Upaya meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran cooperative tipe STAD

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA KONSEP
SUMBER DAYA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
SITI CHODIJAH
NIM 809018300714

PEROGRAM DUAL MODE SISTEM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
2015

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama

: SITI CHODIJAH

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 20 Mei 1980
NIM

: 809018300714

Program Studi

: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Judul Skripsi

: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada
Konsep Sumber Daya Alam Melalui Penerapan
Model Pembelajaran STAD


Dosen Pembimbing

: Baiq Hana Susanti, M.Sc.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat adalah benar-benar
hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa
yang saya tulis

Jakarta,

Agustus 2012

Yang menyatakan,

Siti Chodijah
NIM. 809018300714

ABSTRAK


Siti Khodijah. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Materi Sumber Daya Alam
Melalui Penerapan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV MI Rabiah
Al-Adawiyah Jakarta, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah btidaiyah,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syaraif
Hidayatullah Jakarta 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran atau untuk
mengetahui seberapa besar pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar
IPA materi sumber daya alam di kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Tahun Pelajaran 2011/2012.
Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti, guru kelas, dan kepala sekolah.
Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar IPA
materi sumber daya alam melalui penerapan model pembelajaran STAD pada
siswa kelas IV MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta. Hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan hasil belajar IPA dari siklus I sampai dengan siklus II yaitu sebesar
76% disiklus I kemudian meningkat sebesar 92% disiklus II. Oleh karena itu
model penerapan pembelajaran ini mempunyai peranan yang cukup penting
karena dapat membantu meminimalkan permasalahan yang dihadapi pada saat
pembelajaran.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pembelajaran STAD dapat
meningkatkan hasil belajar IPA materi sumber daya alam pada siswa kelas IV MI
Rabiah Al-Adawiyah Jakarta.

Kata kunci : Hasil belajar IPA materi sumber daya alam dan pembelajaran
STAD.

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Sumber Daya Alam Melalui
Penerapan Model Pembelajaran STAD Pada Siswa Kelas IV MI Rabi’ah AlAdawiyah Jakarta.
Adapun penyusunan Skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah.


Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi jenis PTK ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kementerian Agama Republik Indonesia yang memberikan kesempatan
mengikuti kualifikasi S1 untuk guru-guru Madrasah Ibtidaiyah.
2. Prof. Dr. H. Rifat Syauqi Nawawi, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Fauzan, MA. Ketua Program Studi PGMI, Jurusan Kependidikan Islam
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., selaku dosen pembimbing yang selalu
membantu dengan penuh kesabaran kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syaraif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak
terhingga banyaknya dan berguna bagi penulis.
6. Seluruh civitas Akademis Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
ii

7. Kepala Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah.
8. Kepala MI Rabi’ah Al-Adawiyah Jakarta yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk mengadakan penelitian..
9. Pendididik dan Tenaga Pendidik MI. Rabi’ah Al-Adawiyah Jakarta yang telah
membantu peneliti dalam melakukan penelitian di madrasah tersebut.
10. Siswa-siswi MI Rabiah Al-Adawiyah Jakarta khususnya kelas IV yang telah
membantu peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dapat berjalan
dengan lancar.
11. Suami dan anak – anakku tercinta yang selalu memberi dukungan baik moril
maupun materil hingga selesai skripsi ini.
12. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan bantuan dan
motivasinya kepeda peneliti dalam melakukan penelitian.
13. Kepada kakak dan adik-adik yang tercinta yang telah memotivasi peneliti
dalam menyelesaikan studi S1.
14. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu,
namun telah memberikan saran dan masukan yang berarti dalam penyusunan
skripsi ini.
Semoga apapun yang telah disumbangkan kepada penulis, sekecil apapun
wujudnya tercatat sebagai amal yang diterima oleh Allah SWT.


Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Skripsi ini
belum sempurna dan masih banyak kekurangan, mengingat kurangnya
kemampuan penulis. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun
Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
kita semua, Amiin.
Jakarta, Agustus 2012
Penulis

Siti Chodijah
iii

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ........................................................................................

ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ..............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................

viii

BAB I

BAB II


PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ........................................

4

C. Pembatasan Fokus Penelitian .......................................................

4

D. PerumusanMasalah Penelitian .....................................................

5

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian .......................................


5

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

BAB III

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ...................................

8

1. Metode Pembelajaran Kooperatif ...........................................

8

2. Model Pembelajaran Student Achievement Division (STAD)

10

3. Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran STAD .........


12

4. Tinjauan Bahan Sumber Daya Alam.......................................

12

5. Belajar ....................................................................................

13

6. Hasil Belajar ............................................................................

16

7. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ...........................................

17

B. Hasil Penelitian yang Relevan .....................................................

22

C. Hipotesis Tindakan .......................................................................

23

METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

24

1. Tempat Penelitian....................................................................

24

iv

BAB IV

BAB

V

2. Waktu Penelitian .....................................................................

24

B. Metode Penelitiandan Rancangan Siklus Penelitian ....................

24

1. Metode Penelitian....................................................................

24

2. Rancangan SikluS Penelitian ..................................................

25

C. Subyek Penelitian .........................................................................

25

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ..................................

25

E. Teknik Intervensi Tindakan .........................................................

26

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................

27

G. Data dan Sumber Data ................................................................

27

1. Data Penelitian ........................................................................

27

2. Sumber Data ............................................................................

28

H. Instrumen Pengumpulan Data .....................................................

28

I. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................

29

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan .................................................

29

K. Analisis Data dan Interpretasi Data .............................................

29

1. Analisis Data ...........................................................................

29

2. Interprestasi Data ....................................................................

31

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan .......................................

31

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..............................................................................

33

1. Siklus I ....................................................................................

33

2. Hasil Observasi Kegiatan Siswa .............................................

36

3. Hasil Observasi Kegiatan Guru ...............................................

37

B. Analisis Data ................................................................................

47

C. Pembahasan ..................................................................................

50

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................

53

B. Saran-saran ..................................................................................

53

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

54

LAMPIRAN-LAMPIRAN
v

DAFTAR TABEL

Tabel. 3.1 Interval Kategori dan Keaktivan Siswa ............................................

31

Tabel. 4.1 Data Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I .....................................

36

Tabel. 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ..................................

36

Tabel. 4.3 Data Observasi Kegiatan Guru Siklus I ...........................................

37

Tabel. 4.4 Data Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Siklus I ......................................

44

Tabel. 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ...............................

44

Tabel. 4.6 Data Observasi kegiatan Guru Pada Siklus II ...................................

45

Tabel. 4.7 Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ...................................

47

Tabel. 4.8 Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Siklus II ................................

48

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar. 2.1 Model PTK Kurt Lewin ................................................................

18

Gambar. 2.2 Riset Aksi Model John Elliot ........................................................

19

Gambar. 2.1 Model PTK Kemmis & Mc Taggart .............................................

20

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2. Lembar Soal Uji Kompetensi Siklus I
Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Tugas Kelompok
Lampiran 4. Kisi- Kisi Soal Siklus 1
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 6. Lembar Soal Uji Kompetensi Siklus II
Lampiran 7. Kisi- Kisi Soal Siklus 11
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 Tugas Kelompok
Lampiran 9. Data Hasil Uji Kompetensi Siklus I
Lampiran 10. Data Hasil Uji Kompetensi Siklus I
Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 12. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 14. Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 15. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD
Siklus I
Lampiran 17. Lembar Pengamatan Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
STAD Siklus I
Lampiran 18. Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif STAD
Siklus II
Lampiran 19. Lembar Pengamatan Hasil Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif
STAD Siklus II
Lampiran 20. Pedoman Wawancara Untuk Siswa

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu keharusan dalam kebutuhan yang
sangat penting bagi setiap individu. Di dalam pendidikan proses belajar
mengajar dan proses pembelajaran merupakan inti pendidikan yang di
dalamnya melibatkan guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik.
Di sini terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
lain. Melalui proses belajar ini akan tercapai tujuan pendidikan, yaitu terjadi
perubahan tingkah laku dan tercapainya hasil pembelajaran yang optimal.
Disini guru berperan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Belajar
merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif1. Pandangan umum yang masih dianut guru dalam
proses belajar mengajar sampai sekarang ialah bahwa dalam proses belajar
mengajar, pengetahuan dialihkan dari guru ke siswa.
Pola pembelajaran ini menyebabkan aktivitas siswa dalam proses
belajar menjadi pasif. Oleh karena itu,guru harus memperbaiki kualitas
mengajar. Tugas seorang guru tidak hanya sekedar mengajar tetapi lebih
ditekankakan

pada

pembelajaran

yang

dikembangkan

oleh

guru.

Kecenderungan guru otoriter dan instruktif menjadi komunikasi satu
arah,disini guru yang berperan aktif sementara siswa pasif hanya menerima
materi pelajaran yang disampaikan oleh guru,ini berarti guru kurang memberi
peluang dan kebebasan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya
sehhingga siswa menjadi pasif dan situasi ini bertentangan dengan siswa
belajar aktif. Seharusnya siswa sebagai subjek pendidikan, di tuntut supaya
aktif dalam belajar mencari informasi dan mengeksplorasi sendiri atau secara
berkelompok. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
1

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 92

1

2

ke arah pengoptimalan pencapaian ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Diharapkan

dalam

proses

pembelajaran

siswa

mau

dan

mampu

mengemukakan pendapat sesuai dengan apa yang telah dipahami, berinteraksi
secara positif antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dan guru
apabila ada kesulitan.
Namun kenyataannya dilapangan juga menunjukkan aktivitas siswa
pada pembelajaran masih rendah, seperti pada saat siswa belajar kelompok.
Pelaksanaan pembelajaran di lapangan melalui belajar kelompok masih
jarang, jika ada dilaksanakan hasil yang di capai masih rendah. Pada
umumnya siswa cenderung pasif, hanya menerima apa yang di sampaikan
guru tanpa bisa mengeluarkan pendapat, bertanya, serta menjawab
pertanyaan. Jika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak berani menjawab.
Jika ada,itu hanya 4-5 orang siswa saja. Jika ada kendala siswa tidak berani
bertanya. Nilai yang di peroleh siswa masih di bawah standar ketuntasan
belajar, terutama mata pelajaran IPA, dimana standar yang di gunakan adalah
65. Namun masih terdapat 60 % dari siswa dalam pembelajaran IPA
mendapat nilai di bawah standar ketutasan minimal dikarenakan guru dalam
memberikan materi pelajaran masih didominasi oleh metode konvensional,
Berdasarkan permasalahan di atas maka upaya peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA di MI Robi’ah Al-Adawiyah Jakarta
merupakan masalah yang harus di tanggulangi. Salah satu model
pembelajaran diduga dapat mengatasi yaitu model pembelajaran kooperatif
tipe STAD.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Divisons) suatu model pembelajaran kreatif dan inovatif
merupakan salah satu solusi yang efektif, dalam pembelajaran kooperatif
memungkinkan siswa terlibat aktif dalam proses belajar sehingga memberi
dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi antar siswa.
Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa dapat
belajar lebih aktif mengeluarkan pendapatnya dan suasana yang kondusif
untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, keaktifan serta keterampilan

3

sosial seperti keterampilan bekerjasama yang bermanfaat bagi kehidupannya
di masyarakat. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievment Division) cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA
dimana proses pembelajaran ini biasanya banyak menuntut siswa untuk
melakukan pembelajaran eksperimen dan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini dituntut melakukan belajar dengan kelompok, ini dapat mendorong
siswa untuk mengaktualisasikan potensi dirinya secara optimal.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesungguhnya bukanlah
hal yang baru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para guru telah
menerapkannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok tugas,
kelompok diskusi, dan sebagainya. Namun model ini senantiasa mengalami
perkembangan. Strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebuah
pendekatan pendidikan yang tepat untuk membantu seluruh siswa mencapai
standar isi dan membangun keterampilan-keterampilan perseorangan yang
diinginkan untuk keberhasilan dalam segala bidang.
Pada pembelajaran model kooperatif tipe STAD siswa selalu diberi
motivasi untuk saling membantu dan membelajarkan teman sekelompoknya
dalam memahami materi pelajaran dan selain itu model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep IPA
yang sulit, serta menumbuhkan kemampuan kerjasama, berfikir kreatif, dan
mengembangkan sikap sosial siswa, model pembelajaran kooperatif tipe
STAD memiliki dampak yang positif terhadap siswa yang rendah belajarnya.
Dengan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam, penelitian ini
diberi judul“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Konsep Sumber
Daya Alam Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD”

4

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas
dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Guru IPA belum banyak yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD di MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo Gebang Cakung
Jakarta.
2. Pengaruh penggunaan adanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam meningkatkan hasil belajar IPA di MI Robi’ah AI-Adawiyah Pulo
Gebang Cakung Jakarta belum diketahui.
3. Pengaruh besarnya penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam meningkatkan hasil belajar IPA di MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo
Gebang Cakung Jakarta belum diketahui.
4. Metode yang digunakan guru masih bersifat konvensional.
5. Kolaborasi antara guru IPA dengan siswa MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo
Gebang Cakung Jakarta belum ada.
C. Pembatasan Fokus Penelitian
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian
maka pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian
untuk menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal
ini adalah:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu model
pembelajaran dimana menekankan siswa untuk bekerjasama tetapi
pengelompokannya berdasarkan tingkat prestasi yang berbeda, penilaian
dilakukan penilaian individu dan penilaian kelompok.
2. Konsep bahasan dalam pembelajaran IPA adalah sumber daya alam
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV MI Robi’ah Al-Adawiyah Pulo
Gebang Cakung Jakarta

5

D. Perumusan Masalah Penelitian
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimanakah proses
penerapan model pembelajar kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan
hasil belajar IPA pada konsep sumber daya alam?”
E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian
ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan model pembelajar
kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada konsep
bahasan sumber daya alam di Kelas IV MI Robi’ah Al- Adawiyah Pulo
Gebang Cakung Jakarta.
2. Manfaat Hasil Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat
disumbangkan bagi guru, siswa serta pihak yang berkepentingan, antara lain
sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Untuk melatih siswa agar lebih aktif, kreatif, percaya diri, dan mandiri
dalam belajar menyelesaikan masalah-masalah berkaitan dengan materi
pembelajaran sehingga dapat meningkatkan sikap positif pada siswa
untuk berfikir kritis, inovatif dan sistematis. Selain itu, merangsang otak
siswa menyusun kata-kata yang ilmiah dalam memberikan pendapatnya
dan melatih siswa untuk dapat menerima perbedaan-perbedaan pendapat
dalam menyelesaikan masalah dengan orang lain.
b. Bagi guru
Membantu atau mempermudah dalam proses pembelajaran dan tentunya
sebagai bahan masukan dalam menjalankan proses pembelajaran di
sekolah serta dijadikan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru
untuk tidak egois dalam penyampaian ilmupengetahuan. Agar guru lebih
memberikan

kesempatan

kepada

siswa

pendapatnya dalam proses pembelajaran.

untuk

mengemukakan

BAB II
KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL
INTERVENSI TINDAKAN

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti
1. Metode Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu
satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dari uraian
tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam
kelompok- kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif
sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dala belajar1.
Cooperatitive learning atau pembelajaran kooperatif adalah
salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis.
Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa
sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota
kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar
dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran2.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut
Lungdren (1994) sebagaimana dikutip Mohammad Jauhar adalah
sebagai berikut:
1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau
berenang bersama.”

1

Ijoni. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. (Yogyakarta: Alfabeta,
2011), Cet. 5, h. 15
2
Ibid, h. 11-12

6

7

2) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau
peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab
terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.
3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama.
4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara
para anggota kelompok.
5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif3.
Menurut

Thompson,

et

al.

(1995)

sebagaiman

dikutip

Mohammad Jauhar, bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah
unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun
dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal
ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja
dengan teman yang berbeda latar belakangnya4.
Menurut Slavin (1995) yang dikutip Mohamad Jauhar bahwa
pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi

3

Mohamad
Jauhar.
Implementasi
PAIKEM
Kontruktivistik.(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 52
4
Ibid, h. 53

dari

Behavioristik

sampai

8

pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan5.
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooepratif adalah; (a) setiap
anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di
antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya, (d) guru membantu
mengembangkan keterampilan- keterampilan interpersonal kelompok,
(e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan6.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995) yang dikutip
Ijoni,yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil.
1)

Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok
untukmemperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok
diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.

2)

Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua

anggota

kelompok.

Pertanggungjawaban

tersebut

menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara
individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes

5
6

Ibid, h. 53
Ijoni. Op.cit, h. 20

9

dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh
siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring
ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi
sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan
yang terbaik bagi kelompoknya7.
Pembelajaran kooperatif menggunakan system pengelompokkan
/ tim kecil, yitu antara empat sampai enam orang yang memnpunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang
berbeda (heterogen)8. Pada proses pembelajarannya siswa diberikan
kesempatan bekerja dalam kelompok kecil untuk mediskusikan dan
memecahkan masalah.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok
tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan
individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan
dari pembelajaran kooperatif menurut Slavin yang dikutip Mohammad
Jauhar adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
stidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh
Ibrahim dan dikutip Jauhar, yaitu:
1)

Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan
sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis

7

Ibid, h. 21-22
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses Pendidikan. (Jakarta:
Kencana Prenada Group, 2009), h. 240
8

10

penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma
yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif
dapat member keuntungan baik pada siswa kelompok bawah
maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugastugas akademik.
2)

Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan
secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran
kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugastugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.

3)

Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan

penting

ketiga

pembelajaran

kooperatif

adalah,

mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial, penting dimiliki
oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam
keterampilan sosial9.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi
saja, tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari
keterampilan-keterampilan

khusus

yang

disebut

keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan
hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
dengan membangun tugas anggota kelompok selama kegiatan.
9

Mohammad Jauhar. Op.cit, h. 54-55

11

2. Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Pengajaran adalah suatu proses kependidikan yang sebelumnya
direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta dirancang untuk
mempemudah belajar10. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah pembelajaran
kooperatif.

Pembelajaran

kooperatif

adalah

merupakan

model

pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokkan / tim kecil,
yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang
kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen)11.
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di
Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga
mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik
baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi teks. Siswa
dalam suatu kelas tertenti dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5
orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dai laki-laki dan
perempuan.12
Proses pembelajaran STAD melalui lima tahapan yang meliputi: 1)
tahap penyajian materi, 2) tahap kegiatan kelompok, 3) tahap tes
individual, 4) tahap penghitungan skor perkembangan indivisu, dan 5)
tahap pemberian penghargaan kelompok. Dalam proses belajar mengajar
guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang
dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi
interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa
10

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 34
11
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h. 240
12
Mohammad Jauhar.Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai Konstuktivistik.
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 58

12

mendapat motivasi yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif
dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan
mengerti konsep-konsep biologi secara benar.
Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam kegiatan pembelajaran
yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Pengajaran mata pelajaran IPA yang disajikan
dengan model pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan
pengalaman.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan ” belajar adalah
berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”13. Belajar merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan
pribadi dan perilaku individu. Istilah belajar sebenarnya telah lama dan
banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir semua orang
mengenal istilah belajar. Namun, apa sebenarnya belajar itu, rasanya
masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sejak
manusia ada, sebenarnya ia telah melaksanakan aktivitas belajar. Banyak
para ahli yang memberikan batasan belajar. Belajar mempunyai sejumlah
ciri yang dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan
belajar. Oleh karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar
dapat disebut dengan belajar.
Secara

kuantitatif,

belajar

berarti

kegiatan

pengisian

atau

pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang
dikuasai siswa.
Secara institusional, belajar dipandang sebagai proses “balidasi” atau
pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi -materi yang telah ia
pelajari. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar akan semakin baik
pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor.

13

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), Cet. 2, h. 17

13

Adapun pengertian belajar secara kualitatif ialah proses memperoleh
arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di
sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya
daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalahmasalah yang kini dan nanti dihadapi siswa14.
Sebagai landasan ada beberapa definisi belajar yang dikemukakan
para ahli sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam buku Psikologi
Pendidikan, diantaranya:
a.

Hilgard dan Brower dalam buku Theories of Learning (1975)
mengemukakan, “Belajar” berhubungan dengan perubahantingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, ata kadang-kadang
sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan seterusnya

b.

Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan
bahwa: “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan
isi

ingatan

mempengaruhi

siswa

sedemikian

rupa

sehingga

perbuatannya (performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia
mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
c.

Morgan,

dalam

buku

Introduction

to

Psychology

(1978)

mengemukakan: “Belajar adalah setiap perubahan yang relative
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.”
d.

Witherington, dalam buku Educational Psychology, mengatakan:
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pola reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian15.”

14

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 15, h. 90
15
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),h.
84

14

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal.
Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata,
proses itu terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar.
Menurut Good dan Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi
terutama adalah prosesnya yang terjadi secara internal di dalam diri
individu

dalam

usahanya

memperoleh

hubungan-hubungan

baru.

Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-perangsang,
antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor
penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah:
kematangan, penyesuaiandari/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian,
berpikir dan latihan16.
Berdasarkan uraian teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah
laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan, dan sikap berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari
informasi,

memecahkan

mengumpulkan

masalah,

pengetahuan-

mencermati

pengetahuan

lingkungan

melalui

untuk

pemahaman,

penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan
datang. Belajar berlangsung terus-menerus dan tidak boleh dipaksakan
tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
3. Hasil Belajar
Keberhasilan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran
dikatakan bila mana telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
yang ditentukan sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru
selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan
efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat
membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara
16

Ibid, h. 85

15

efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau
tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang
mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik17. Sedangkan menurut
Dimyati dan Mudjiono hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar
diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan, hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima
pengalaman belajarnya, baik segi kognitif, afektif maupun psikomotor.
Tercapainya hasil belajar dapat dilihat melalui tes, mengamati perilaku
siswa dan lain-lain.
Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima
perlakukan dari pengajar (guru).
Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
biologi di sekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes, ini nantinya dapat digunakan untuk menilai hasil proses belajar
mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan
mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu.
4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin,

17

Nana Sudiana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 3

16

tetapi yang sampai sekarang banyak dinela adalah Kemmis dan Mc
Taggart18.
Menurut Kunandar Penelitian tindakan kelas (classroom action
research), yaitu suatu rangkaian langkah yang terdiri atas empat tahap,
yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi19.
Kemmis mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah
bentuk inquiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai
situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan)20.
Jenis

penelitian

ini

dapat

dilakukan

didalam

bidang

pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran,
pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini
dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro
misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu
kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada
suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan
mengenai hakikat PTK.
Menurut Elliot dikutip Ekawarna bahwa yang dimaksud dengan
PTK ialah kajian dari sebuah situasi sosial kemungkinan tindakan
untukmemperbaiki kualitas situasi soeial tertentu21. Seluruh prosesnya,
telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh
menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari
perkembangan profesional.
Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis yang
dikutip Ekawarna, mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi
diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial

18

Ekawama. Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Gaung Persada, 2011), Cet. 2, h. 4
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Sutau Pendekatan Praktik. (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2006), h. 91
20
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi
Guru, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h. 42.
21
Ibid, h. 5
19

17

untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan
terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut22.
Berdasarkan

pendapat-pendapat

di

atas,

jelaslah

bahwa

dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk
mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri
sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan
cukup profesional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan
kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan,
pengetahuan

hubungan

sosial

maupun

aspek-aspek

lain

yang

bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.
Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan
sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas
kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut
diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang
disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga gurulah
yang tahu persis kekurangan- kekurangan dan kelebihannya. Apabila di
dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan
bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi
tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara
sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru
yang sekaligus sebagaipeneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa
kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya
untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang
diselenggarakan

22

Ibid, h. 5

oleh

guru/pengajar-peneliti

itu

sendiri,

yang

18

dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di
kelas.
b. Model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan
di dalam dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2)
Model Kemmis dan Mc Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model
Dave Ebbutt.
1) Model Kurt Lewin; di depan sudah disebutnya bahwa PTK pertama
kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. konsep inti
PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu
siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1) Perencanaan (
planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi
(observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990). Sementara
itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt
Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi : (1)
Perencanaan (planning), (2) Pelaksanaan (implementing), dan (3)
Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
Hubungan keempat komponen tersebut dipandang sebagai
siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut:

2) Model John Elliot, apabaila dibandingkan dua model yang sudah
diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-Mc
Tanggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci.
Dikatakan

demikian,

oleh

karena

di

dalam

setiap

siklus

dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi

19

(tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari
beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajarmengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John
Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraftaraf di dalam pelaksanan aksi atau proses belajar-mengajar.
Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi
atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu
pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi
pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok
bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah,
tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang
menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda
secara skematis dengan kedua model sebelumnya, yaitu seperti
dikemukakan berikut ini.

Gambar 2.2: Riset Aksi Model John Elliot
3)

Design PTK Model Kemmis & McTaggart
Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari
konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana
yang diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan)
dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.
Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa antara implementasi acting dan observing
merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua

20

kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu
berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga harus
dilaksanakan. Untuk lebih tepatnya, berikut ini dikemukakan bentuk
designnya.

Gambar 2.3 Model PTK Kemmis & McTaggart
Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis &
McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau
untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen,
yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat
komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu
siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah
suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan,
pengamatan dan refleksi.
Pada gambar di atas, tmapak bahwa didalamnya terdiri dari
dua perangkat komponen yang dapat dikatakan sebagai dua siklus.
Untuk pelaksanaan sesungguhnya, jumlah siklus sangat bergantung
kepada permasalahan yang perlu diselesaikan. Apabila permasalahan
terkait dengan mata pelajaran tidak hanya terdiri dari dua siklus.

c. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK
memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan
dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik,

21

eksperimen survei,analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan
jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis
penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai
penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan
pendekatan kualitatif, tanpa ada perhitungan statistik. Dikatakan
sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan
perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya
evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau
dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara
lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam
instruksional; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3)
penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4)
bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek
instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan
beberapa siklus
Menurut Richart Winter dikutip oleh Ekawarna bahwa ada enam
karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3)
kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan
praktek (Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan
secara singkat karakteristik PTK tersebut.
1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada
umumnya, dan khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap
hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja,
di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya
evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya kritik
sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahanperubahan.
2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan
penelitian bersedia melakukan kritik terhadap fenomena yang
ditelitinya.

Selanjutnya

peneliti

akan

bersedia

melakukan

pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh

22

yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara jelas,
dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang
jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami
perubahan meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut
bersifat stabil.
3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama
dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega,
mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat
dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh
karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan
bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya.
Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat

Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV di MI Alwasliyah Jakarta Timur

0 9 147

Upaya meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan kontekstual pada konsep sumber daya alam di MI Terpadu Raudlatul Ulum Bedahan

0 3 140

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw pada pelajaran IPS kelas IV dalam materi sumber daya alam di MI Annuriyah Depok

0 21 128

Pengaruh penerapan model pembelajaran Student Teams Achivement Division (STAD) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV Di Madrasah Ibtidaiyah Al Wasliyah Jakarta Timur

0 18 147

Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

0 5 152

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STAY DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 35

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 0 33