Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

14 CaCO 3 . Alkalinitas mengalami penurunan sampai hari ke-30 perlakuan. Nilai alkalinitas pada akhir pemeliharaan berkisar 246,7-300 mg ℓ CaCO 3 Lampiran 12. Gambar 13. Grafik nilai alkalinitas selama pemeliharaan

3.2 Pembahasan

Penambahan kapur CaCO 3 pada media bersalinitas 4 g ℓ tidak memberikan pengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan ikan bawal. Kelangsungan hidup menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Nilai derajat kelangsungan hidup pada perlakuan 0 mg ℓ CaCO 3 sebesar 88,89 dan kelangsungan hidup perlakuan lain memiliki nilai di atas kontrol, yaitu 91,67 dan 94,44. Kematian ikan pada setiap perlakuan terjadi karena terjadi stres saat dilakukan pengukuran parameter pertumbuhan, selain itu juga terjadi saling menyerang antar ikan beberapa kali selama pemeliharaan. Penambahan kalsium pada media tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup ikan bawal air tawar, karena media tanpa penambahan CaCO 3 memiliki derajat kelangsungan hidup di atas 80 yaitu 88,89. Pertumbuhan merupakan pertambahan bobot atau panjang. Huet 1971 menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari daya tahan terhadap penyakit dan genetik, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup dan ketersediaan makanan. Penelitian ini menguji faktor eksternal yaitu 15 lingkungan terhadap pertumbuhan benih ikan bawal. Pertumbuhan yang diamati dalam penelitian ini mencakup pengamatan terhadap panjang total, pertambahan panjang mutlak, koefisien keragaman panjang, dan bobot rata-rata akhir pemeliharaanpanen. Laju pertumbuhan bobot harian ikan bawal selama pemeliharaan berkisar antara 2,01-2,36. Penambahan kapur CaCO 3 tidak memberikan pengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian benih bawal. Namun demikian, nilai laju pertumbuhan cenderung meningkat dari perlakuan kontrol ke perlakuan penambahan CaCO 3. Hasil penambahan CaCO 3 dosis 200 mg ℓ menunjukkan nilai pertumbuhan sebesar 2,36, dan pada perlakuan kontrol yaitu 2,01. Pemberian CaCO 3 pada media pemeliharaan bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi kalsium sebagai pembentuk tulang dan jaringan, akan tetapi dalam penelitian ini diduga pemanfaatan kalsium belum maksimal karena parameter pertumbuhan tidak berbeda nyata dengan kontrol. Panjang mutlak ikan bawal pada semua perlakuan mengalami peningkatan dengan kisaran 1,20 cm –1,29 cm. Penambahan mineral kalsium tersebut dapat menunjang pertumbuhan benih ikan bawal, karena di dalam kapur terdapat mineral kalsium yang diserap oleh ikan bawal. Mineral kalsium berfungsi sebagai pembentukan tulang, serta dibutuhkan untuk proses metabolik. Menurut Gatlin 1991 dalam Permatasari 2010, kalsium dapat berperan sebagai kofaktor dalam proses enzimatik. Kelarutannya dalam perairan mampu meningkatkan aktivitas enzim Na + , K + serta ATP-ase. Peningkatan kinerja enzim Na + , K + serta ATP-ase tersebut terkait dengan perbedaan tekanan osmotik media dengan tekanan osmotik pada tubuh ikan, yang mempengaruhi pengaturan tekanan osmotik pada tubuh ikan terhadap media. Ikan air tawar cenderung bersifat hiperosmotik terhadap lingkungannya, artinya memiliki konsentrasi osmotik lebih tinggi dari lingkungannya. Ikan air tawar kehilangan garam dari tubuhnya melalui insang dan kulit melalui proses difusi, feses, serta urin. Ikan akan menyeimbangkan kehilangan garam tersebut dengan menyerap garam secara aktif melalui insang serta meminimalkan pembuangan garam Evans 1993. Kerja osmotik tersebut berlangsung hingga kondisi menjadi isoosmotik. Peningkatan salinitas untuk media pemeliharaan ikan air tawar dapat 16 digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi energi yang digunakan dalam pengaturan tekanan osmotik, sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan. Mineral kalsium di lingkungan dapat berasal dari CaCO 3 , CaOH 2 dan CaO. Mineral-mineral kalsium tersebut mempunyai reaksi yang berbeda dalam air. Mineral kalsium yang berbeda akan memberikan tingkat pertumbuhan yang berbeda. Kalsium berbentuk kation yang bermuatan dua ion positif dan tidak terdapat dalam bentuk bebas Pilliang 2005. Ikan dapat memanfaatkan sumber- sumber kalsium dari media dalam jumlah yang tak terbatas. Ikan memanfaatkan kalsium yang ada di media dan pakan melalui insang dan usus. Penyerapan kalsium dalam rongga usus memerlukan energi yang bergantung pada enzim ATP-ase. Wickins dan Lee 2002 dalam Abidin 2011 mengatakan bahwa adanya kandungan kapur yang tinggi di perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Ion-ion secara aktif diserap tubuh melalui insang ketika terjadi proses penyerapan air. Kebutuhan energi untuk pengaturan ion secara umum akan lebih rendah pada lingkungan yang mendekati isoomotik, dengan demikian energi yang disimpan cukup substansial untuk meningkatkan pertumbuhan Imsland et al. 2003. Pengambilan kalsium dari media dipengaruhi oleh pH air. Hasil percobaan Cameron 1985 menunjukkan bahwa laju masuk kalsium dan laju keluar H + pada kepiting sangat terhambat oleh penurunan kadar Ca 2+ lingkungan, HCO 3 - atau pH. Proses transfer kalsium media ke dalam tubuh melalui insang dengan mekanisme transport pasif, selanjutnya menuju kulit dengan cara transport aktif yang memerlukan energi. Pertukaran kalsium antara tubuh dan lingkungan, terjadi melalui insang dipengaruhi oleh sel klorida dalam insang yang berperan aktif dalam penyerapan kalsium. Jumlah sel ini pada insang akan meningkat seiring meningkatnya konsentrasi kalsium di lingkungan Calta 2000. Mineral karbonat dalam perairan ini dapat berfungsi sebagai cadangan bikarbonat yang sangat potensial untuk mengionisasi dan menetralisir peningkatan ion hidrogen dalam air. Berdasarkan grafik pertumbuhan pada Gambar 4 dan 5 dapat dilihat bahwa benih ikan bawal mampu menyerap Ca 2+ , karena meskipun 17 tidak berbeda nyata akan tetapi pertumbuhan cenderung meningkat dengan ditambahkannya CaCO 3 ke media pemeliharaan. Parameter pengamatan lain yaitu koefisien keragaman panjang yang merupakan perbandingan antara simpangan baku dengan rata-rata contoh Steel dan Torrie 1982. Nilai tersebut menunjukkan besar variasi ukuran panjang ikan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian. Semakin kecil nilai koefisien keragaman panjang, maka ukuran panjang antar individu dalam populasi tersebut semakin seragam. Nilai koefisien keragaman pada perlakuan D 250 mg ℓ CaCO 3 yaitu 5,80, sedangkan nilai pada perlakuan A 0 mg ℓ CaCO 3 yaitu 4,77. Nilai tersebut masih dianggap seragam sesuai pernyataan Mattjik dan Sumertajaya 2002, yaitu koefisien keragaman di bawah 20 dianggap homogen atau seragam. Semakin seragam ikan yang dihasilkan, menunjukkan semakin baik kegiatan budidaya yang dilakukan. Pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup ikan juga dipengaruhi oleh kualitas air. Kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah konsentrasi oksigen terlarut, suhu, pH, amonia, kesadahan dan alkalinitas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kisaran kualitas air yang diperoleh masih sesuai dengan batas toleransi ikan bawal. Konsentrasi oksigen terlarut selama penelitian berkisar 5,1 mg ℓ – 6,73 mgℓ, dan berada dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan bawal yaitu minimal 4 mg ℓ O 2 Wulandari 2006. Nilai oksigen terlarut ini berfluktuasi, namun tidak mengganggu pertumbuhan ikan bawal. Salinitas mempengaruhi tekanan osmotik media dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen. Farmer dan Beamish 1969 menyatakan bahwa ikan air tawar yang bersifat euryhalin memiliki tingkat konsumsi oksigen 19 lebih besar daripada saat kondisi isoosmotik. Kualitas suhu media selama pemeliharaan berada dalam kisaran optimal untuk pertumbuhan ikan bawal, yaitu berkisar 26,1-28,2 o C, hal ini sesuai dengan Kordi 2011 yang menyatakan bahwa suhu untuk pemeliharaan ikan bawal air tawar 25-30 o C. Peningkatan suhu menyebabkan kelarutan oksigen menurun dalam air, mempercepat metabolisme dan respirasi. Kisaran pH selama penelitian sebesar 7,3-8,7, sesuai dengan pernyataan Kordi 2011 bahwa pH untuk pemeliharaan ikan bawal yaitu 7-8. Nilai pH yang 18 mengalami penurunan diduga disebabkan karena terdapat sisa feses atau sisa pakan yang tidak termakan dan bercampur dengan media, yang mengalami penguraian oleh bakteri dan menyebabkan CO 2 meningkat sehingga nilai pH menurun. Kisaran pH yang dapat diterima untuk produktivitas perairan adalah 6 – 8,5 Novotny dan Oleum 1994. Berdasarkan Gambar 7 diketahui bahwa nilai pH berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh ikan bawal. Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca 2+ dan Mg 2+ serta logam perivalen lainnnya. Kesadahan air yang paling utama yaitu ion Ca 2+ , dan Mg 2+ oleh karena itu hanya diarahkan pada penetapan kadar Ca 2+ dan Mg 2+ dalam air. Kesadahan pada media pemeliharaan dikategorikan sebagai perairan menengah dan sadah. Perairan menengah berada pada kisaran 50 –150 mgℓ CaCO 3 sedangkan perairan sadah pada kisaran 150 –300 mgℓ CaCO 3 , dan sangat sadah lebih dari 300 mg ℓ CaCO 3 Sawyer dan McCarty 1967 dalam Boyd 1990. Pemeliharaan ikan bawal memiliki nilai kesadahan yang bervariasi, dan dapat dikategorikan sebagai perairan yang menengah dan sadah. Nilai tersebut masih berada dalam kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan bawal air tawar, sesuai dengan pernyataan Boyd 1990 bahwa kesadahan yang baik untuk budidaya ikan yaitu lebih dari 20 mg ℓ CaCO 3 equivalen Boyd 1990. Menurut hasil penelitian Nurhidayati 2000, larva ikan jambal dapat tumbuh dengan baik pada kesadahan 75 mg ℓ CaCO 3 . Nilai kesadahan kalsium media awal sebesar 36,66 mg ℓ CaCO 3 dianggap sudah mewakili kebutuhan kalsium untuk pemeliharaan ikan bawal, sehingga dengan diberi penambahan kalsium media nilai laju pertumbuhan menunjukkan nilai yang tidak berbeda. Alkalinitas pada perairan alami berfungsi sebagai sistem penyangga buffer terhadap perubahan pH yang drastis. Alkalinitas dipengaruhi oleh kekuatan ion dan komposisi mineral yang melalui kalsiumnya dapat mempertahankan kepekaan membran sel dalam jaringan saraf serta otot. Nilai alkalinitas pada perairan alami adalah 40 mg ℓ sedangkan nilai alkalinitas yang baik berkisar antara 30 –500 mgℓ CaCO 3 Boyd 1988. Data kualitas air selama pemeliharaan menunjukkan nilai alkalinitas masih berada pada kisaran yang baik untuk ikan. Alkalinitas berfluktuasi pada media pemeliharaan, karena nilai alkalinitas bergantung pada pH dan suhu. Penambahan kalsium pada media 19 mempengaruhi nilai pH, alkalinitas serta kesadahan. Alkalinitas berfungsi sebagai sistem penyangga sehingga perubahan pH tidak terjadi secara drastis, dan ikan akan tetap nyaman berada pada media pemeliharaan. Amonia merupakan produk utama hasil metabolisme yang berjumlah sekitar 110 dari jumlah produksi karbondioksida. Penambahan kalsium dapat mengurangi toksisitas nitrit di perairan Wedemeyer dan Yasutake 1978. Boyd 1990 menyatakan bahwa kadar amonia berkisar 0,5-1,0 mg ℓ tidak dapat ditolerir oleh ikan dan akan bersifat racun dalam waktu singkat. Konsentrasi amonia pada media pemeliharaan cenderung berubah namun masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi ikan. Kadar amonia selama pemeliharaan berkisar 0,002- 0,035 mg ℓ Gambar 10. Nilai amonia selama pemeliharaan cenderung meningkat dengan meningkatnya nilai pH. Semakin tinggi suhu dan pH maka nilai konsentrasi amonia semakin meningkat. Jika nilai pH tubuh lebih rendah dari nilai pH air, ikan akan mengekskresikan amonia darah ke air sehingga konsentrasi amonia di air meningkat Wedemeyer 1996. Konsentrasi amonia yang tinggi dapat mempengaruhi permeabilitas ikan terhadap air dan menurunkan konsentrasi ion-ion dalam tubuh, sehingga dapat meningkatkan konsumsi oksigen dalam jaringan dan mengakibatkan kerusakan pada insang serta mengurangi kemampuan darah mentranspor oksigen Boyd 1990. Stres dan kerusakan insang yang diakibatkan oleh amonia tersebut juga dapat menjadikan ikan rentan terhadap infeksi bakteri, dan memperlambat pertumbuhan.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Perlakuan penambahan kapur CaCO 3 0 mg ℓ, 150 mgℓ, 200 mgℓ dan 250 mg ℓ pada media bersalinitas 4 gℓ untuk pemeliharaan ikan bawal berukuran 5 cm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup serta laju pertumbuhan pada konsentrasi Ca 2+ di media budidaya sebesar 67,3 mg ℓ.

4.2 Saran

Pemeliharaan benih ikan bawal air tawar pada media dengan kandungan kalsium 33,63 mg ℓ CaCO 3 sudah baik untuk pertumbuhan tanpa perlu diberikan tambahan kalsium pada media pemeliharaannya.