KONDISI UMUM Aplikasi sig dan penginderaan jauh dalam penentuan kecukupan dan prediksi luasan ruang terbuka hijau sebagai rosot CO2 di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah

BAB IV KONDISI UMUM

4.1 Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah sekitar 1,31 dari luas propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Perda Kabupaten Kudus No. 24 tahun 1992 wilayah administratif Kabupaten Kudus adalah seluas 42.515,644 ha. Kabupaten Kudus tepatnya di sebelah utara Pulau Jawa, kurang lebih 51 km kearah timur ibukota Propinsi Jawa Tengah, Semarang. Letak Kabupaten Kudus berada pada ketinggian rata-rata kurang 55 m di atas permukaan laut. Letaknya diapit oleh empat kabupaten yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak dan Jepara. Letak Kabupaten Kudus antara 110 36’dan 110 50’BT dan antara 6 51’dan 7 16’LS. Jarak terjauh dari barat ketimur adalah 16 km dan dari utara ke selatan 22 km. Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi sembilan kecamatan dan 124 desa. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu 8.584 Ha atau 20,19, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan Kota seluas 1.047 Ha atau 2,46 dari luas Kabupaten Kudus. 4.2 Keadaan Iklim Kabupaten Kudus beriklim tropis dan bertemperatur sedang. Suhu rata-rata 27,5 C, suhu rendah mencapai 17,5 C dan tertinggi mencapai 29,2 C. Tingkat kelembaban Kabupaten Kudus sekitar 76 dengan curah hujan relatif rendah, rata-rata di bawah 2500 mmth dan berhari hujan rata-rata 55 m di atas permukaan air laut. Curah hujan rata-rata bervariasi antara 3000-3500 mmtahun terdapat di Pegunungan Muria sedangkan di daerah lereng Pegunungan Muria dan dataran lainnya rata-rata 2000-2500 mmtahun Bapedda Kabupaten Kudus 2001

4.3 Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Kudus terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dataran rendah terletak di bagian tengah dan selatan yang merupakan persawahan. Dataran tinggi di bagian utara yaitu Pegunungan Muria dengan puncaknya Gunung Saptorenggo 1.602 mdpl, Gunung Rahtawu 1.522 mdpl, dan Gunung Argojembangan 1.410 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Secara umum kondisi topografi wilayah Kabupaten Kudus Bappeda Kabupaten Kudus 2001 dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Topografi bergelombang berat kasar dicirikan oleh daerah yang berbukit sampai bergunung dengan kemiringan lereng antara 15-40 dan lebih dari 40. Topografi berat meliputi Kecamatan Dawe di Desa Menawan ke arah Rahtawu, Dawe wilayah Cranggang ke arah Colo dan Kecamatan Jekulo bagian utara di wilayah Klaling dan Terban. 2. Daerah dengan topografi bergelombang ringan sampai sedang dicirikan oleh kemiringan lereng antara 2-15. Daerah ini tersebar di Kecamatan Dawe dan Gebog bagian selatan, Kecamatan Jekulo bagian utara wilayah Honggosoco, Tanjungrejo, Klaling, Terban dan Gondoharum bagian utara. 3. Topografi dataran dicirikan oleh kemiringan kurang dari 2 tersebar meliputi Kecamatan Gebog bagian selatan mulai dari Jurang-Besito, Kecamatan Bae, Kecamtan Kota Kudus, Kecamatan Jekulo bagian selatan, Kecamatan Kaliwungu, Mejobo, Jati dan Undaan.

4.4 Keadaan Penduduk, Sosial-Budaya dan Ekonomi

Jumlah penduduk Kabupaten Kudus berdasarkan data Badan Pusat Statistik, hasil sensus penduduk 2010 sebanyak 777.954 orang, yang terdiri dari 383.633 laki-laki dan 394.321 perempuan. Wilayah Kabupaten Kudus seluas 425,16 km 2 , maka kepadatan penduduk mencapai 1.830 orang per km 2 . Laju pertumbuhan penduduk selama sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2000-2010 sebesar 1,01. Menurut mata pencaharian penduduk, dengan usia 10 tahun ke atas yang sudah bekerja sebanyak 357.752 orang. Penduduk Kabupaten Kudus sebagian besar bekerja di sektor industri dengan jumlah sekitar 149.613 orang 41,82, bidang pertanian sebanyak 57.835 orang 16,17, perdagangan, hotel dan restoran 52.675 orang 14,72, jasa 39.628 orang 11,08, bangunan 34.190 orang 9,56, transportasi atau komunikasi 17.014 orang 4,76, keuangan 4.207 orang 1,17 dan lainnya masing-masing pertambangan atau penggalian 1.097 orang serta listrik, gas dan air 1.466 orang Muntohar et al. 2005:1-3.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Penentuan Luasan Optimal Hutan Kota Sebagai Rosot Gas Karbondioksida

0 6 56

Analisis korelasi ruang terbuka hijau dan temperatur permukaan dengan aplikasi sig dan penginderaan jauh: studi kasus di DKI Jakarta

1 7 188

Penggunaan Penginderaan Jauh dan SIG untuk Mengetahui Perubahan Penutupan Lahan dan Kecukupan Ruang Terbuka Hijau sebagai Rosot Karbondioksida (Studi Kasus; Kota Bogor Tahun 1991, 2000, dan 2012)

0 3 40

Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis.

0 1 31

Analisis korelasi ruang terbuka hijau dan temperatur permukaan dengan aplikasi sig dan penginderaan jauh studi kasus di DKI Jakarta

0 3 100

KEBUTUHAN LUASAN AREAL HUTAN KOTA SEBAGAI ROSOT (SINK) GAS CO2 UNTUK MENGANTISIPASI PENURUNAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR

0 3 14

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH PERKOTAAN BOYOLALI TAHUN 2015.

0 4 17

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH PERKOTAAN BOYOLALI TAHUN 2015.

0 2 12

Pemanfaatan Inderaja dan SIG

0 0 13

Inventarisasi Dan Penentuan Kemampuan Serapan Emisi CO2 Oleh Ruang Terbuka Hijau Di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur - ITS Repository

0 0 285