27 oleh LPSK.Hasil analisis tim medis atau psikolog adalah hasil kajian dan kesimpulan dari tim medis
psikolog ahli yang terkait lainnya yang ditunjuk LPSK yang merekomendasikan dalam hal korban perlu atau tidak untuk diberikan layanan bantuan atau seberapa besar bentuk cakupan layanan yang akan
diberikan
30
Penelaahan dilakukan dengan mencocokkan data identitas dengan berbagai dokumen yang relevan termasuk dengan surat keterangan dari instansi terkait misalnya dengan memeriksa berbagai dokumen yang berasal
dari KOMNAS HAM untuk kasus pelanggaran HAM yang berat; Dalam melakukan penelaah, petugas mengundang ahli kesehatanmedis yakni: dokter, psikolog dan psikiater untuk melakukan assessment
terhadap kondisi medis maupun psikis dari korban. Hasil analisis tersebut kemudian dituangkan dalam surat rekomendasi yang disertai dengan surat keterangan medis atau surat keterangan ahli mengenai kondisi
medis atau psikis yang dialami oleh korban; Setelah penelaahan atau hasil analisa dilakukan maka petugas penelaah akan mengeluarkan rekomendasi internal untuk membawa masukan tersebut ke Deputi dan
Komisioner Bantuan sebagai bahan pertimbangan.
1. Ruang lingkup Penelaahanpemeriksaan
Dalam Pasal 38 PP dinyakan bahwa LPSK menentukan kelayakan, jangka waktu serta besaran biaya yang diperlukan dalam pemberian Bantuan berdasarkan keterangan dokter, psikiater, psikolog, rumah sakit,
danatau pusat kesehatanrehabilitasi. Namun dalam melakukan penelaahan medis maupun psikologis, LPSK menggunakan pendekatan ilmu forensik. Hal ini dilakukan mengingat, ada jarak yang cukup jauh
antara peristiwa pelanggaran HAM berat yang terjadi dan dialami oleh masing-masing pemohon dengan proses permohonan bantuan medis di LPSK. Sehingga langkah-langkah rehabilitasi medis dan psikologis
yang akan diberikan sesuai dengan kerusakan atau derita medis dan psikis yang betul-betul dialami oleh korban pelanggaran HAM berat bersangkutan. Memang hal ini bukan pekerjaan yang mudah apalgai dalam
menentukan kerusakan secara medis. Kebutuhan ilmu forensik dalam penelaahan ini bukan demi kepentingan pembuktian dalam peradilan namun
untuk kepentingan rehabilitasi korban sehingga dibutuhkan keterangan medis dari dokter forensik yang bersangkutan.yang dapat memberikan
1.
Bahwa ada kaitan atau hubungan antara kondisi medis psikologis yang saat ini doderita oleh pemohon dengan peristiwa pelanggaran HAM yang berat , atau peritiwa yang dialaminya pada masa lampu dan
2. Rekomendasi rehablitasi medis dan psokologis yang dibutuhkan oleh pemohon.
Berdasarkan peraturan No 1 tahun 2014, maka Ruang lingkup pemeriksaan medis mencakup: a.
Data pemeriksaan medis dasar meliputi; Identitas dari pemohon yang diperiksa, waktu atau tanggal pemeriksaan dan hasil pemeriksaan yang terdiri dari
komponen: anamnesa menurut korban dan alloanamnesis dari orang lain misalnya keluarga, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu. Kondisi fisik yang ditemukan,
mencakup kondisi kepala, mata, hidung, telinga, thorak dada, abdomen perut,
30
Lihat bagian Pengertian F g SOP
28 ekstermitas anggota gerak atas dan bawah, dan urogenital saluran kandung
kemih dan kelamin, serta kondisi kejiwaan status mental yang ditemukan. b.
Data pemeriksaan gigi dasar berupa Odontogram yang mencakup pemeriksaan gigi pada rahang bawah kiri, rahang bawah kanan, rahang atas kiri, rahang atas kanan.
c. Pemeriksaan laboratorium sederhana yang diperlukan.
d. Hasil diagnosa kerja, usulan dan saran, serta harapan yang diinginkan korban.
Sedangkan Ruang lingkup pemeriksaan psikososial yakni: 1.
Melakukan pemeriksaan kondisi psikososial dengan metode kerja yang mencakup: observasi lapangan, penggunaan data sekunder dan penapisan-
penapisan dengan kuesioner, formulir standar dan wawancara langsung. 2.
Pemeriksaan psikososial digunakan untuk mengetahui data sosio-demografi tiap korban HAM berat, melakukan pemeriksaan dan analisis data sosial yang
mencakup : pekerjaan, pendidikan, ekonomi, hubungan sosial, kesehatan fisik dan mental.
3. Tujuan pemeriksaan psikososial yakni untuk merumuskan masalah psikososial,
menentukan hubungan peristiwa pelanggaran HAM berat dengan masalah psikososial, memberikan rekomendasi intervensi yang diperlukan.
Instrumen Pemeriksaan Medis 1.
Instrumen Standar Pemeriksaan Medis meliputi: a.
Data Identitas pemohon berdasarkan bukti-bukti dokumen b.
Data Informasi demografik yang mencakup: status pernikahan, jumlah anak, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pekerjaan, dan sumber utama
pendapatan. c.
Riwayat Penyakit Sekarang, berdasarkan anamnesis berisi tentang keluhan utama dan keluhan tambahan dari korban.
i Keluhan utama berisi :
1 Keluhan cardiovascule jantung.
2 Keluhan neuromusculosletal saraf.
3 Keluhan urogenital.
4 Keluhan organ reproduksi.
5 Keluhan panca indra.
d. Kondisi Fisik yang ditemukan.
e. Kronologi peristiwa dan tindakan yang dialami sesuai Peristiwa tindak
pidana pelanggaran HAM berat yang dialami oleh pemohon mencakup elemen-elemen dari i kejahatan terhadap kemanusiaan atau ii genosida
daftar lengkap elemen dalam lampiran: berdasarkan ringkasan case matrik sumber: Legal Tools Project Case Matrix, Means of Proof Master
Document Common Element of Crimes Against Humanity International Criminal Court Office of the Prosecutor Legal Advisory Section.
29 f.
Riwayat pengalaman traumatis terkait peristiwa pelanggaran HAM b erat yang pernah d ialami.
g. Instrumen Self-Reporting Questionnaire-29 untuk Penapisan masalah
kesehatan jiwa dengan menggunakan instrumen pemeriksaanpenilaian masalah psikososial, instrumen psikososial, termasuk sumber daya dan stress sosial
saat ini lampiran II. h.
Instrumen data kebutuhan korban lampiran III
2. Tata Cara Penelaahan Medis dan Psikologis