23. INFO 9 | Edisi 35 | 2017
INFO UTAMA ARTIKEL
6. Sosialisasi Uji Penerapan
SOP yang sudah dengan susah payah disusun terkadang masih saja me-
ngalami kesulitan dalam penerapannya karena mengalami resistensi penen-
tangan dari pihak karyawan dan atau manajemen. Resistensi dapat dimini-
malkan dengan cara melibatkan pihak- pihak terkait dalam pengembangan
prosedur baru, mensosialisasikan man- faat dan konsekuensi penerapan SOP
baru secara transparan serta seimbang, menjelaskan tentang tahapan rencana
penerapan serta berbagai upaya evalu- asi yang akan dilakukan.
Setelah sosialisasi dilaksanakan maka SOP perlu mendapatkan uji penerapan.
Uji penerapan bertujuan untuk mem- peroleh umpan balik terhadap keber-
hasilan penerapan serta manfaat pen- erapan prosedur baru. Uji penerapan
umumnya dilakukan secara bertahap untuk mengurangi gangguan terhadap
kelancaran proses bisnis.
7.Evaluasi Revisi
Evaluasi SOP dilakukan untuk mengi- deniikasi SOP bagian dari SOP yang
idak dapat dilaksanakan sesuai SOP yang telah disepakai, pelaksanaan me-
kanisme kerja yang terpaksa dilakukan dengan idak mengikui SOP bagian
dari SOP, alasan perimbangan latar belakang keidaksesuaian antara SOP
yang direncanakan disepakai den- gan yang dilakukan, upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kemam- puterapan SOP. Upaya sistemaik dan
periodik untuk menjaga kemamputera- pan prosedur disebut juga sebagai
pemeliharaan prosedur. 8. Rencana Implementasi
Rencana implementasi adalah seiap langkah yang dibutuhkan untuk mem-
perkenalkan SOP kepada seiap orang yang terlibat dalam SOP tersebut dan
menjadikan SOP sebagai bagian pent- ing dalam seiap operasi ruin.
SOP yang terintegrasi antar fungsi me- mang sangat dibutuhkan bagi kelang-
sungan proses bisnis suatu perusahaan. Oleh karena itu, penyusunan SOP idak
bisa dipandang sebelah mata. Melihat kondisi SOP yang berlaku di PTPN IX, se-
baiknya memang dilakukan pembenahan. Pembenahan tersebut bisa dengan cara
melakukan penyeragaman format SOP yang ada di PTPN IX, semua SOP terdaf-
tar dalam satu data base untuk memu- dahkan penataan dan pengaturan, perlu
direview dan diintegrasikan antar SOP, se- lanjutnya agar pembuatan SOP disentral-
isasi oleh satu bagian dengan input dari masing-masing unit kerja sebagai pemilik
AHAAN
Rendahnya produksi dan produkivitas gula nasional saat ini menyebabkan idak pernah terwujudnya usaha swasembada gula. Pelaksanaan budidaya tanaman tebu
yang kurang opimal dan terus menerus hingga saat ini menjadi salah satu penyebab menurunnya produkivitas. Dari permasalahan tersebut dituntut untuk melakukan
perubahan dalam melakukan budidaya tebu untuk mendukung swasembada gula. Dengan semakin rendahnya produksi, produkivitas serta luas areal milik petani,
berdampak pada pengelolaan kebun menjadi berkurang, dimana sebagian besar merupakan tanaman Ratoon yang terus menerus. Ketergantungan ini yang ber-
dampak langsung terhadap kerugian yang oleh PTPN IX Divisi Tanaman Semusim dalam kurun waktu 10 tahun ini.
Perlu adanya perencanaan yang matang dan berkesinambungan untuk mewujud- kan kebangkitan perusahaan serta meningkatkan produksi dan produkivitas yang
berorientasi pada laba perusahaan.
Dari data tersebut diatas dapat diketahui bahwa selama kurun waktu tahun 2010 – 2015, tebu yang digiling di PT. Perkebunan Nusantara IX berkisar antara 1.130.552
– 2.312.966 Ha dengan total tebu teringgi sebesar 2.312.966 Ton dan produkivitas 67,7 TonHa. Dari tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa rencana luas areal
perkebunan tebu PT. Perkebunan Nusantara IX DTS pada tahun 2019 sebesar 40.417 Ha dengan total tebu digiling 2.975.574 Ton, produkivitas tebu 73,7 Tonha
dan rendemen sebesar 8,50.
KEBANGKITAN GULA PTPN IX
“Melalui penerapan 7 Gatra Pengelolaan Tebu dan Strategi Operasional 2017”
SAIFUL MUTTAQIN
STAF TRANSFORMASI BISNIS