46. Fola tersenyum penuh arti, meremas tangan Henrietta. Dia masuk ke rumah,
menuangkan air dingin di gelas, dan membawa gelas itu di baki. Dia memberikannya kepada Henrietta sambil terus memandangi perempuan itu
ketika minum. Ini adalah permulaan. Besok dia akan melakukan hal yang sama: melayani Henrietta, mencintainya, dan mendampinginya. Tidak ada
yang dapat menghalangi mereka sekarang. Kebahagiaan dan kegembiraan akan mengisi hari-harinya. Masa depan berada di genggaman mereka. Hal
357
C. Dilihat dari Perilakunya
Pelaksanaan pemuasan homoseksual itu antara lain berlangsung dengan cara-cara sebagai berikut: mereka itu saling memeluk dengan mesra, berdekap-
dekapan, saling membelai dan mencium.
58
Colette dalam terjemahan bukunya ”La Vagabonds” melukiskan peristiwa homoseksual-wanita atau lesbian itu sebagai
berikut: Dua orang wanita yang saling berpelukan memberikan satu gambaran
yang mengasyikkan dari bentuk kelemahan yang majemuk; agaknya mereka mencari pelarian dalam pelukan masing-masing untuk tidur, untuk
menangis, dan untuk menghindari laki-laki jahat, serta untuk merasakan satu kenikmatan yang dirindukan yang tiada bandingannya; kenikmatan
yang pahit, yang disebabkan oleh karena adanya rasa kesamaan dan perkaitan, merasa tidak berarti; dan untuk melupakan semuanya.
59
Perilaku lesbian tersebut dapat terlihat dalam kalimat-kalimat di bawah ini:
58
Ibid., hal 273
59
Ibid., hal 274
1.. Tiba-tiba, sesendok es krim berada di depan wajah Fola. Gadis itu tersentak ke belakang. Pipinya merona merah. Ragu-ragu, dia memajukan diri, dan
membiarkan Henrietta menyendokkan es krim untuknya. Hal 58 2.
”Semanis dirimu.” Fola tersipu. ”Kau hanya menggodaku.” Henrietta tersenyum, mengulurkan tangan, dan menepuk punggung tangan
Fola. ”Menggoda?” katanya. ”Tadi itu kejujuran.” Hal 59 3.
”Kau manis kalau sedang digoda seperti itu.” Sebentuk senyum menyeringai di wajah Henrietta. Entah mengapa, Fola tersipu. Pipinya bersemu merah. Hal
67 4.
Lalu, tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangan ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola
tepat di ubun-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. Hal 70
5. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta tidak ingin berhenti.
Malah bibir Henrietta terus bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya menjadi sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris
berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya
dengan ringan dan santai. Hal 70 6.
Kalau saja Henrietta menciumnya lagi seperti dulu, Fola tidak mungkin lebih terkejut lagi. Hal 115
7. Henrietta mengusapkan bibirnya dengan lembut ke bibir Fola. Sama seperti
dulu, hanya saja kali ini Fola sungguh mendamba. Ia mendekatkan dirinya pada Henrietta. Tubuh itu terasa mungil dan kecil, berbeda ketika dia
bersentuhan dengan lelaki. Henrietta memeluknya erat-erat seakan Fola barang yang sangat berharga. Hal 127
8. Henrietta merenggangkan pelukan dan mencium mata Fola. Dia membelai
pipi perempuan itu, menghapus air mata yang meleleh turun. Hal 128 9.
”Aku tidak menggodamu.” Henrietta memeluk Fola erat-erat, mencium ubun- ubun rambut Fola. ”Aku bersungguh-sungguh.” Hal 129
10. Henrietta menoleh ke arah Fola, membiarkan lengan mereka beradu. Fola
mencari tangan Henrietta yang tidak menggendong Eliza. Jemari mereka saling terkait. Mereka berpegangan tangan. Hal 168
11. Henrietta membungkuk ke depan, meraih Eliza, menciumnya lembut. Lalu
lengannya menarik Fola, mencium pipi perempuan itu ringan. Hal 169 12.
Henrietta membelai rambut Fola dengan lembut. Dia memerhatikan bentuk wajah yang bundar dan lembut di hadapannya. Hal 246
13. Fola berbaring miring, sangat berhati-hati agar gerakannya di kasur tidak
mendorong bayinya tanpa sengaja ke tembok. Dia mencondongkan wajahnya ke arah hidung Henrietta, lalu perlahan-lahan menciumnya. Hal 181
14. Jantung Fola berdebar-debar liar; pipinya terasa panas membara. Dada mereka
berdempetan rapat, sehingga semakin terasa kelembutan yang ditimbulkannya. Henrietta memainkan rambut Fola yang terurai di bantal. Hal 183
15. Henrietta membuka kancing blus Fola satu per satu. Gerakannya sangat
lambat dan lembut, seakan-akan apa yang dilakukannya adalah kegiatan terpenting di dunia. Henrietta menekankan tubuhnya penuh-penuh kepada
Fola. Fola menutup mata. Dia membiarkan tangannya melakukan gerakan berdasarkan naluri. Dia membiarkan pinggulnya terangkat, mulutnya
mendesah, dan seluruh tubuhnya bereaksi terhadap semua sentuhan itu. Dia membiarkan tubuhnya menyerah sepenuhnya kepada Henrietta, dalam suatu
kepasrahan yang sangat indah. Hal 184 16.
Henrietta merapatkan tubuhnya pada tubuh Fola sehingga tubuh mereka seakan-akan terpilin, menjadi satu bagian dan tak terpisahkan. Angin
berembus lembut meniup pori-pori tubuh Fola. Dia merasa tubuhnya meledak, bagaikan bom yang meledak di hutan rimba. Ini adalah tarian, walaupun tidak
dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian. Hal 184 17.
Fola ikut-ikutan mendongak, melihat keindahan bintang. Tangannya meraih tangan Henrietta. Mereka berdiri berdua, bergenggaman tangan. Hal 186
18. ”Tunggu,” panggil Fola, menggenggam tangan Henrietta lebih erat. Lutut Fola
terasa lemas berdekatan dengan tubuh perempuan ini di depan rumahnya. ”Terima kasih,” bisiknya penuh arti. Hal 187
19. Fola tersenyum sumringah. Dia mendekat, mendongak sedikit, lalu mencium
Henrietta pada pipi sebelah kanan. Fola nyaris tidak mendengar suara dering sepeda yang lewat di jalan depan rumahnya, karena telinganya penuh dengan
suara jantungnya yang bergemuruh. Hal 188 20.
Henrietta memeluk bahu Fola erat-erat, mengamati rambut kekasihnya yang lembut tergerai di bahu. Dia melihat air mata menyusup keluar dari sela-sela
jemari Fola. Dia melihat bahu Fola basah berkilau kena tetesan air matanya. Hal 220
21. Fola memeluk Henrietta erat-erat. Dia seperti bermimpi, mimpi yang hitam dan gelap. Suatu saat Fola akan terbangun lalu menemukan bahwa semuanya
baik-baik saja. ”Apa pun yang terjadi,” bisik Fola penuh duka, ”jagalah dirimu baik-baik.” Hal 247
22. Henrietta melemparkan senyum kepada Fola yang membuat hatinya seketika lumer. Dia menggandeng tangan Fola, mereka berjalan di atas rumput lembut
yang basah oleh kabut malam. Dia ingin berkata bahwa walaupun tangan Fola telah dihiasi banyak kerut, tapi kelembutannya tetap tak berubah sejak pertama
kali dia menyentuh tangan jemari Fola. Hal 298 23.
Henrietta membalas senyum Fola. Dia meremas tangan Fola dengan penuh arti dan sayang. Hal 302
24. Henrietta memberikan ciuman ringan di pipi Fola. ”Kalau begitu, kita harus
merayakannya.” Hal 303 25.
Selina membelai pipi Diana. Rasanya sangat lembut, seperti gula-gula kapas. Seumur hidupnya, dia sering membayangkan mereka menjadi tua bersama.
Bagaimana rasanya mengusap rambut Diana yang berwarna kelabu, atau menggenggam tangannya yang keriput. Hal 334
26. Selina maju beberapa sentimeter, menarik lembut kedua sudut pipi Diana
hingga wajah mereka berdua berdekatan. Pelan-pelan Selina mencium Diana dengan cara yang sama seperti puluhan tahun yang lalu: ciuman yang tidak
menyisakan keraguan sedikit pun. Air mata Diana menggenang. Selina menghapus air mata itu dengan jarinya setelah ciuman mereka berakhir. Hal
336 27.
”Aku akan berlutut di hadapanmu seperti lelaki meminang perempuan. Aku...” Henrietta menurunkan dirinya di hadapan Fola, menyentuh kedua tangan Fola
yang saling meremas di hadapannya. Dia mencium tangan itu dengan lembut. Hal 354
28. ”Oh, Henri” seru Fola terharu, tersadar dari keterkejutannya. Dia menurunkan
dirinya, menarik kedua tangannya dari genggaman Henrietta. Dengan sepenuh jiwa, dia memeluk kekasihnya. ”Tidak usah, tidak usah berlutut. Aku tidak
keberatan sama sekali.” Hal 355
BAB IV ANALISIS SEMIOTIKA TERHADAP