adalah garis
perpotongan antara bidang vertikal yang melalui tepi hulu mercu tanggul dengan permukaan pondasi alas tanggul tersebut. Mercu adalah bidang teratas
dari suatu tanggul yang tidak dilalui oleh luapan air dari saluran. b. Tinggi Jagaan H
f
Tinggi jagaan merupakan perbedaan antara elevasi permukaan maksimum rencana air dalam saluran dengan elevasi mercu tanggul. Elevasi
permukaan maksimum rencana merupakan elevasi banjir rencana dalam
16 saluran. Elevasi permukaan air maksimum rencana adalah elevasi yang paling
tinggi yang diperkirakan akan dicapai oleh permukaan air saluran tersebut. c. Kemiringan Lereng Talud
Kemiringan rata-rata lereng tanggul hulu dan hilir adalah perbandingan antara panjang garis vertikal yang melalui puncak dan panjang
garis horizontal yang melalui tumit masing-masing lereng tersebut. Crag 1991 menyatakan bahwa kemiringan saluran biasanya ditentukan oleh
keadaan topografi. Dalam berbagai hal, kemiringan ini dapat pula tergantung kegunaan saluran, misalnya saluran irigasi, persediaan air minum, dan proyek
pembangkit. Pada Tabel 5 memuat kemiringan talud yang dapat dipakai pada berbagai jenis bahan urugan.
Tabel 5. Kemiringan talud untuk tinggi maksimum 10 m Bahan Urugan
Kemiringan lereng Vertikal : Horizontal
Hulu Hilir
Urugan homogen
1 : 3.00 1 : 2.25
Urugan batu dengan inti liat atau dinding diafragma
1 : 1.50 1 : 1.25
Kerikil-kerikil dengan inti liat atau dinding diafragma
1 : 2.50 1 : 1.75
Sumber: DPU 1994
Sekelompok garis aliran dan garis ekuipotensial disebut dengan jaring arus. Suatu garis ekupotensial adalah garis
– garis yang mempunyai tinggi tekanan yang sama h konstan. Kemiringan garis equipotensial adalah tegak
lurus terhadap garis aliran. Pada tanah yang seragam hal ini selalu benar, sehingga rembesan air di dalam tanah dapat digambarkan sebagai deretan
garis equipotensial dan deretan garis aliran yang saling berpotongan secara tegak lurus. Gambar 5 merupakan contoh jaringan aliran dalam tubuh tanggul
Wesley, 1973.
17 Gambar 5. Jaringan aliran dalam tubuh tanggul
E. Stabilitas Lereng