Fungsi Umum Prosedur pelaksanaan Protesa.

2.6 Prostetik

Prostesis adalah pengganti buatan bagian tubuh yang hilang. Prostetik adalah suatu ilmu tehnik dalam bidang medis Medico Technical yang mempelajari tentang pemeriksaan, penganalisaan, pengukuran, pembuatan, pemakaian serta perawatan alat alat pengganti anggota tubuh yang hilang yang disebabkan karena traumatik, patolagik maupun yang didapat sejak lahir conginital. Prostetik Ilmunya Prostetist Ahlinya Prostesae Produknya

2.6.1 Fungsi Umum

Protesa mempunyai 4 fungsi secara umum yaitu : 1. Prevent of deformity Bahwa pemasangan protesa diharapkan agar kecacatan yang sudah ada tidak bertambah parah atau tidak menimbulkan kecacatan yang baru. 2. Corection of deformity Dengan pemasangan Protesa diharapkan kecacatan yang ada berangsur angsur dapat dikoreksi dan dikembalikan baik secara fungsi ataupun bentuknya seperti sedia kala. 3. Supporting Yang dimaksud disini adalah bahwa Protesa akan mampu sebagai penyangga support untuk anggota tubuh yang mengalami kelemahan atau yang kehilangan anggota geraknya. 4. Fixasi Immobilisasi. Penggunakan Protesa disini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya gerakan immobilisasi ataupun sebagai penekanan menyeluruh memfixir.

2.6.2 Prosedur pelaksanaan Protesa.

Dalam pelayanan Protesa terdapat tata cara pelaksanaan yang mana harus dilaksanakan secara tertib dan berurutan yang sering disebut dengan 8 langkah pelaksanaan yang terdiri dari : 1. Assesment Pasien. 2. Measurement pengukuran. 3. Persiapan Komponen 4. Montage Asembling penggabungan perakitan componen 5. Fitting Training pengepasan dan latihan 6. Finising penyelesaian akhir 7. Quality Control pemeriksaan akhir 8. Evaluasi Berikut ini penjelasannya: 1. Assesment Pasien Disini dilakukan pemeriksaan fisik serta tanya jawab kepada pasien untuk mengetahui : a. Data data umum pasien b. Kesehatan pasien secara umum c. Pekerjaan dan tempat hidup pasien d. Kondisi lesistump secara umum e. Kondisi sendi ROM f. Kekuatan otot MT g. Dan lain lain Dari data data tersebut diatas kita akan dapat menentukan Diagnosa Prostetik D. P dengan tepat sehingga secara tepat pula kita dapat menentukan alat alat apa yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Diagnosa Prostetik adalah : M encari permasalahan, keterangan, informasi, keadaan sosial ekonomi, keadaan fisik maupun psykis, catatan catatan lainnya 2. Measurement Pengukuran Pengukuran ini dilakukan untuk mendapatkan akurasi besar kecilnya produk Prostetik yang akan dibuat sehingga sesui dengan kebutuhan pasien. Pengukuran ini dilakukan dengan 2 cara yaitu : a. Digambar diukur panjang dan besar lingkaran Gambar 2.21 Proyeksi b. Negatif Positif Gips dan diukur Gambar 2.22 Negatif Gips Gambar 2.23 Positif gips 3. Persiapan komponen Dengan mengacu pada besaran pengukuran yang telah dilakukan maka kita dapat mempersiapkan kebutuhan komponent yang diperlukan sesuai dengan hasil pengukuran. 4. Montage Penggabungan komponen Setelah seluruh komponen dibuat dipersiapkan, langkah selanjutnya adalah merakit atau menggabung – gabungkan komponen menjadi protesa dengan sambungan yang masih sementara tetapi alat tersebut telah siap untuk dicobakan kepada pasien. 5. Fitting Training Pada proses ini produk Protesa yang sudah dirangkai dapat dipasangkan dicobakan pada pasien dan diajarkan cara memasang dan melepas serta penggunaannya. Dalam proses ini juga dilakukan analisa dan evaluasi sehingga apa bila terjadi kesalahan pada pemakaian ataupun pada alatnya langsung dapat diperbaiki dibetulkan. 6. Finishing Finising adalah proses akhir dari pembuatan produk Protesa, proses ini tujuan utamanya selain untuk kenyamanan pemakaiaan pada pasien juga untuk memperindah produk. Yang perlu dilakukan pada proses ini adalah : - M engganti sambungan yang sementara menjadi permanen - M enghaluskan pada bagian bagian yang kasar - Pengecatan, pemolesan ataupun laminating - M engganti asesoris sementara menjadi permanen - M emberikan lapisan voaring atau padding 7. Pemeriksaan Akhir Yang dimaksud disini adalah produk Protesa yang akan diserahkan pada pasien sekali lagi dicek keseluruhannya apakah masih ada hal hal yang perla dikoreksi atau dirapikan atau perla penambahan penambahan lain yang diperlukan quality control 8. Evaluasi dan edukasi Pada saat alat mau diserahterimakan kepada pasien, maka seorang Prostetist harus mampu melakukan bimbingan dan pendekatan edukasi home program tentang perawatan Protesa dan prosedur tetap penggunakan Protesa serta memberikan jadwal kapan harus control kembali. Sebuah prostesis definitif bukanlah prostesa permanen karena setiap alat mekanis akan aus, terutama salah satu yang digunakan selama setiap terjaga jam. Harapan hidup rata-rata untuk prostesis definitif adalah dari 3 sampai 5 tahun. Kebanyakan akan diganti karena perubahan dalam bagian tubuh sisa amputasi Stump dari atrofi pengecilan, berat badan, atau kehilangan berat badan. Perubahan besar dalam hidup setelah diamputasi, gaya atau kegiatan dapat juga mendikte perubahan dalam resep dokter.

2.7 Transfemoral Amputee Amputasi Atas Lutut