4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi
Menjadi industri pendukung pertanian dan petrokimia yang efisien dan kompetitif di pasar global.
b. Misi
1. Mendukung program ketahanan pangan nasional
2. Mengembangkan industri agrokimia dan petrokimia yang berbasis
sumber daya alam yang ramah lingkungan 3.
Memanfaatkan sumber daya tersedia untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat
4. Mendukung pengembangan perekonomian nasional dan perekonomian
daerah melalui pemberdayaan masyarakat di sekitar perusahaan
4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Produksi
4.2.1. Modal
Pada awal PT. Pupuk Kujang berdiri pembiayaan pelaksanaan proyek pabrik pupuk urea ini diperoleh pemerintah Indonesia melalui pinjaman lunak dari
pemerintah Kerajaan Iran berupa pinjaman lunak sebesar US 200 juta untuk pembelian komponen-komponen mesin dan pipa gas. Sedangkan Pemerintah
Indonesia sendiri menyediakan dana untuk pembiayaan konstruksi bangunan senilai US 65 juta sebagai penyertaan modal pemerintah. Pembangunan pabrik
pupuk mulai dilakukan pada bulan Juli 1976 dengan kontraktor utama Kellog Overses Coorporation
dari Jepang sebagai sub kontraktor. Pabrik, mesin, dan alat-alat produksi yang dimiliki perusahaan merupakan
aktiva tetap atau dapat disebut modal tetap yang sifatnya untuk jangka panjang
dan memiliki masa susut. Modal pun terus berkembang dengan usia pabrik dan perbaikan mesin yang sudah tua yang kerap kali terjadi. Perbaikan-perbaikan dan
biaya pemeliharaan yang mewajibkan perusahaan untuk menggantikan suku
cadang lama dengan yang baru menyebabkan pertambahan modal terjadi.
Mesin dan peralatan pada mesin produksi urea PT. Pupuk Kujang menggunakan teknologi canggih yang dibangun oleh pihak asing dan suku
cadangnya jarang didapatkan di Indonesia. Sehingga perusahaan harus mengeluarkan biaya yang tinggi dengan mengimpor dari negara-negara tetangga
seperti Jepang, Amerika dan Jerman. Hal ini yang menjadi salah satu permasalahan bagi PT. Pupuk Kujang. Namun, pada beberapa tahun terahkir
terdapat kesepakatan perusahaan yang merupakan anggota Asosiasi Produsen Pupuk Inodnesia APPI untuk dapat meminta bantuan kepada anggota APPI
apabila terdapat mesin yang rusak dan suku cadang yang sulit didapat. Selanjutnya APPI akan mencarikan pinjaman suku cadang yang diperlukan dari
pabrik pupuk lain untuk membantu perusahaan.
4.2.2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi utama dari suatu proses produksi karena tenaga kerja bertugas mengelola dan mengombinasikan faktor-faktor
produksi lain untuk mencapai tingkat output yang diinginkan. Mesin-mesin proses produksi yang dimiliki oleh PT. Pupuk Kujang merupakan mesin yang di impor
dari luar negeri dan merupakan mesin yang bersifat khusus, sehingga diperlukan tenaga kerja ahli dibagian pemeliharaan yang benar-benar mengerti tentang mesin
tersebut. Menurut Widiar 2005, dengan menstandarkan tingkat keahlian para
tenaga kerja yaitu dengan diikutkan pada ujian sertifikasi tenaga ahli dari Lembaga Sertifikasi Tenaga Ahli Pemeliharaan Asosiasi Produsen Pupuk
Indonesia merupakan salah satu pemecahan masalah tenaga ahli perusahaan dalam jangka panjang pada PT. Pupuk Kujang.
Pada divisi produksi urea 1-A terdapat dua bagian tenaga kerja, yaitu: 1.
Tenaga kerja operatif Tenaga kerja operatif ialah karyawan yang bekerja sebagai operator pada
bagian-bagian yang ada di perusahaan. Tenaga kerja operatif bekerja sesuai dengan jam kerja yang berlaku di perusahaan yaitu senin sampai
minggu yang terbagi menjadi tiga shift, yaitu: a.
Pagi : jam 07.00-jam 15.00
b. Siang
: jam 15.00-jam 23.00 c.
Malam : jam 23.00-jam 07.00
2. Tenaga kerja staf
Tenaga kerja staf memiliki bagian tersendiri antara lain: kepala kompartemen, supervisor dan staf ahli.
4.2.3. Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku dalam pembuatan urea adalah gas bumi, air dan udara. Ketiga bahan baku tersebut diolah sehingga menghasilkan amonia dan akhirnya menjadi
urea. Namun gas bumi merupakan bahan baku utama dalam proses produksi pupuk urea. Penyediaan gas bumi pada PT. Pupuk Kujang berasal dari perusahaan
Pertamina Hulu Energi dan Perusahaan gas swasta lainnya. Gas bumi tersebut diambil dari sumber lepas pantai utara Cilamaya, Jawa Barat. Gas bumi tersebut
dialirkan dengan tekanan rendah pada aliran pipa gas dari daerah Cilamaya sampai dengan PT. Pupuk Kujang yang kurang lebih panjangnya sekitar 117 km
dengan mesin kontrol yang berada di dekat PT.Pupuk Kujang. Pabrik pupuk urea 1-A PT. Pupuk Kujang membutuhkan sekitar 30 mmbtu gas untuk memproduksi 1
ton urea. Sehingga jika total kapasitas terpasang sebesar 570.000 tontahun, maka perusahaan harus menyediakan sekitar 17.100.000 mmbtu gas bumi tahun.
Namun angka tersebut tidak mutlak karena proses produksi pupuk urea menggunakan mesin dengan memasukkan faktor-faktor produksi bahan baku
dalam mesin. Salah satu masalah yang dihadapi oleh pabrik pupuk adalah ketersediaan
gas sebagai bahan baku pupuk urea. Namun permasalah utama bukanlah hanya dari kuantitas dari gas bumi tersebut. Permasalah dalam kontrak harga gas bumi
antara PT. Pupuk Kujang dan perusahaan gas tersebut. Gas merupakan unsur terbesar dari stuktur biaya produksi urea yaitu sekitar 50-60. Karenanya,
ketersediaan gas dengan harga yang terjangkau merupakan hal yang mutlak bagi kelangsungan hidup pabrik pupuk. Terkait dengan masalah gas, sesungguhnya
bisa saja industri pupuk membeli harga gas sesuai dengan harga di pasar. Namun, hal ini menjadi tidak bisa diwujudkan karena harga jual pupuk telah ditetapkan
pemerintah melalui harga eceran tertinggi HET. HET Pupuk diatur dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian Mentan No.107KeptsSR.13022004 yaitu
sebesar Rp1.050kg urea. Tetapi kini harga gas dan biaya lainnya terus meningkat seiring dengan perkembangan kenaikan harga BBM dan inflasi. Industri pupuk
yang hanya sanggup membeli gas sekitar 2,0 per mmbtu, jelas kalah bersaing dibandingkan dengan harga yang ditawarkan PLN, PGN, dan untuk LNG yang
bisa membayar lebih dari 2 per mmbtu. Tingginya harga gas dan biaya produksi lainnya serta transportasi, sementara HET tidak berubah, telah menyebabkan
produsen pupuk sebagai perusahaan yang dituntut untuk memperoleh laba mengalami opportunity loss cukup besar. Untuk mengurangi kerugian yang
dialami produsen pupuk, pemerintah memberikan subsidi dengan pola subsidi harga gas Sunarsip,2006.
4.2.4. Stream Days
Mesin pada perusahaan memproduksi pupuk urea 24 jam sehari dan berlangsung sepanjang tahun. Peningkatan total produksi urea dapat ditempuh
melalui peningkatan optimalisasi mesin-mesin produksi yang digunakan agar dapat berproduksi secara efisien. Berdasarkan catatan angka produksi perusahaan,
jumlah stream days yang dilakukan masih berfluktuatif karena terdapat kegiatan pemeliharaan pada mesin, baik pemeliharaan terencana dan pemeliharaan yang
tak terencana.
Pemeliharaan terencana telah direncanakan baik dari segi waktu, tipe pekerjaan, suku cadang maupun pendukung lainnya. Pemeliharaan rutin termasuk
dalam pemeliharaan terencana perusahaan. Hal ini dilakukan setiap hari terhadap perlatan pabrik untuk memonitor kondisi alat. Pemeliharaan rutin lainnya ialah
kegiatan semi overhauloverhaul. Kegiatan ini dilakukan untuk memeriksa bagian internal dari mesin. Tindakan pemeliharaan semi overhauloverhaul dilakukan
berdasarkan waktu, jadi secara periodik setiap tahun terdapat satu waktu untuk mematikan mesin baik mesin dalam kondisi baik maupun tidak. Pemeliharaan
rutin lainnya ialah perbaikan tahunan. Perbaikan tahunan dilaksanakan oleh
perusahaan setiap dua tahun sekali, dimana perbaikan ini dilakukan selama 21 hari. Dalam waktu 21 hari tersebut mesin-mesin dapat terus melakukan proses
produksi tanpa harus mematikan mesin sehingga tidak akan mengganggu proses produksi.
Pemeliharaan tak terencana merupakan tindakan pemeliharaan pada mesin karena mesin mengalami kerusakan yang sifatnya mendadak. Perbaikan ini
dilakukan karena adanya kerusakan yang terjadi akibat faktor-faktor seperti umur mesin yang sudah tua, human eror, atau faktor lain yang membuat mesin menjadi
rusak. Jika semakin lama mesin mati, maka jumlah produksi pupuk urea yang dapat dihasilkan akan semakin berkurang.
V. PEMBAHASAN