MOTIF MAHASISWI MENONTON PROGRAM ACARA "JIKA AKU MENJADI" DI TRANS TV (Studi pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008)
MOTIF MAHASISWI MENONTON PROGRAM ACARA “JIKA AKU MENJADI” DI TRANS TV
(Studi pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Kesarjanaan
Disusun Oleh : Arif Budiman
05220057
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
(2)
LEMBAR PENGESAHAN Nama : Arif Budiman
NIM : 05220057
Konsentrasi : Audio Visual
Judul Skripsi : MOTIF MAHASISWI MENONTON PROGRAM ACARA “JIKA AKU MENJADI” DI TRANS TV
(Studi Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Sabtu
Tanggal : 16 April 2011
Tempat : Ruang 609
Mengesahkan, Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si Dewan Penguji :
1. Sugeng Winarno, S.Sos. MA Penguji I ( )
2. Roziana Febrianita, M.Si Penguji II ( )
3. Drs. Farid Rusman, M.Si Penguji III ( )
(3)
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Motif Mahasiswi Menonton Program Acara „Jika Aku Menjadi‟ di Trans TV (Studi Pada Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008)”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana Ilmu Komunikasi pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang tinggi kepada:
1. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si, dan Bapak Joko Susilo, S.sos, M.Si selaku dosen pembimbing.
2. Ibu Dra. Frida Kusumastuti, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Bapak Dr. Wahyudi Winaryo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Segenap Dosen dikalangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah yang telah membimbing dan memberi ilmu kepada penulis. 5. Kedua orang tua, serta keluarga yang telah banyak memberikan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Serta semua pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung yang turut membantu proses kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Malang, 03 April 2009
(4)
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
ABSTRAKSI ... v
ABSTRACTION ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Tinjauan Pustaka ... 6
E.1. Komunikasi Massa ... 6
E.2. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 8
E.3. Program Magazine ... 12
E.4. Penonton Televisi Sebagai Audien ... 13
E.5. Motif Audien Menonton Televisi... 15
F. Metode Penelitian... 20
F.1. Definisi Konseptual ... 20
(5)
F.3. Jenis Penelitian ... 22
F.4. Metode... 23
G. Populasi dan Sampel ... 23
G.1. Populasi ... 23
G.1. Sampel ... 24
H. Teknik Pengumpulan Data ... 25
H.1. Kuisioner ... 25
H.1. Dokumentasi ... 25
I. Teknik Analisis Data ... 26
I.1. Uji Validitas ... 27
I.2. Uji Reliabilitas ... 28
BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Universitas Muhammadiyah Malang ... 29
A.1. Sejarah Singkat Universitas Muhammadiyah Malang ... 29
A.2. Visi dan Misi Universitas ... 32
B. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 32
B.1. Sejarah Singkat Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 32
B.2. Visi, Misi dan Tujuan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 34
C. Profil Jurusan Ilmu Komunikasi ... 35
C.1. Sejarah Singkat Jurusan Ilmu Komunikasi ... 35
C.2. Visi, Misi, dan Tujuan Jurusan Ilmu Komunikasi ... 37
D. Gambaran Umum Trans TV... 38
E. Sekilas Tentang Program “Jika Aku Menjadi” ... 44
BAB III MOTIF RESPONDEN MENONTON PROGRAM ACARA ”JIKA AKU MENJADI” DI TRANS TV A. Usia dan Daerah Asal Responden ... 48
A.1. Responden Berdasarkan Usia ... 48
A.2. Responden Berdasarkan Daerah Asal ... 49
B. Motif Kognitif ... 50
(6)
D. Motif Identitas Personal ... 61
E. Validitas dan Reliabilitas ... 67
E.1. Uji Validitas ... 67
E.2. Uji Reliabilitas ... 68
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(7)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Model Uses and Gratification ... 18
Gambar 2.1 Logo Trans TV ... 39
Gambar 2.2 Management Trans TV... 40
Gambar 2.3 Jadwal Program Acara “Jika Aku Menjadi” ... 44
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Fungsi Komunikasi Massa ... 7
Tabel 3.1 Tingkat Usia Responden ... 49
Tabel 3.2 Daerah Asal Responden ... 49
Tabel 3.3 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Memperoleh
Pengetahuan Tambahan Tentang Kehidupan Narasumber ... 50
Tabel 3.4 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Karena Ingin
Memperoleh Pelajaran Tentang Hidup Sederhana ... 51
Tabel 3.5 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Agar Memporoleh
Pelajaran Tambahan Tentang masalah Sosial Yaitu Kemiskinan ... 52
Tabel 3.6 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Mengetahui Bagaimana Persoalan Ekonomi Yang Dihadapi Narasumber
Teselesaikan ... 54
Tabel 3.7 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Mengisi Waktu
Luang... 55
Tabel 3.8 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Memperoleh
Hiburan ... 56
Tabel 3.9 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Mengusir
Kejenuhan ... 57
Tabel 3.10 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Agar Melupakan
Masalah Pribadi Untuk Sesaat ... 58
Tabel 3.11 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Melepaskan Diri Dari Tekanan Yang Sedang Dihadapi ... 59
Tabel 3.12 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Mengurangi
(9)
Tabel 3.13 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Mendapatkan
Model Perilaku Yang Baru Yaitu Hidup Dalam Kesederhanaan... 61
Tabel 3.14 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Menyadarkan Diri Sendiri dan Menghargai Apa Yang Telah Dimiliki ... 62
Tabel 3.15 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Agar Mendorong Diri Sendiri Lebih Toleransi dan Solidaritas Terhadap Sesama... 63
Tabel 3.16 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Melewatkan Waktu Bersama Keluarga ... 65
Tabel 3.17 Menonton Program “Jika Aku Menjasi” Untuk Memperoleh Motivasi Baru Dalam Menjalani Kehidupan ... 66
Tabel 3.18 Uji Validitas Motif Kognitif ... 67
Tabel 3.19 Uji Validitas Motif Diversi ... 67
Tabel 3.20 Uji Validitas Motif Identitas Personal ... 68
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuisioner ... 75
Lampiran 2 Frekuensi Jawaban Responden ... 80
Lampiran 3 Uji Validitas ... 85
(11)
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, E & Erdinaya, Lukiati, K. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatema Media.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta; Penerbit Rineka Cipta, 2006.
Bungin, Burhan. (2001). Metode Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press.
Effendy, Onong Uchana. (1993). Televisi siaran, teori dan praktek. Bandung : Mandar Maju.
. (2003). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
Kuswandi , Wawan. (1996). Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Mc Quail, Dennis. (1987). Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Morissan. (2005). Media Penyiaran : Srategi Mengelola Radio dan Televisi. Tangerang : Ramadina Prakarsa.
Mulyana, Dedy. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Naratama. (2004). Menjadi Sutradara Televisi : Dengan Single Camera dan Multi Camera. Jakarta : PT Widiasarana Indonesia.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Rakhmat, Jalaluddin. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
. (2005). Metode penelitian Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Severin, Werner J dan Tankard, James W. Jr.(2001). Teori Komunikasi. Jakarta : Prenda Media.
Silalahi, Gabriel Amin. (2003). Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo : Citra Media.
(12)
Singarimbun, M., dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta : Prenada Media.
Sugiyono, (2009).Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Umar, Husain. (2002). Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sumber Non-Buku
http://satrioariamunandar.multiply.com/ journal. Diakses 23/11/2010 Indorating.com : diakses 5/11/2010
http://www.transtv.co.id/ : diakses 12/01/2011 http_www.umm.ac.id_page.php
lang=id&c=0101&c2=0101&c3=010102&o=2.htm http://www.youtube.com/watch?v=8knsC1yzEAA
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=14&submit.y=19&submit =next&qual=high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman %2F2005%2Fjiunkpe-ns-s1-2005-31401468-1721-guess-chapter2.pdf
Lain-lain
Panduan Akademik, Tahun 2005/2006 Kajur Ilmu Komunikasi Kampus III
(13)
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu jenis media massa yang digunakan untuk menyebarkan
informasi adalah televisi. Televisi merupakan gabungan dari media audio dan
gambar. Kekuatan dari gambar tersebut menjadi andalan dari televisi, karena
gambar yang disajikan bukanlah gambar yang mati atau tidak bergerak melainkan
gambar hidup yang dapat menimbulkan kesan tersendiri kepada khalayaknya.
Khalayak banyak memilih siaran televisi karena cepat, lugas, dan lengkap dalam
menyampaikan informasi. Selain itu, televisi adalah "salah satu media audio
visual yang berfungsi sebagai penerangan, pendidikan, dan hiburan" (Effendy,
1993 : 23).
Perkembangan dunia pertelevisian sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya jumlah televisi yang muncul, seperti munculnya televisi swasta
nasional, televisi swasta lokal, maupun televisi kabel. Masing-masing instansi
pertelevisian mencoba untuk mengembangkan program acara agar semakin
variatif. Hal ini tentunya berdampak pada penggunaan media massa oleh
masyarakat. Masyarakat lebih sering menggunakan media massa untuk memenuhi
kebutuhan mereka. "Ada berbagai kebutuhan kebutuhan yang dipuaskan oleh
media massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat memberi
hiburan, kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan
(14)
2
sebagai sahabat" (Rakhmat, 2003 : 207). Hal ini menunjukkan bahwa khalayak
menggunakan media massa karena didorong oleh motif-motif tertentu.
Keadaan tersebut merupakan salah satu bukti kebutuhan masyarakat
terhadap media semakin meningkat terutama dalam hal pemberian informasi
sekaligus hiburan. Atas dasar itulah, televisi berusaha menyajikan
program-program acara yang dapat memberikan informasi dan hiburan kepada masyarakat
mulai dari kuliner, barang- barang unik, life style, sampai pada kebiasaan serta budaya-budaya yang unik. Tetapi bersamaan dengan perkembangan
program-program acara yang bersifat menghibur dan informatif, masyarakat juga
diharapkan bisa menyeleksi segala macam informasi yang edukatif dan realistis.
Sebagai salah satu media penghibur, Trans TV berusaha menyajikan
tayangan yang dijadikan sebagai ajang edukasi (pembelajaran), solidaritas dan
kepekaan sosial terhadap sesama melalui salah satu acara yang bertajuk " Jika
Aku Menjadi" (JAM). "JAM" adalah "program majalah berita, yang
menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah
sehinggga dapat memperkenalkan penonton pada kehidupan orang kecil seperti
apa adanya" (http://satrioariamunandar.multiply.com/ journal).
Selain program "Jika Aku Menjadi" sebenarnya ada program lain yang
menyuguhkan informasi langsung seputar kehidupan kalangan kelas bawah yaitu
"Bedah Rumah" yang ditayangkan stasiun RCTI. Program "Bedah Rumah"
merupakan tayangan reality show yang menyajikan cerita dimana rumah dari
(15)
3
Rumah". Setelah dibedah, rumah juga di isi dengan perabotan yang sebelumnya
tidak dimiliki oleh pemilik rumah seperti televisi dan kulkas.
Pada setiap episodenya, "Jika Aku Menjadi" menayangkan tema yang
berbeda dengan narasumber yang berbeda pula. Narasumbernya adalah rakyat
yang memiliki profesi gurem seperti : petani penggarap, pembuat gerabah,penjual
peuyeum, tukang peparasi kompor minyak, pencari kijing, dan sebagainya. Yang
dipilih menjadi narasumber adalah orang yang tetap jujur, sabar, tekun, gigih
berjuang, meski hidupnya miskin dan penuh kesusahan. Para pembawa acara
"JAM" dipilih dari proses casting dan setiap setiap pekannya selalu berganti-ganti.
Pembawa acara ini juga harus tinggal bersama narasumber beserta keluarganya
selama 3-4 hari dan mengikuti semua aktivitas yang dilakukan oleh
narasumbernya tersebut. Mereka terlebih dahulu melakukan adaptasi selama
proses shooting. "Talent inilah yang berinterahsi dengan narasumber dan keluarganya, dan melalui talent inilah penonton diperkenalkan pada kehidupan narasumber. Mulai dari aspek yang lucu, unik, mengharukan, sampai yang
memberi pelajaran tentang kehidupan masyarakat kelas bawah"
(http://satrioariamunandar.multiply.com/ journal). Hal inilah yang memberikan
daya tarik tersendiri bagi acara "Jika Aku Menjadi" sehingga tidak mengherankan
jika tayangan ini menarik perhatian para penonton.
“Jika Aku Menjadi” menduduki peringkat tertinggi dengan rating 4,71 persen dari 20 program reality show yang ada di televisi (indorating.com). Pogram
acara “Jika Aku Menjadi” ini tayang perdana pada 25 November 2007 hanya pada hari minggu saja. Karena tanggapan penonton yang bagus dalam program acara
(16)
4
tergolong Prime time yaitu jam 18.00 pada hari senin sampai jum’at dan jam 17.30 pada hari sabtu dan minggu. Pada jam yang sama program “Jika Aku Menjadi” bersaing dengan program televisi swasta lain yang menayangkan program sinetron, seperti Islam KTP (SCTV) dan Putri Yang Ditukar (RCTI).
Hal ini juga menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan isi media
massa karena didorong oleh kebutuhan mereka yang bermacam-macam. (Dalam
Nurudin, 2007 : 194) kebutuhan kognitif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
peneguhan informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan.
Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami lingkungan, juga
memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk pentelidikan kita. Kebutuhan
afektif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan
pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan, dan emosional. Kebutuhan pribadi
secara integratif adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas,
kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Kebutuhan social secara integratif
adalah kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Sementara
itu, kebutuhan pelepasan adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya
menghindarkan tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman. Blumler
(1974) menambahkan, penggunaan sebuah isi media menimbulkan harapan
tertentu dari pengguna media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan
kebutuhan atau akibat-akibat lain yang mungkin tidak diinginkan (dalam Rahmat,
2003 : 205). Berdasarkan asumsi Blumler tersebut, maka terdapat motif atas dasar
pemenuhan kebutuhan tertentu oleh khalayak dalam menonton acara "Jika Aku
(17)
5 B. Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
"Apakah motif yang mendorong Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jurusan
Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 untuk menonton acara 'Jika Aku
menjadi' yang di tayangkan di Trans TV"?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah yang bertujuan untuk
mengetahui motif yang mendorong Mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 untuk menonton acara
“Jika Aku menjadi” yang di tayangkan di Trans TV.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif bagi
khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang komunikasi Audio Visual dan
(18)
6 2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini di harapkan nantinya dapat memberi masukan pada
media massa yang diteliti dalam hal ini Trans TV sehingga dapat meningkatkan
kualitas dari acara "Jika Aku Menjadi" agar menjadi dapat terus maju,
berkembang, serta menjadi tayangan favorit pilihan pemirsa. Selain itu, dengan
adanya penelitian ini diharapkan akan munculnya tayangan sejenis seperti "Jika
Aku Menjadi" yang bersifat mendidik sehingga program-program televisi yang
ada saat ini tidak hanya berisi tayangan yang bersifat menghibur dan tidak
bermutu.
E. Tinjauan Pustaka
E.1. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau
khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan
(komunikan) yang memiliki status sosial ekonomi yang heterogen satu sama
lainnya ( Kuswandi, 1996 : 16).
Definisi lain pernah dikemukakan oleh Josep A Devito dalam Nurudin
(2007:11-12) yakni,
” First, mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that the audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated
(19)
7
by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its forms: television, radio, newspaper, magazines, films, books, and tapes”. (Jika diterjemahkan secara bebas bisa berarti, “Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual.Komunikasi massa barangkali akan lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita).
Adapun fungsi komunikasi massa menurut Alexis S. Tan yang
disederhanakan dalam tabel debagai berikut.
Tabel 1.1
Fungsi Komunikasi Massa No Tujuan Komunikator
(Penjaga Sistem)
Tujuan Komunikan
(Menyesuaikan Diri Pada Sistem: Pemuasan Kebutuhan) 1 Memberi informasi Mempelajari ancaman dan peluang, memahami
lingkungan, menguji kenyataan, meraih keputusan. 2 Mendidik Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakat, mempelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.
3 Mempersuasi Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya. 4 Menyenangkan,
memuaskan kebutuhan komunikan
Mengembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.
(20)
8
E.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa
Agge (2001) menyebutkan bahwa dari semua media komunikasi yang ada,
televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (dalam Ardiyanto
dan Erdiyana, 2004 : 125). Ditinjau dari stimulasi alat indra, televisi memiliki
kelebihan bila dibandingkan dengan media massa yang lain. Salah satu kelebihan
televisi yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audio visual). Effendy (1993
: 21) menyebutkan bahwa “televisi merupakan perpaduan dari faktor audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan vidio dari segi gambar bergeraknya (moving
image)”.
Televisi memiliki tiga fungsi utama yang sangat kompleks yakni sebagai
berikut : (Effendy, 1993 : 23) :
1. Fungsi Penerangan (The Information Function)
Televisi menjadi sebuah hal yang sangat menyedot perhatian masyarakat
karena televisi dianggap sebagai sebuah media yang mampu menyiarkan
informasi yang amat memuaskan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor utama
yang terdapat pada media televisi tersebut. Yang pertana adalah faktor
immediacy dimana faktor ini memiliki pengertian langsung dan dekat sehingga peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi tersebut dapat dilihat dan
didengar oleh pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung. Menyaksikan
peristiwa melalui televisi lebih memuaskan bagi khalayak daripada membaca
di surat kabar maupun radio. Fungsi yang kedua adalah faktor realism bermakna kenyataan yang artinya bahwa televisi menyiarkan informasinya
(21)
9
sesuai dangan kenyataan. Dalam melaksanakn fungsinya sebagai sarana
penerangan, stasiuan televisi menyiarkan informasi dalm bentuk siaran
pandangan mata, atau berita yang dibacakan penyiar, dilengkapi dengan
gambar-gambar yang sudah tentu faktual dan relistis.
2. Fungsi Pendidikan (The Educational Function)
Televisi juga dapat menyajikan acara-acara yang dapat meningkatkan
pengetahuan dan penalaran masyarakat sesuai dengan makna pendidikan.
Berkaitan dengan pendidikan, ada yang dinamankan educational television
(ETV) dan instructional television (ITV). Dalam ETV, acara pendidikan
disisipkan stasiun televisi umum kedalam siaran yang sifatnya umum.
Sedangkan ITV merupakn stasiun penyiaran yang yang sepenuhnya dan
keseluruhanyan menyiarkan acara pendidikan secara terorganisasikan
ditujukan khusus kepada para pelajar dan mahasiswa, dan kepadanya
dikirimkan terlebih dahulu bahan-bahan pelajarannya. Karena itula, maka ITV
merupakan pendidikan formal jarak jauh.
3. Fungsi Hiburan
Fungsi hiburan yang melekat pada televisi tampaknya dominan pada
kebanyakan negara terutama negara yang memiliki masyarakat yang agraris
hal ini terliha dari sebagian besar alokasi waktu masa siaran diisi oleh
acara-acara hiburan. Hal ini dapat dimengrti, karena televisi dapat menampilkan
gambar yang hidup serta suara yang bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati
oleh sekuluarga di rumah. Daya tarik televisi yang demikian besar sehingga
pola-pola kehidupan manusia berubah total. Saat ini media televisi menjadi
(22)
10
menjadi konsumen budaya massa melalui kotak ajaib yang ber-audio visual
ini.
Sebagai media komunikasi massa, kemunculan televisi melengkapi dua
buah media komunikasi massa yang sudah ada sebelumnya, yakni media cetak
(suarat kabar, majalah, tabloid, dsb) serta media audio (radio). Kemudian media radio dan media televise (media audio-visual) disebut media massa elektronika, karena keduanya digerakkan secara elektris.
Dalam bukunya komunikasi massa : Sebuah Analisis Media Televisi, Wawan Kuswandi (1996 : 16) mengutip pendapat Amir Hamzah yang
mengatakan bahwa alat-alat audio-visual media televisi adalah alat-alat yang memiliki sifat “audible” (dapat didengar) dan “visible” (dapat dilihat). Alat-alat audio-visual ini berguna untuk membuat cara berkomunikasi menjadi lebih efektif.
Komunikasi massa media televisi sendiri merupakan proses komunikasi
antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu
televisi. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara
komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan
organisasi yang komplek serta pembiayaan yang besar. Pesan pesan di televisi
bukan hanya didengar, tetapi dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio
visual).
Paradigma Harold D Lasswell (1984) Dalam Wawan Kuswandi (1996 :
(23)
11
channel, and with what effect”, secara langsung menggambarkan bahwa proses komunikasi seseorang memerlukan media.
Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi,
secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi
tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan
balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan
informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media
massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai
sosial dan budaya manusia (Kuswandi,1996 : 21).
Komunikasi massa media televisi terbagi dalam beberapa bagian, yaitu
siaran informasi atau pemberitaan, news bulletin (berita harian), news magazine (berita berkala), wawancara televisi serta laporan investigasi terhadap suatu kasus
(JB. Wahyudi, Komunikasi Jurnalistik, 1991) Dalam Wawan Kuswandi (1996 : 18).
Magazine termasuk dalam kategori berita lunak. Obyek yang diteliti oleh penulis adalah sebuah program acara news magazine di salah satu stasiun televisi swasta Trans TV yaitu “Jika Aku Menjadi”.
Penggunaan televisi sebagai media dalam menyiarkan tayangan “Jika Aku Menjadi” sangat erat kaitannya dengan fungsi pendidikan yang diembannya. Hal ini terkait dengan tujuan acara tersebut yakni ingin dijadikan sebagai ajang
(24)
12 E.3. Program Magazine
Magazine masuk dalam kategori berita lunak. Sebenarnya berita lunak adalah “segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan” (Morissan, 2005 : 101). dalam bahasa inggris, magazine berarti majalah. Dengan mengetahui
format majalah, akan sangat mudah memahami maksut dan tujuan dari program
acara magazine. Sedangkan magazine, berarti tayangan majalah atau gelaran majalah.
Difinisi yang lebih lengkap mengenai magazine sebagai berikut, magazine
adalah “format acara televisi yang mempunyai format menyerupai majalah (media cetak), yang didalamnya terdiri dari berbagai macam rubrik dan tema yang
disajikan dalam reportase aktual atau timeless sesuai dengan minat dan tendensi dari target penontonnya” (Naratama, 2004 : 171). karena formatnya yang menyerupai majalah, maka teknik penyutradaraan untuk magazine juga mengikuti
penulisan berita tulis. Artinya kalau dalam media cetak, sebuah berita dilaporkan
secara tertulis maka dalam magazine sebuah berita dilaporkan dalam bentuk tulisan dan gambar. Dengan demikian, bila majalah cetak mengandalkan kekuatan
foto/gambar untuk mengilustrasikan realita keadaan yang sebenarnya, maka
magazine justru sangat mengandalkan gambar gerak/visual movement yang di imbuhi oleh naskah. Oleh karena itu, program yang diteliti pada paenelitian ini
(25)
13 E.4. Penonton Televisi Sebagai Audien
Setiap media massa memiliki audiencenya tersendiri. “ Audience media berlaku universal dan secara sederhana dapat diartikan sebagai media atau
komponen isinya” (Mc Quail, 1987 : 199). dalam istilah yang lain audience juga bisa diartikan sebagai pendengar. “Audience biasanya besar dan telah direncanakan sebelumnya dan ditentukan tempatnya menurut waktu dan tempat,
seringkali dengan provinsi khusus untuk memaksumumkan kualitas penerimaan
(Mc Quail, 1987 : 202).
Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa ini sangat beragam,
dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal
ilmiah. Masing-masing audience ini berbeda satu sama lain. Mereka berbeda
dalam cara berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya,
pengalaman dan orientasi hidupnya. Tetapi masing-masing individu ini juga bisa
saling mereaksi satu sama lain terhadap pesan yang diterimanya (Nurudin, 2007 :
104).
Kumpulan- kumpulan inilah yang disebut dengan audien. Istilah lain dari
audien juga bisa disebut dengan khalayak. Dalam proses komunikasi khalayak
memiliki peran penting. Tanpa adanya audien/khalayak proses komunikasi tidak
akan berjalan dengan baik. Khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu
maupun kelompok yang tersebar di berbagai penjuru.
Menurut Hiebert dan kawan-kawan dalam Nurudin (2007:105)
(26)
14
1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi
pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial diantara mereka.
Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan
seleksi kesadaran.
2. Audience cenderung besar. Luas disini berarti tersebar keberbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu ukuran luas ini
sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknyamencapai
ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan atau jutaan itu tetap bisa
disebut audience meskipun jumlahnya berbeda. Tetapi, perbedaan ini bukan
sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu.
3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. Beberapa media tertentu punya sasaran, tetapi
heterogenitasnya juga tetap ada.
4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana
mungkin audience bisa mengenal khalayak televisi yang jumlahnya jutaan?
Tidak mengenal ini tidak ditekankan satu kasus per satu kasus tetapi meliputi
semua audience.
5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada di
Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi yang disiarkan dari
Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga
dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Dalam penelitian ini, audience berperan sebagai subjek penelitian dan individu-individu yang menjadi responden adalah mahasiswi Universitas
(27)
15
sebagai audience dari acara “Jika Aku Menjadi” yang ditayangkan di Trans TV. Oleh karena itu audience diperlukan untuk memberi pemahaman yang jelas tentang audience.
E.5. Motif Audien Menonton Televisi
Pengertian motif merujuk pada pendapat Sperling (1982 : 187) yaitu “ Motif is defined as atency to activity, started by a drive and ended by an adjusment. The adjusment said to satisfy the motif”. Artinya adalah motif merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan aktifitas, yang berasal dari
dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian diri dimana
penyesuaian ini dikatakan untuk memuaskan motif.
Menurut Mc Quail dkk, kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan media massa terkadang dapat membantu membangkitkan khalayak terhadap
kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan dengan situasi sosialnya.
Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang,
melainkan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu kebutuhan
atau hasrat pribadi yang dalam. Motif timbul karena adanya motivasi. Motivasi
adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang sering muncul sebelum
bertingkah laku, hubungan motivasi dan tingkah laku berdekatan. Konsep
motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa
(28)
16
2. Apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya
orang terdorong melakukan kegiatan tersebut.
Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulus)
perbedaan situasi sekarang dan situasai yang akan datang, sehingga tanda
perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif
dan saat usaha pencapaian yang diharapkan. Dapat disimpulkan bahwa motif
adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan
perubahan tingkah laku.
Motif-motif menonton televisi berpegang pada asumsi teori “Uses and gratifications”. Teori ini merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Teori ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam
melayani khalayak. “Teori uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan
sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak yang aktif, yang sengaja
menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus” (Effendy, 2003 : 289). Dalam asumsi ini menurut Bumler (1979) tersirat pengertian bahwa komunikasi
massa berguna (utility), konsumsi media diarahkan oleh motif (intentionality), dan
perilaku media mencerminkan kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa
khalayak sebenarnya kepala batu (stubborn) (Dalam Rahmat, 2005 : 65).
Menurut para pendirinya, Elihu Kattz, Jay G. Blumler, dan Michael
Gurevitch, uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis
dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
(29)
17
keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan
akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Mereka juga
merumuskan asumsi-asumsi dasar dari teori ini (Rahmat, 2003 : 205). :
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media
massa diasumsikan mempunyai tujuan. Dewasa ini penerima komunikasi
massa semakin dianggap sebagai khalayak aktif. Schramm dan Roberts
(1987) melukiskan mengenai khalayak komunikasi massa ini bahwa : “Suatu khalayak yang sangat aktif mencari apa yang mereka inginkan, menolak lebih
banyak isi media daripada menerimanya, berinteraksi dengan anggota-anggota
kelompok yang mereka masuki dan dengan isi media yang mereka terima, dan
sering menguji pesan media massa dengan membicarakannya dengan
orang-orang lain atau membandingkannya dengan isi media lainnya”. (Dalam Mulyana, 2001 : 209)
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan
kebutuhan dengan pemilihan media terletek pada khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber yang lain untuk
memuaskan kebutuhannya.
4. Banyak tujuan pemilihan media massa disimpulkan dari data yang
diberikananggota khalayak, artinya orang yang dianggap cukup mengerti
untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus di tangguhkan sebelum
(30)
18
Untuk lebih jelasnya berikut peneliti memasukkan teori Uses and Gratification dan di visualisasikan melalui gambar sebagai berikut :
Gambar 1.1.
Teori uses and gratification
Sumber : Jalaludin Rahmat, 2005 : 66
Rahmat (2005 : 66) menjelaskan stuktur teori tersebut sebagai berikut.
1. Variabel anteseden terbagi atas dua dimensi yakni :
a. Individual, dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis
seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan.
b. Lingkungan, dimensi ini dapat terdiri atas data mengenai organisasi,
sistem sosial, dan struktur social
2. Variabel Motif terbagi atas tiga dimensi yaitu :
a. Kognitif, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan
informasi, dan surveillance, atau eksplorasi realitas.
b. Diversi, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan
pelepasan dari tekanan, dan kebutuhan akan hiburan.
c. Identitas personal, dimensi ini menyajikan perihal data tentang bagaimana
penggunaan isi media untuk memperkuat/ menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri. Variable individual Variable lingkungan Kogniktif Deversi Personal identity Hubungan Macam isi
Hubungan dengan isi Kepuasan Pengetahuan Dependensi Efek Penggunaa Media Motif Atenseden
(31)
19
3. Variabel penggunaan media terbagi atas tiga dimensi yakni :
a. Jumlah waktu, dimensi ini menyajikan jmlah waktu yang digunakan dalm
menggunakan media.
b. Jenis isi media, dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.
c. Hubungan, dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu
konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media
secara keseluruhan.
4. Variabel efek terbagi menjadi tiga dimensi yaitu :
a. Kepuasan, dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan
media untuk memberikan kepuasan.
b. Dependensi media, dimensi ini menyajikan informasi perihal
ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya.
c. Pengetahuan, dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu.
Teori uses and gratification digunakan dalam penelitian ini karena mengacu pada tujuan penelitian yakni untuk mengetahui bagaimana acara “JAM” dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Sehingga subjek
dititikberatkan pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan acara
tersebut untuk mencapai tujuan khusus yang tergolong sebagai motif dalam
(32)
20 F. Metode Penelitian
F.1. Definisi konseptual
“Motif is defined as atendcy to activity, started by a drive and ended by an adjusment. The adjusment said to satisfy the motif”. (Sperling, 1982 : 187). Artinya adalah motif merupakan suatu kecenderungan untuk melakukan aktifitas,
yang berasal dari dorongan dalam diri (drive) dan diakhiri dengan penyesuaian
diri dimana penyesuaian diri ini dikatakan untuk memuaskan motif. Motif
menonton tayangan program “Jika Aku Menjadi” pada mahasiswi merupakan dorongan dari diri untuk memenuhi kebutuhannya. Pada bagian sebelumnya telah
dibahas mengenai teori “uses and gratification”. Motif yang tercakup di dalam teori uses and grtification tersebut terdiri atas :
a. Motif kognitif, yaitu motif yang meliputi kebutuhan akan informasi dan
surveillance
b. Deversi, yaitu kebutuhan akan pelepasan dari tekanan, dan kebutuhan akan
hiburan.
c. Personal identity, yaitu motif untuk memperkuat/ menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.
“teori ini bertujuan meriset apa yang dilakukan orang terhadap media komunikasi karena mereka dianggap secara aktif menggunakan media untuk
memenihi kebutuhannya, bukan pada apa yang dilakukan media terhadap orang” (Rahmat, 2005 : 66).
(33)
21 F.2. Definisi Operasional
Definisi operasional, merupakan “suatu unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel atau suatu definisi yang
menyatakan dalam kriteria atau operasi yang dapat diuji secara khusus” (Silalahi, 2003 : 35).
Indikator motif dapat diukur melalui :
1. Kognitif, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan
informasi, dan surveillance. Surveilance (pengawasan atau eksplorasi realitas),
diukur dengan :
a. Memperoleh pengetahuan tambahan tentang kehidupan narasumber.
b. Memperoleh pelajaran tentang hidup sederhana.
c. Memperoleh pelajaran baru tentang masalah sosial (kemiskinan).
d. Mengetahui bagaimana persoalan ekonomi yang dihadapi narasumber
terselesaikan.
2. Diversi, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan
pelepasan dari tekanan, dan kebutuhan akan hiburan. Diversi (pelepasan diri dari tekanan), dapat diukur dengan :
a. Mengisi waktu luang.
b. Memperoleh hiburan.
c. Mengusir kejenuhan.
d. Melupakan masalah pribadi untuk sesaat.
e. Melepaskan diri dari tekanan yang sedang dihadapi.
(34)
22
3. Identitas personal, dimensi ini menyajikan perihal data tentang bagaimana
penggunaan isi media untuk memperkuat / menonjolkan sesuatu yang penting
dalam karier dan sejenisnya. Personal Identity (identitas personal), diukur dengan :
a. Mendapatkan model perilaku yang baru yaitu hidup dalam kesederhanaan.
b. Menyadarkan diri sendiri dan menghargai apa yang telah dimiliki.
c. Mendorong diri sendiri lebih toleransi dan solidaritas terhadap sesama.
d. Melewatkan waktu bersama keluarga.
e. Memperoleh motivasi baru dalam menjalani kehidupan.
F.3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan untuk mendiskrisikan atau mengetahui nilai dari satu
variabel atau lebih sebagaimana adanya, tanpa membuat perbandingan antara
variable satu dengan yang lain dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.
Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif maka analisis hanya pada taraf
deskripsi, yaitu menganalisi dan menyajikan fakta secara sistematik, sehingga
lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Dalam penelitian ini, penelitian deskriptif
digunakan untuk mengetahui motif apakah yang mendorong mahasiswi untuk
mnonton acara “Jika Aku Menjadi” yang ditayangkan di TRANS TV. Subyek penelitian ini adalah mahasiswi Univesitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu
Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 yang menjadi penonton acara “Jika Aku Menjadi” dan pernah menonton acara ini minimal tiga kali dalam seminggu.
(35)
23 F.4. Metode
Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode
survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey adalah “riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan
yang timbul”.
Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu
yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam
pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara
terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2009 : 6).
G. Populasi dan Sampel
G.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 80).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah
Malang jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 yang pernah
menonton program acara “Jika Aku Menjadi” yang sesuai dengan kriteria.
Adapun kriteria responden yang diinginkan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi
(36)
24
2. Pernah menonton program acara “Jika Aku Menjadi” setidaknya 3 kali dalam seminggu.
Berdasarkan data yang ada jumlah mahasiswi Jurusan Ilmu komunikasi
Audio Visual Angkatan 2008 sebanyak 54 orang. Untuk menentukan jumlah
populasi, peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu dengan ketentuan kriteria
seperti yang sudah di jalaskan di atas. Setelah mendapatkan jawaban dari populasi
yang telah ditetapkan, maka diperoleh sebanyak 39 mahasiswi yang telah
memenuhi kriteria.
G.2. Sampel
Sample adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sample jika
tidak ada populasi. Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak
sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh
dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Menurut (Sugiyono, 2009 : 62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari
dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu
sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Dalam pengambilan jumlah sampel dalam penelitian menggunakan
berbagai macam cara. Karena populasi kurang dari 100, maka menurut (Arikunto,
2006 : 134) “…apabila populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”.
(37)
25
Mengingat jumlah sampel yang kurang dari 100, maka teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh atau
sering disebut total sampling. Dengan demikian penelitian ini yang ditetapkan
sebagai sampel sebanyak 39 responden.
H. Teknik Pengumpulan Data
H.1 Kuisioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah “daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden” (Bungin, 2001 : 123). Penulis melakukan studi lapangan yaitu dengan memperoleh data-data dengan
menyebarkan kuisioner kepada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang
jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008.
H.2 Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip-arsip, dokumen-dokumen maupun literatur-literatur yang ada
hubungannya dengan penelitian tersebut. Dokumen biasanya terdiri dari bahan
tertulis ataupun film. Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam
penelitian dapat juga dilakukan dengan bantuan media internet. Dalam penelitian
ini, digunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang profil Trans TV
(38)
26 I. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif yang kegiatannya
mengumpulkan data dengan cara menyebar kuisioner. Kegiatan dalam analisis
data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiyono, 2009 : 147).
Setelah data terkumpul maka untuk menganalisa data dalam penelitian ini
adalah pembuatan tabel distribusi jawaban responden. Tabel distribusi jawaban
tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal kemudian
skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor-skor total. Setelah membuat tabel
distribusi jawaban, langkah selanjutnya adalah penyusunan distribusi frekwensi.
Tabel frekwensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk
prosentase, tabel frekuensi memuat dua kolom yaitu kolom frekuensi dan
prosentase setiap kategori. Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi
tersebut dapat digunakan rumus berikut :
Keterangan :
F = Frekuensi
(39)
27 I.1. Uji Validitas
Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas berarti prosedur pengujian untuk
melihat apakah alat ukur yang berupa kuesioner dapat mengukur dengan cermat
atau tidak (Singarimbun, 1989 : 124).
Biasanya syarat minimum untuk dianggap valid adalah r = 0,3. Jadi kalau kolerasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat kolerasi
antara skor masing-masing item pertanyaan dengan skor total. Bila menggunakan
program komputer, instrumen dikatakan valid apabila nilai korelasi (pearson
correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf
signifikan (α) sebesar 0,05.
Adapun rumus yang dipakai untuk mengukur validitas adalah dengan
rumus korelasi product moment :
r =
2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :
r = Koefisien korelasi
x = skor pernyataan ke-n
y = skor total
xy = skor pernyataan ke-n dikalikan skor total
(40)
28 I.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah “indek yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan” (Singarimbun, 1989 : 140). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
r11 =
2 2
1
1 t
b k
k
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
k = banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑ δb2 = jumlah varians skor tiap-tiap item δt2 = varians total
Keputusan alat ukur dinyatakan reliabel bila koefisien reliabilitas lebih
besar 0,6, maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel, tetapi bila kurang dari
(1)
F.4. Metode
Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian dengan metode survey. Umar (2002 : 42) menyebutkan bahwa metode survey adalah “riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul”.
Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2009 : 6).
G. Populasi dan Sampel
G.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009 : 80). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 yang pernah menonton program acara “Jika Aku Menjadi” yang sesuai dengan kriteria.
Adapun kriteria responden yang diinginkan adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008.
(2)
2. Pernah menonton program acara “Jika Aku Menjadi” setidaknya 3 kali dalam seminggu.
Berdasarkan data yang ada jumlah mahasiswi Jurusan Ilmu komunikasi Audio Visual Angkatan 2008 sebanyak 54 orang. Untuk menentukan jumlah populasi, peneliti melakukan pra survey terlebih dahulu dengan ketentuan kriteria seperti yang sudah di jalaskan di atas. Setelah mendapatkan jawaban dari populasi yang telah ditetapkan, maka diperoleh sebanyak 39 mahasiswi yang telah memenuhi kriteria.
G.2. Sampel
Sample adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada sample jika tidak ada populasi. Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat digeneralisasikan pada populasi.
Menurut (Sugiyono, 2009 : 62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).
Dalam pengambilan jumlah sampel dalam penelitian menggunakan berbagai macam cara. Karena populasi kurang dari 100, maka menurut (Arikunto, 2006 : 134) “…apabila populasi kurang dari 100, lebih baik diambil semua
(3)
Mengingat jumlah sampel yang kurang dari 100, maka teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampel jenuh atau sering disebut total sampling. Dengan demikian penelitian ini yang ditetapkan sebagai sampel sebanyak 39 responden.
H. Teknik Pengumpulan Data
H.1 Kuisioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner. Kuisioner adalah “daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian diisi oleh responden” (Bungin, 2001 : 123). Penulis melakukan studi lapangan yaitu dengan memperoleh data-data dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang jurusan Ilmu Komunikasi Audio Visual Angkatan 2008.
H.2 Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip-arsip, dokumen-dokumen maupun literatur-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dokumen biasanya terdiri dari bahan tertulis ataupun film. Dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian dapat juga dilakukan dengan bantuan media internet. Dalam penelitian ini, digunakan dokumentasi untuk mengumpulkan data tentang profil Trans TV dan profil tentang acara “Jika Aku Menjadi”.
(4)
I. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif yang kegiatannya mengumpulkan data dengan cara menyebar kuisioner. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2009 : 147).
Setelah data terkumpul maka untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah pembuatan tabel distribusi jawaban responden. Tabel distribusi jawaban tersebut digunakan untuk melihat skor dari setiap butir soal kemudian skor-skor tersebut dijumlahkan untuk mendapat skor-skor total. Setelah membuat tabel distribusi jawaban, langkah selanjutnya adalah penyusunan distribusi frekwensi. Tabel frekwensi diperoleh melalui tabulasi sederhana yang hasilnya dalam bentuk prosentase, tabel frekuensi memuat dua kolom yaitu kolom frekuensi dan prosentase setiap kategori. Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut dapat digunakan rumus berikut :
Keterangan :
F = Frekuensi
(5)
I.1. Uji Validitas
Validitas berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas berarti prosedur pengujian untuk melihat apakah alat ukur yang berupa kuesioner dapat mengukur dengan cermat atau tidak (Singarimbun, 1989 : 124).
Biasanya syarat minimum untuk dianggap valid adalah r = 0,3. Jadi kalau kolerasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat kolerasi antara skor masing-masing item pertanyaan dengan skor total. Bila menggunakan program komputer, instrumen dikatakan valid apabila nilai korelasi (pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] < taraf signifikan (α) sebesar 0,05.
Adapun rumus yang dipakai untuk mengukur validitas adalah dengan rumus korelasi product moment :
r =
2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n Keterangan :
r = Koefisien korelasi x = skor pernyataan ke-n y = skor total
xy = skor pernyataan ke-n dikalikan skor total n = jumlah responden
(6)
I.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah “indek yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan” (Singarimbun, 1989 : 140). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
r11 =
2 2
1
1 t
b k
k
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
k = banyaknya butir pertanyaan atau soal ∑ δb2 = jumlah varians skor tiap-tiap item δt2 = varians total
Keputusan alat ukur dinyatakan reliabel bila koefisien reliabilitas lebih besar 0,6, maka instrumen penelitian dinyatakan reliabel, tetapi bila kurang dari 0,6 dianggap kurang meyakinkan atau tidak reliabel.