Dalam penghitungan pajak yang terutang dikenakan 4 macam tarif, yaitu : 1.
Tarif Pajak ProporsionalSebanding Tarif proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap jumlah
berapapun yang menjadi dasar pengenaan pajak. Contohnya dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10 atas penyerahan Barang Kena Pajak.
2. Tarif Pajak Progresif
Tarif Pajak Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin besar.
Misalnya tarif Pajak Penghasilan yang berlaku di Indonesia. 3.
Tarif Pajak Degresif Tarif Pajak Degresif adalah tarif berupa persentase tertentu yang semakin
menurun dengan semakin meningkatnya dasar pengenaan pajak. 4.
Tarif Pajak Tetap Tarif Pajak Tetap adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa
pun besarnya dasar pengenaan pajak. Misalnya Bea Materai
B. Pajak Penghasilan Umum
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan PPh berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-undang ini telah beberapa kali mengalami
perubahan dan terakhir kali diubah dengan undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 . Undang-undang Pajak Penghasilan PPh mengatur pajak atas penghasilan laba
yang diterima atau diperoleh orang pribadi maupun badan.
Undang-undang PPh mengatur subjek pajak, objek pajak, serta cara menghitung dan cara melunasi pajak yang terutang. Undang-undang PPh juga
lebih memberikan fasilitas kemudahan dan keringanan bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Undang-undang PPh menganut asas
materiil, artinya penentuan mengenai pajak yang terutang tidak tergantung kepada surat ketetapan pajak.
Menurut Siti Resmi 2008:81-89 berpendapat bahwa pajak terdiri dari : 1.
Subjek Pajak dan Wajib Pajak Pajak Penghasilan dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperolehnya dalam Tahun Pajak. Yang menjadi Subjek Pajak adalah :
a. 1. Orang Pribadi 2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang
berhak b. Badan, terdiri dari PT, CV, Perseroan lainnya, BUMNBUMD dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga dan bentuk bdan lainnya c. Bentuk Usaha Tetap BUT
Subjek Pajak dapat dibedakan menjadi : a.
Subjek Pajak dalam negeri yang terdiri dari : 1.
Subjek Pajak orang pribadi, yaitu :
- Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau -
Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
2. Subjek Pajak badan, yaitu badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia 3.
Subjek Pajak warisan, yaitu warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.
b. Subjek Pajak luar negeri yang terdiri dari :
1. Subjek Pajak orang pribadi, yaitu orang pribadi yang tidak bertempat
tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang :
- Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha
tetap di Indonesia. -
Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia. 2.Subjek Pajak badan, yaitu badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang : -
Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
- Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan
dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek Pajak dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan. Sedangkan Subjek Pajak luar negeri sekaligus menjadi
Wajib Pajak, sehubungan dengan penghasilan yang diterima dari sumber penghasilan di Indonesia atau diperoleh melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Dengan kata lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
2. Objek Pajak
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia, maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan bentuk apapun. Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah :
a Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali
ditentukan lain dalam undang-undang ini. b
Hadiah dari undian atau pekerjaan, dan penghargaan c
Laba usaha
d Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya
f Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang g
Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi h
Royalti i
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta j
Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala k
Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
l Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
m Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n Premi asuransi
o Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas p
Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
Penghasilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi : 1.
Penghasilan dan pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas, seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris,
akuntan, pengacara, dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha atau kegiatan
3. Penghasilan dari modal atau penggunaan harta, seperti sewa, bunga, dividen,
royalti, keuntungan dari penjualan harta yang tidak digunakan, dan sebagainya
4. Penghasilan lain yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu dari
tiga kelompok penghasilan diatas, seperti : -
Keuntungan karena pembebasan utang -
Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing -
Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva -
Hadiah undian Bagi Wajib Pajak Dalam Negeri, yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia. Sedangkan bagi Wajib Pajak Luar Negeri, yang menjadi Objek Pajak hanya penghasilan yang
berasal dari Indonesia saja.
3. Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP
Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat 3 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, diubah menjadi sebagai berikut :
a. Rp 15.840.000,00 untuk diri Wajib Pajak .
b. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
c. Rp 15.840.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat : -
Penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan
dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 21, dan -
Pekerjaan istri tidak ada hubungan dengan usaha atau pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga yang lain
d. Rp 1.320.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 tiga orang untuk setiap anggota
keluarga.
4. Tarif Pajak
Sesuai dengan Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008, besarnya tarif pajak penghasilan bagi Wajib Pajak orang pribadi
dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebagai berikut : a.
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,00
5 Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00
15 Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00
25 Di atas Rp 500.000.000,00
30
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap BUT
Wajib Pajak badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap adalah sebesar 28 dan untuk Tahun 2010 menjadi 25 .
C. Cara Penghitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 25