12 manfaat penghancur lemak dan penurun kolesterol darah tersebut, inositol
menjadi bagian penting dalam diet Luckner, 1984.
2.6 Teknologi Ekstraksi
Propolis dalam bentuk mentah raw propolis belum bisa dimanfaatkan khasiatnya karena masih terselimuti dengan berbagai bahan. Komponen aktifnya
harus dipisahkan dan dikeluarkan dengan cara ekstraksi. Hingga kini belum ada standarisasi tentang konsentrasi, metode ekstraksi, dan jenis pelarut yang akan
dipakai. Cara ekstraksi yang paling umum adalah menggunakan pelarut organik Mahani, et al., 2011.
Proses ekstraksi yang baik adalah polaritas pelarut sesuai dengan polaritas propolis, pelarut mudah diuapkandipisahkan, suhu penguapanpemisahan tidak
merusak propolis dan kedap udara untuk menghindari kerusakan akibat oksidasi. Pelarut yang bersifat semi polar yang populer adalah etanol. Pelarut ini paling
umum digunakan untuk mengekstrak komponen aktif dari bahan alam, termasuk untuk mengekstrak propolis. Pelarut ini memiliki sejumlah kelebihan yaitu
komponen yang terbawa berasal dari golongan polar dan non polar sekaligus sehingga komponen yang terbawa lebih banyak dan beragam. Selain itu, potensi
khasiat propolis yang dihasilkan lebih baik. Pelarut ini juga mudah diuapkan sehingga kemungkinan masih tertinggal sangat kecil. Artinya, propolis yang
dihasilkan benar-benar bebas pelarut Mahani, et al., 2011. Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu cara dingin
maserasi, perkolasi dan cara panas refluks, digesti, sokletasi dan infundasi. Untuk ekstraksi propolis, pada umumnya menggunakan cara dingin karena
kandungan senyawa propolis yang tidak tahan panas. Penyarian dengan campuran
13 etanol dan air dilakukan dengan cara maserasi atau perkolasi. Metode maserasi
adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang dilakukan
dengan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi Depkes, 2000; Ditjen POM,
1979.
2.7 Kromatografi Gas – Spektrometri Massa
Kromatografi gas KG merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. Dalam metode kromatografi gas , yang sangat
menentukan kehandalan metode ini adalah instrumennya sendiri yang dikenal sebagai kromatografi gas. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan
dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa- senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang
signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat
melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat Rohman, 2009. Spektrometri massa adalah alur kelimpahan abundance jumlah relatif
fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan mz atau me dari fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel yang dideteksi dalam
spektrometer massa adalah +1; maka nilai mz sama dengan massa molekulnya M. Bagaimana suatu molekul atau ion pecah menjadi fragmen - fragmennya
bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur molekul
14 induknya. Juga seringkali untuk menentukan bobot molekul suatu senyawa dari
spektrum massanya Supratman, 2010.
2.7.1 Sistem peralatan kromatografi gas–spektrometri massa
Bagian-bagian yang terpenting dari sebuah kromatografi Gas– Spektrometri Massa, menurut meliputi :
Gambar 2.1 Diagram Blok
Kromatografi Gas–Spektrometri Massa Sumber: Anonim, 2011.
2.7.2 Prinsip Kromatografi Gas–Spektrometri Massa
Menurut Watson 2005, prinsip-prinsip alat Kromatografi Gas– Spektrometri Massa tersebut yaitu:
- Injeksi sampel dapat dilakukan secara manual atau menggunakan pengambil
sampel otomatis melalui sekat karet yang dapat tertutup kembali. -
Sampel tersebut diuapkan pada bagian portal injeksi yang dipanaskan dan mengalami kondensasi pada bagian atas kolom
- Kolom dapat berupa kolom kapiler atau kolom terkemas, yang akan dibahas
lebih mendalam. Fase gerak yang digunakan untuk membawa sampel melewati kolom tersebut adalah suatu gas – biasanya nitrogen atau helium
15 -
Kolom ditutup dalam suatu oven yang dapat diatur pada suhu antara suhu kamar dan lebih kurang 400
o
C -
Detektor yang digunakan adalah spektrometri massa MS -
Sampel dimasukkan kedalam sumber instrumen dengan memanaskannya pada akhir suatu sensor sampai menguap airnya, dibantu dengan keadaan sangat
hampa dalam instrumen tersebut -
Jika berada dalam fase uap, analit dibombardir dengan elektron-elektron yang dihasilkan oleh filamen rhenium atau tungsten, yang diakselerasi menuju suatu
target positif dengan energi sebesar 70 eV. -
Dua jenis sistem biasanya digunakan untuk memisahkan ion-ion berdasarkan perbandingan muatan terhadap massanya.
Prinsip dasar kromatografi Gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor, pemisahan komponen-komponen dalam campuran,
dan deteksi tiap komponen dengan detektor. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang
mungkin terjadi antara solut dan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor.
Penggunaan suhu yang meningkat biasanya pada kisaran 50
o
C - 350
o
C bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan karenanya akan cepat terelusi
Gandjar dan Rohman, 2007.
2.7.3 Instrumentasi alat 2.7.3.1 Fase gerak
Fase gerak pada kromatografi gas juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, oleh karena itu gas
16 pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak
reaktif, murnikering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor, dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi Rohman, 2009.
2.7.3.2 Ruang suntik sampel
Lubang suntik didesain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. Desain yang populer terdiri atas saluran gelas yang kecil atau tabung
logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan syringe. Karena Helium gas pembawa mengalir
melalui tabung, sejumlah volume yang diinjeksikan akan segera menguap untuk selanjutnya dibawa menuju kolom Rohman, 2009.
2.7.3.3 Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena di dalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen
sentral pada kromatografi gas. Ada 3 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu kolom kemas packing column dan kolom kapiler capillary column; serta
kolom preparative preparative column. Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Fase diam yang
digunakan pada kolom kapiler dapat bersifat non polar, polar, atau semi polar. Fase diam non polar yang paling banyak digunakan adalah metil polisiloksan
HP-1; DB-1; SE-30; CPSIL-5 dan fenil 5-metilpolisiloksan 95 HP-5; DB-5; SE-52; CPSIL-8. Fase diam semi polar adalah seperti fenil 50 -
metilpolisiloksan 50 HP-17; DB-17; CPSIL-19, sementara itu fase diam yang polar adalah seperti polietilen glikol HP-20M; DB-WAX; CP-WAX; Carbowax-
20M Rohman, 2009.
17
2.7.3.4 Oven
Oven KG menggabungkan suatu kipas, yang memastikan distribusi panas yang merata diseluruh oven. Oven-oven ini dapat diprogram untuk menghasilkan
suhu yang tetap, kondisi isotermal, atau peningkatan suhu secara berangsur- angsur. Kecepatan pemrograman oven dapat berkisar dari 1
o
Cmenit sampai 40
o
C menit. Program suhu yang kompleks dapat dihasilkan dengan melibatkan
sejumlah peningkatan suhu berselang-seling dengan periode-periode kondisi isotermal, misalnya 60
o
C1menit5
o
Cmenit sampai 100
o
C5menit10
o
Cmenit sampai 200
o
C 5menit. Keuntungan dari program-program suhu adalah bahwa bahan-bahan yang keatsiriannya sangat berbeda dapat dipisahkan dalam waktu
yang rasional dan juga injeksi sampel dapat dilakukan pada suhu rendah, ketika sampel akan diperangkap pada bagian atas kolom dan kemudian suhu dapat
dinaikkan sampai sampel berelusi Watson, 2005.
2.7.3.5 Detektor
Detektor adalah gawai yang memasok sinyal keluaran sebagai tanggapan terhadap cuplikan. Alat ini disambungkan dengan keluaran kolom untuk
memantau efluen kolom dalam waktu sebenarnya. Fungsi detektor adalah untuk mendeteksi dan mengukur sejumlah kecil komponen yang terpisahkan pada aliran
gas yang meninggalkan kolom. Keluaran dari detektor direkam oleh sebuah recorder
yang akan mengahasilkan sebuah kromatogram Jeffery, et al., 1989; Johnson dan Stevenson, 1978.
Kromatogram yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen- komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap
waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data
18 kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data
kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasikan dengan senyawa baku. Akan tetapi apabila kromatografi gas digabung dengan instrumen yang multipleks
misalnya GCMS atau yang disebut Kromatografi Gas–Spektrometri Massa, kromatogram disajikan dalam bentuk lain Gandjar dan Rohman, 2007.
2.7.3.5.1 Spektrometri massa sebagai detektor
Sumber: Lee, 2005. Menurut Lee 2005, terdapat delapan jenis sumber ionisasi yang
digunakan dalam intrumen MS. Pada analisis yang divariasikan dengan GC, umumnya dan pada penelitian ini yang digunakan adalah elektron impact EI.
Proses ionisasi dalam elektron impact EI yaitu, elektron dilewatkan melalui sampel fase gas dan bertubrukan dengan molekul analit M yang kemudian
menghasilkan ion-ion bermuatan positif atau fragmentasi ion. Umumnya elektron memiliki energi sebesar 70 eV. Metode ini digunakan untuk semua senyawa-
senyawa yang bersifat volatil.
Sumber: Lee, 2005.
19
2.8 Derivatisasi pada Kromatografi Gas
Derivatisasi pada KG merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk
dilakukan analisis menggunakan kromatografi gas menjadi lebih mudah menguap. Menurut Rohman 2009, alasan dilakukannya derivatisasi adalah:
- Senyawa-senyawa tersebut tidak memungkinkan dilakukan analisis dengan
KG terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya. -
Untuk meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Beberapa senyawa tidak menghasilkan bentuk kromatogram yang bagus misal puncak
kromatogram saling tumpang tindih atau sampel yang dituju tidak terdeteksi, karenanya diperlukan derivatisasi sebelum dilakukan analisis dengan KG.
- Meningkatkan volatilitas, misal senyawa gula. Tujuan utama derivatisasi
adalah untuk meningkatkan volatilitas senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap non-volatil. Senyawa-senyawa dengan berat molekul rendah
biasanya tidak mudah menguap, karena adanya gaya tarik-menarik inter molekuler antara gugus-gugus polar karenanya jika gugus-gugus polar ini
ditutup dengan cara derivatisasi akan mampu meningkatkan volatilitas senyawa tersebut secara dramatis.
- Meningkatkan deteksi, misal untuk kolesterol dan senyawa-senyawa steroid.
- Meningkatkan stabilitas. Beberapa senyawa volatil mengalami dekomposisi
parsial karena panas sehingga diperlukan derivatisasi untuk meningkatkan stabilitasnya.
- Meningkatkan batas deteksi pada penggunaan detektor tangkap elektron
ECD.
20 Beberapa cara derivatisasi yang dilakukan pada kromatografi gas yaitu
esterfikasi, asilasi, alkilasi, sililasi, kondensasi, dan siklisasi Gandjar dan
Rohman, 2007.
• Sililasi
Derivat silil digunakan untuk menggantikan eter alkil untuk analisis komponen sampel yang bersifat polar dan tidak mudah menguap. Salah satu
contoh sampel yang menggunakan derivat ini adalah Propolis. Derivat yang paling sering dibuat adalah trimetilsilil. Urutan reaktifitas pereaksi sililasi
berdasarkan pada kemampuan penyumbang silil adalah sebagai berikut: TrimetilsililimidazolTMSIMN,O-bis-trimetilsilil-trifluoroasetamid BSTFA
N,O-bis-trimetilsilil-asetamidBSAN-metil-N-trimetilsililtrifluoroasetamid MSTFA Trimetilklorosilan TMCS Heksametildisilazan HMDS Gandjar
dan Rohman, 2007. Urutan reaktivitas gugus-gugus penerima silil adalah sebagai berikut:
alkoholfenolasam karboksilataminaamida. Faktor sterik sangat penting dalam hal penentuan kecepatan reaksi derivatisasi. Untuk setiap gugus fungsi,
urutan reaktifitasnya adalah: primersekundertersier Gandjar dan Rohman, 2007.
Derivatisasi dengan gugus fungsional yang sukar diderivatisasi seperti amina sekunder, alkohol tersier, dan amida perlu dilakukan pemanasan pada suhu
antara 60
o
C-150
o
C. Laju reaksi derivatisasi juga dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis asam seperti dengan trimetilklorosilan atau dengan katalis
basa seperti piridin. Dilaporkan bahwa 95 derivat trimetilsilil TMS dapat dibuat dengan menggunakan trimetilsililimidazol TMSIM atau dengan N,O-bis-
21 trimetilsilil-trifluoroasetamidBSTFA yang kadang-kadang ditambah dengan
trimetilklorosilanTMCS sebagai katalis. Kedua pereaksi ini menunjukkan selektifitas. TMSIM tidak bereaksi dengan gugus amino, sedangkan BSTFA
merupakan pereaksi terpilih untuk gugus amino. Pembuatan pereaksi ini pun lebih reaktif dengan media bebas air Gandjar dan Rohman, 2007.
Gambar 2.2 Struktur BSTFA dan reaksi Sililasi :
Struktur BSTFA:
Reaksi Sililasi :
For BSTFA :
For TMCS: X = Cl
Sumber: Sigma-Aldrich, 1997.
22
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif eksploratif yaitu untuk menentukan komponen propolis dengan membandingkan beberapa
propolis bermerek dan propolis mentah serta analisis komponennya. Penelitian ini meliputi ekstraksi propolis dengan alkohol 70, analisis komponen sampel secara
kualitatif dan kuantitatif dilakukan menggunakan GC-MS Gas Chromatography- Mass Spectrometry
. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian LP Fakultas Farmasi USU dan di Laboratorium Penelitian PPKS MEDAN.
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium untuk persiapan ekstraksi beaker glass, gelas ukur, erlenmeyer,
batang pengaduk, spatula, cawan penguap, mortir dan alu, gelas arloji kertas whatmann no.1, corong, neraca analitik, rotavapor vakum, freeze dryer, freezer,
syringe perfection 100µl, mikropipet, botol berwarna gelap, vial kaca 5 ml
berwarna gelap, vial 2 ml, karet ptfe, plastik parafilm M, oven, GC-MS Gas Chromatography-Mass Spectrometry
model Shimadzu QP 2010 S untuk analisis.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah propolis mentah yang berasal dari daerah Sragen Jawa tengah, propolis bermerek dagang Melia
Propolis, Propolis Platinum, HDI Propoelix
®
, HDI Propoelix
®
Plus, HD Bee