Reliabilitas Daya Pembeda Instrumen Data Tes

Khaeratun Nisa, 2013 Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tidak valid Setelah dilakukan perhitungan menggunakan Anates V4, diperoleh koefisien korelasi soal adalah 0,63. Sedangkan validitas dari tiap butir soal disajikan pada tabel berikut : TABEL 3.3 Validitas Setiap Butir Soal No. Soal Validitas Interpretasi 1 0,83 Validitas sangat tinggi 2 0,72 Validitas tinggi 3 0,65 Validitas tinggi 4 0,62 Validitas tinggi 5 0,60 Validitas tinggi 6 0,64 Validitas tinggi

b. Reliabilitas

Reliabilitas suatu instrumen artinya instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap sama relatif sama jika pengukurannya dilakukan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu berbeda, ataupun tempat yang berbeda. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha Suherman dan Kusumah, 1990: 194, yaitu: Keterangan: r 11 = koefisien reliabilitas n = banyak butir soal item = jumlah varians skor tiap item = varians skor total dimana, Khaeratun Nisa, 2013 Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan: 2 s = varians = jumlah skor kuadrat setiap item = jumlah skor setiap item n = jumlah subjek Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen evaluasi dapat digunakan tolak ukur oleh J.P. Guilford Suherman dan Kusuma, 1990: 177 sebagai berikut : TABEL 3.4 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi Derajat reliabilitas sangat rendah Derajat reliabilitas rendah Derajat reliabilitas sedang Derajat reliabilitas tinggi Derajat reliabilitas sangat tinggi Setelah dilakukan perhitungan menggunakan Anates V4, diperoleh reliabilitas soal adalah 0,78 yaitu reliabilitas tinggi.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik bila siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan siswa yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi Khaeratun Nisa, 2013 Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus berikut: Keterangan : DP = Daya Pembeda = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok bawah SMI = Skor Maksimal Ideal Untuk menentukan daya pembeda ini melalui beberapa tahap, yaitu: mengurutkan skor yang diperoleh oleh siswa dari skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah diurutkan bagi menjadi 3 kelompok [kelompok atas 27, kelompok menengah atau rata-rata 46, dan kelompok rendah 27]. Hasil perhitungan daya pembeda, kemudian diinterpretasikan dengan kriteria seperti yang diungkapkan oleh Suherman 1990: 202 seperti tercantum dalam tabel berikut TABEL 3.5 Kriteria Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi DP ≤ 0,00 Soal sangat jelek 0,00 DP ≤ 0,20 Soal jelek 0,20 DP ≤ 0,40 Soal cukup 0,40 DP ≤ 0,70 Soal baik 0,70 DP ≤ 1,00 Soal sangat baik Setelah dilakukan perhitungan menggunakan Anates V4, diperoleh daya pembeda dari tiap butir soal adalah sebagai berikut : TABEL 3.6 Daya Pembeda Setiap Butir Soal No. Soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,50 Baik Khaeratun Nisa, 2013 Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Dan Model Pembelajaran Langsung Terhadap Kemampuan Generalisasi Matematis Siswa SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Derajat Kesukaran Indeks Kesukaran

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII.

15 51 43

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP: Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

1 3 91

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

1 3 51

PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

1 2 183

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP | Karya Tulis Ilmiah

0 0 11

PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PESISIR TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

0 0 6

KOMPARASI MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS Jamilah

0 0 7

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP N 2 RAMBAH HILIR

0 30 6