Sabun ini dapat dijual langsung tanpa pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah.Beberapa bahan pengisi
ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal
menjadi sabun mandi, sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung dengan melarutkan udara di dalamnya.
b. Metode Kontinu
Metode kontinu biasa dilakukan pada zaman sekarang.Lemak atau minyak dihidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu
dengan katalis seperti sabun seng.Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang
terbentuk dikeluarkan dari ujung yang berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan alkali untuk
menjadi sabun.
II.1.5 Proses – proses pembuatan sabun
Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat sabun maka sampai saat ini telah dikenal tiga macam proses pembuatan sabun, yaitu proses
saponifikasi trigliserida, netralisasi asam lemak dan proses saponifikasi metil ester asam lemak. Perbedaan antara ketiga proses ini terutama disebabkan oleh senyawa
impuritis yang ikut dihasilkan pada reaksi pembentukan sabun. Senyawa impuritis ini harus dihilangkan untuk memperoleh sabun yang sesuai dengan standar mutu
yang diinginkan. Karena perbedaan sifat dari masing – masing proses, maka unit operasi yang terlibat dalam pemurnian ini pun berbeda pula.
a. Proses Saponifikasi Trigliserida
Proses ini merupakan proses yang paling tua diantara proses – proses yang ada, karena bahan baku untuk proses ini sangat mudah diperoleh. Dahulu
digunakan lemak hewan dan sekarang telah digunakan pula minyak
8
nabati.Pada saat ini, telah digunakan proses saponifikasi trigliserida sistem kontinu sebagai ganti proses saponifikasi trigliserida sistem batch. Reaksi yang
terjadi pada proses ini adalah :
Tahap pertama dari proses saponifikasi trigliserida ini adalah mereaksikan trigliserida dengan basa alkali NaOH, KOH atau NH4OH untuk
membentuk sabun dan gliserol, serta Impurities. Lebih dari 99,5 lemak minyak berhasil disaponifikasi pada proses ini. Kemudian hasil reaksi
dipompakan ke unit pemisah statis separator yang bekerja dengan prinsip perbedaan densitas. Pada unit ini akan terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan
sabun pada bagian atas dan lapisan Recycle pada bagian bawah. Recycle terdiri dari gliserin, sisa alkali, sodium klorida, impuritis, air yang secara keseluruhan
membentuk lapisan yang lebih berat dari sabun sehingga berada pada lapisan bagian bawah di dalam pemisah statis. Proses selanjutnya adalah penambahan
aditif dan pengeringan sabun dalam unit pengeringan dryer. Zat aditif yang ditambahkan adalah gliserol, yang berfungsi sebagai pelembut dan pelembab
pada kulit, EDTA yang berfungsi sebagai surfaktan pada sabun pembersih dan pemutih yang dapat mengangkat kotoran pada kulit.Dan Gliserin Additive
yang berfungsi sebagai pelembab Moisturizer pada sabun.Zat tambahan ini dicampurkan dalam Tangki Pencampur yang dilengkapi oleh jaket pemanas
untuk menjaga sabun tetap cair suhu tetap.Jumlah aditif yang ditambahkan sesuai dengan spesifikasi mutu yang diinginkan. Tahap berikutnya adalah
proses pengeringan sabun. Kandungan air dalam sabun biasanya diturunkan dari 30 – 35 ke 8 – 18 Riegel, 1985. Unit pengeringan sabun ini biasanya
berupa unit vakum spray chamber.
9
b. Proses Netralisasi Asam lemak