Peningkatan hasil belajar PKN siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)

(1)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

)

Oleh

MUHIBAH NIM.1811018300002

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA


(2)

(3)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

(

STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : MUHIBAH NIM.1811018300002

Pembimbing :

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

JAKARTA


(4)

(5)

i

kelas IV MI Attaqwa Kaliabang Tengah Bekasi Utara Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Tipe STAD (Student Teams achievement Divisions) Program Studi PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar pengaruh tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV MI ATTAQWA dan untuk mengetahui alasan mengapa tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajran PKn.

Adapun permasalahan, apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada pelajaran PKn siswa kelas IV MI ATTAQWA meningkatkan hasil belajar secara signifikan, dan mengapa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran PKn.

Metode yang digunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), PTK bentuk penelitian yang bertujuan mengatasi persoalan yang dihadapi oleh guru dan berusaha memperbaiki serta meningkatkan mutu hasil pembelajaran di kelas,dengan demikian, setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dari siklus I sampai siklus III dapat disimpulkan bahwa STAD meningkatkan hasil belajar PKn di kelas IV MI ATTAQWA secara signifikan. Pembelajaran tipe STAD menjadikan suasana belajar lebih kondusif, siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri, serta dapat menumbuhkan tanggungjawab, sikap membangun kerjasama dengan semua teman sehingga dapat memotivasi semangat belajar siswa.

Siswa juga bebas berpendapat dan tanpa ragu untuk mengungkapkan.Pengaruh pembelajaran tipe STAD terhadap hasil belajar PKn dikelas IV MI AT-TAQWA yaitu dari sebelum menggunakan tipe STAD nilai rata-rata hanya 40,52.

Setelah dilakukan tindakan dengan tipe STAD mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 70,33.Pembelajaran tipe STAD menjadikan suasana belajar lebih kondusif, siswa lebih aktif, kreatif dan mandiri, serta dapat menumbuhkan tanggungjawab, sikap membangun kerjasama dengan semua teman sehingga dapat memotivasi semangat belajar siswa.


(6)

ii

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan salah satu peryaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pendidikan ( S.Pd ) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan baik. Mudah-mudahan ilmu yang penulis peroleh menjadi ilmu yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain serta mendapatkan keberkahan dan dapat mengamalkannya. Amin

Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda nabi besar yaitu Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita semua mendapat syafa’at di hari kemudian nanti.

Penulis sadar betul bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini, tetapi penulis telah berusaha maksimal untuk mencapai segala kesempurnaan itu. Akhirnya dengan segala keterbatasan yang ada penulis dapat menyelesaikan skripsi walaupun banyak sekali hambatan-hambatanya. Tetapi dengan do’a dan semangat yang ada, Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan moril dari berbagai pihak, baik lingkungan keluarga, teman-teman guru, kepala sekolah MI Attaqwa Kaliabang Tengah, Universitas, Fakultas dan program studi. Oleh karena itu paling pertama penulis sampaikan dengan sepenuh hati mengucapkan ribuan terimakasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan motivasi baik moril maupun materil dalam mendidik demi kemajuan dan keberhasilan anak-anaknya, penulis tidak dapat membalas kebaikannya dan hanya bisa berdoa semoga kebaikan beliau dibalas oleh dengan ganjaran pahala yang berlipat ganda.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :


(7)

iii

2. Dr. Fauzan, MA.,Ketua Program StudiPendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam NegeriSyarifHidayatullah Jakarta.

3. Didin Syafruddin, MA, Ph.D.,Pembimbing Skripsi yang disela-selakesibukannya masih bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kepala Madrasah dan dewan Guru Madrasah Ibtidaiyah MI Attaqwa Kaliabang Tengah yang telah membantu dan memotivasi dalam penulisan skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Dual Mode System Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Keluarga yang mendukung hingga selesainya penulisan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-per satu yang turut membantu demi selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun dan bermanfaat sangat penulis harapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat menjadi masukan bagi pengelola MI Attaqwa Kaliabang Tengah selain bermanfaat bagi pembacaumumnya dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis.

Jakarta, Nopember 2014


(8)

iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

B A B I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. ManfaatPenelitian ... 5

B A B II : KAJIAN TEORI A.Pendidikan Kewarganegaraan... 6

a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 6

b. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn. ... 7

c. Karakteristik Pembelajaran PKn ... 9

d. Tujuan Mata Pelajaran PKn ... 10

e. Fungsi PKn ... 11

f. Visi dan Misi Mata Pelajaran PKn ... 12

B.Prestasi Belajar ... 13

a. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .... 16

b. Pengukuran Hasil Belajar ... 20

C.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 23


(9)

v

c. Keuntungandan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD ... 31

D.Penelitian Yang Relevan ... 32

E. Kerangka Berfikir ... 34

F. Hipotesis Tindakan ... 35

B A B III : METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian ... 36

C. Subjek Penelitian. ... 39

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 39

E. Tahapan Intervensi Tindakaan ... 40

F. Data dan Sumber Data ... 45

G. Istrumen Pengumpulan Data ... 45

H. TeknikPengumpulan Data ... 45

I. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 47

B A B IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal ... 48

1. Observasi Awal ... 48

2. Pelaksanaan Siklus I ... 49

3. Pelaksanaan Siklus II ... 59

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 67

B A B V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 69

B. Saran – Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mempunyai nilai yang strategis dan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul, handal dan bermoral semenjak dini (usia dini). Hal yang menjadi hambatan selama ini dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah disebabkan kurang dikemasnya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Sering kali penyampaian materi pelajaran PKn dilakukan dalam bentuk ceramah. Sehingga proses pembelajaran PKn cenderung membosakan dan kurnag menarik minat para siswa yang pada akhirnya prestasi belajar yang diperoleh siswa kurang memuaskan.

Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pada pembelajaran PKn setiap jenjang pendidikan, kita harus melakukan pembatasan sesuai dengan kemampuan siswa pada tingkat masing-masing. Sebagaimana Kosasih menyatakan bahwa radius ruang lingkup pengajaran PKn di Madrasah Ibtidaiyah dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau geografi dan sejarah.1 Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup murid MI tersebut. Menyimak dari pernyataan di atas bahwa ruang lingkup yang dipelajari PKn adalah manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu segala gejala dan masalah serta peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat dijadikan sumber dan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran PKn yang tidak bersumber kepada masyarakat, tidak mungkin akan mencapai sasaran dan tujuan pelajaran PKn. Oleh karena itu Kosasih selanjutnya mengatakan

1

Kosasih Djahiri, Konsep Nilai Dalam Pendidikan PKn, Bandung : Ikip Bandung, 1989, h. 125.


(11)

bahwa: “Pengajaran PKn yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada

kenyataan”.

Dalam pelaksanaan pendidikan, guru merupakan komponen yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombak. Oleh karena itulah upaya peningkatan kualitas pendidikan dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu kemampuan yang harus dimilki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai, karena kita yakin tidak semua tujuan bisa dicapai oleh satu strategi tertentu saja.2

Dengan demikian apabila guru telah melaksakan profesinya sebagai guru secara profesional serta banyak menguasai strategi pembelajaran, maka tujuan pembelajaran yang diharapkan akan tercapai secara optimal.

Begitu besarnya peran dan tanggung jawab seorang guru, maka selayaknyalah profesi seorang guru dilakukan secara profesional. Pada dasarnya, guru yang profesional adalah yang dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional. Hal ini dikarenakan guru tidak hanya bertugas untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya. Tetapi guru juga berperan sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator).3

Selain itu, didalam UU No 14 Tahun 2005 di dalam Bab 1 Pasal 1

Ayat 1 dijelaskan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.4

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), Cet. 1 h. 4

3

Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2007), h.14

4

Martinis Yamin, Profesionalisai Guru dan Implementasi KTSP (Jakarta: Gunung Persada Press, 2011), Cet. 5 h. 194


(12)

Dalam upaya peningkatan pendidikan, maka standar proses Pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Bagaimanapun idealnya standar isi dan standar lulusan serta standar-standar lainnya, tanpa didukung oleh standar proses yang baik dan memadai, maka standar tersebut tidak memilki nilai apa-apa. Oleh karena itu, standar proses pendidikan merupakan hal yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Salah satu tantangan mendasar dalam pengajaran PKn saat ini adalah bagaimana mecari strategi pembelajaran yang inovatif yang memungkinkan meningkatnya mutu proses pembelajaran. Perkembangan dan kemajuan IPTEK membuka kemungkinan siswa tidak hanya belajar di dalam kelas akan tetapi peserta didik dapat belajar di luar kelas. Dengan belajar di luar kelas peserta didik akan lebih leluasa menemukan ide-ide yang diperoleh dari informasi berbagai sumber, melatih siswa utuk memecahkan suatu masalah yang ada di masyarakat. Maka dengan demikian siswa bisa secara kritis dan kreatif serta dapat melakukan aktivitas dalam belajar.

Dalam rangka meningkatkan kaualitas pendidikan diperlukan strategis pembelajarn yang diharapkan mampu memperbaiki proses pembelajaran yang telah berlangsung. salah satu tolok ukur keberhasilan guru dalah bila dalam pembelajaran mencapai hasil yang optimal. Prestasi belajar mata pelajaran PKn di kelas IV MI Attaqwa Kaliabang Tengah Bekasi Utara Kota Bekasi menunjukkan nilai yang kurang memuaskan. jika dilihat dari hasil ulangan harian, sebagain besar masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu sebesar 65. dari 27 siswa, hanya 65.92 % (17 siswa) yang sudah memenuhi KKM, sedangkan 35,08 % (10 siswa belum memenuhi KKM).

Berdasarkan pernyataan di atas, dianggap perlu memperkenalkan, memahami, mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran dengan Pemanfaatan Model Kooperatif Tipe STAD PKn MI dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk

melakukan penelitian dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar PKn Siswa kelas IV MI Attaqwa Bekasi Utara Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)”.


(13)

B. Identifikasi Masalah

1. Pengajaran yang dilakukan selama dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagian besar masih dominan dengan menggunakan metode ceramah.

2. Pemberian materi yang pengajaran yang tidak runtut yang disebabkan guru kurang menguasai materi yang diajarkan, dan selama dalam proses pembelajaran media yang digunakan hanya papan tulis.

3. Guru hanya menggunakan Model Pembelajaran yang bersifat berfokus pada penguasaan materi tanpa menghiraukan kontribusi yang didapat oleh siswa setelah KBM selesai pada mata pelajaran PKn.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) pada pelajaran PKn siswa kelas IV MI Attaqwa dapat meningkatkan hasil belajar secara signifikan?

2. Mengapa model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran PKn?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mendalami ada tidaknya pengaruh penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams achievement Divisions) dalam meningkatkan hasil belajar PKn.

2. Menganalisis faktor - faktor yang meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas IV MI Attaqwa dengan penerapan model Pembelajaran Kooperatif.


(14)

E. Manfaat Perbaikan

1. Bagi Peneliti

a) Sebagai syarat menyelesaikan studi pada Program S.1 Non PGMI. b) Mendapat temuan atau gambaran tentang pemanfaatan Model

Kooperatif Tipe STAD dalam pembelajaran PKn.

2. Bagi guru

a) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat dijadikan sebagai salah satu model yang dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran.

b) Memberikan masukan bagi guru bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) dapat membantu meningkatkan hasil belajar PKn.

3. Bagi siswa

a) Dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran PKn.

b) Dapat menciptakan daya nalar siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan aktif.


(15)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berubah menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dan dalam

Kurikulum 2004 disebut sebagai mata pelajaran

Kewarganegaraan (Citizenship). Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultur, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Fungsinya adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara yang cerdas, terampil, berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.5

Pendidikan Kewarganegaraan adalah wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa baik sebagai individu, masyarakat, warganegara dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku-perilaku tersebut adalah seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-Undang tentang Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) yaitu perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, perlaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam

5

Depdiknas.. Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran. Buku IV. (Jakarta: Dikmenum Depdiknas, 2007). H. 7


(16)

kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan., perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat atau kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat, serta perilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan juga dimaksudkan sebagai usaha untuk membekali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara sesama warga negara maupun antar warga negara dengan negara. Serta pendidikan bela negara agar menjadi warga nagara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

PKn merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan terpaan moral yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala sosial, khususnya yang berkaitan dengan moral serta perilaku manusia. Pendidikan Kewarganegaraan termasuk pelajaran bidang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari teori-teori serta perihal sosial yang ada di sekitar lingkungan masyarakat kita.

Oleh karena itu dalam pembelajaran PKn perlu diberikan pengarahan, mereka harus terbiasa untuk mendengar ataupun menerapkan serta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan ilmu PKn, salah satu keberhasilan pembelajaran adalah jika siswa yang diajar merasa senang dan memerlukan materi ajar. Selain itu juga dengan diterapkannya pemberian tugas dengan bentuk portofolio akan dapat memberikan diskripsi baru mengenai pembelajaran PKn, dan hal tersebut juga sebagai penunjang agar siswa tidak merasa kebosanan dalam mengikuti pembelajaran portofolio.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran PKn

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain adalah sebagai berikut.

1) Guru. Seorang guru yang profesional dituntut untuk mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, Guru merupakan pribadi yang


(17)

berkaitan erat dengan tindakannya di dalam kelas, cara berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah dan masyarakat umumnya. Membicarakan masalah guru yang baik, mengemukakan sepuluh kriteria yang baik adalah: 1) memahami dan menghormati siswa, 2) menguasai bahan pelajaran yang diberikan, 3) menyesuaikan metode pengajaran dengan bahan pelajaran, 4) menyesuaikan bahan pengajaran dengan kesanggupan individu, 5) mengaktifkan siswa dalam belajar, 6) memberikan pengetahuan sehingga terhindar dari sikap verbalisme, 7) menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan siswa, 8) mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya, 9) tidak terikat oleh teks book, dan 10) tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa melainkan senantiasa membentuk pribadi anak.

2)Siswa. Jika ditinjau dari siswa, maka banyak faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian, lebih-lebih hubungannya dengan belajar PKn. PKn bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran yang kurang disenangi karena kurangnya antusias siswa terhadap pelajaran ini. Karena itu dalam interaksi belajar mengajar PKn seorang guru harus memperhatikan faktor-faktor yang menyangkut siswa

3)Sarana dan Prasarana. Pembelajaran akan dapat berlangsung lebih baik jika sarana dan prasarananya menunjang. Sarana yang cukup lengkap seperti perpustakaan dengan buku-buku PKn yang relevan.

4)Strategi Pembelajaran. Strategi pembelajaran PKn adalah strategi pembelajaran yang aktif, Pembelajaran aktif ditandai oleh dua faktor yaitu 1) Adanya interaksi antara seluruh komponen dalam proses pembelajaran terutama antara guru dan siswa, dan 2) Berfungsi secara optimal seluruh sencesiswa yang meliputi indera, emosi, karsa, dan nalar. Dalam pembelajaran siswa aktif, metode-metode yang dianjurkan antara lain metode tanya jawab, drill, diskusi, eksperimen, pemberian tugas, dan lain-lain. Pemilihan metode yang diterapkan tentu saja


(18)

disesuaikan dengan mata pelajaran, tujuan pembelajaran, maupun sarana yang tersedia.

c. Karakteristik Pembelajaran PKn

Pada materi konsep dasar pendidikan kewarganegaraan telah dikemukakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran dengan keunikan tersendiri. PKn dimaknai sebagai pendidikan nilai dan pendidikan politik demokrasi. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa dalam hal perancangan pembelajaran PKn perlu memperhatikan karakteristik pembelajaran PKn itu sendiri. Dalam standar isi 2006 dijelaskan bahwa PKn persekolahan atau mata pelajaran PKn adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. PKn dalam kurikulum perguruan tinggi juga tidak lepas dari nilai-nilai bangsa yang dijadikan arah pengembangan PKn sebagai mata kuliah. Kompetensi dasar mata kuliah PKn di PT adalah menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban; menjadi warga negara yang memiliki daya saing; berdisiplindan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (S-K Dirjen Dikti No 43/Dikti/2006).

Dalam hal tujuan, PKn persekolahan memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi


(19)

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

b) Menyimak hal-hal di atas, dapat dinyatakan bahwa PKn mengemban misi sebagai pendidikan nilai dalam hal ini adalah nilai-nilai filosofis dan nilai konstitusional UUD 1945. Di sisi lain adalah pendidikan politik demokrasi dalam rangka membentuk warganegara yang kritis, partisipatif dan bertanggung jawab bagi kelangsungan negara bangsa.

Dalam naskah Kurikulum 2006 dinyatakan bahwa Pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia. Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: (1) kooperatif, (2) penemuan (discovery), (3) inkuiri (inquiry) (4) interaktif, (5) eksploratif, (6) berpikir kritis, dan (7) pemecahan masalah (problem solving). Metode-metode ini merupakan kharakteristik dalam pembelajaran PKn.

d. Tujuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

a) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

c) Berkembang secara positif, dinamis, dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia, agar hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain


(20)

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam persatuan atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

Mata pelajaran PKn terdiri dari dimensi pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang politik, hukum, dan moral. Dimensi ketrampilan Kewarganegaraan (civics skill) meliputi ketrampilan, partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimensi nilai-nilai Kewarganegaraan (civics values) mencakup antara lain percaya diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan moral luhur, nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan berbicara, kebebasan pers, kebebasan berserikat dan berkumpul dan perlindungan terhadap minoritas. Mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan bidang kajian Interdisipliner artinya materi keilmuan Kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu antara lain ilmu politik, ilmu negara, ilmu tata negara, hukum sejarah, ekonomi, moral, dan filsafat.6

e. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai fungsi yang sempurna terhadap perkembangan anak didik. Hal ini diungkapkan dalam Buku Panduan Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan kuikulum 1994 adalah sebagai berikut.

a) Mengembangkan dan melestarikan nilai moral Pancasila secara dinamis dan terbuka, yaitu nilai moral Pancasila yang dikembangkan itu mampu menjawab tantangan yang terjadi didalam masayarakat, tanpa kehilangan jati diri sebagai Bangsa Indonesia yang merdeka bersatu dan berdaulat.

b) Mengembangkan dan membina siswa menuju terwujudnya manusia seutuhnya yang sadar politik, hukum dan konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia, berlandaskan Pancasila.

6

Depdiknas.. Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran. Buku IV. (Jakarta: Dikmenum Depdiknas, 2007). h. 7


(21)

c) Membina pemahaman dan kesadaran siswa terhadap hubungan antara sesama warga negara dan pendidikan pendahuluan bela negara agar mengetahui dan mampu melaksanakan dengan baik hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

f. Visi dan Misi Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu membentuk warga negara yang baik, maka selain mencakup dimensi pengetahuan, karakteristik mata pelajaran Kewarganegaraan ditandai dengan memberi penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan civics. Jadi, pertama-tama seorang warga negara perlu memahami dan menguasai pengetahuan yang lengkap tentang konsep dan prinsip-prinsip politik, hukum, dan moral civics. Setelah menguasai pengetahuan, selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki sikap dan karakter sebagai warga negara yang baik serta memiliki keterampilan Kewarganegaraan dalam bentuk keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, keterampilan menentukan posisi diri, serta kecakapan hidup (life skills).

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek antara lain adalah sebagai berikut:

a) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan

b) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.


(22)

c) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

d) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara.

e) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi.

f) Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

g) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.

h) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

B. Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu “prestasi” dan “belajar”. Prestasi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia “hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau yang sudah dikerjakan”.7

Sedangkan dalam sumber yang lain diterjemahkan sebagai berikut, “hasil yang tinggi yang telah

dicapai seseorang”.

7

Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1988) h. 125.


(23)

Pengertian prestasi dalam Kamus Bahasa Indonesia Populer, yaitu hasil yang telah dicapai.8 Dapat dikatakan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh perbuatan yang telah dilakukan dua definisi di atas dapatlah diambil suatu pengertian tentang kata prestasi yaitu hasil dari suatu usaha. Dalam dunia pendidikan hasil tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol baik angka maupun huruf untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas belajar siswa.

Untuk mendapatkan pengertian belajar perlu beberapa definisi. Menurut Slamet, Belajar adalah usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dengan hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9

Sedangkan definisi menurut Lester D. Crow dan Alice Crow menyebutkan bahwa belajar adalah perubahan individu dalam pengetahuan, kebiasaan dan sikap.

Nana Sujana mengemukakan pendapatnya tentang belajar, menurutnya belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan dimana perubahan tersebut diajukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan dan kemampuan daya kreasi, daya penerimaan dan lain-lain yang ada pada individu.10

Menrurut Morgan, dalam buku Introduction to Psychology,

mengemukakan “Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang

menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.

Sedangkan menurut Gagne, dalam buku The Conditiones of Learning

mengatakan bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu-kewaktu sebelum ia mengalami situasi tadi.

8

Muhammad Ali, Kamus Bahasa IndonesiaModern ( Jakarta: Pustaka Insan), h. 323

9

Slameto, Belajar dan Faktor – faktor yang Mempengaruhi (Jakarta: Bina Aksara, 1998), h. 56

10

Nana Sudjana, Dasar – dasar Belajar Mengajar ( Bandung : Sinar Baru al Gasindo, 2003). H. 28


(24)

Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu :

a) Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. b) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau

pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri bayi.

c) Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relative mantap, harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang diebabkan oleh motivasi, kelelahan adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasanya berlangsung sementara. d) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut

berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan di dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.11

e) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar itu terjadi melalui usaha-usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. Jadi perubahan perilaku akibat kematangan atau pertumbuhan fisik itu bukan hasil belajar.

f) Belajar itu dalam prakteknya dapat dilakukan disekolah atau diluar sekolah. Belajar di sekolah senantiasa diarahkan oleh guru kepada perubahan perilaku yang baik atau positif, sedangkan belajar diluar

11


(25)

sekolah yang dilakukan sendiri oleh individu dapat menghasilkan perubahan-perubahan perilaku yang positif atau negatif.

Banyak sekali bentuk-bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusia yang bergantung pada belajar, sehingga kualitas peradaban manusia juga terpelang pada apa dan bagaimana ia belajar. E.I Thondike meramalkan,

“Jika kemampuan belajar umat manusia dikurangi setengah saja maka peradaban itu sendiri akan lenyap ditekan zaman”.12

Menurut Poerwadarminta, “Prestasi belajar adalah hasil yang telah

dicapai individu merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang

mempengaruhi baik dari dalam diri (internal) maupun dari luar (eksternal)”.13 Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kekuasaan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah.

Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses balajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara berikut :

a. Penilaian Formatif. Penilaian formatif adalah penilaian tentang prestasi siswa yang dilakukan guru berdasarkan rencana pelajaran yang telah dianjurkan dan yang telah dikerjakan siswa yang bersangkutan.

b. Penilaian Sumatif. Penilaian sumatif adalah penilaian yang digunakan guru secara berkala untuk mengetahui tingkat prestasi siswa.

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar dilakukan oleh setiap siswa, karena melalui belajar mereka memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Dengan

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet. VII, h. 95

13

A. Tabrani Rusyan, Pendekatan Dalam Proses Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), h.81


(26)

demikian belajar berhubungan dengan perubahan dalam diri individu sebagai hasil pengalamannya dilingkungannya.

Secara global, faktor - faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam :

1). Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek, yakni :

a) Aspek Jasmani. Kondisi umum jasmani dan tonus (tenaga otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan sendi-sandinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi seorang maka semakin tinggi kamampuan intelegensi seseorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

b) Sikap Siswa. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relative tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari; terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti kondisi kelas, teman -temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.

c) Bakat Siswa. Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas atau cerdas luar biasa biasa disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. Dalam perkembangan


(27)

selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang berbakat dalam bidang elektro, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa yang lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus yang konon tak dapat dipelajari karena merupakan karunia inborn (bawaan sejak lahir).

d) Minat Siswa. Secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu minat dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa dalam bidang - bidang studi tertentu.

2). Faktor eksternal siswa adalah faktor dari luar diri siswa yang terdiri dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : faktor lingkungan alam atau non social dan faktor lingkungan sosial.

a). Faktor Lingkungan non sosial. Yang termasuk factor lingkungan non sosial atau alami ini ialah seperti keadaan, suhu, kelembaban udara, waktu gedung sekolah dan sebagainya. Factor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

b). Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya

Selain prestasi belajar terdapat kata hasil belajar, menurut Soejadi, hakikat hasil belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.14 Prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor

14


(28)

lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berfikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses berfikir ini ada enam jenjang, mulai dari yang terendah sampai dengan jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. (2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui penjelasan dari kata- katanya sendiri. (3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip- prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkret. (4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut. (5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian- bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola yang baru dan terstruktur. (6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.

Pada pendidikan formal, semua bidang studi dan bidang pendidikan harus memanfaatkan dasar mental yang ada pada tiap anak untuk meningatkan kemampuan mentalnya kearah kematangan dan kedewasaan dalam arti seluas- luasnya. Oleh karena itu penyelenggara pendidikan dan pengajaran harus dilaksakan secara teratur, terarah, dan terencana sesuai dengan pengembangan


(29)

dasar dan kemampuan mental anak, agar tujuan pendidikan dan pengajaran tercapai secara maksimal.15

Dalam kegiatan belajar mengajar setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat membawa hasil atau berhasil guna, dan kegiatan pembelajaran secara efisien dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat berdaya guna atau tepat guna baik di lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

b. Pengukuran Hasil Belajar

Penilaian atau asesmen adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja seseorang. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi. Informasi tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data pengukuran dan non pengukuran. Informasi disajikan dalam bentuk profil siswa untuk menetapkan apakah siswa dinyatakan sudah atau belum menguasai kompetensi yang ditargetkan.

Pengukuran dan non pengukuran adalah proses untuk memperoleh deskripsi tentang karakteristik seseorang dengan aturan tertentu. Hasil pengukuran berupa data numerik atau kuantitatif, sedangkan hasil non pengukuran berupa data kualitatif. Contoh pengukuran adalah memberikan ulangan atau tugas, sedangkan contoh non pengukuran adalah pengamatan terhadap aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran. Usaha meningkatkan kinerja harus berdasarkan pada kondisi saat ini yang diperoleh melalui kegiatan penilaian. Data untuk keperluan penilaian diperoleh dengan menggunakan alat ukur. Alat ukur yang banyak digunakan dalam melakukan penilaian bermacam - macam, salah satu di antaranya tes. Agar diperoleh informasi yang akurat, tes yang digunakan harus memiliki bukti – bukti

15

Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Bandung Remaja Rusda Karya, 2001). h. 2


(30)

tentang kesahihan dan keandalan. Oleh karena itu, untuk memperoleh data pengukuran yang tepat harus menggunakan alat ukur yang sahih dan andal.

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa tes dan/atau nontes. Tes adalah alat ukur, berupa satu set pertanyaan, untuk mengukur sampel tingkah laku, dan jawaban yang diberikan dapat dikategorikan menjadi benar dan salah. Nontes juga merupakan alat ukur untuk mengukur sampel tingkah laku, tetapi jawaban yang diberikan tidak dapat dikategorikan benar dan salah, misalnya kategori positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, atau suka dan tidak suka. Setidaknya terdapat tujuh standar bagi guru agar dapat melakukan penilaian dengan benar untuk mengambil keputusan pembelajaran, yakni guru harus terampil dalam: (1) memilih metode penilaian, (2) mengembangkan metode penilaian, (3) mengadministrasikan, mencetak, dan menafsirkan hasil penilaian, (4) menggunakan hasil penilaian ketika membuat keputusan pada masing - masing siswa, perencanaan pengajaran, pengembangan kurikulum, dan perbaikan sekolah, (5) mengembangkan prosedur penilaian siswa yang tepat, (6) mengkomunikasikan hasil penilaian kepada siswa, orang tua, pendidik lainnya, serta masyarakat, dan (7) mengenali metode penilaian yang melanggar etika, ilegal, dan tidak layak yang akan digunakan sebagai informasi penilaian. Permasalahannya adalah kompetensi guru SMK di Malang Raya dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa termasuk berkategori rendah.

Di sisi lain, penilaian pada dasarnya digunakan untuk mengukur kompetensi yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, instrumen yang menyertai seharusnya dapat mengukur kompetensi tersebut.

a) Definisi konstruk tentang kompetensi;

b) Mengembangkan kisi - kisi instrumen yang berisi kompetensi, subkompetensi, indikator, strategi asesmen;

c) Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu kisi - kisi;


(31)

d) Para pakar dan praktisi melakukan reviu yang terkait dengan validitas isi kisi - kisi;

e) Menyusun kisi - kisi baru berdasarkan masukan para pakar dan praktisi; Mengembangkan butir soal berdasarkan kisi - kisi yang telah disusun baik yang objektif maupun uraian termasuk menyusun pedoman penyekoran; f) Menentukan dan mengundang para pakar dan praktisi yang akan mereviu

butir soal dan pedoman penskoran;

g) Para pakar dan praktisi melakukan reviu butir soal dan pedoman penskoran;

h) Memperbaiki butir soal dan pedoman penskoran berdasarkan masukan para pakar dan praktisi; Dan

i) Melakukan uji coba.

Untuk mengukur kompetensi itu, prosedur penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan jenis penilaian: tes dan/atau non tes untuk tiap - tiap kompetensi;

2) Menyusun secara empiris sehingga dapat dianalisis kualitas butir soal yang ditunjukkan oleh validitas butir, reliabilitas instrumen yang ditujukan oleh koefisien reliabilitas, dan kualitas opsi (pilihan) yang ditunjukkan oleh proporsi responden (endorsing) setiap pilihan; dan

3) melakukan revisi soal dan pedoman penskoran, baik yang berkaitan dengan konstruksi materi, bahasa, maupun pilihan jawaban yang tidak tidak ada pemilihannya diganti dengan jawaban lain yang setara.

4) Pengukuran hasil belajar PKn di MI ATTAQWA dengan menggunakan soal pilihan ganda (Objektif tes).


(32)

C.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dewasa ini model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang popular, beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep pelajaran.16

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar yang menempatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen baik tingkat kemampuan latar belakang social ekonomi maupun suku yang berbeda dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan dalam hal ini setiap anggota kelompok akan bekerja sama dalam menyelesaikan setiap masalah yang diberikan guru dan kerjasama belum berakhir jika salah satu anggota kelompok belum menguasai bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut.

Pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan pada semua tingkat kelas dan meliputi bidang studi bahasa, geografi, ilmu social, sains, matematika, bahasa inggris sebagai bahasa kedua, membaca dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di sekolah-sekolah kota, pinggiran dan pedesaan di Amerika Serikat, Israel, Nigeria, dan Jerman. Dari laporan tersebut, 37 diantaranya menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok control. Delapan studi menunjukkan tidak ada perbedaan, dan tidak satupun studi menunjukkan bahwa memberikan pengaruh negative.

Dari laporan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada tataran kenyataan pembelajaran kooperatif sangat baik sekali meningkatkan prestasi anak didik, sebab anak didik akan lebih kompetitif, dan salah satu alasan pembelajaran kooperatif adalah bahwa manusia mempunyai perbedaan yang merupakan suatu kekuatanuntuk saling melengkapi.

1. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif

a) Saling ketergantungan negative, hal ini dimaksud antar siswa saling membutuhkan sehingga menuntut adanya interaksi promotif yang

16

Budiyono, Budi Usodo &Yemi Kuswardi.Model,Media dan Evaluasi Pembelajaran Matematika. (Surakarta:UNS, 2012). h. 18


(33)

mungkin siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal.

b) Interaksi tatap muka, siswa melakukan dialog bukan hanya dengan guru melainkan dengan sesama siswa. Siswa bisa menjadi sumber belajar bagi temannya yang lain sehingga hasil belajar lebih variatif.

c) Akuntabilitas individual. Penilaian bertujuan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual sehingga diketahui anggota mana yang membutuhkan pertolongan.

d) Ketrampilan menjalin hubungan antar pribadi. Siswa diarahkan agar mampu bersosialisasi dengan sesamanya sehingga siswa mempunyai sifat rasa hormat, dan perbedaan bukanlah kendala.

2. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif

a) Merumuskan tujuan pembelajaran

b) Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar c) Menentukan tempat duduk

d) Merancang bahan/meningkatkan saling ketergantungan positif e) Menentukan peran siswa/menunjang saling ketergantungan positif f) Menjelaskan tugas akademik

g) Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerjasama

h) Menyusun akuntabilitas individual i) Menyusun kerjasama kelompok

j) Menjelaskan prilaku siswa yang diharapkan k) Memantau prilaku siswa

l) Memberikan bantuan kepada siswa dalam menyelesaikan tugas m) Melakukan intervensi/ mengajarkan ketrampilan bekerjasama n) Menutup pelajaran

o) Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa p) Menilai kualitas kerjasama antar anggota kelompok

q) Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)


(34)

Diantara metode pembelajaran secara kooperatif adalah tipe STAD. Tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas Joha Hopkins adalah metode kooperatif yang paling sederhana. Inti dari tipe STAD (Student Teams Achievent Devisions) ini adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang yang heterogen untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan guru.

Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutoriah kuir, satu sama lain atau melakukan diskusi. Dan setiap minggu atau 2 minggu secara individual diberi kuis dan diberi skor.

Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Setiap minggu pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai criteria tertentu dicantumkan dalam lembar itu.

Hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran anatar lain : penyusunan rencana pembelajaran, pembuatan soal, pembuatan kelompok, membuat draft aturan main dalam belajar kooperatif, dan membuat rencana evaluasi pembelajaran.

Sedangkan yang termasuk dalam kegiatan pelaksanaan diantaranya, penyajian materi oleh guru, kegiatan kelompok, presentasi siswa, tes prestasi belajar, dan yang terakhir pemberian penghargaan. Kemudian penjelasan lebih lanjut dan detail masing-masing rencana kegiatan akan dijabarkan.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam


(35)

kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.17

Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Dalam pembelajaran tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan” salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Dimana model ini dipandang sebagai tipe yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini

17

Widowati, Budijastuti. 2001 Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya. h. 32


(36)

paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok

untuk memecahkan suatu permasalahan”

Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu: 1) Penyajian kelas.

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.

2) Kegiatan kelompok.

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3) Kuis (Quizzes).

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

4) Skor kemajuan (perkembangan ) individu.

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.


(37)

5) Penghargaan kelompok.

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

a. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Menurut Suyanti karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut.18

1). Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

2). Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok yaitu Perencanaan, Organisasi, Pelaksanaan, dan Kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok. Oleh sebab itu, perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota

18

Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h: 99-100


(38)

kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.

3). Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membantu siswa yang kurang pintar. 4). Keterampilan bekerja sama

Kemampuan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambar dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat dan memberi kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

Menurut Arends, bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut19:

1) Siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

2) Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang, dan tinggi.

3) Jika memungkinkan, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender.

4) Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

19

Richard I Arends. 2007. Learning to Teach. Terjemahan oleh Soetjipto, Helly Prajitno & Soetjipto, Sri Mulyantini. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). H: 50


(39)

b. Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD Tabel 01.

Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap

pendahuluan

a. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang

materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah

direncanakan.

c. Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell

pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan

materi yang akan dipelajari. 2. Tahap

pengembangan

a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan

secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.

b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai

bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS

bersama kelompoknya.

d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan

membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

3 Tahap

penerapan

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban,


(40)

c.Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu :

1). Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

a) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

e) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

f) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain. 20

2). Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif.

Tipe STAD (Student Team Achievement Divisions) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran

20 Widowati, Budijastuti, Pembelajaran Kooperstif, Surabaya Universitas Negeri Surabaya.


(41)

menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu.

Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru yang menggunakan tipe STAD mengajukan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks

D.Penelitian Yang Relevan

1. Rahadat, Antonius 2009, S1 Program Studi S1 PGSD Universitas Negeri

Malang (UM) “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran PKn topik sistem pemerintahan desa dan kecamatan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan oleh Antonius Rahadat” Mata pelajaran PKn bertujuan untuk menjadikan siswa agar mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya. Namun dalam pembelajaran PKn di kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan masih berpusat pada guru, sehingga aktivitas siswa tidak terlihat dan hasil belajar masih kurang dari standar kelulusan minimal. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka belajar akan berpusat pada siswa (student centered) sehingga situasi belajar siswa akan terlihat, dan hasil belajarnya akan meningkat.

Masalah yang diteliti dalam pembelajaran ini adalah tentang peningkatan hasil belajar siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Tujuan dari penelitian ini adalah (a) mendeskripsikan situasi belajar siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan


(42)

Rejoso Kabupaten Pasuruan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD. (b) mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini dilakukan di SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Arjosari I, yang berjumlah 35 siswa.

Dari hasil observasi, situasi belajar siswa kelas IV SDN Arjosari I pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat meningkat, karena adanya interaksi antara siswa dan siswa dalam kelompok belajar, maupun adanya interaksi antara siswa dan guru, serta adanya interaksi antara guru dan siswa. Hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso mengalami peningkatan. Pada pra tindakan rata-rata kelas hanya mencapai 61, siklus I rata-rata kelas 70 dan pada siklus II rata-rata kelas adalah 86. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Arjosari I Kecamatan Rejoso Kabupaten Pasuruan.

2. Kristanti, Ulfa Erik. 2010. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Students Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Bagi Siswa Kelas IV SDN Majang tengah 02 Dampit Kabupaten Malang ” Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

Berdasarkan hasil observasi pra tindakan di SDN Majangtengah 02, aktivitas dan hasil belajar siswa relatif rendah. Hal itu berhubungan dengan metode pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, hal tersebut menyebabkan siswa kurang aktif dalam mencari pengetahuaannya sendiri, mereka juga cenderung berbicara dengan teman pada saat guru menjelaskan materi sehingga siswa tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.


(43)

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS tentang menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat bagi siswa kelas IV SDN Majangtengah 02 Dampit kabupaten Malang. Hal ini dapat dilihat bahwa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa tampak sangat antusias dan aktif saat berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Mereka dapat mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik. Sehingga tugas guru hanya sebagai fasilitator saja selebihnya siswa belajar dan bekerja sendiri dengan kelompoknya. Meningkatnya aktivitas siswa tersebut juga dapat diketahui dari hasil observasi aktivitas siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai rata-rata 82,5 dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata 92,5 dengan kategori yang sangat tinggi yaitu A. Sedangkan hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan, nilai rata-rata siswa hanya mencapai 66,47 dengan keterangan 10 (58,8%) siswa tuntas, sementara 7 (41,18%) siswa belum tuntas secara individu dengan ketuntasan individu yang sudah ditetapkan yaitu 70%. kelas tersebut juga dinyatakan belum mencapai ketuntasan kelas yang ditetapkan yaitu 80%. Setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan dari siklus I dengan rata-rata 80,76% meningkat menjadi 81,59% dan kelas tersebut dikatakan tuntas dalam belajar dengan memperoleh hasil yang maksimal.

E. Kerangka Berpikir

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, sangat membantu hasil belajar dan memotivasi belajar siswa. Guru mendapat kebebasan dalam memilih metode pembelajaran yang digunakan. Selama ini pelajaran PKn lebih sering diajar dengan menggunakan metode ceramah yang menuntut siswa bersikap pasif (teacher centered). Salah satu model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa adalah Model Pembelajaran Koperatif tipe


(44)

STAD. Salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD.

Dalam pembelajaran model ini siswa tidak hanya mendengarkan guru yang sedang mengajar yang sering kali membuat siswa menjadi pasif, tetapi pada model ini siswa diajarkan untuk berpendapat dan bekerja dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga nantinya dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pelajaran PKn.

F. Hipotesis Tindakan

Penggunaan Model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar PKn Siswa.


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MI. Attaqwa Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi, dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) Tahun Ajaran 2014/2015. Madrasah Ibtidaiyah Attaqwa Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi adalah sekolah tingkat dasar setara dengan Sekolah Dasar. Lokasi MI. Attaqwa Kaliabang Tengah berada di Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi.

Siswa yang masuk di MI. Attaqwa Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi memiliki karakteristik yang bermacam-macam. Hal tersebut dikarenakan saat masuk ke Madrasah tersebut berlatar belakang ada yang dari Taman kanak-kanak, Raudhatul Atfal dan ada pula yang tidak. Namun pada umumnya, murid-murid yang masuk di MI. Attaqwa Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi memiliki kecenderungan menyukai belajar.

Adapun waktu yang penulis gunakan untuk melakanakan penelitian yaitu sejak bulan Agusus 2014 s/d Nopember 2015.

B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas menurut Hopkins adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan. Sedangkan Elliott melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.


(46)

Penelitian tindakan kelas ini mempunyai tujuan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dalam proses pembelajaran tersebut.

2. Rancangan Siklus Penelitian

Dalam setiap siklus akan dilakukan langkah-langkah penelitian dengan merujuk pada langkah-langkah Hopkins, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Selama kegiatan penelitian berlangsung, penulis berkolaborasi dengan Kepala Madrasah sebagai pengamat. Untuk lebih lanjut pola tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

Rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan mengacu pada model Kemmis dan Taggart. Sistem model penelitian tindakan kelas tersebut berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan siklus ini tidak hanya berlangsung dalam satu kali tindakan tetapi berlangsung hingga pada siklus

Perencanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus I

Pengamatan

Siklus II

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Refleksi

Refleksi


(47)

kedua dengan indikasi tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Secara utuh, tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam bagan, melalui tahapan sebagai berikut:

 Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

 Tahap 2: Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan di dalam kancah, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah mengimplementasikan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Sekaligus diamati dan dicermati pelaksanaannya menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pelaksanaan Tindakan penelitian dimulai dari tanggal 14 Juli 2014 sampai dengan tanggal 14 Oktober 2014 . Adapun tahap pelaksanaan penelitian meliputi :

NO Kegiatan

Agustus Minggu ke-

September Minggu ke-

Oktober Minggu ke-

Nopember Minggu

ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

A Tahap Persiapan 1. Studi Eksplorasi 2. Identifikasi dan

Rumusan Masalah 3. Instrumen Penelitian B TahapPelaksanaan

SIKLUS I 1. Perencanaan

2. Pelaksanaan tindakan 3. Pengamatan


(48)

 Tahap 3: Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.

 Tahap 4: Refleksi atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi.

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka kegiatan di awali dengan mengadakan observasi pelaksanaan proses pembelajaran, mengamati keadaan situasi belajar dan respon siswa terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI. Attaqwa Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi Kota Bekasi. Jumlah keseluruhan siswa kelas IV adalah 30 siswa yang terdiri dari 15 Perempuan dan 15 Orang Laki-laki.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peran dan posisi peneliti dalam penelitian ini sebagai Pemantau, subjek penelitian lainnya yang bertindak sebagai observer proses peneliti adalah guru guru PKn kelas IV, yang bernama Syarifah, S.Pd.I

SIKLUS II 1. Perencanaan

2. Pelaksanaan Tindakan 3. Pengamatan

4. Refleksi

C TahapPenyelesaian 1. Penyusunan Draft 2. Laporan

3. Seminar lokal 4. LaporanAkhir


(49)

E. Tahapan Intervensi Tindakaan

Perangkat

Pembelajaran

Rencana

Refleksi Observasi

Observasi Revisi

Rencana Tindakan

Hasil Penelitian

Refleksi

Tindakan


(1)

transisi secara efektif dan efisien

- Guru mengkondisikan

siswa

|

-

Siswa mencari pasangan

yang

I Kerja sama menjadi 4 kelompok

masing-

|

akan menjadi kelompok

masing kelompok terdiri

dari

I

belajarnya 3- 4 orang siswa,

masing-masing kelompok mempunyai onggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik,

maupun kemampuannya. - Guru membagikan materi

yang berbeda pada

masing-

| - Perwakilan dari

masing-

| Ketelitian masing kelompok

dengan I

masing kelompok untuk

menggunakan lembar

soal I

menerima soal- soal yang yang

berbeda

I

akan di diskusikan bersama

kelompoknya masing- masing

- Guru berkeliling

mengamati

|

-

Siswa berdiskusi atau tanya

siswa yang sedang berdiskusi

I

jawab bersama

kelompoknya

I Kerja sama bersama

kelompoknya I

masing- masing dan

saling

I Kreatif

masrng- masmg. membantu dalam

kelompok

I Tanggung - Guru memfasilitasi

siswa I

untuk menguasai

materi

I jawab

untuk mempresentasikan

hasil

I

pelajaran yang telah diberikan diskusinya di depan

kelas

|

-

Perwakilan masing- masing

I

secara bergiliran. Selanjutnya

I

kelompok menjelaskan hasil

guru memberikan

tanggapan

I

diskusinya di depan

kelas

I Berani dan penegasan, dan

tiap

I

secara bergiliran

dan

I mencoba kelompok diberi skor

atas I

kelompok yang lain

penguasaannya

terhadap I

menanggapinya. materi pelajaran, dan kepada

{"

i

,ll


(2)

-'

\

siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau

memperoleh skor sempuma diberi penghargaan.

Pertemuan kedua

-

Guru menyampaikan tujuan pembelaj aran, memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan untuk mereview materi pada pertemuan sebelumnya

-

Guru menjelaskan materi dilanjutkan dengan pembentukan kelompok kooperatif

-

Setelah masing-masing kelompok sudah siap, guru membagikan lembar

pertanyaan yang harus mereka diskusikan dengan teman kelompoknya

-

Setelah selesai diskusi dan pembahasan, kemudian bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi pada pertemuan

ini

-

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dan

Secara bersama siswa memperhatikan penj elasan guru dan siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru tentang materi pada pertemuan sebelumnya

Menghargai dan ketelitian

- Perwakilan dari masing-masing kelompok untuk menerima materi yang berbeda

dan soal- soal yang akan di

diskusikan bersama kelompoknya.

- Bersama guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi

kelompoknyamasing-masing I Memotivasi

- Siswa secara klasikal

mengerjakan tes hasil belajar

,;,

fi

1


(3)

\

mengevaluasi cara masing-masing kelompok

bekerjasama. Pertemuan ketiga Pada pertemuan ini guru memberikan tes hasil belajar atau Postest pada akhir siklus

II

kepada siswa. Materi tes yaitu meliputi pelajaran yang sudah dipelajari pada

pertemuan sebelumnya. Tes

ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa berdasarkan tindakan yang telah diberikan dan untuk mengetahui

keberhasilan metode yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Post test yang diberikan

guru

| Tanggung jawab dan

jujur

2.3 Konfirmasi

waktu: (10 menit)

Kegiatan guru Kegiatan siswa Nilai karakter

- Guru bertanya jawab tentang hal- hal yang belum

diketahui siswa.

- Guru memberikan penguatan dan penyimpulan singkat dari

-

Sebagian siswa ada yang bertanya tentang hal- hal yang ia belum pahami

-

Siswa memperhatikan penguatan dan kesimpulan

Mandiri

Menghargai

h

!.

I


(4)

: :ry - aqE!;''

6,

Penutup waktu: (10 menit)

II.

Penilaian

3.

Teknik penilaian : Tes tertulis Pre test dan Post test (terlampir)

4.

Bentuk Instrumen : Tes tertulis pilihan ganda

FORMAT

KRITERIA PENILAIAN

I

.

,l

[aslt p"mbetaJrran

terkait

I

singkat yang di berikan

oleh

I Memotivasi dengan Globalisasi guru secara

klasikal.

I

'

-

Siswa merefleksikan hasil pembelajaran yang disampaikan oleh guru

Kegiatan guru Kegiatan siswa Nilai karakter

- Bersama siswa

menyimpulkan hasil dari kegiatan inti.

- Guru mengajukan post tes

dan meminta beberapa siswa untuk menjawabnya.

- Guru memberikan PR untuk mengamati globalisasi yang

te{adi di lingkungan rumah mereka masing-masing - Guru mengakhiri pelajaran

dengan bersama- sama membaca doa dan mengucapkan salam.

- Secara klasikal bersama guru siswa menyimpulkan tentang globalisaidi lingkungannya

Secara individu melalui tehnik acak 3 siswa untuk

menjawabnya. Siswa mencatat PR

Bersama guru, siswa berdoa dan menjawab salam.

Berfikir

terbuka

Berani mencoba

Tanggung jawab


(5)

PR0DUK ( HASIL DISKUSI

)

No. Aspek Kriteria Skor

I Konsep

*

semua benar

*

sebagian besar benar

t

sebagian kecil benar

*

semua salah

4

3

2

I

Pnnronu.eNst

No. Aspek Kriteria Skor

2

3

Pengetahuan

Praktek

Sikap

*

Pengetahuan

*

kadang-kadang Pengetahuan

*

tidak Pengetahuan

*

aktif

Praktek

*

kadang-kadang

aktif

*

tidak

aktif

*

Sikap

*

kadang-kadang Sikap

*

tidak sikap

4 2

I

4 2

1

4 2

I CATATAN

:

Nilai

= ( Jumlah skor :

jumlah

skor maksimal )

X

10.

K.

Sumber belajar :

-

Buku

LKS

PKn kelas

[V,

Neo Dinastiku, Tangerang, Putri Arum, 2013, hal. 30

Lingkungan sekitar p:uzzle

Guru

kelas

Muhibah


(6)

Lampiran

JADWAL

KEGIATAN PENELITIAN

- i+r@B!ffiffi--Fm"='ii

l

j

'l

'ti:l I j ,l .: I : j {

I

1 i -i l t 1

j

I 1 l i

j

1

I

I

I

i

T I It

I

I

{ d { { !

j

d ,! I I

I

I

! '{ I t 't l j {

I

.J -.1 '' ! --..'{' '' I

...F ] ,: /i

Kegiatan Maret

April

Mei Juni

Persiapan dan perencanaan

Obsenrasi ( studi lapangan)

Kegiatan penelitian AnalisisData Laporan Penelitian -- {+,


Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

Penerapan model pembelajaran kooperatif student teams achievement division dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih: penelitian tindakan kelas VIII-3 di MTs Jami'yyatul Khair Ciputat Timur

0 5 176

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Student Team Achievement Divisions) STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD

1 6 165

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Division dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih (Penelitian Tindakan Kelas VIII-3 di Mts. Jam'yyatul Khair Ciputat Timur)

0 5 176

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) KELAS V SDN KARANGCEGAK FADHILAH WISDA MAHASTIKA 1201100120

0 0 20