Representasi Makna Lesbianisme Dalam Pesan Novel Gerhana Kembar Karya Clara Ng
DAFTAR REFERENSI
Ardianto, Elvinaro dan Q-Anees, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Atmaja, Jiwa. 1986. Notasi Tentang Novel dan Semiotika Sastra. Denpasar: Nusa Indah. Bungin, Burhan. 2008. SOSIOLOGI KOMUNIKASI: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Gruop.
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta: PT raja grafindo persada Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS
Yogyakarta
Fananie, Zainuddin.2001. Telaah Sastra.Surakarta: Muhammadiyah University Press. Friedman S, Howard dan Schustack W, Miriam. 2008. Kepribadian Teori Klasik dan
Riset Modern. Jakarta: Erlangga.
Nevid, S Jeffrey, Rathus, A Spencer, Greene, Beverly. 2002. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.
Nurudin. 2004. komunikasi massa. Yogyakarta: Pustaka pelajar Yogyakarta. Poloma .M, Margaret. 2000. SOSIOLOGI KONTEMPORER . JAKARTA: PT Raja
Grafindo Persada.
Siahaan, Jokie. 2009. Perilaku Penyimpangan: Pendekatan sosiologi. Jakarta: PT Malta Pritindo.
Sobur, Alex.2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sobur, Alex.2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(2)
Suyanto, Bagong dan Sutinah.2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan.Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Indeks Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi: Pendekatan Taksonomi
Konseptual. Bojongkerta,Ciawi : Ghalia Indonesia
Wibowo, Indiwan. 2011. Semiotika Komunikasi.Jakarta: Mitra Wacana Media.
Zamroni, Mohammad. 2009. Filsafat Komunikasi Pengantar Ontologis, Epistemologis,
Aksiologis.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Sumber Lain
(http://percikanku.multiply.com/journal/item/68) diakses pada tanggal 15 Februarui 2013 pukul 21:45
dari-positivistik-post-positivistik-interpretif-hingga-hermeneutika.html) diakses pada tgl 25/02/2013 pukul 23:35.
(Jurnal wib
(3)
Universitas Sumatera Utara BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan. Metode Penelitian perlu dibedakan dari teknik pengumpulan data yang merupakan teknik yang lebih spesifik untuk memperoleh data. (Soehartono, 1995:9)
Melalui pendekatan kualitatif penemuan Penelitiannya tidak berdasarkan prosedur statistik atau kuantifikasi lainnya. Peneliti menggunakan metode Penelitian analisis semiotika Roland Barthes, yaitu Penelitian yang mencari makna penanda, petanda dan tanda- tanda semiotik yang ada.
3.2 Objek Penelitian
Objek dalam Penelitian ini adalah Novel Gerhana Kembar karya Clara Ng. Terdiri dari 358 halaman, panjang buku 20 cm. Penelitian ini menggunakan cetakan kedua maret 2008 yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama.
3.3 Subjek Penelitian
Subjek dalam Penelitian ini adalah unsur yang mendukung Peneliti dalam merepresentasikan lesbianisme dalam Novel Gerhana Kembar ini, yaitu terkhusus bagian dari “Naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy” lampiran yang hilang dan Bab 23 pertemuan Fola dan Henrietta.
(4)
BAB KETERANGAN
Prolog ini adalah awal dari cerita panjang antar Fola dan Henrietta, pertemuan yang tidak diduga-duga oleh kedua insan sejenis tersebut. Awal dari permulaan cerita cinta yang akan dirajut oleh Fola dan Henrietta.
3 Bab ini adalah awal dari hubungan dari Fola dan Henrietta yang dimulai dengan kata “persahabatan” membina hubungan yang seolah-olah normal saja, namun dalam paparan Bab ini Penulis sudah menunjukkan identitas dari seorang Henrietta dilanjutkan oleh kenyamanan yang didapatkan oleh Fola dari perlakuan Henriettaatta.
4 Hubungan yang sudah terjalin diantara dua insan sejenis ini mulai dituturkan dalam Bab ini, hubungan yang terjalin dengan perasaan yang aneh diantara kedua insan ini. Dalam Bab ini diperlihatkan bahwa sudah ada hubungan yang terjalin antara dua insan ini meskipun Fola masih meragukan apa yang dirasakan. Henrietta adalah sosok yang sadar akan perjalanan hubungan yang sedang dijalin, sedangkan Fola masih memiliki pandangan kabur mengenai hubungan dan perasaan yang ia jalani, hingga akhirnya Henriettaatta mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Fola. (dalam Bab ini penulis masih menunjukkan bahwa Fola sebenarnya adalah sosok normal dalam suatu hubungan yang seharusnya terjadi)
7 Bab ini menceritakan hubungan yang buruk antara Fola dan Mertuanya. Erwin adalah suami Fola yang baik, tampan dan lembut .Namun dalam bab ini penulis memperlihatkan ketidakpuasan hubungannya dengan suaminya, tidak adanya perasaan yang lebih yang ia rasakan terhadap erwinn dan juga didukung dengan keberadaan mertuanya yang membuat Fola tertekan akan hubungannya dalam mahligai Rumah tangga yang ia jalin. Hingga akhirnya ia kembali bertemu dengan Henriettaatta dengan perasaan yang masih sama persis ketika pertama kali mereka bertemu, perasaan damai dan tenang akan kebersamaannya dengan Henrietta. Dalam bab ini penulis memperlihatkan bahwa Fola sama sekali tidak menikmati hubungannya dengan Erwin suaminya.
(5)
8 Hubungan yang mulai kembali dijalin oleh Fola dan Henrietta, hubungan yang berbeda ketika mereka pertama kali merasakan ada perasaan yang berbeda diantara mereka. pada bab ini ada hubungan yang “saling” diantara mereka, Fola sudah memberikan hatinya untuk Henrietta. Hubungan yang baru, berbeda dan penuh perasaan cinta.
10 Proses kelahiran Eliza anak dari Erwin dan Fola, juga cerita masa lalu antara Erwin dan Eliza.
12 Hubungan yang lebih intim telah di jalin oleh Fola dan Henrietta, tidak ada lagi keraguan akan perasaan yang ada, pertandingan cinta sudah mulai di lukiskan dalam bab ini, keinginan dan hasrat ingin bersama dan mimpi-mimpi yang sudah dilukiskan dalam gambaran keadaan. Hubungan Henrietta dan Fola sudah dijalin dengan penuh perasaan dan cinta, meskipun sudah ada gejolak-gejolak dari hambatan yang akan dihadapi.
13 Penggambaran hubungan intim yang lebih jelas antara Fola dan Henrietta, hubungan yang tidak sekedar hubungan rasa cinta namun juga perasaan ingin memiliki antara satu dengan yang lainnya. Namun penulis juga memperlihatkan sisi manusiawi dari Fola, perasaan bersalah yang mendalam terhadap suami dan dirinya sendiri. Namun penggambaran akan keinginan Fola akan kepuasan rasa dan kedamaian yang ada di dalam diri Henrietta lebih besar dari rasa bersalah yang ada di dalam dirinya. Bab ini juga menceritakan mengenai masa lalu Fola mengenai Erwin seseorang yang tidak dicintainya harus dinikahinya agar membahagiakan ibunya. Penulis menggambarkan bagaimana Fola merasakan kerinduan yang mendalam kepada Henrietta setelah mereka tidak bertemu, dan harus berkorban dan menikah dengan Erwin untuk membahagiakan ibunya yang sedang sakit.
15 Pada Bab ini pergejolakan antara keinginan, rasa dan perasaan bersalah mulai dipaparkan dengan jelas. Keinginan Fola untuk bersama-sama dengan Henrietta membuatnya ingin memutuskan hubungannya dengan suaminya Erwin, namun Fola diperlihatkan menjadi seseorang yang tidak egois akan keinginannya sendiri. Paparan perasaan bersalah di dalam diri Fola sangat kental digambarkan mengenai apa yang harus dia lakukan untuk bisa menutupi semua hal yang dilakukannya yang
(6)
tidak seharusnya dilakukan. Juga dengan Henrietta, keinginan memiliki sangat besar namun keraguan akan ke-egoan itu diperlihatkan menjadi penghambat akan hubungan mereka.
17 Bab ini adalah bab yang menuturkan ketidaknyataan akan cinta yang ingin dimulai oleh Henrietta dan Fola, penulis memperlihatkan perasaan sulit bagi Fola sebagai ibu dari Eliza dan kekasih dari Henrietta. Namun seberapa kuatnya keinginan Fola untuk bisa bersama dengan Henrietta harus benar-benar ditahan dan perasaan itu berusaha dikubur oleh Fola karena cintanya yang besar kepada putrinya Eliza. Bab ini mengisahkan perpisahan yang harus dialami oleh kedua insan itu dengan tidak adanya kesepatakan akan rasa dan tujuan yang akan dibawa, cinta yang terlalu besar diantara mereka, namun juga yang terlalu lebar yang memisahkan mereka. jurang perasaan bersalah, jurang cinta Fola pada Eliza sehingga cinta itu harus dikorbankan, ego harus dilepaskan dari diri mereka.
20 Perjalanan panjang yang dilalalui Fola dan Henrietta, Bab ini menceritakan bagaimana Henrietta meminta Fola untuk datang selama sepuluh tahun perpisahan mereka setelah peristiwa dimana Fola tidak bisa pergi bersama Henrietta karena Eliza. Keinginan Fola untuk pergi kepelukan Henrietta kembali luluh lantah karena Erwin mengidap penyakit kanker, Fola harus menahan diri untuk tidak meninggalkan Erwin dalam kondisi sakit parah. Kembali lagi terlihat Fola digambarkan sebagai wanita yang tidak egois yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia mengubur dalam-dalam keinginnya untuk bersama orang yang dikasihinya untuk kebahagiaan orang-orang yang mencintainya.
21 Setelah kematian Erwin Fola dan Henrietta kembali lagi ingin merajut kebersamaan setelah sekian kali tertunda dan sekian lama telah dinanti-nantikan dan pada saat itulah hal yang tepat untuk dilakukan. Rencana-rencana sudah disediakan dan sudah difikirkan, namun untuk kesekian kalinya Fola harus menahan perasaannya untuk bisa menjemput impian yang sudah sekian lama ia nanti-nantikan, kehamilan Eliza di usia yang ke 17 tahun akhirnya membatalkan niat Fola untuk pergi ke Paris bersama Henrietta. Penantian, keinginan dan kerinduan yang sudah dipelopok mata kembali hilang, Fola kembali lagi tidak bisa meneruskan keinginnanya dan harus menahan rasa sakit yang mendalam untuk menahan rasa untuk orang yang dicintainya. Fola harus merawat Eliza yang hamil di luar nikah putri kesayangannya.
(7)
23 Bab ini adalah akhir dari perjalanan cinta dari Diana ( Fola) dan Selina ( Henrietta), pertemuan yang mengesankan diakhir hayat Diana, cinta yang utuh hingga ajal menjemput. Cinta yang tetap bertahan selama tujuhpuluh tahun hidup mereka, cinta yang tidak egois yang memikirkan perasaan orang-orang yang mencintai mereka.
Lampiran yang hilang ini adalah bagian akhir dari cerita yang tidak diselesaikan Fola. Dan akhirnya lendy menuliskan naskah itu dengan hal yang seharusnya terjadi antara Fola dan Henrietta, akhir ini adalah cerita yang tidak sebenarnya terjadi antara Fola dan henrietta.
(8)
3.4 Kerangka Analisis
Kerangka analisis adalah dasar pemikiran dari Peneliti (argumentasi Peneliti) yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah Penelitian. Kerangka pemikiran yang baik akan mampu menjelaskan operasional fenomena-fenomena Penelitian dalam Penelitian kualitatif, serta akan melahirkan asumsi-asumsi yang dapat digunakan dalam memperkirakan kemungkinan hasil Penelitian yang akan dicapai.
Adapun kerangka analisis dalam Penelitian ini adalah memakai analisis Semiologi Roland Barthes signifikasi dua tahap (two order signification); denotasi dan konotasi. Semiologi Roland Barthes dipilih karena mampu memaknai tanda. Unsur-unsur yang terdapat di dalam isi novel tidak bisa secara gamblang “bercerita” melainkan harus dimaknai oleh pembacanya. Semiologi Roland Barthes menekankan pada peran pembaca (reader), peran di sini berarti walaupun sebuah tanda telah memiliki makna denotasi ataupun konotasi, tetapi tetap saja dibutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Dalam semiologi Roland Barthes, kode-kode komunikasi yang ada nantinya akan dicari makna riil-nya (denotasi), kemudian hubungan antara satu tanda dengan tanda lainnya akan dicari makna tersirat di dalamnya (konotasi).
Signifikasi Dua Tahap Barthes
Reality signs culture
(Sobur,2004:127)
Second Order First order
connotation Signifier
---
signified Denotation
(9)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Data Primer, yaitu di mana data unit analisa dari teks-teks yang tertulis pada novel Gerhana Kembar.
b. Data Sekunder, yaitu melalui Penelitian kepustakaan (library research), dengan cara mengumpulkan literatur serta berbagai sumber bacaan yang relevan dan mendukung Penelitian.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini adalah Penelitian kualitatif dengan perangkat metode analisis semiotika Roland Barthes. Analisis data merupakan bagian yang amat penting selain pengumpulan data, karena proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun jenis Penelitian analisis semiotika, menggunakan model Roland Barthes, yaitu model sistematis dalam menganalisis makna dengan tanda-tanda. Fokus perhatiannya tertuju pada signifikasi dua tahap (two order of signification).
Signifikasi pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified. Dalam sebuah tanda tahap realitas eksternal Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna penting nyata dari sebuah tanda. Sedangkan signifikasi tahap kedua yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya, disebut sebagai konotasi dan juga memasukkan unsur Mitos didalamnya.
Analisis dilakukan melalui beberapa bab yang telah ditentukan dalam subjek Penelitian, kemudian analisis akan dilakukan dengan cara mengamati setiap paragraf dalam setiap bab yang telah ditentukan, fokus perhatian dalam penganalisisan adalah bagian-bagian yang merepresentasikan hubungan lesbianisme.
(10)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian ini adalah Novel yang berjudul Gerhana Kembar karya Clara Ng. Penelitian akan dilakukan pada setiap bab yang membahas mengenai 2 tokoh yang memerankan peran sebagai lesbian yaitu Fola dan Henrietta dalam naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy. Peneliti akan fokus pada paragraf-paragraf di mana ada bagian yang merepresentasikan gaya, bahasa dan tatacara yang dilakonkan oleh kedua tokoh yang memerankan peran sebagai lesbian tersebut, namun meskipun demikian peneliti tidak akan melepaskan peran dari paragraf-paragraf sebelumnya dalam naskah tersebut meskipun tidak memiliki sangkut paut terhadap representasi dari lesbian, karena peneliti menganggap bahwa peran dari paragraf-paragraf tersebut tetap penting untuk mendukung peneliti mengerti bagaimana kondisi dan keadaan yang seharusnya dilihat secara keseluruhan untuk melihat pesan yang direpresentasikan makna dalam setiap teks yang ada.
Pada penelitian ini, peneliti akan melihat dan menganalisis tanda-tanda yang ada di dalam setiap kalimat yang disajikan dengan menggunakan Semiologi Roland Barthes dengan menggunakan makna denotatif dan juga makna konotasi yang ada di dalam kalimat tersebut untuk melihat pesan yang ada dalam novel tersebut mengenai Lesbianisme. Peneliti menyadari bahwa peran dari pembaca sangat mempengaruhi representasi dan analisis makna yang akan disajikan yang dipengaruhi oleh kebudayaan, cara pandang, dan pemikiran dari si peneliti, hal inilah yang disebut Barthes dengan Mitos. Mitos merupakan bagian dari tataran kedua dari signifikasi dua tahap dari Barhtes. Makna-makna yang diperoleh dari hasil analisis melalui makna denotatif, konotatif dan Mitos akan disimpulkan dengan mengarahkan hasil dari tataran makna tersebut dan akhirnya bisa dilihat
(11)
bagaimana penulis merepresentasikan makna lesbianisme dalam pesan novel tersebut.
Dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti, peneliti akan mencari literatur-literatur, buku, bahkan akan melakukan pembandingan dengan novel yang lain dengan kasus yang sama untuk membantu peneliti untuk bisa melihat secara luas makna yang seharusnya disajikan oleh peneliti dalam rangka melihat tanda-tanda yang digunakan dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti.
4.2 Pembahasan
Dalam pembahasan, peneliti melakukan penelitian pada bab yang berhubungan dengan Naskah Gerhana Kembar yang ditemukan oleh Lendy, akan ada 12 Bab yang akan diteliti penambahan prolog dan lampiran yang hilang. Penelitian akan menggunakan semiologi Roland Barthes yaitu signifikasi dua tahap dari tataran pertama denotatif dan tataran kedua konotatif dan dalam hal ini tidak akan mengindahkan peran pembaca dalam hasil yang akan diperoleh dan akan menyertakan Mitos yang merujuk pada tataran kedua atau konotatif. Peneliti akan melihat bagaimana pesan yang dipaparkan oleh penulis untuk mempengaruhi pembaca dalam merepresentasikan mengenai lesbianisme tersebut.
1. PROLOG (gerhana kembar, prolog jakarta,1960)
Tataran Denotatif
“... Fola merengut. “jadi kenapa saya tidak pernah melihat anda disini?” (Halaman 16)
“Henrietta.” Perempuan itu mengangkat matanya, menatap Fola. Fola balas menatap Henrietta. Perempuan berambut pendek modis. Matanya
(12)
besar seperti jendela dunia, memandang Fola dengan tatapannya yang bening. Dia mengenakan kemeja wanita dan rok yang panjangnya selutut. “Jangan beranda-anda. Panggil saja namaku.” Henrietta, singkatnya. Dalam dialog tersebut di atas, terjadi proses komunikasi antarpribadi antara Henrietta dan Fola. Proses komunikasi tersebut membuat perkenalan di antara mereka berakhir dengan sedikit keakraban.
Tataran Konotatif
Dalam paragraf ini penulis menekankan fokus perhatian pada Henrietta sebagai objek yang memberikan perhatian pada Fola. Menatap Mata Fola.. pertemuan pertama merupakan kesan pertama yang didapat dalam sebuah perkenalan. Namun ketika kata menatap mata di utarakan dalam kalimat itu penulis sedang menekankan bahwa Henrietta sedang berusaha membangun hubungan yang lebih intim daripada sekedar hanya sebagai perkenalan saja, ada penekanan yang berbeda yang diutarakan pada kalimat tersebut. Memandang Fola dengan tatapan
yang bening.. ada perhatian khusus yang diberikan Henrietta ketika dia berkenalan
dengan Fola. “jangan beranda-anda. Panggil saja namaku. Henrietta, singkatnya kalimat ini akhirnya memperlihatkan bahwa Henrietta menunjukkan kesungguhannya untuk memandang perkenalan tersebut tidak hanya sebagai perkenalan biasa namun ada keinginan untuk membangun hubungan yang lebih dalam lagi.
Mitos
Panggilan dengan nama bisa dikatakan sebagai suatu hubungan yang tidak dibatasi dengan apa pun, baik status, usia dan lainnya namun dapat diartikan sebagai seorang teman atau sahabat yang memiliki hubungan yang dekat. Sehingga ketika seseorang memiliki hubungan, dan jika penggunaan nama yang digunakan maka batasan-batasan tersebut akan hilang, akhirnya nilai-nilai dari persahabatan lebih gampang terjalin.
(13)
Tataran Denotatif Halaman 17
Henrietta berpaling kearah Fola seolah-olah ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Dia malah mengulurkan tangannya. “kita belum berjabat tangan tadi. Bukankah kalau berkenalan perlu berjabat tangan? Namaku Henrietta.”
Dalam percakapan yang dilakukan oleh Fola dan Henrietta ada tersirat komunikasi non-verbal yang akhirnya bisa dilihat dengan sebuah makna perkenalan yang lebih intim.
Tataran Konotatif
Dari paragraf ini penulis memperlihatkan kesungguhan Henrietta akan hubungan yang akan dijalinnya dengan Fola. Henrietta berpaling kearah Fola seolah-olah
ingin mengatakan sesuatu tapi tidak jadi. Terlihat ada keragu-raguan akan suatu
tindakan, hal ini memperlihatkan kegugupan seseorang ketika menghadapi sesuatu. Adalah suatu hal yang janggal jika ditelisik lebih dalam lagi bahwa tidak ada alasan bagi Henrietta untuk gugup dalam hal ini, namun disini penulis memperlihatkan akan keinginan yang ingin dicapai Henrietta, hingga dalam kalimat selanjutnya Henrietta mengulang perkenalan yang sebelumnya sudah dilakukannya, ada penekanan hubungan yang ingin dijalin Henrietta dalam hal ini. Mitos
Berjabat tangan adalah ungkapan keinginan seseorang untuk dapat mengenal orang lain lebih dekat lagi. Dan jabat tangan juga dibagi kedalam beberapa hal, jabat tangan erat artinya keinginan untuk memiliki hubungan yang sangat erat atau orang yang menjabat dengan erat adalah tipe orang yang bersahabat. Jabat tangan seadanya, ada keinginan untuk berkenalan tapi tidak ingin terlibat terlalu dalam akan hubungan yang sedang dijalin sekedar hanya mengenal orang itu. Dalam hal ini Henrietta bisa dipastikan ingin mengenal Fola lebih jauh dan akrab lagi hingga akhirnya ia ingin mengulangi perkenalan yang sudah dilakukan dengan harus berjabat tangan.
(14)
Tataran Denotatif Halaman 17
Fola bergerak-gerak tak yakin akan apa yang didengarnya tepat. Dia belum pernah berada dalam situasi seperti ini biasanya yang tertarik mengenal guru lebih dekat dan akrab adalah orang tua murid khususnya ibu.
Terjadi komunikasi non-verbal dalam kalimat diatas, Fola memberikan syarat dan tanda akan jalinan komunikasi yang mereka sudah lakukan sebelumnya.
Tataran Konotatif
Dalam paragraf tersebut terlihat kegugupan dari Fola dengan perlakuan khusus yang diberikan Henrietta kepadanya, kalimat tersebut juga menegaskan bahwa Fola tersanjung dengan perlakuan Henrietta hal itu terlihat dari bagaimana pembandingan sikap yang dilakukan Henrietta kepadanya.
Mitos
Fola bergerak-gerak.. ketika seseorang bergerak-gerak dengan suatu alasan yang
tidak pasti, bisa dipastikan bahwa seseorang itu sedang tidak mengerti akan apa yang sedang dihadapinya, berada dalam keadaan yang tidak nyaman, gugup dan cenderung akan terbawa kearah salah tingkah, atau sedang ingin memastikan sesuatu.
Tataran Denotatif Halaman 18
Tatapannya tajam kepada Fola, memberi waktu bagi Fola menyambut uluran tangannya. Menyambut uluran persahabatan dan hubungan lain yang kelak tumbuh diantara mereka.
Henrietta menggunakan bahasa tubuh melalui tatapan mata untuk menunjukkan sesuatu kepada Fola akan keseriusan hubungan yang ia ingin ciptakan.
(15)
Tataran Konotatif
Tatapan dari Henrietta membuat Fola akhirnya gugup dan tidak tau harus berbuat apa. Dalam kalimat ini penulis juga menegaskan adanya keterikatan emosional yang terjalin antara Henrietta dengan Fola, hal ini dipertegas oleh penulis dengan pandangan kedepan akan hubungan yang akan terjalin antara mereka berdua. Mitos
Tatapan tajam adalah ungkapan yang diberikan seseorang, jika orang itu memiliki maksud, keingintahuan lebih, rasa penasaran, dan juga menaruh kepercayaan akan orang yang ditatapnya.
TIGA (Gerhana Kembar, bab 1 1960)
Tataran Denotatif Halaman 49-50
Henrietta bertanya “apakah kau masih tinggal di sekolah? ...
Kau akan pulang?.. Dimana Rumahmu? Mari pulang bersamaku.
Terjadi komunikasi antar pribadi atau komunikasi tatap muka antara Fola dan Henrietta untuk menciptakan hubungan yang lebih baik dan pengenalan yang lebih intim.
Tataran Konotatif
Kalimat tersebut adalah kalimat yang diungkapkan Henrietta setelah berkenalan dengan Fola, pada setiap kalimat yang diungkapkan oleh Henrietta merupakan kalimat-kalimat yang menunjukkan perhatiannya dan ketertarikannya kepada Fola. Menurut Publilus Syrus kita tertarik pada orang lain tak kala orang lain
tertarik pada kita (Dale Carnegie, 110). Hal ini mungkin menjadi cara yang
dilakukan oleh Henrietta untuk berusaha menarik minat Fola dalam proses pendekatan yang sedang dia lakukan. Henrietta menunjukkan ketertarikan yang
(16)
mendalam kepada Fola dan berusaha membuat Fola nyaman akan sikap yang ia tunjukkan.
Mitos
Pertanyaan yang dilontarkan seseorang (X) dengan bertubi-tubi kepada orang lain(Y) dan pertanyaan itu adalah sebuah pertanyaan dimana fokusnya adalah Y maka bisa dipastikan bahwa si X memiliki ketertarikan terhadap si Y atau ingin membuat si Y tertarik pada si X. Karena pada dasarnya orang cenderung sangat suka jika membicarakan dirinya sendiri kepada orang lain.
Tataran Denotatif Halaman 50-51
Fola mengabaikan segalanya, tatapannya hanya terpaku pada Henrietta, sementara pikirannya mengembara. Sejujurnya tidak ada perasaan aneh yang mengganjal ketika bersama-sama dengan perempuan itu..
Henrietta justru membuatnya merasa nyaman. Tatapan perempuan itu terlihat tulus dan jujur...
Dia tidak mau membiarkan Henrietta lama menunggunya..
Terjadi komunikasi intrapersonal dalam diri Fola dalam memandang hubungan yang sedang ia jalin bersama Henrietta. Akhirnya bisa terlihat bagaimana penulis menampilkan sosok dari Fola dengan lebih baik.
Tataran Konotatif
Dalam hal ini Fola masih terlihat polos memandang sikap yang ditunjukkan oleh Henrietta, berdasarkan perilaku sosial hal itu merupakan sesuatu yang perlu dipertanyakan mengenai sikap yang ditunjukkan oleh seorang perempuan kepada perempuan lainnya, namun hal ini tidak diperlihatkan oleh penulis, yang ada adalah bahwa Fola memandang sikap yang ditunjukkan oleh Henrietta adalah sikap yang tulus. Sepertinya cara Henrietta untuk mempengaruhi Fola dengan cara berusaha terlihat tertarik kepadanya terlah berhasil. Karena dari sikap Fola tidak menunjukkan keraguannya akan sikap yang ditunjukkan oleh Henrietta bahkan
(17)
Fola menunjukkan Respect yang besar akan kehadiran Henrietta sehingga dia berusaha semaksimal mungkin tidak membuat Henrietta merasa tidak nyaman Dia
tidak mau membiarkan Henrietta lama menunggunya.
Mitos
Ketika seseorang terpaku terhadap orang lain, ada alasan dibalik keterpakuan. Alasan ketika seseorang terpaku adalah kagum, terkejut, dan penasaran. Jika diperhatikan dari kalimat yang ditulis oleh si Penulis Fola bisa dikatakan kagum terhadap Henrietta.
Tataran Denotatif Halaman 51
Tatapannya terpaku pada Fola. Ada sesuatu yang menarik tentang perempuan ini, Henrietta tidak dapat menjabarkan perasaanya
.... Henrietta menyadari dirinya menatap rambut itu dengan penuh kekaguman. Sedetik kemudian, ia memalingkan wajah untuk menjernihkan pandangannya.
Komunikasi intrapribadi terjadi didalam diri Henrietta dalam menyimak dan memperhatikan Fola. Proses yang membuat seseorang dapat memikirkan sesuatu lebih baik dan lebih dalam lagi. Bisa dikatakan bahwa Henrietta sedang bermain dengan fikirannya sendiri dalam mengagumi Fola.
Tataran Konotatif
Terpaku.. sikap yang ditunjukkan Henrietta adalah keadaan dimana dia memiliki
ketertarikan luar biasa hingga membuatnya tidak dapat berbuat apa-apa dengan apa yang dilihatnya. Dalam paragraf ini ada kejanggalan yang terlihat ketika penulis menuliskan bahwa Henrietta tidak dapat menjabarkan perasaannya, suatu hal yang tidak seharusnya terjadi antara dua orang perempuan. Menjabarkan
perasaan, keadaan dimana ada kekaguman luar biasa atau perasaan yang tidak
(18)
perhatian Henrietta yang tertuju pada setiap apa yang Fola lakukan dan apa yang ada di dalam diri Fola. Hingga rambut pun dijadikan objek kekaguman bagi Henrietta, hal ini biasanya terjadi pada seorang lelaki yang sedang menyukai perempuan. Kekaguman terhadap mata, bibir, dagu termasuk rambut. Karena bagi seorang lelaki rambut adalah keindahan bagi seorang wanita, wajar jika itu adalah salah satu objek yang dikagumi oleh seorang lelaki.
Mitos
Penulis disini memilih rambut jadi objek yang dikagumi oleh Henrietta. Kemungkinan karena rambut adalah mahkota bagi seorang perempuan, bagian yang sangat menarik perhatian lawan jenis. Salah satu bagian vital yang membuat wanita semakin menarik.
Tataran Denotatif Halaman 52
Mereka saling memandang untuk pertama kalinya dibawah guyuran hujan. Ada sesuatu yang mengguncang hati Fola; mengguncangnya sehingga membuatnya takut. Tapi keadaan itu justru meningkatkan rasa nyaman yang tidak terhingga. Henrietta balas menatap Fola, merasakan daya tarik kuat yang menyeretnya ke pusaran utama perempuan itu. Bagaimana menggambarkan kedalaman cara memandang mereka dengan tepat? Ada pengharapan, kehati-hatian, rasa malu-malu, penasaran, takjub, serta kewaspadaan teraduk menjadi satu.
Fola dan Henrietta menunjukkan gaya bahasa dan tingkah laku, seperti tatapan mata, gestur tubuh dan lainnya untuk menunjukkan perasaan yang mereka sedang rasakan satu dengan yang lainnya.
Tataran Konotatif
Setiap kalimat yang dituturkan penulis menggambarkan keadaan hati seorang Fola, mengguncangnya penulis memperlihatkan keikutsertaan Fola akan perasaan yang aneh yang seharusnya tidak diperuntukkan bagi seorang perempuan, dalam
(19)
hal ini seorang Fola masih sadar bahwa perasaan yang dimilikinya sudah berbeda dan seharusnya tidak terjadi, itu yang membuat Fola akhirnya takut, namun ia tidak dapat memungkiri perasaan nyaman yang ada di dalam dirinya. Penulis disini menunjukkan feedback yang baik yang diberikan Fola kepada Henrietta, sehingga Henrietta dapat merasakan ketertarikan yang sama yang diberikan Fola. Keinginan, perasaan damai, keutuhan rasa ada di dalam diri mereka “serta
kewaspadaan teraduk menjadi satu”. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berdua
paham akan kondisi dan posisi yang sedang mereka hadapi. Seharusnya mereka tidak perlu waspada jika mereka hanya ingin menjalin suatu persahabatan, namun keadaan yang mereka sedang jalani ada suatu perasaan yang lebih yang sedang mereka jalin dalam hubungan mereka.
Tataran Denotatif Halaman 52-53
Tangannya digenggam erat-erat oleh Henrietta. Fola berusaha menenangkan fikirannya selama berlari, tapi jantungnya malah berdebar dua kali lebih kuat. Fola sangat menyukai sentuhan tangan itu.
Henrietta menggenggam tangan Fola karna harus berlari agar tidak ada yang tertinggal, jantungnya berdebar efek dari mereka harus berlari dan Fola suka dengan sentuhan dari tangan Henrietta.
Pesan dari komunikasi nonverbal yang sedang dilakukan oleh Fola dan Henrietta menciptakan suatu hubungan yang lebih dalam lagi hingga sampai kedalam perasaan mereka masing-masing. Dari pemaparan nonverbal itu penulis menunjukkan komunikasi nonverbal lebih memperlihatkan hubungan yang lebih intim terjadi daripada komunikasi verbal.
Tataran Konotatif
Dalam hal ini perasaan Fola sudah mulai ia pastikan tidak sama hanya dengan sekedar kata persahabatan. Dan menikmati kenyamanan yang ia rasakan terhadap Henrietta, ada dorongan untuk bisa menyatakan ungkapan perasaan yang ia rasakan. “pada dasarnya setiap orang menyukai yang namanya dengan sentuhan,
(20)
karna sentuhan adalah bentuk rasa sayang seseorang. Namun, hal ini tidaklah sesederhana itu, penulis menuturkan keadaan yang tidak sekedar menyukai sentuhan tapi memiliki harapan yang lebih dari sentuhan yang ia rasakan.
Mitos
Ketika jantung berdebar dua kali lebih cepat dari yang seharusnya ada beberapa kemungkinan yang sedang terjadi, yang pertama adalah karena Fola sedang berlari maka hal itu adalah hal yang biasa terjadi pada jantung karena jantung harus memompa darah lebih cepat dari yang seharusnya karena dalam keadaan lelah, yang kedua adalah jika dalam keadaan terkejut, yang ketiga adalah dalam keadaan jatuh cinta/ memiliki perasaan lebih pada seseorang (hal inilah yang terjadi pada Fola saat itu), yang keempat perasaan takut atau was-was.
Tataran Denotatif Halaman 53
Fola mengamati Henrietta yang mengibas-ibaskan tangan ke bajunya... pemandangan itu membuat Fola berdiri kaku dengan perasaan bergejolak. Sejak kapan tindakan sederhana yang remeh seperti itu menarik perhatian Fola?
Penulis memperlihatkan komunikasi nonverbal dari perasaan yang membuatnya kaku antara Henrietta dan Fola untuk menciptakan ketertarikan antara satu dengan yang laiinya.
Tataran Konotatif
Ketika seseorang memiliki perasaan yang lebih kepada orang lain, maka orang itu akan menyukai hal-hal kecil bahkan sepele sekalipun dari orang yang disukainya. Kalimat ini menegaskan keberadaan posisi perasaan yang dimiliki Fola saat itu. Perasaan bergejolak dan tindakan sederhana yang menarik perhatian, ada perasaan yang lebih antara Fola dan Henrietta.
(21)
Tataran Denotatif Halaman 54
Fola telah lupa apa yang mereka bicarakan. Yang teringat adalah betapa lembutnya kulit Henrietta saat bersentuhan dengan kulitnya. Yang teringat adalah tawa manis Henrietta yang terdengar sangat merdu di telinganya. Penulis menuliskan terjadi komunikasi intrapersonal dari Fola untuk menciptakan kenyamanan dalam dirinya mengenai Henrietta dari setiap kejadian yang sudah mereka jalani bersama.
Tataran Konotatif
Ingatan akan suatu peristiwa adalah suatu hal yang wajar di dalam diri seseorang, namun disini penulis menunjukkan kondisi yang berbeda dalam ingatan Fola, ikatan emosional yang menjadi pacuan utama yang ada di dalam dirinya dan menjadi kenyamanan tersendiri di dalam ingatan Fola. Dari sini bisa dilihat bahwa Fola sudah memiliki ikatan emosional dan perasaan yang lebih kepada Henrietta. Tataran Denotatif
Halaman 56-57
Bibir Fola tersenyum. Dia tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum. Tentu saja Fola tidak keberatan menghabiskan hari Sabtu-nya dengan berbelanja. Bukan hanya tidak keberatan, Fola juga tidak sabar menanti hari sabtu tiba.
... Fola sengaja berdandan, mengenakan baju cantik model you can see; untungnya sudah selesai dijahit minggu lalu sehingga bisa dipakai untuk acara hari ini. sejenak mata mereka bertabrakan. Pandangan mata Henrietta menyampaikan seribu pesan yang sangat sulit dibingkai dengan kata-kata. Fola merasa tatapan itu bukan hanya sekedar menatap tapi menembusnya.
(22)
Bahasa tubuh Fola menunjukkan ketertarikannya yang mendalam kepada Henrietta, ditambah dengan pemaparan yang dilakukan oleh penulis dari respon bahasa tubuh dari Fola.
Tataran Konotatif
Kalimat awal yang dituturkan penulis, bahwa tidak ada keengganan yang direspon oleh Fola ketika diajak oleh Henrietta, namun ada perasaan sukacita yang mendalam. Hal itu adalah bentuk dari ikatan yang semakin mendalam yang ia rasakan terhadap Henrietta, menjadikan hari kebersamaan adalah suatu hal yang sangat istimewa dengan orang yang istimewa. Fola sengaja berdandan ini adalah suatu hal yang sedikit aneh yang terjadi antara dua orang wanita, dimana ia ingin menonjolkan kecantikannya pada seorang wanita, bukan dengan harapan persaingan namun ketertarikan yang ingin diciptakan. Sejenak mata mereka
bertabrakan bisa dikatakan bahwa antara Henrietta dan Fola sudah saling
memperhatikan satu dengan lainnya sehingga hal itu bisa terjadi. Tidak bisa dipungkiri dari hal ini bisa dilihat perhatian yang mendalam dan hubungan timbal balik yang mereka ciptakan di dalam diri mereka masing-masing.
Mitos
Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan mata bertabrakan yaitu, ketidaksengajaan, dua orang yang sudah saling memperhatikan sehingga satu waktu mata mereka bisa bertabrakan, bentuk kecurigaan seseorang tidak bisa dipungkiri ketika seseorang sedang mencurigai orang lain hal yang paling sering dilihat adalah mata dari orang itu.
Tataran Denotatif Halaman 59
Fola ingin Henrietta tidak hanya menepuk punggung tangannya, tapi juga menyentuh dan menggenggam tangannya seperti ketika mereka berlari di bawah hujan.
(23)
Dari kalimat diatas Fola menyadari bahwa bahasa tubuh dari Henrietta sebelumnya menciptakan kenyamanan dalam dirinya dan akhirnya Fola menghendaki Henrietta bisa menunjukkan perasaannya dengan bahasa tubuh dari Henrietta lebih dalam lagi.
Tataran Konotatif
Sikap yang ditunjukkan Henrietta adalah sikap perhatian yang penuh kasih sayang. Dia memperlakukan Fola seperti seorang putri. Dari kalimat ini sudah bisa diprediksikan penempatan sosok dari kedua wanita itu dalam hal suatu hubungan. Pelindung dan penerima lindungan, Pemimpin dan penolong, penyentuh dan suka sentuhan. Henrietta sebagai sosok Pria dan Fola sebagai sosok wanita dalam suatu hubungan yang “normal”.
EMPAT (Gerhana Kembar, bab 2 1961)
Tataran Denotatif Halaman 62-63
Henrietta, Perempuan yang berdiri di depanya maju dua langkah, masuk ke ruang kelas. Dia memandang sekelilingnya. “warnanya sudah kusam. Diding kelas sudah perlu di cat baru.
... kasihan murid-muridmu belajar dalam ruangan yang muram seperti ini. ... Fola menertawakan ucapan Henrietta” sejak kapan kau perhatian kepada murid-muridku? “sejak ada ibu guru cantik yang mengajar di ruangan kelas ini”
Penulis mencoba memaparkan situasi yang sedang terjadi dengan pemaparan komunikasi antar personal dalam diri mereka masing-masing.
(24)
Tataran Konotatif
Dalam kalimat yang pertama terlihat bahwa Henrietta memperhatikan sesuatu yang menjadi pekerjaan Fola dan kesenangan Fola. Kalimat selanjutnya, ada pujian “gombal” yang diutarakannya mengenai wanita cantik. Peran dari Henrietta semakin dipertegas disini dalam hubungan yang sedang mereka jalin, bahkan kata-kata dan perlakuan yang ia tunjukkan untuk Fola. Peran sebagai seorang yang memperhatikan dan melindungi seorang wanita cantik.
Tataran Denotatif Halaman 66
Mereka berdua berdiri berimpitan. Nafas Henrietta menggelitik tengkuk Fola. Tangannya kokoh memegangi tangan Fola. Sentuhan Henrietta pada kulit tangannya diam-diam membuat Fola senang. Dia membiarkan Henrietta menuntunnya melakukan gerakan berulang-ulang yang sebenarnya sangat mudah. Bau cat memenuhi paru-paru Fola, tapi aneh, dia tak merasakannya sebagai suatu hal yang mengganggu.
… aku membayangkan mengecat pelangi kata Henrietta di telinga Fola. … udara yang mengalir dari mulut Henrietta terasa hangat dan nyaman. Penulis memparkan kondisi dan perasaan dari kedua insan tersebu dengan bahasa tubuh mereka masing-masing. Ada terjadi komunikasi non-verbal yang mereka ciptakan dalam penuturan tersebut.
Tataran Konotatif
Tengkuk adalah bagian sensitif bagi perempuan apalagi harus disentuh. Namun paparan dari penulis dengan menggunakan kata mengelitik bukan menunjukkan ketidaksetjuan Fola akan tindakan yang dilakukan oleh Henrietta namun kata itu lebih menunjukkan gairah yang menyenangkan yang ia rasakan dan dapatkan. Fola merasakan kenyamanan penuh dengan setiap tindakan yang dilakukan Henrietta terhadapnya, sampai-sampai kenyamanannya dapat menutupi rasa yang
(25)
mengganggu akan cat yang sedang digunakan. Tindakan Henrietta membisikkan sesuatu ketelinga adalah isyarat sentuhan yang lebih dalam dari ikatan emosional yang sudah terjalin antara mereka.
Mitos
Bagi wanita tengkuk dan belakang telinga adalah bagian yang sangat sensitif terhadap sentuhan. Dalam suatu “hubungan” antara pria dan wanita bagian ini adalah bagian yang akan membuat wanita merasa sangat nyaman dan agresif. Tataran Denotatif
Halaman 67-68
… kau manis kalau sedang digoda seperti itu.
… Henrietta tak berhenti memandangi Fola.
… alis Fola bergerak naik, merasa jengah dengan hujan tatapan Henrietta. Jantungnya melompat-lompat tak terkendali menunjukkan rasa senang yang sangat aneh.
Penulis memperlihatkan bagaimana komunikasi non verbal yang ditunjukkan oleh Fola akhirnya dapat mengindikasikan perasaannya kepada Henrietta yang sudah berbeda.
Tataran Konotatif
Sikap yang dilakukan oleh Henrietta menunjukkan perasaan mendalam terhadap Fola. Memandangi berarti Henrietta cukup lama memandang Fola dan memperhatikan dengan perhatian yang penuh dan dalam, hingga membuat Fola jengah, namun tindakan yang dilakukan Henrietta membuat Fola merasakan perasaan senang yang berbeda. kata aneh disini menunjukkan bahwa sebenarnya Fola masih ragu dengan apa yang sedang ia rasakan kepada Henrietta yang notabenenya Henrietta adalah seorang wanita, namun dia juga tidak dapat memungkiri perasaan yang ia rasakan kepada Henrietta.
(26)
Tataran Denotatif Halaman 68
Wajah Henrietta bergerak kedepan. Matanya memberikan isyarat sesuatu kepada Fola. Sekejap mata Fola menutup, memejam dengan waswas. Lima detik berlalu. Tidak ada kejadian apa-apa. Di depannya, Henrietta menunggu Fola membuka mata, membiarkan kebimbangan hatinya mereda. Kembali disini penulis memperlihatkan bagaimana komunikasi nonverbal dapat memberikan pesan kepada orang lain yang melihatnya (dari bahasa tubuh yang mereka tunjukkan)
Tataran Konotatif
Dari paragraf sebelumnya bisa dilihat bahwa masih ada keraguan di hati Fola dengan apa yang sedang ia kerjakan dan ia rasakan. Namun perasaannya menutupi keraguan itu. Isyarat yang diberikan oleh Henrietta disambut baik oleh Fola
sekejap mata Fola menutup ketika ada isyarat yang diberikan dihadapan
seseorang dan yang menjadi objek menutup mata itu adalah isyarat pasrah dari objek tersebut. Fola sedang mempercayai sepenuhnya Henrietta dengan menutup mata, ada harapan Fola dari Henrietta apakah itu sentuhan, ciuman atau apa pun itu yang pasti dia dalam keadaan pasrah.
Mitos
Mata merupakan salah satu dari kelima indra yang sangat unik. Mata dapat memberikan jawaban akan suatu pertanyaan, mata dapat memberikan jawaban akan suatu kebohongan dari mata seseorang dapat melihat ketulusan hati seseorang. Sehingga Penulis seringkali membuat mata sebagai objek dalam sebuah hubungan kalimat yang akan memberikan suatu makna yang berbeda dalam hubungan yang ada.
(27)
Tataran Denotatif Halaman 70
Lalu tiba-tiba, Henrietta mengulurkan tangan ke depan, melingkarkan tangannya tepat pada bahu Fola, memeluknya erat, dan mencium rambut Fola tepat di ubu-ubun. Ini lebih berupa gerakan spontan daripada ciuman lembut penuh kasih sayang. Fola menggeliat keras berusaha menjauh, tapi Henrietta tidak ingin berhenti. Malah bibir Henrietta bertubi-tubi menjelajahi telinga, tulang pipi, dan akhirnya sangat dekat dengan sudut bibir Fola. Ketika Fola nyaris berteriak untuk mengakhiri serbuan ini, gerakan Henrietta melambat. Dengan lembut Henrietta mengusapkan bibirnya pada ujung bibir Fola, menciumnya dengan ringan dan santai. Setelah itu dia melepaskan Fola dan membiarkan Fola berputar untuk mundur tiga langkah menjauhinya.
… napas Fola sedikit bergemuruh bukan karena ketakutan, tapi karena gairah aneh yang tidak dapat ia mengerti.
Paparan diatas bisa dilihat bagaimana Henrietta memperlihatkan perasaannya kepada Fola dengan bahasa tubuh yang ia tunjukkan kepada Fola.
Tataran Konotatif
Ada gairah yang membuat Henrietta tidak dapat menahan dirinya untuk menunjukkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Fola. Feedback yang baik dari Fola, keseriusan Fola akan hubungan mereka sebelumnya membuat Henrietta menunjukkan apa rasa yang sebenarnya yang sedang ia rasakan kepada Fola. Dan Henrietta mengungkapkannya dengan ungkapan kasih sayang dengan bahasa tubuh dan sentuhan kasih sayang yang bisa diartikan semua orang yang merasakannya termasuk Fola. Sampai pada saat itu penulis masih memperlihatkan ketidakmengertian Fola akan perasaannya dan apa yang sedang terjadi saat itu. Fola masih merasakan keenganan dan keanehan dari hubungan yang sedang ia jalani.
(28)
Tataran Denotatif Halaman 71
“aku tahu,” bisik Fola lirih. “ini.. ini salah. Kau..”
Ucapan Fola membingungkan dirinya sendiri. Seharusnya dia berlari meninggalkan kelas ini dan segera memutuskan hubungan dengan Henrietta. Seharusnya dia memaki Henrietta, menudingnya memanfaatkan dirinya untuk kepuasan pribadi yang sesat. Seharusnya dia menampar Henrietta mengatakan apa yang dia lakukan adalah dosa. Tapi Fola tidak melakukan apa-apa. Dia malah menerawang, memandangi deretan perdu bunga di birai jendela. Kalimat yang akhirnya terlontar keluar dari bibir Fola tadi pun keluar tanpa dibarengi air muka penyesalan atau kesungguhan rasa bersalah.
Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola menunjukkan bagaimana ia menanggapi Henrietta akan apa yang dilakukan Henrietta padanya.
Tataran Konotatif
Ada perasaan bersalah yang sangat besar dalam diri Fola dengan keadaan dan kondisi yang sudah ia jalani. Fola merasakan bahwa apa yang ia lakukan adalah suatu hal yang salah. Penulis menunjukkan bahwa dasarnya Fola adalah seorang wanita yang normal dan tidak memiliki penyimpangan akan suatu hal. Dari setiap pemikiran dan kalimat yang ia lontarkan menunjukkan bahwa ia tidak pernah setuju dengan kondisi yang dilakukan oleh Henrietta, hanya saja dia tidak dapat menahan perasaan yang bergejolak dihatinya dengan setiap perhatian yang diberikan Henrietta kepadanya. Dalam setiap kalimat yang dipaparkan penulis ada rasa bimbang dalam diri Fola atas semua hal yang ia lakukan kata
seharusnya,seharusnya,seharusnya adalah gambaran dimana Fola juga tidak
(29)
Tataran Denotatif Halaman 72
“Maafkan aku,” bisiknya. “Aku sunguh-sungguh menyukaimu.. aku kira..
aku kira.. kau pun.. menyukaiku dengan rasa yang.. sama. Fola tergagap. “tidak, bukan seperti itu. Aku menyukaimu tapi..
“pulanglah,” sergah Henrietta sambil memunggungi Fola. Tangannya melambai seakan tidak pernah ada kejadian apa-apa di antara mereka. … “Tunggu! Jangan begitu! Kau tidak mengerti.. Fola membutuhkan jeda untuk menenangkan diri.
… keheningan yang begitu lantang sehingga ingin sekali rasanya Fola menjerit sekeras-kerasnya.
Komunikasi antarpersonal antara Fola dan Henrietta memeberikan satu kesimpulan dalam hubungan mereka atas apa yang sudah mereka jalani selama ini.
Tataran Konotatif
Ketika Henrietta mengungkapkan perasaannya, penulis sedang menegaskan bahwa sejak awal perkenalan Fola dan Henrietta, Henrietta sudah paham dan tau kearah mana ia akan melanjutkan hubungannya dengan Fola, dan itulah sebabnya ia memperlakukan Fola dengan sangat istimewa. Disisi lain Fola merasakan suatu hal yang tidak ia mengerti apakah perasaan bersalah akan hubungan atau rasa bersalah akan kata-kata yang ia ucapkan kepada Henrietta. ingin sekali rasanya
Fola menjerit sekeras-kerasnya dari kalimat ini penulis lebih menunjukkan rasa
bersalah akan apa yang sudah ia katakan, karena dia merasakan bahwa Henrietta sebagai sosok yang berbeda dan sebenarnya Fola juga sudah memilki perasaan yang berbeda dengan dia yaitu “perasaan yang sama”.
(30)
TUJUH (Gerhana Kembar, bab 3 maret 1963) Tataran Denotatif
Halaman 107
… erwin meremas bahu Fola tapi istrinya mendorong tangan itu menjauh. “jangan menyuruhku tenang atau jangan marah-marah. Aku sudah capek diatur-atur sama mama sedari dulu.” Dan aku juga tidak bahagia dengan pernikahan ini. tapi kalimat itu tidak diucapkan Fola keras-keras. Dia menyimpannya dalam hati.
Perpaduan antara komunikasi verbal, nonverbal dan komunikasi intrapersonal antara Fola dan Henrietta dapat dilihat dari percakapan yang mereka lakukan bagaimana Fola menunjukkan kekesalannya kepada Erwin.
Tataran Konotatif
Disini Fola sudah menjadi istri dari seorang dokter tampan Erwin, namun sebenarnya Fola tidak bahagia dengan pernikahannya ditambah lagi ibu erwin yang kurang respect pada Fola. Ketidakharmonisan hubungan Fola dan mertuanya membuat dia seringkali “menyesali” keberadaanya sebagai istri dari Erwin. Dia tidak pernah mengungkapkan ketidakbahagiaan dalam pernikahannya dia
menyimpan dalam hati. Orang yang menyimpan ketidaksukaannya akan sesuatu
dalam hatinya dalam waktu lama membuat seseorang itu akan sangat kurang menikmati perjalanan hidupnya. Hal itulah yang ditunjukkan penulis mengenai kondisi Fola dalam mahligai Rumah Tangganya, ketidakharmonisan dan ketidakbahagiaan dalam hatinya.
Tataran Denotatif Halaman 111
… Fola merapatkan bibirnya, tanda menyembunyikan kegelisahannya.
Sejak menikah dengan Erwin, Dia merasa kehilangan sesuatu. Sesutau entah apa. Fola berusaha mencari tau, tapi sampai sekarang dia tidak dapat menemukan apa yang salah dengan dirinya. Rentetan peristiwa
(31)
hubungan buruk dengan mertuanya membuatnya semakin dilanda emosi tinggi.
Penulis menunjukkan bahasa tubuh dari Fola akan apa yang ia rasakan selama ini dengan Erwin. Dan akhirnya komunikasi intrapersonal dalam dirinya menyadarkan Fola akan apa yang sebenarnya ia rasakan dalam pernikahnnya.
Tataran Konotatif
Ada sesuatu yang kurang yang dirasakan oleh Fola di dalam dirinya meskipun dia sudah menikah dengan Erwin. Ada kegelisahan yang mendalam akan hubungan suami istri yang sedang dia jalani. Dia merasa kehilangan sesuatu penulis disini menunjukkan kehampaan yang dirasakan oleh Fola di dalam hidupnya. Karena kehampaan yang paling menyedihkan adalah ketika kita tidak tau apa yang menjadi kegelisahan dan kekosongan dalam diri kita. Ketidaktauan itu membuat jiwa bertanya-tanya dan tidak ada yang mampu menjawab. Itulah kekosongan yang paling luar biasa yang terjadi di dalam hidup seseorang, dan hal itulah yang dirasakan oleh Fola. Dalam pernikahannya pun tidak mampu menutupi kekosongan itu karna banyak peristiwa buruk yang terjadi di dalam kehidupannya. Sehingga jiwa akan mencari ruang dan tempat berdiam kedalam kehampaan yang sudah ada. Fola tidak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya dan dengan pernikahannya dengan Erwin, karena sebenarnya masih ada yang mengganjal dihatinya.
Mitos
Ketika seseorang merasa kehilangan sesuatu dalam dirinya, artinya dia sebagai subjek yang kehilanganpun tidak tau apa yang hilang di dalam dirinya. Hal ini bisa diartikan bahwa sesuatu itu adalah hal yang mengisi ruang dalam dirinya. Jika ruang itu tidak di isi maka kehampaan akan terjadi dalam diri orang itu, ketidaknyamanan, bahkan bisa masuk ketahap putus asa.
(32)
Tataran Denotatif Halaman 113
Fola memaksakan diri tersenyum. Dia tidak dapat menghentikan hantaman kegelisahan yang terus menerus memilin jantungnya. Dibunuhnya perasaan itu. Bodoh, apalagi yang kurang? Dia menikah dengan suami yang pandai, lembut, dan cerdas, dokter yang disegani. Lelaki yang tampan. Kurang apalagi? Sambil menekan perasaan anehnya, Fola berjalan menuju pintu. Dia melambai kepada Erwin.
Komunikasi intrapersonal kembali terlihat dari kalimat diatas bagaimana Fola menyimpan banyak hal dalam dirinya akan hubungan yang ia jalin dengan Erwin. Tataran Konotatif
Dalam setiap kalimat yang dipaparkan sipenulis adalah bahwa Fola sebenarnya tidak pernah merasakan kebahagiaan dalam pernikahanya. Setiap kalimat yang sedang diucapkan oleh Fola adalah pembenaran diri baginya untuk bisa bertahan dalam zona nyaman yang sedang membantunya dibelakang. Namun Fola sama sekali tidak dapat memungkiri perasaanya yang kosong dengan kondisi-kondisi yang ada yang sedang dia hadapi. Kurang apalagi? Sebenarnya ketika seseorang melakukan pembenaran seperti yang dilakukan oleh Fola, itu adalah tembok pertahanan untuk membuat Fola tetap nyaman dengan kondisi yang ada.
Tataran Denotatif Halaman 113-114
Fola tidak tahu sudah berapa lama dia berjalan, ketika seseorang berjalan dari arah berlawanan datang begitu saja.
“Fola?! ...
Kerutan kecil tampak diujung mata perempuan itu dan membuat Fola berfikir sudah berapa lama dia merindukan kerutan itu hadir di depannya.
(33)
Fola tidak bisa mengalihkan pandangannya dari perempuan itu. Perasaan damai yang menjalari seluruh tubuhnya membuat Foa merasa nyaman. Komunikasi nonverbal yang diperlihatkan oleh Fola dapat ditangkap dan menunjukkan bagaimana ia memiliki perasaan yang lebih terhadap Henrietta. Tataran Konotatif
Dari kalimat diatas penulis menuliskan betapa Fola sangat mengenal sosok yang ditemuinya dijalan tersebut, ditunjukkan ketika ungkapan “kerutan kecil yang
tampak diujung matanya” Fola sangat bisa mengingat dan memperhatikan
bahkan hal terkecil yang ada pada sosok tersebut. Kerinduan mendalam, kenyamanan yang tidak terhingga bahkan hanya ketika ia bisa melihat sosok itu didepannya. Ikatan emosional mereka berdua masih terjalin erat meskipun sudah beberapa tahun tidak ada komunikasi.
Tataran Denotatif Halaman 114
Henrietta pasti menebak dari pakaian yang dikenakan Fola; gaun hamil sederhana dengan sandal. Rambut yang disisir sekenanya. Ya Tuhan, Fola ingin sekali berlari ke dalam rumah dan merapikan penampilannya sekarang juga.
Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola terjadi ketika ia menyadari keberadaan dirinya, dan akhirnya bagaiaman ia dapat menanggapi dirinya.
Tataran Konotatif
Fola terlihat tidak percaya diri dengan penampilan yang hanya sekenanya di hadapan Henrietta. Perempuan memang sangat ingin menampilkan tampilan yang menarik pada semua orang, namun pada kalimat ini terlihat bahwa Fola bukan hanya sekedar ingin terlihat cantik dihapan Henrietta sebagai perempuan biasa, tapi ada rasa malu yang sangat luar biasa karena dia tidak ingin terlihat “jelek” dihapan seseorang yang spesial di dalam hatinya.
(34)
Tataran Denotatif Halaman 117
Saat Fola hendak mengeluarkan kunci pagar, tak sengaja bahunya bersentuhan dengan bahu Henrietta. Fola merasakan getaran ini, tapi rasanya getaran itu datang dari relung terdalam dirinya.
... “Kau tinggal di sini sendirian?” “sendirian?” Fola terkekeh, berusaha terlihat tenang “ Aku selalu mengharapkan hal itu”
... “Erwin nama suamimu?” Fola mengangguk malas
Komunikasi nonverbal dari Fola memperlihatkan bahwa ia memiliki perasaan lebih terhadap Fola dan bagaimana komunikasi itu memberikan efek terhadap dirinya dan perasaannya.
Tataran Konotatif
Ada perasaan yang disimpan oleh Fola terhadap Henrietta, sentuhan adalah sesuatu yang wajar diantara perempuan, karena sentuhan adalah ungkapan persahabatan diantara perempuan. Namun, ketika Fola merasakan suatu getaran yang berbeda ketika bersentuhan dengan Henrietta, dari hal itu terlihat bahwa ada ikatan emosional antara Fola dan Henrietta lebih dari sekedar ungkapan teman, ada perasaan yang disimpan Fola kepada Henrietta.
Dalam paragraf berikutnya, ungkapan dari Fola “aku selalu mengharapkan hal itu dia sama sekali tidak menikmati perkawinannya dengan Erwin. Biasanya semua istri pasti akan sangat senang menceritakan kehidupan keluarganya lebih lagi Erwin adalah suami yang baik, namun berbeda dengan Fola, dia sama sekali terlihat tidak antusias menceritakan kehidupan Rumah Tangganya kepada Henrietta. Fola terlihat tidak menikmati pernikahannya dengan Erwin.
(35)
Tataran Denotatif Halaman 118
Ragu-ragu Fola duduk di kursi piano. Henrietta berdiri persis dibelakangnya. Dia merasa malu, tapi juga bergairah secara bersamaan. Bayi yang berada di dalam perutnya tiba-tiba melonjak. Jantung Fola memukul-mukul dada. Seluruh jemarinya mengepal erat, seakan-akan tak dapat diluruskan.
Keberadaan Henrietta membuat respon yang berbeda dari dalam diri Fola. Terjadi komunikasi nonverbal ( bahasa tubuh) dalam diri Fola.
Tataran Konotatif
Malu dan bergairah perasaan seseorang yang bertemu dengan “artis”
kesayangannya. Ada perasaan yang memuncak ketika bertemu dengan seseorang yang sangat dikagumi. Hal itu dirasakan Fola ketika bertemu dengan Henrietta ada perasaan yang sangat bergejolak di dalam dirinya, sehingga merasakan getaran yang luar biasa. ketika kita bertemu dengan seseorang dan merasakan getaran dalam diri kita, itu adalah bahagian yang luar biasa bagi orang itu.
Tataran Denotatif Halaman 119
“ Kenapa malah diam saja?” wangi tubuh Henrietta semakin meracuni indra penciuman Fola. Jika dia bergerak sedikit saja, punggungnya akan bersinggungan dengan panggul Henrietta.
Bau-bauan juga ditampilkan penulis disini, dimana terjadi psikologi komunikasi antara Fola dan Henrietta. Terlihat bagaimana Fola masih bisa mengingat wangi parfum dari Henrietta.
Tataran Konotatif
“wangi tubuh” adalah tanda dari seseorang atau keunikan dari seseorang. Dari
kalimat meracuni indra bisa dipastikan bahwa Fola masih mengingat wangi tubuh dari Henrietta sehingga penulis tidak lagi memaparkan bau tubuh dari Henrietta
(36)
yang akhirnya meracuni penciuman Fola. Kalimat tersebut lebih kepada penegasan bahwa Fola sangat menikmati bau tubuh dari Henrietta dan mengenal bau tubuh itu.
DELAPAN (Gerhana Kembar, bab 4 April 1963)
Tataran Denotatif Halaman 125
Henrietta menepuk punggung Fola. “ Tidak, ambillah buatmu. Aku sungguh-sungguh memberikan pisau itu untukmu”. Fola menoleh. Wajah Henrietta terbingkai di matanya dengan sempurna. ... dengan susah payah Fola berusaha menahan debaran jantungnya.
Komunikasi verbal yang terjadi antara Fola dan Henrietta membuat Fola semakin merasakan kedekatan dan ikatan yang lebih mendalam diantara mereka berdua. Tataran Konotatif
Jika dilihat lebih dalam lagi kalimat diatas terlihat sangat monoton, kaku dan formal. Ada batasan diantara mereka berdua sehingga membuat mereka terlihat sangat kaku. Terbingkai sempurna tatapan ketulusan yang diberikan Fola kepada Henrietta, ada keindahan yang dipancarkan Henrietta sehingga Fola mampu merasakan getaran yang berbeda saat ia menatap Henrietta. Sama seperti yang sudah dijelaskan diatas, getaran jantung yang berlebihan tidak datang begitu saja ada latar yang dialami oleh seseorang sehingga ada debaran jantung yang berbeda dari biasanya, mungkinkah itu karena kecapean, terkejut, penasaran, cinta. Dan yang ditunjukkan Fola adalah perasaan yang ada untuk Henrietta hingga akhirnya getaran itu singgah di dalam dirinya ketika berhadapan dengan Henrietta.
(37)
Tataran Denotatif Halaman 126
Mereka berpandangan untuk waktu yang lama. Mata Henrietta berbinar seperti obor dalam kegelapan.
“ Aku senang bertemu denganmu lagi.” Tiba-tiba Fola tersadar tentang keberadaan mereka berdua. Mereka duduk sangat dekat di ranjang. Tidak ada orang lain dikamar ini.
Komunikasi nonverbal (kedekatan) membuat Fola dan Henrietta merasakan hubungan yang lebih spesial terjadi diantara mereka berdua.
Tataran Konotatif
Sebenarnya tidak ada yang harus dipermasalahkan ketika dua perempuan duduk berdekatan, tapi penulis menggambarkan perbedaan diantara kedua wanita ini. penulis menggambarkan seolah-olah ketika mereka berdekatan itu adalah hal yang tidak wajar, karena sebenarnya ada hubungan yang tidak wajar diantara mereka berdua.
Tataran Denotatif Halaman 126
Mengapa Fola merasakan getaran yang kini ia rasakan? Apakah getaran ini berbeda dengan rasa yang dia curahkan untuk Erwin, suaminya? Fola merasakan luapan perasaan ini, luapan perasaan janggal yang mengembus bagai angin puting beliung dari dalam dirinya.
Respon dari bahasa tubuh yang didapati oleh Fola berbeda dengan apa yang ia dapati dari Erwin hal ini menunjukkan bahwa perasaan Fola kepada Henrietta lebih besar daripada kepada Erwin.
(38)
Tataran Konotatif
Kalimat yang hampir sama seperti ini sudah berulang-ulang dituliskan oleh penulis, dengan seolah-olah sampai batas saat ini Fola belum mengerti pasti apa yang ia rasakan, padahal tanpa ia sadari ia seringkali memikirkan Henrietta dengan perasaan yang berbeda dari yang seharusnya dirasakan oleh seorang wanita kepada wanita lain
Mitos
Getaran adalah suatu pertanda pernyataan lebih dari seseorang apakah itu kasih sayang, kekaguman, rasa respect yang tinggi pada orang lain. Kata getaran lebih cenderung dihubungkan dengan perasaan positif terhadap orang lain.
Tataran Denotatif Halaman 127
Henrietta mengusapkan bibirnya dengan lembut ke bibir Fola. Sama seperti dulu, hanya saja kali ini Fola sungguh mendamba. Ia mendekatkan dirinya pada Henrietta. Tubuh itu terasa mungil dan kecil, berbeda ketika dia bersentuhan dengan lelaki. Henrietta memeluknya erat-erat seakan Fola barang yang sangat berharga.
Komunikasi verbal ( ciuman) yang diberikan Henrietta pada Fola memberikan pesan bahwa ia mencintai Fola.
Tataran Konotatif
Sudah ada perkembangan hubungan yang mereka jalin berdasarkan bahasa tubuh yang mereka tunjukkan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dijalin dimana seharusnya hubungan ini terjadi antara lelaki dan wanita. Fola sudah memberikan respons positif dari apa yang selama ini dia fikirkan mengenai Henrietta, bahkan dia sadar dengan sesadar-sadarnya akan apa yang dia sedang rasakan. Ada keinginan yang mendalam yang ingin diperoleh dari Henrietta dengan semua hal yang mereka kerjakan, keinginan yang lebih, perasaan yang lebih dan hubungan yang lebih intim.
(39)
Tataran Denotatif Halaman 127
Mereka bergenggaman selama beberapa menit. “kau gemetaran”. “ aku gemetar karena terlalu bahagia”. Henrietta mengangkat tangan Fola lalu menciumnya. Itu membuat Fola merasa sangat dihargai, seakan dia adalah seorang putri, bukan sekedar perempuan hamil berperut gendut dan berpenampilan tak menarik.
Bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh Henrietta terhadap Fola membuat Fola merasakan kenyamanan yang lebih terhadap Henrietta. Dan bagaimana Henrietta memberikan pesan melalui bahasa verbal yang menarik.
Tataran Konotatif
Jika dilihat dari beberapa kasus yang telah dibahas sebelum-sebelumnya, sebenarnya Fola adalah sosok yang masih “kebingungan” dengan semua hal yang sedang dia jalani, namun perhatian dan cara Henrietta memperlakukan Fola lah yang akhirnya membuat Fola merasakan perlakuan yang berbeda yang memang di damba oleh semua wanita. Perasaan yang akhirnya timbul, tidak bisa diidentifikasikan dengan pembawaan yang sudah ada sejak Fola lahir. Perlakuan itu yang seringkali akhirnya membuat Fola memberikan hatinya untuk Henrietta. Tataran Denotatif
Halaman 128
“ Benarkah kau bahagia?” Fola mengangguk. Belum pernah dia merasakan kedamaian tumbuh perlahan-lahan dalam dirinya. Dia meringkuk tubuhnya, dekat dengan dada Henrietta, seakan-akan dirinya bayi mungil. Henrietta mendorong Fola dengan lembut, melepaskan diri dari pelukan. “Jangan,” Bisiknya lemah. Fola mengerutkan kening. Dari matanya terpancar sinar sakit hati karena penolakan. “Mengapa?” tanyanya. “ Aku pernah berjanji. Aku tidak akan menyakiti hati seseorang
(40)
lagi dengan cinta yang tidak mempunyai tempat dimana pun. Kurasa sekarang pun kita harus berpisah.”
Fola berputar, merengkuh Henrietta. “Jangan,” bisiknya. “ jangan lagi lari dariku”
Dari setiap pemaparan komunikasi nonverbal yang ditunjukkan oleh Fola memperlihatkan dia sudah memberikan hatinya untuk Henrietta.
Tataran Konotatif
Jika dikaji lebih dalam lagi pertanyaan yang diajukan oleh Henrietta adalah sebuah pertanyaan “menjebak”, yaitu pertanyaan untuk meyakinkan dirinya bahwa Fola sudah berada dalam “genggamannya” keinginan untuk menciptakan ruang pada dirinya sendiri bahwa Fola bersungguh-sungguh mencintainya. Pertanyaan yang membuat Henrietta ingin yakin bahwa dia dibutuhkan oleh Fola. Kemudian Henrietta mengukuhkannya dengan pernyataan tidak ingin menyakiti
orang lain sebenarnya Henrietta juga tidak akan sanggup untuk melepas Fola
begitu saja, namun ia ingin meyakinkan dirinya bahwa dia sudah mendapatkan Fola dan ingin Fola sendiri yang menunjukkan ketergantungannya kepada Henrietta. Hingga akhirnya tujuan dari Henrietta dapat terpenuhi kalimat “ jangan
lagi lari dariku” kata “lagi” disini menegaskan bahwa ketika Henriettea pergi
pada saat pertemuan pertama ada penyesalan dalam diri Fola akan kepergian dari Henrietta tersebut.
Tataran Denotatif Halaman 128
Henrietta mendekatkan wajahnya sehingga pipi mereka bersentuhan, nyaman dan hangat seperti air laut. Bibir Fola mengecap rasa asin, dan dia tahu ada air mata di kedua pipi mereka. Dia tidak tahu siapa yang lebih dulu merasakan kolam kepedihan yang membelenggu hati. Fola hanya ingin menyerahkan seluruh jiwanya kepada Henrietta, hal yang dulu tidak ia lakukan, dan sekarang entah bagaimana, dia ingin menyatukan hatinya
(41)
dengan hati perempuan ini. Henrietta merenggangkan pelukan dan mencium mata Fola. Dia membelai pipi perempuan itu, menghapus air mata yang meleleh turun.
Dari setiap tindakan dan bahasa tubuh yang dilakukan oleh Fola dan Henrietta ada indikasi yang menunjukkan rasa dan keinginan yang mendalam dari keduanya akan hubungan yang sedang mereka jalani.
Tataran Konotatif
Ada dua arti dari air mata yaitu kesedihan dan kebahagiaan. Dan air mata yang mereka tunjukkan lebih cenderung keperaasaan bersalah daripada kebahagiaan, namun perasaan itu ditutupi dengan hasrat yang mendalam akan rasa yang ada di dalam diri mereka. terkadang penulis seringkali mengungkapkan sesuatu yang berbeda dari yang seharusnya di ungkapkan. Misalnya ada kolam kepedihan namun diikuti dengan ingin menyerahkan seluruh jiwanya kepada Henrietta,disini terlihat bahwa penulis sedang menekankan arti dari sebuah kata dan perasaan cinta yang tidak bisa difikirkan bahkan diungkapkan dengan kata-kata dengan sebuah realita akan perasaan bersalah dengan suatu jalinan yang sedang dijalani. Mitos
Air mata adalah simbol dari kebahagiaan, kesenangan, terharu, kesedihan, ungkapan rasa sayang.
SEPULUH (Gerhana Kembar, bab 5 april 1963)
Tataran Denotatif Halaman 143
... Nyonya sedang tidak ada dirumah “ kemana Nyonya pergi?” “ke rumah
sakit” Henrietta terlonjak. Matanya membelalak. “ke rumah sakit?” “ada apa? Apakah Nyonya sakit?
(42)
Mengapa Nyonya berada di Rumah sakti? Tanya Henrietta cepat. Napasnya menderu. Cuping hidungnya kembang kempis.
Ketika setiap pertanyaan dari Henrietta ia lontarkan dia menunjukkan bahasa tubuh yang sangat khawatir akan kondisi dari Fola.
Tataran Konotatif
Dibeberapa bagian yang sudah dibahas sebelumnya penulis seringkali menunjukkan kalimat-kalimat dimana kita sebagai pembaca novel ini akan mengerti peran dari Fola dan Henrietta dalam sebuah hubungan. Peran sebagai “pria” dan peran sebagai “wanita”. Dalam bagian ini pun bisa dilihat peran Henrietta. Setiap kalimat yang dipaparkan jika hanya dilihat sekilas tidak menggambarkan sesuatu yang aneh karena setiap orang akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Henrietta. Namun dengan latar belakang dan cerita yang sebelumnya bisa dilihat lebih dalam lagi bahwa penulis disini sangat menekankan peran dari Henrietta sebagai seorang “pelindung” bagi Fola.
DUA BELAS (gerhana kembar, bab 6 1964)
Tataran Denotatif Halaman 168
Henrietta menoleh ke arah Fola, membiarkan lengan mereka beradu. Fola mencari tangan Henrietta yang tidak menggendong Eliza. Jemari mereka saling terkait. Mereka berpegangan tangan..
Fola menatap Henrietta dengan muram. “ Seandainya aku dapat berada di sana.” Henrietta tak mampu menjawab dengan tangkas. “ sebenarnya,” bisiknya mengaku, “ aku ingin sekali jika kau dapat pergi bersamaku.” Komunikasi yang terjadi diantara mereka membuat mereka mengetahui perasaan mereka satu dengan yang lainnya.
(43)
Tataran Konotatif
Dalam kalimat ini penulis sudah mulai menekankan hubungan yang lebih intim diantara mereka dengan mengerti satu dengan yang lain dengan perasaan yang sama. Meskipun dalam setiap kalimat penulis berusaha menampilkan keresahan antara mereka berdua. Keresahan akan keingianan untuk bersama namun sulit untuk mewujudnyatakan karena ada jurang yang tidak berjembatan yang memisahkan mereka.
Tataran Denotatif Halaman 169
Fola berbalik, menatap Henrietta. Bertumpu pada sikunya “ Kau rela terbang jauh mencari diriku?” Henrietta membungkuk ke depan, meraih Eliza, menciumnya lembut. Lalu lengannya menarik Fola, mencium pipi perempuan itu ringan.
Setiap bahasa nonverbal yang ditunjukkan oleh Henrietta mengindikasikan perasaannya yang mendalam terhadap Fola.
Tataran Konotatif
Meskipun dalam paragraf-paragraf sebelumya penulis sudah memperlihatkan kesadaran dari Fola dan Henrietta akan perasaan yang sama dalam hubungan mereka, namun dalam banyak kalimat penulis juga menampilkan bahwa mereka berdua masih berusaha mencaritahu akan perasaan mereka. keresahan mereka akan kepercayaan dari keduanya tentang cinta yang sudah mereka jalin. “ Kau
rela terbang jauh mencari diriku?” dari kalimat ini ada dua indikator yang Fola
sedang ungkapkan, yang pertama adalah menguji dan yang kedua adalah keresahan. Namun yang paling jelas adalah keresahan akan cinta itu, tidak bisa dipungkiri bahwa ketakutan yang mereka jalani membuat mereka sering ragu apakah cinta mereka akan bertahan dengan goncangan yang datang dari luar.
(44)
Tataran Denotatif Halaman 170
Henrietta mengusap bibir Fola. “ Aku tidak ingin mendengar sesuatu yang buruk. Jika aku berada di ketinggian langit menembus awan, aku selalu membayangkan seperti inilah dunia di bawahku. Biru menenangkan, hening, dan tak rumit.
... aku bertanya-tanya terus dengan penuh harap, sampai terbentuk dalam ingatanku tentang apa rasanya menjalani hidup normal.. “ dengan normal.” Decak Fola sendu. “seperti pasangan lainnya, “balas Henrietta. “ Betapa menyenangkan.” “ pasti menyenangkan.” Fola tersenyum.
Komunikasi antapersonal diantara mereka menciptakan suatu tukar pikiran akan rasa dan keinginan mereka akan masa depan yang akan mereka jalani.
Tataran Konotatif
Kalau dilihat pernyataannya sekilas percakapan mereka berdua dalam setiap kalimat diatas adalah pernyataan sederhana yang tidak punya arti lebih. Namun
Biru menenangkan, hening, dan tak rumit ada harapan yang diinginkan dari
Henrietta. Biru adalah warna ketenangan. Ada harapan yang lebih dari Henrietta akan penerimaan terhadap hubungan mereka berdua dari lingkungan mereka. Penulis jelas menggambarkan bahwa mereka sama sekali tidak mendamba perubahan dalam diri mereka atau “ketidaknormalan” yang sedang mereka jalani namun mendamba bahwa apa yang sedang mereka jalani tidak dipandang dunia sebagai sesuatu yang salah, karena mereka saling mencintai.
Tataran Denotatif Halaman 174
Henrietta menarik napas dalam-dalam, lalu mengulurkan tangan ke bahu Fola. Disentuhnya bahu itu hati-hati. “ Ayo, masuk. Aku senang kau datang.”
(45)
Tangan mereka bersentuhan sejenak, mengalirkan sentakan listrik di seluruh tubuh Fola. Dia langsung mundur, tak sanggup berbicara. Henrietta tidak menanggapi reaksi Fola, masih asyik membelai-belai bayinya. Fola memejamkan mata, takut membiarkan dirinya memeluk Henrietta.
Pemaparan yang ditunjukkan penulis diatas membuat setiap orang yang merasakan bahwa ikatan emosional dari mereka berdua terjalin dari bagaimana bahasa nonverbal dari mereka menghasilkan efek yang berbeda dari seharusnya. Tataran Konotatif
Penulis kembali menunjukkan sikap kekakuan pertemuan antara Fola dan Henrietta. Ketika beberapa lama tidak bertemu, jantung yang berdegup lebih cepat dari yang seharusnya. Terkadang penulis lebih menunjukkan kekakuan dari Fola dibandingkan Henrietta padahal sebenarnya dalam hal ini Henrietta lah yang memiliki peran yang sangat aktif dengan keberadaan hubungan mereka. Henrietta mengambil andil lebih besar akan hubungan yang mereka jalin. Dari pemaparan yang ditunjukkan penulis dengan lebih menonjolkan perasaan, sikap dan bahasa tubuh dari Fola bisa disimpulkan bahwa sebenarnya penulis sedang ingin memperlihatkan bagaimana sebenarnya perasaan Fola dengan segala keraguan dan kegelisahan yang ada bahkan ketika dia tidak mampu menahan rasa yang bergejolak dalam dirinya. Penulis memperlihatkan kekakuan yang dirasakan Fola akan hubungan dari mereka, berbeda dengan Henrietta penulis sangat jarang memperlihatkan sikap Henrietta kepada Fola, hal ini menunjukkan seolah-olah Henrietta sudah terbiasa dan nyaman dengan kondisi yang sedang ia jalani dengan Fola, meskipun terkadang ada juga pemaparan akan ketakutan dari Henrietta namun tidak sebanding dengan apa yang dipaparkan mengenai Fola.
(46)
Mitos
Sentakan listrik adalah ungkapan terhadap dua orang atau lebih yang telah memiliki keterikatan emosional antara satu dengan yang lain. dan hal ini paling sering terjadi antara pria dan wanita yang sedang menjalin hubungan asmara. Tataran Denotatif
Halaman 176
Bagi Fola, Henrietta adalah perempuan paling sempurna yang merampas perhatiannya.
... Bagaimana kabarmu?” kabar seperti apa yang hendak dia ceritakan kepada Henrietta? Pikir Fola mengejutkan dirinya sendiri. Dia perempuan bersuami yang mempunyai anak. Henrietta juga perempuan sama seperti dirinya. Dalam Fisik dan segala hal, Fola sama dengan Henrietta, tapi mengapa dia merasa mereka bagaikan tarian siang dan malam yang saling menggenapi dalam lingkaran kehidupan?
Komunikasi intrapersonal dalam diri Fola terjadi untuk menjawab pertanyaan dari Henrietta, bagaimana Fola bermain kata-kata dengan dirinya sendiri.
Tataran Konotatif
Sebenarnya sampai pada tahap ini penulis masih menunjukkan ketidakmengertian Fola akan semua hal yang sedang dia jalani, ketika dia merasakan kekacauan-kekacauan yang terjadi di benaknya dengan semua hal yang sedang terjadi. Penulis melukiskan bahwa Fola adalah sosok yang tidak egois dan selalu mencoba untuk memikirkan orang lain yang ada disekitarnya mencoba menekan dan bertahan pada posisi dimana dia tidak harus menyakiti orang lain. Fola cenderung memikirkan orang lain yang ada disekitarnya dengan segala hubungan yang harus ia jalani. Namun Fola tidak bisa memungkiri keadaan yang sedang terjadi padanya dan perasaan yang ada di dalam dirinya.
(47)
TIGA BELAS ( Gerhana Kembar Bab 7 1963)
Tataran Denotatif Halaman 180
... Beberapa belas menit berlalu dalam keheningan. Keheningan yang
membuat suasana nyaman. Henrietta bersedia menukarkan apa saja dalam hidupnya untuk sekali mendapatkan suasana seperti ini. Dia duduk terpaku, tak bergerak menatap Fola dan bayinya.
Tataran Konotatif
Perasaan puas dalam diri Henrietta dimana ada keinginan untuk memiliki Fola untuk dirinya saja, kepuasaan yang ia dapatkan jika hanya bersama dengan Fola. Sosok Henrietta di gambarkan lebih bebas oleh penulis karena tidak perlu terlalu memikirkan orang lain dalam perjalanan hubungan yang sedang ia jalani.
Tataran Denotatif Halaman 181
... Dia langsung terlelap tidur sedetik ketika kepalanya menyentuh bantal.
Rasanya dia baru tertidur beberapa saat ketika ada tekanan lembut di bibirnya. Seketika itu juga, kantuk yang menguasai dirinya langsung lenyap. Mulanya dia tidak sadar berada dimana, tapi karena gerakan bibir itu semakin bertautan di bibirnya, kini Fola ingat dimana dirinya berada. Di pondokan kamar Henrietta. Tubuh perempuan itu berada di sampingnya, seperti guling yang siap dipeluk.
Bahasa nonverbal yang diperlihatkan bisa diterjamahkan kedalam hubungan yang lebih intim didalam diri mereka masing-masing.
Tataran Konotatif
Paragraf ini paragraf yang pertama kalinya memaparkan secara lebih intim hubungan yang seharusnya dilakukan oleh wanita dan pria yang disetujui oleh
(48)
kedua belah pihak. Keagresifan Henrietta akan hubungan fisik lebih ditonjolkan oleh penulis. Dan jika diperhatikan lebih lanjut perasaan bersalah lebih cenderung singgah dalam benak Fola daripada Henrietta.
Tataran Denotatif Halaman 182
Dia mencondongkan wajahnya ke arah hidung Henrietta, lalu perlahan-lahan menciumnya. Ini baru baginya, memulai lebih dulu. Fola merasa takut dan berdebar-debar setiap kali berdekatan dengan Henrietta, apalagi menciumnya. Henrietta mengambil tangan Fola dengan lembut dan meletakkan tangan itu di dadanya. Pipi Fola merona merah. Ini dada yang berbeda dari dada biasa dia sentuh. Dada Erwin datar dan keras, tapi dada Henrietta terasa kenyal dan lembut. Fola merasakan detak jantunng Henrietta yang berdegup keras.
Hubungan percintaan yang dilakukan oleh sesama jenis ini menunjukkan gerak isyarat, bahasa tubuh, sentuhan dalam setiap hubungan yang mereka coba jalin. Tataran Konotatif
Respon Fola dengan sentuhan fisik yang dimulai oleh Henrietta baik dan akhirnya respon itu ditindaklanjuti dengan tindakan memulai duluan. Dan kembali lagi dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh mereka berdua penulis selalu cenderung dan condong memperlihatkan respon, pemikiran dan perasaan Fola akan apa yang mereka lakukan. Sebenarnya akhirnya bisa dilihat ketertekanan Fola dengan semua yang dilakukannya meskipun akhirnya dia tidak sanggup melawan hasratnya untuk bisa bersama-sama dengan Henrietta. Perasaannya seringkali membunuh ketidakmengertiannya.
Tataran Denotatif Halaman 183
“Jika kau mati lebih dulu daripada aku, “ Bisik Henrietta pelan. “Hantuilah
(49)
Jantung Fola berdebar-debar liar; pipinya terasa panas membara. Dada mereka berdempetan rapat, sehingga semakin terasa kelembutan yang ditimbulkannya. Henrietta memainkan rambut Fola yang terurai di bantal. Lalu tangan satunya tanpa sengaja menyentuh payudara Fola. Mata Fola membelalak, lalu kepalanya menggeleng. “ Henrietta,” Bisiknya ragu-ragu. “ aku.. eh, sedang menyusui.”
Penulis lebih menonjolkan bahasa nonverbal dalam hubungan antara Fola dan Henrietta tersebut diatas.
Tataran Konotatif
Hubungan fisik yang lebih intim sudah terjalin dalam paragraf ini, Henrietta tetap mengambil bagian yang lebih dominan dalam hubungan yang mereka jalin. Tidak ada keraguan, kontroversi fikiran, atau kekakuan. Berbeda dengan Fola dia menikmati apa yang sedang dia lakukan namun hatinya tetap seringkali merasakan pergejolakan yang terkadang ia pun tidak dapat mengerti akan apa yang sedang dia fikirkan. Ada keragu-raguan, ketidaknyamanan meskipun dia mulai menikmati apa yang dia lakukan. Jelas terlihat bahwa Fola tetap melihat sudut pandang yang lain ketika ia melakukan hubungan fisik yang sedang dia lakukan, ketertekanan dalam banyak sisi, sedangkan Henrietta berbeda dengan Fola ia menikmati hubungan dan rasa yang ia sedang jalani.
Tataran Denotatif Halaman 183-184
Wajah Fola memerah, malu-malu. Dia pasrah. Lagi pula, Henrietta sudah melihat sebagian dadanya ketika dia menyusui Eliza tadi. Tidak ada bedanya dilihat sekarang maupun tadi. Henrietta membuka kancing blus Fola satu per satu. Gerakannya sangat lambat dan lembut, seakan-akan apa yang dilakukannya adalah bagian terpenting di dunia ini. “ kau gemetaran.” “aku belum pernah melakukan hal ini” “aku juga”.
(50)
Henrietta menekankan tubuhnya penuh-penuh kepada Fola. Fola menutup mata. Dia membiarkan tangannya melakukan gerakan berdasarkan naluri. Dia membiarkan pinggulnya terangkat, mulutnya mendesah dan seluruh tubuhnya bereaksi terhadap semua sentuhan itu. Dia membiarkan air matanya menggenang, lalu mengalir turun di pipinya. Dia membiarkan tubuhnya menyerah sepenuhnya kepada Henrietta dalam suatu kepasrahan yang indah.
Penulis lebih memperlihatkan komunikasi nonverbal dalam setiap paparan diatas dan bagaimana mereka menunjukkan cinta mereka dari setiap gerakan yang mereka lakukan dalam hubugan intim tersebut.
Tataran Konotatif
Hubungan fisik yang seharusnya dilakukan oleh lelaki dan wanita akhirnya dilakukan oleh Fola dan Henrietta dalam sentuhan yang sama. Jika dilihat dalam setiap kalimat yang dipaparkan oleh penulis Henrietta adalah sosok yang mengambil bagian yang sangat banyak dalam hubungan yang mereka jalin. Henrietta mengambil posisi dominan dan mengambil alih seluruh bagian dalam hubungan tersebut, seolah-olah dia sudah mengerti dengan baik bagaimana seharusnya tindakan yang harus diambil. Sedangkan Fola mengambil alih sebagai objek dari Henrietta meskipun dia tetap saja menikmati apa yang dilakukan oleh Henrietta. Kalimat Dia membiarkan air matanya menggenang, lalu mengalir
turun di pipinya bisa saja memperlihatkan kebahagian akan rasa yang dia rasakan,
namun juga bisa berarti kepasrahan dalam rasa bersalah yang selama ini ia rasakan namun ia tak mampu membendung hasratnya kepada Henrietta.
Tataran Denotatif Halaman 184
Henrietta merapatkan tubuhnya pada tubuh Fola sehingga tubuh mereka seakan-akan terpilin, menjadi satu bagian dan tak terpisahkan. Angin berembus lembut meniup pori-pori tubuh Fola. Dia merasa tubuhnya
(51)
meledak. Bagaikan bom yang meledak dalam hutan rimba. Ini adalah tarian, walaupun tidak dilakukan sepasang perempuan dan lelaki, ini tetap disebut tarian.
Penampilan dari bahasa nonverbal dalam kalimat diatas memperlihatkan bagaimana mereka menunjukkan cinta mereka antara satu dengan yang lainnya. Tataran Konotatif
Dalam setiap kalimat, Henrietta tetap mengambil posisi dominan dalam hubungan fisik yang mereka jalin. Dan tidak dapat dipungkiri “Dia merasa tubuhnya
meledak” Tingkat orgasme yang sama Fola rasakan ketika dia berhubungan
dengan seorang wanita. Ia merasakan sentuhan rasa gejolak yang sama, yang seharusnya ia rasakan ketika dia berhubungan dengan lelaki. Dalam hal ini penulis menunjukkan bahwa para lesbian juga bisa menikmati hubungan seks mereka dalam tingkat emosional yang sama, sama seperti hubungan seorang laki-laki dan wanita.
Tataran Denotatif Halaman 184-185
Setelah selesai, Henrietta bergelung disampingnya, mengusap pipi Fola yang lembab oleh air mata. Fola mendorong jari Henrietta dari pipinya. “mengapa”? tanya Henrietta sendu, merasakan perubahan dalam diri Fola. “tidak apa-apa,” bisik Fola. Dalam hati, dia ingin mengatakan bahwa dia punya sejuta apa-apa yang dapat diutarakan dari dalam dirinya. Dia merasa bersalah, sangat bersalah sehingga seluruh tubuh dan jiwanya sakit.
“Fola” bisik Henrietta serak. “jangan merasa bersalah.” Fola ingin memercayai apa yang dikatakan Henrietta, tapi hatinya tetap mengatakan dia bersalah. Dosanya bukan sekedar berkhianat kepada suaminya, tapi dosanya yang terutama adalah mencintai orang lain-dalam hal ini perempuan-lebih besar daripada pasangannya sendiri. Itu berarti untuk
(1)
terimakasih sudah menjadi sahabat bagi peneliti dan untuk setiap dukungannya.
11) Untuk TPP 2011 ( Move by Vision), TPP 2012, TPP 2013 ( Pejuang Kristus) yang senantiasa mendukung dan mendoakan setiap pengerjaan yang peneliti lakukan. Terkhusus untuk kak senty, kak mery, dan Marisi yang menjadi gembala.
12) Untuk semua komponen pelayanan UKM KMK USU UP PEMA FISIP yang sudah mendukung peneliti dalam segala hal.
13) Untuk sahabat-sahabat peneliti Laura, Andri dan Tara yang tetap saling mendukung dalam setiap pengerjaan dan dalam doa.
Dalam pengerjaan skripsi ini peneliti sadar ada banyak kekurangan, untuk itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan kedepannya.
Akhir kata, peneliti berharap agar skripsi ini dapat berguna bagi peneliti sendiri dan juga bagi mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi dan dapat menambah referensi bagi yang membutuhkan.
(2)
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara,
saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : DAMAI RYANTI PURBA
NIM : 090904041
Departemen : ILMU KOMUNIKASI
Fakultas : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Universitas : SUMATERA UTARA
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusif Royalti-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
REPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng
(3)
Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta
Demikian pernyataan ini saya buat dengan keadaan yang sebenarnya.
Dibuat di : Medan Pada Tanggal :
Yang Menyatakan
(...) DAMAI RYANTI PURBA
(4)
Abstraksi
Penelitian ini berjudul Representasi Makna Lesbianisme Dalam Pesan Novel Gerhana Kembar Karya oleh Clara Ng). Lesbianisme adalah suatu fenomena yang sering dibicarakan dalam masyarakat indonesia. Yang mana masyarakat Indonesia terkenal dengan adat dan budaya ketimuran menjadikan lesbianisme ini menjadi suatu hal yang sangat disoroti dalam suatu lingkungan sosial. Representasi lesbian pun sudah diketahui sebagiam besar orang, melalui pandangan satu orang yang melihat secara langsung, melalui media massa yang mencoba menggambarkan bagaimana kehidupan seorang lesbian dalam lingkungan sosialnya. Novel merupakan salah satu media massa yang mampu memberikan suatu pandangan terhadap suatu peristiwa untuk menyampaikan pesan kepada pembaca dan bertujuan agar pembaca dapat menerima pesan yang dipaparkan oleh penulis. Kehidupan lesbianisme adalah kehidupan yang sarat perhatian banyak orang karena anggapan sebagian besar orang terkhusus di Indonesia, hal ini merupakan penyimpangan sosial. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana representasi lesbianisme dalam novel Gerhana Kembar yang ditulis oleh Clara Ng dengan melihat pesan melalui tanda-tanda dalam wacana yang digunakan oleh pengarang. Peneliti akan melakukan penelaahan tanda-tanda dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes yang melihat makna-makna tersembunyi dalam suatu wacana yang digunakan. Peneliti akan menggunakan model semiotika Roland Barthes yaitu two order signification atau signifikasi dua tahap dengan melihat tataran denotatif, tataran konotatif dan juga tidak mengabaikan peran pembaca di dalamnya yang dikenal dengan mitos yang merupakan bagian dari tataran konotatif. Kisah dalam novel ini adalah merepresentasikan bagaimana kehidupan dunia lesbianisme dan bagaimana mereka berjuang untuk bisa tetap diterima dalam lingkungan sosial mereka.
Populasi yang digunakan adalah bab-bab dari naskah gerhana kembar yang ditemukan oleh Lendy yang terdiri dari 12 bab penambahan prolog dan “lampiran yang hilang”. Hasil penelitian ini menemukan bahwa representasi lesbianisme selama ini adalah sesuatu yang salah diartikan oleh orang banyak. Dimana seorang lesbian juga memiliki perasaan untuk orang-orang disekitarnya, keinginan untuk dapat diterima dilingkungan sosial membuat mereka bersembunyi dibalik topeng yang mereka buat sendiri. Lesbian adalah orang yang memiliki hati untuk mencintai dan dicintai oleh orang lain. Pesan dalam novel ini memberikan gambaran yang baru mengenai kehidupan para lesbian dan bagaimana mereka menjalani kehidupannya dalam dunia yang “berbeda”.
(5)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Konteks Masalah ... 1
1.2. Fokus Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
2.1. Paradigma Kajian ... 8
2.1.1. Paradigma Interpretif ... 8
2.1.2. Bahasa Sebagai Praktik Kekuasaan dalam Kajian Komunikasi ... 9
2.1.3. Interaksionisme Simbolik dalam Sistem Tanda Semiotika ... 12
2.2. Kajian Pustaka ... 16
2.2.1 Semiotika ... 16
2.2.1.1. Semiotika Roland Barthes ... 20
2.2.1.2. Tanda ... 24
2.2.1.3. Mitos ... 25
(6)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 31
3.1. Metode Penelitian... 31
3.2. Objek Penelitian ... 31
3.3. Subjek Penelitian ... 31
3.4. Kerangka Analisis ... 36
3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.6. Teknik Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
4.1. Hasil ... 38
4.2. Pembahasan ... 39
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 115
5.1. Simpulan ... 115
5.2. Saran ... 120
5.3. Implikasi Teori Terhadap Novel Gerhana Kembar ... 120
Daftar Referensi ... 124 LAMPIRAN