Uji Normalitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

Model di atas dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing output, sebab koefisien pangkat dari model tersebut dapat menunjukkan nilai elastisitasnya. Selain dari nilai elastisitas, skala usaha return to scale dapat juga diketahui dengan menjumlahkan nilai koefisien dari masing- masing faktor tersebut. Apabila penjumlahannya lebih dari satu ∑b i 1, berarti skala semakin meningkat increasing return to scale. Jika hasil penjumlahannya sama dengan satu ∑b i =1, berarti menunjukkan skala usaha yang tetap constant return to scale . Sedangkan jika hasil penjumlahan kurang dari satu ∑b i 1 berarti menunjukkan skala usaha yang semakin menurun decreasing return to scale .

3.5. Pengujian Asumsi

Variabel-variabel yang diestimasi harus memenuhi asumsi regresi klasik agar hasil estimasi bersifat BLUE Best Liniear Unbiased Estimation. Untuk itu diperlukan uji-uji asumsi yang memenuhi, uji tersebut adalah:

1. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk melihat apakah distribusi dari error termnya residual menyebar normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Hipotesis uji normalitas adalah sebagai berikut: H : residual menyebar normal H 1 : residual tidak menyebar normal Apabila nilai p-value lebih besar dari alfa berarti terima H , maka residual menyebar normal. Artinya dalam regresi tersebut asumsi kenormalan terpenuhi.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear di antara beberapa atau semua variabel independen dari model regresi. Multikolinearitas dapat menyebabkan koefisien variabel independen cenderung tidak signifikan terhadap variabel respon. Cara mengetahui apakah dalam model tersebut mengandung multikolinearitas atau tidak adalah dengan cara menghitung Varians Inflation Factor VIF. Jika nilai VIF 10, maka persamaan tersebut tidak ada masalah multikolinearitas.

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah residual memiliki korelasi dengan residual lain. Untuk mendeteksi adanya korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin- Watson D W . Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan dengan membandingkan Dw statistik dengan Dw tabel.

4. Uji Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas atau memiliki ragam error yang sama. Salah satu cara untuk melihat ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji White. Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel dependen yang diregresikan terhadap variabel-variabel independennya. Hipotesis penggunaan uji White adalah: H : homoskedastisitas H 1 : heteroskedastisitas Apabila nilai p-value lebih besar dari tar af nyata α yang digunakan maka terima H , sehingga tidak terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika p-value lebih kecil dari taraf nayat α yang digunakan makan tolak H dan terjadi pelanggaran asumsi heteroskedastisitas.

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Gambaran Umum PT. Pupuk Kujang

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pabrik Pupuk Kujang adalah pabrik yang memproduksi pupuk urea NH 2 CONH 2 dengan kandungan N 46 sebagai produk utama, dengan hasil antarasampingan amonia, oksigen, dan nitrogen. Badan hukum pabrik ini merupakan Badan Usaha Milik Negara BUMN yang berbentuk Perseroan TerbatasPT. Pemerintah Indonesia pada tahun 60-an mencanangkan pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian dalam usaha swasembada pangan. Kesuksesan program pemerintah ini mutlak dibutuhkan adanya pupuk yang harus dipenuhi untuk mencapai hasil yang maksimal dalam usaha swasembada pangan tersebut. Pengaturan distribusi nasional pupuk sering berubah namun tidak terlalu mendasar. Pada awalnya, distribusi pupuk Indonesia dimonopoli oleh PT Pusri yang tergabung dalam satu holding company. Berdasarkan Surat Keputusan Menperindag No. 3781998 tanggal 6 Agustus 1998, PT Pusri bertindak sebagai penanggung jawab pengadaan dan distribusi pupuk bersubsidi Ilham 2001. Produksi urea Pupuk Sriwijaya tahun enam puluhan hanya 100.000 tontahun. Kapasitas ini dirasakan kurang memenuhi kebutuhan nasional yang diperhitungkan mencapai angka kurang lebih 728.000 urea tontahun pada saat itu. Produksi pupuk urea Pupuk Sriwijaya itu dirasakan kurang mencukupi, maka timbullah suatu gagasan untuk mendirikan pabrik pupuk urea lainnya dalam usaha peningkatan intensifikasi. Gagasan tersebut didukung pula ditemukannya