Pengaruh Struktural Modal Terhadap Laba Per Lembar Saham Pada PT. Telekomomunikasi Indonesia Tbk, Bandung

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk berawal pada 23 Oktober 1856, tepat saat dioperasikannya layanan telekomunikasi pertama dalam bentuk pengiriman telegraf dari Batavia (Jakarta) ke Buitenzorg (Bogor). Selama itu pula PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk telah mengalami berbagai transformasi. Transformasi terakhir disebut dengan NEW PT TELKOM Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi sistem dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate Identity TELKOM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TELKOM yang ke 153. TELKOM juga memiliki tagline baru, The World in Your Hand.

Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia

(“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London Stock Exchange(“LSE”) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa tercatat). Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember 2009 adalah Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.


(2)

Menurut Bambang Riyanto (2001;22), Struktur Modal adalah:

“Pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri”.

Sedangkan Menurut Eduardus Tandelilin (2010; 365) bahwa Laba per Lembar Saham (Earning per Share ) adalah :

“Laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”

Struktur modal PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk bersumber dari penjualan saham dan dari modal pinjaman bank. Penjualan saham PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk tersebut akan menghasilkan deviden yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, sedangkan dari pinjaman, PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk berkewajiban untuk membayar bunga. Total dari deviden dan bunga tersebut disebut sebagai biaya modal.

Laba merupakan pendapatan yang dikurangi dengan biaya. Pendapatan PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk didapat dari 5 bisnis yang dijalankan diantaranya adalah TELKOM Phone, TELKOMSEL, TELKOM Intercarier, Data&Internet serta TELKOM Flexi. Sedangkan untuk Biaya diantaranya untuk Biaya penyusutan, Operasi dan Pemeliharaan, Umum dan Administrasi, Pemasaran, serta biaya Karyawan. Hasil pengurangan ini masih menghasilkan laba kotor, sehingga masih harus dikurangi dengan biaya modal dan menghasilkan laba bersih.


(3)

Perbandingan antara laba bersih tersebut dengan Jumlah lembar saham yang beredar, akan menghasilkan Laba per Lembar Saham (Earning Per Share) PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk.

Berikut Tabel perkembangan Struktur modal dan Laba per Lembar saham pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk periode 1997-2008 :

Tabel 1.1

Perkembangan Struktur Modal dan Laba per Lembar Saham PT TELKOM Tahun 1997-208

Tahun

Struktur Modal Laba per Lembar Saham

Total Passiva (000.000) Hutang Modal Sendiri (000.000) (1-4) Struktur Modal (%) (3:5) Laba Bersih (000.000) Jumlah Lembar Saham EpS (Rp) (7:8) Jangka Pendek (000.000) Jangka Panjang (000.000) Total (000.000) (2+3)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1997 19.967.367 2.369.959 7.958.945 10.328.904 9.638.463

82,57 1.152.100 9.366.666.666 123 1998 23.693.546 2.615.558 10.570.204 13.185.762 10.507.784

100,59 1.168.670 9.349.360.000 125 1999 26.329.654 3.393.102 10.682.235 14.105.345 12.224.309

87,39 2.172.321 10.057.041.666 216 2000 32.018.940 4.509.355 11.786.375 17.109.764 14.909.176

79,05 3.010.003 10.066.899.665 299 2001 32.470.280 10.075.323 11.836.048 23.146.705 9.323.575

126,95 4.250.110 10.071.350.710 422 2002 44.307.096 9.708.181 17.389.499 27.097.680 17.209.416

101.05 8.039.709 10.074.823.308 798 2003 50.283.249 11.169.814 18.092.403 29.262.217 21.021.032

86,07 6.087.227 20.156.380.794 302 2004 56.269.092 11.677.042 19.392.276 31.069.318 25.199.774

76.95 6.129.209 20.161.871.710 304 2005 62.171.044 13.513.168 19.060.282 32.573.450 29.597.594

64,46 7.993.566 20.134.926.952 397 2006 75.135.745 20.535.685 18.344.284 38.879.969 36.255.776

50,60 11.005.577 20.119.884.826 547 2007 82.058.760 20.674.629 18.330.790 39.005.419 43.053.341

42,58 12.857.018 19.964.313.664 644 2008 91.256.200 26.998.200 20.260.248 56.942.200 34.314.000

59,04 10.619.500 20.160.034.930 526,76


(4)

Menurut Eduardus Tandelilin (373) bahwa “Informasi EPS perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua

pemegang saham perusahaan”

Berdasarkan survey, terjadi kenaikan dan penurunan struktur modal dari tahun 1997-2008, hal ini dikarenakan hutang jangka panjang PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk yang mengalami hal sama. Hal ini sangat berpengaruh terhadap Laba per lembar saham, karena untuk mendapatkan laba bersih sendiri harus meminimumkan beban perusahaan yang dalam hal ini adalah bunga atas peminjaman dana / hutang. Bila Struktur modal mengalami kenaikan akibat meningkatnya hutang jangka panjang, maka laba per lembar saham perusahaan akan mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan adanya kenaikan beban bunga sehingga perolehan laba bersih menjadi berkurang sehingga pada laba yang dibagikan kepada para pemegang saham yang mengalami penurunan.

Dapat disimpulkan bahwa Laba per lembar saham (Earning per Share) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (Earning per Share) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (Earning per Share) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan pembagian keuntungan (return) sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.


(5)

Dari tabel 1.1 terlihat bahwa dari tahun 2002-2003 laba per lembar saham mengalami penurunan, padahal Struktur modal yang dimiliki cukup baik. Namun di tahun berikutnya laba per lembar saham mengalami perbaikan hingga tahun 2007. Dan di tahun 2008 Laba per lembar saham juga mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum berhasil memberikan pembagian keuntungan (return) sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang struktur modal beserta pengaruhnya terhadap laba per lembar saham. Dengan demikian penulis menetapkan judul “Pengaruh Struktur Modal (Capital Structure) Terhadap Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)

Pada PT Telekomunikasi Indonesia .Tbk “.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar belakang penelitian tersebut, maka untuk memudahkan penganalisaan dan mencapai hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan, penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Struktur Modal di PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk belum optimal. 2. Laporan Keuangan di PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk belum optimal.

3.

Kesalahan Penyertaan saham PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk. di PT Napsindo.


(6)

1.2.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang telah diuraikan penulis dalam latar belakang penelitian diatas, maka penulis merumuskan berbagai masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kondisi struktur modal (Capital Structure) pada PT Telekomunikasi

Indonesia. Tbk.

2. Bagaimana Tingkat perubahan Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) PT Telekomunikasi Indonesia. Tbkselama operasionalisasi perusahaan berjalan. 3. Seberapa besar pengaruh struktur modal (Capital Structure) terhadap laba per

lembar saham (Earning Per Share) pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan pengaruh struktur modal (Capital Structure) terhadap laba per lembar saham (Earning Per Share) pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk. Dimana data yang diperoleh selama penelitian akan digunakan sebagai bahan dalam penulisan Usulan Penelitian yang selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi Program Studi Manajemen , Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia.


(7)

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui kondisi struktur modal (Capital Structure) pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk.

2. Mengetahui Tingkat perubahan Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk selama operasionalisasi perusahaan berjalan. 3. Mengetahui besarnya pengaruh struktur modal (Capital Structure) terhadap laba

per lembar saham (Earning Per Share) pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk. 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Perusahaan

Hasil Penelitian ini diharapkan berguna bagi perusahaan terutama sebagai informasi untuk mengetahui struktur modal yang baik.

2. Bagi Pihak Lain

Sebagai sumber informasi dan menjadi bacaan yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan struktur modal.


(8)

1.4.2. Kegunaan Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi Pengembangan Ilmu

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengaruh struktur modal yang dilaksanakan oleh perusahaan terhadap laba per lembar saham serta dapat dijadikan pertimbangan dan perbaikan dimasa yang akan datang.

2. Bagi Peneliti Lain

Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berguna bagi kehidupan pihak atau penulis lain dan dapat dijadikan sumber informasi yang ingin mengkaji dalam bidang yang sama.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan menguji kemampuan dalam menerapkan teori-teori yang didapat dari perkuliahan , yang selanjutnya untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh skripsi Program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia.

4. Bagi Alamamater

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan terapan khususnya mengenai struktur modal bagi rekan-rekan Program studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia.


(9)

1.5. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1. Lokasi Penelitian

Dalam penyusunan Laporan skripsi ini, penulis telah melakukan penelitian di PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk yang beralamatkan di Jl. Japati no. 1 Bandung. 1.5.2. Waktu Penelitian

Adapun waktu yang diperlukan penulis dalam melakukan penelitian di PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk, yaitu pada Bulan April sampai dengan Bulan Agustus 2010. Berikut tabel jadwal penelitiannya :

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

Bulan

April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Seminar Usulan

Penelitian 2 Pengumpulan

Data 3 Pengolahan dan

Analisis Data 4 Penyusunan

Skripsi 5 Sidang Skripsi


(10)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Modal

2.1.1.1. Pengertian Modal

Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan selalu membutuhkan modal untuk membiayai kegiatan operasional perusahaan. Hal ini ditujukan untuk mengembangkan usahanya, sehingga setiap perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan biaya paling murah. Besarnya modal yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung dari besar atau kecilnya perusahaan tersebut.

Menurut Lawrence J. Gitman (2003 ; 308) pengertian modal adalah :

Capital is the long-term of a firm ; all items in the right-hand side of the

firm’s balance sheet, excluding current liabilities.”

Menurut Bambang Riyanto (2001 ; 17) orientasi dari pengertian modal adalah :

Physical oriented. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan misalnya pengertian modal yang klasik, dimana arti dari modal itu sendiri adalah sebagai hasil


(11)

Dalam hal ini Bambang Riyanto juga menuliskan dalam bukunya definisi modal menurut beberapa penulis. Pengertian modal dari beberapa penulis, yaitu sebagai berikut:

1. Liitge mengartikan modal hanyalah dalam artian uang (geldkapital).

2. Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang lebih luas, di mana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang (geldkapital), maupun dalam bentuk barang (sachkapital), misalnya mesin, barang-barang dagangan, dan lain sebagainya. Kemudian ada beberapa penulis yang menekankan pada kekuasaan menggunakannya, yaitu antara lain J.B. Clark.

3. A. Amonn J. von Komorzynsky, yang memandang modal sebagai kekuasaan menggunakan barang-barang modal yang belum digunakan, untuk memenuhi harapan yang akan dicapainya.

4. Meij mengartikan modal sebagai “kolektivitas dari barang-barang modal” yang terdapat dalam neraca sebelah debit, sedangkan yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah semua barang-barang yang ada dalam rumah tangga perusahaan dalam fungsi produktifnya untuk membentuk pendapatan.

5. Polak mengartikan modal ialah sebagai kekuasan untuk menggunakan barang-barang modal. Dengan demikian modal ialah terdapat di neraca sebelah kredit. Adapun yang dimaksud dengan barang-barang modal ialah barang-barang yang ada dalam perusahaan yang belum digunakan, jadi yang terdapat di neraca sebelah debit.


(12)

6. Bakker mengartikan modal ialah baik yang berupa barang-barang kongkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan yang terdapat di neraca sebelah debit, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang itu yang tercatat di

sebelah kredit”.

Menurut Bambang Riyanto (1995;19), Apabila kita melihat neraca suatu perusahaan maka selain menggambarkan adanya modal kongkret dan modal abstrak, dari neraca juga akan tampak 2 gambaran modal, yaitu bahwa neraca di satu pihak menunjukkan modal menurut bentuknya (sebelah debit) dan di lain pihak menurut sumbernya atau asalnya (sebelah kredit). Modal yang menunjukkan bentuknya ialah

apa yang disebut “modal aktif”, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya atau

asalnya ialah apa yang disebut “modal pasif”.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa “modal aktif” ialah modal

yang tertera di sebelah debit dari neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan pengertian modal pasif ialah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh.


(13)

2.1.1.2. Jenis Modal

Jenis-jenis modal menurut Bambang Riyanto (1995;227) adalah Sebagai Berikut : 1. Modal Asing

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal asing atau utang terbagi dalam 3 golongan, yaitu :

a. Modal Asing / Utang Jangka Pendek (Short-term debt)

Modal asing (utang atau kredit) jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling lama satu tahun. Sebagian utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.

Adapun jenis-jenis daripada modal asing (utang atau kredit) jangka pendek, yang terutama adalah :

Kredit rekening Koran

Kredit rekening koran adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan dengan batas plafond tertentu di mana perusahaan mengambilnya tidak sekaligus melainkan sebagian demi sebagian sesuai dengan kebutuhannya, dan bunga yang dibayar hanya untuk jumlah yang telah diambil saja, meskipun sebenarnya perusahaan meminjamnya lebih dari jumlah tersebut.


(14)

Bank dalam memberikan kredit rekening Koran dapat mengikat perusahaan yang bersangkutan dengan berbagai syarat atau kausal (clausule) yaitu kausal pembatalan, kausal darurat, kausal pemeriksaan, kausal penerimaan dan pembayaran melalui bank, dan kausal jaminan. Kredit dari penjual

Kredit penjual merupakan kredit perniagaan (trade-credit) dan kredit ini terjadi apabila penjualan produk dilakukan dengan kredit. Apabila penjualan dilakukan dengan kredit berarti bahwa penjual baru menerima pembayaran harga dari barang yang dijualnya beberapa waktu kemudian setelah barang diserahkan. Selama ini pembeli atau langganan dapat

dikatakan menerima “kredit penjual” dari penjual atau produsen. Selama

waktru itupun berarti penjual/produsen memberikan “kredit penjual” kepada pembeli atau langganan.

Kredit dari pembeli

Kredit pembeli adalah kredit yang diberikan oleh perusahaan sebagai pembeli kepada pemasok (supplier) dari bahan mentahnya atau barang-barang lainnya. Disini pembeli membayar harga barang-barang yang dibelinya labih dahulu, dan setelah beberapa waktu barulah pembeli menerima barang yang dibelinya. Selama waktu itu dapat dikatakan bahwa pembeli

memberikan “kredit pembeli” kepada penjual/pemasok bahan mentah atau


(15)

Kredit wesel

Kredit wesel ini terjadi apabila suatu perusahaan mengeluarkan “surat

pengakuan utang” yang berisikan kesanggupan untuk membayar sejumlah

uang tertentu kepada pihak tertentu dan pada saat tertentu (surat

Promes/Notes Payables), dan setelah ditanda tangani surat tersebut dapat dijual atau diuangkan pada Bank.

b. Modal Asing/ Utang Jangka Menengah (Intermediate-term debt)

Modal asing atau utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktu atau umumnya adalah lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun.

Bentuk-bentuk utama dari kredit jangka menengah adalah :

Term Loan

Term loan adalah kredit usaha dengan umur lebih dari satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Pada umumnya term loan dibayar kembali dengan angsuran tetap selama suatu periode tertentu (amortization payments), misalkan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun. Term loan ini biasanya diberikan oleh Bank dagang, Perusahaan asuransi, suppliers atau manufactures. Dan golongan yang terakhir ini sering memberikan jenis kredit kepada retailernya.

Lease Financing

Leasing adalah suatu alat atau cara untuk mendapatkan services dari suatu aktiva tetap yang pada dasranya adalah sama seperti halnya kalau kita


(16)

menjual obligasi untuk mendapatkan services dan hak milik atas aktiva tersebut dan bedanya pada leasing tidak disertai dengan hak milik. Lebih khususnya lease adalah persetujuan atas dasar kontrak dimana pemilik dari aktiva (lessor) menginginkan pihak lain (lessee) untuk menggunakan jasa dari aktiva tersebut selama suatu periode tertentu.

Ada tiga bentuk utama dari leasing diantaranya adalah (1) Sale and Leaseback, dimana pemilik aktiva menjual aktivanya kepada leasing corporation atau Bank dan bersamaan dengan itu dibuat kontrak leasing

untuk menggunakan aktiva tersebut selama suatu periode tertentu dengan syarat-syarat tertentu, (2) Services Leases atau Operating Leases, yang memberikan services baik mengenai bidang keuangan maupun mengenai pemeliharaannya, (3) Financial Leases yang memberikan jasa pemeliharaan, tidak dapat dibatalkan dan harus penuh diangsur.

c. Modal Asing/ Utang Jangka Panjang (Long-term debt)

Modal asing/ utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. Utang jangka panjang ini digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar.


(17)

Adapun jenis atau bentuk-bentuk utama dari utang jangka panjang antara lain: pinjaman Obligasi (Bonds-Payables)

Pinjaman obigasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang panjang, untuk mana si debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang mempunyai nominal tertentu. Jangka waktu pinjaman obligasi didasarkan pada pertimbangan jangka waktu pinjaman kredit dan jumlah angsuran. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.

Jenis dari obligasi diantaranya adalah : (1) obligasi biasa, obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur dalam waktu-waktu tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. (2) Obligasi pendapatan, obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan. (3) Obligasi yang dapat ditukarkan, obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan.

Pinjaman Hipotik (mortgage)

Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana pemberi uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, agar


(18)

supaya bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya.

2. Modal Sendiri

Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.

Oleh karena itu modal sendiri ditinjau dari sudut likuiditas merupakan “dana jangka panjang yang tidak tertentu waktunya”.

Modal sendiri yang berasal dari “sumber intern” ialah dalam bentuknya “keuntungan yang dihasilkan perusahaan”, adapun modal sendiri yang berasal dari “sumber ekstern” ialah modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

Modal sendiri di dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (P.T), terdiri dari :

a. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu P.T. Bagi perusahaan yang bersangkutan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam perusahaan tersebut selama hidupnya, meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.


(19)

Adapun jenis-jenis dari saham adalah sebagai berikut : Saham biasa (Common Stock)

Saham biasa berfungsi sebagai alat untuk membelanjai perusahaan dan terutama sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan akan modal permanen, sebagai alat untuk menentukan pembagian laba, sebagai alat untuk mengadakan fungsi atau mengadakan fungsi atau kombinasi dari perusahaan-perusahaan, dan sebagai alat untuk menguasai perusahaan. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pemegang saham preferen mempunyai beberapa preferensi tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan.

Saham Kumulatif Preferen (cumulative preferred stock)

Jenis saham ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif.

b. Cadangan

Cadangan dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari dua tahun yang berjalan. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah :

Cadangan ekspansi Cadangan modal kerja


(20)

Cadangan selisih kurs

Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang tidak diduga sebelumnya (cadangan umum)

c. Laba ditahan/ Keuntungan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian dibayarkan sebagai deviden dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Apabila penahanan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan.

Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). Adanya keuntungan akan memperbesar (retained earning) yang ini berarti akan memperbesar modal sendiri. Sebaliknya adanya kerugian yang diderita akan memperkecil (retained earning) yang ini berarti akan memperkecil modal sendiri.

2.1.2. Struktur Modal (Capital Structure) 2.1.2.1. Pengertian Struktur Modal

Menurut Brigham dan Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006;6), bahwa perusahaan sebaiknya pertama-tama menganalisis sejumlah faktor, kemudian menetapkan suatu struktur modal sasaran (target capital structure). Sasaran ini dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan


(21)

perubahan kondisi, tetapi di setiap waktu, manajemen sebaiknya memiliki struktur modal yang spesifik di dalam pikiran mereka.

Menurut Bambang Riyanto (2001;22) pengertian struktur modal adalah :

“Pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri”.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Warchowicz, TR yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary (2001;232), pengertian struktur modal adalah :

“Bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa”.

Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006;48), mengemukakan bahwa :

Struktur modal optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Di setiap waktu, manajemen akan memiliki suatu struktur modal sasaran yang spesifik di dalam pikirannya, yang diasumsikan sebagai sasaran yang optimal, meskipun hal ini dapat berubah dari waktu ke waktu.

Dari beberapa pengertian di atas, jelas bahwa dalam menetapkan kebijakan struktur modal perusahaan harus mempertimbangkan risiko dan tingkat pengembalian agar dapat mengoptimalkan nilai perusahaan.


(22)

2.1.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006;7), terdapat 4 faktor utama yang mempengaruhi keputusan struktur modal. Diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Risiko bisnis, atau risiko yang inheren dengan operasi risiko jika perusahaan tidak mempergunakan utang. Semakin tinggi risiko bisnis perusahaan, maka semakin rendah rasio utang optimalnya.

2. Posisi perpajakan perusahaan. Salah satu alasan utama menggunakan utang adalah bunganya yang dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utang efektif. Akan tetapi, jika sebagian besar laba perusahaan telah dilindungi dari pajak karena perlindungan penyusutan pajak, bunga dari utang yang masih beredar saat ini, atau karena kerugian pajak yang dibawa ke tahun berikutnya, maka tarif pajaknya akan rendah, sehingga tambahan utang mungkin tidak akan begitu menguntungkan lagi dibandingkan jika perusahaan memiliki tarif pajak efektif yang lebih tinggi.

3. Fleksibilitas keuangan, atau kemampuan untuk memperoleh modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Bendahara-bendahara perusahaan tahu bahwa operasi yang stabil akan membutuhkan pasokan modal yang lancar, yang merupakan hal yang vital bagi keberhasilan jangka panjang perusahaan. Mereka juga tahu bahwa ketika perekonomian sedang ketat, atau ketika perusahaan sedang mengalami kesulitan operasional, para pemberi modal


(23)

akan lebih suka memberikan dananya kepada perusahaan yang memiliki neraca yang kuat. Oleh karena itu, baik potensi kebutuhan dana dimasa depan maupun konsekuensi dari kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal-semakin tinggi kemungkinan kebutuhan modal di masa mendatang, dan modal-semakin buruk konsekuensi dari kekurangan dana, maka neraca perusahaan harus semakin kuat.

4. Konservatisme atau keagresifan manajemen. Beberapa manajer lebih agresif dari yang lainnya, sehingga beberapa perusahaan cenderung menggunakan utang sebagai usaha untuk mendorong keuntungan. Faktor ini memiliki pengaruh pada struktur modal optimal yang sebenarnya, atau memaksimalkan nilai, namun memang memiliki pengaruh struktur modal sasaran yang ditentukan oleh para manajer.

Semua faktor tersebut sangat menentukan sasaran struktur modal, namun kondisi operasi juga dapat menyebabkan struktur modal aktual berbeda dari sasaran.

2.1.2.3. Teori Struktur Modal

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006;33), bahwa teori struktur modal dimulai pada tahun 1958 ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (selanjtnya disebut MM) menerbitkan apa yang disebut sebagai salah satu artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya.


(24)

Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal yang relevan. Akan tetapi, studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistis, termasuk hal-hal berikut ini : 1. Tidak ada biaya pialang

2. Tidak ada pajak

3. Tidak ada biaya kebangkrutan

4. Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.

5. Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang peluang-peluang investasi perusahaan di masa depan.

6. EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan utang.

MM kemudian menerbitkan makalah lanjutan pada tahun 1963 dimana didalamnya mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Hasil irelevansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya kebangkrutan. Namun, kebangkrutan pada praktiknya terjadi, dan hal ini dapat sangat mahal biayanya.

Argumentasi-argumentasi sebelumnya mengarah pada dikembangkannya

apa yang disebut sebagai “teori pertukaran leverage” dimana perusahaan menukarkan

keuntungan–keuntungan pendanaan melalui utang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi.


(25)

MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya. Hal ini disebut informasi simetris, namun kenyataannya para manajer sering kali memiliki informasi yang lebih baik daripada investor pihak luar. Hal ini disebut informasi asimetris dan memiliki pengaruh yang penting pada struktur modal yang optimal.

2.1.3. Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)

Menurut Prof. Dr. Eduardus Tandelilin, MBA, CWM (2010; 364), Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan salah satu jenis informasi yang paling mudah dan paling murah didapatkan dibanding alternatif informasi lainnya. Disamping itu, informasi laporan keuangan akuntansi sudah cukup menggambarkan sejauh mana perkembangan kondisi perusahaan selama ini dan apa saja yang telah dicapainya.

Dengan menggunakan laporan keuangan, investor juga akan bisa menghitung berapa besarnya pertumbuhan earning yang telah dicapai perusahaan terhadap jumlah saham perusahaan. Perbandingan antara jumlah earning (dalam hal ini laba bersih yang siap dibagikan bagi pemegang saham) dengan jumlah lembar saham perusahaan akan diperoleh komponen earning per share (EPS). Bagi para investor, informasi EPS merupakan informasi yang dianggap paling mendasar dan berguna, karena bisa menggambarkan prospek earning perusahaan di masa depan. Informasi EPS suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan.


(26)

2.1.4. Hubungan Struktur Modal (Capital Structure) dengan Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam memenuhi kebutuhan dana suatu perusahaan, harus dipertimbangkan karena dapat mempengaruhi perubahan harga saham. Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo (2001;19), bahwa :

“Perubahan dalam utang akan mengakibatkan perubahan laba per saham (EPS=Earning per Share) dan arena itu juga mengakibatkan perubahan harga saham”

Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Ali Akbar Yulianto (2006;24), bahwa untuk memenuhi kebutuhan dana , perusahaan harus mencari alternatif –alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan memiliki struktur modal yang optimal, dimana :

“Struktur modal yang optimal adalah struktur yang memaksimalkan harga

dari saham perusahaan, dan hal ini biasanya meminta rasio utang yang lebih rendah

daripada rasio yang memaksimalkan EPS yang diharapkan”.

Untuk mengetahui apakah sebaiknya perusahaan menggunakan utang atau modal sendiri guna memaksimalkan laba per lembar saham adalah dengan pendekatan EBIT-EPS seperti yang dikemukakan oleh Ridwan S. Sudjaja dan inge Barlian (2001;174) bahwa :

“Pendekatan EBIT-EPS adalah suatu pendekatan untuk memilih struktur modal yang memaksimumkan laba per lembar saham (Earning per Share) sesuai


(27)

dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Taxes/

EBIT) yang diharapkan”.

Menurut Eduardus Tandelilin (2010; 365), Untuk mengetahui Hubungan antara struktur modal (capital structure) dengan laba per lembar saham (Earning per Share), dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan, dimana laporan keuangan sendiri terdiri atas : Neraca, Laporan rugi-laba, dan laporan aliran kas perusahaan. Berikut lebih jelasnya :

1. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan kondisi finansial perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca disebut juga sebagai gambaran kondisi keuangan perusahaan yang bersifat snapshot atau gambaran sesaat seperti layaknya sebuah foto, karena neraca hanya memberikan informasi posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu saja. Neraca merupakan laporan tentang aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham perusahaan pada suatu tanggal tertentu.

2. Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba (Income statement) adalah ringkasan profitabilitas perusahaan selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun. Dalam analisis laporan rugi laba perlu dilakukan pembedaan unsur-unsur biaya yang tercantum dalam laporan rugi-laba, menjadi :


(28)

a. Biaya produksi

Biaya ini berkaitan dengan biaya-biaya yang langsung terkait dengan aktivitas produksi barang-barang dan jasa yang akan dijual perusahaan.

b. Biaya administrasi dan umum

Biaya ini berkaitan dengan biaya overhead, biaya gaji, pengiklanan, dan biaya lainnya yang tidak terkait langsung dengan biaya produksi barang dan jasa. c. Biaya bunga

Biaya ini terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan sebagai konsekuensi penggunaan hutang.

d. Biaya pajak penghasilan

Biaya ini berkaitan dengan kewajiban perusahaan untuk membayar sejumlah pajak kepada pemerintah.

3. Laporan Arus Kas

Laporan ini disebut juga sebagai laporan perubahan posisi finansial atau laporan aliran dana perusahaan. Laporan arus kas merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari 3 sumber; (1) aktivitas operasi perusahaan, (2) Aktivitas investasi, (3) Aktivitas pendanaan yang dilakukan perusahaan.


(29)

2.1.5. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Andry Riadi (2005)

Andry Riadi meneliti mengenai “Analisis Variabel-variabel struktur modal dan pengaruhnya terhadap laba per lembar saham (EPS) pada perusahaan industri rokok yang go public di BEJ”. Dalam hasil penelitiannya Andry Riadi menyebutkan bahwa berdasarkan pengujian simultan, ditunjukkan dengan F sig >

α yaitu 0,5896 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel -variabel struktur modal yang terdiri dari struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan stabilitas arus kas tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap laba per lembar saham (EPS) perusahaan industri rokok yang telah Go-public di BEJ pada periode 2000-2003.

2. Penelitian Imanuel setiawan Siregar (2008)

Imanuel setiawan Siregar melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Struktur Modal terhadap Return Saham melalui Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan LQ 45 Periode 2007-2008”. Hasil penelitian Imanuel setiawan Siregar menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham melalui Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham, Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap

Earning Per Share (EPS), Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, Debt to Equity Ratio (DER) dan Equity to Asset Ratio


(30)

(EPS), Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham melalui Earning per Share (EPS), Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham, Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Equity to Asset Ratio (EAR), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.

Adapun persamaan dan perbedaan serta metode analisis yang dipakai oleh penelitan terdahulu dengan penelitian ini dapat terlihat pada tabel 2.1 berikut ini:


(31)

Tabel 2.1

hasil peneliti terdahulu Peneliti /

Tahun

Judul Hasil / Kesimpulan Persamaan Perbedaan

Andry Riadi / 2005 Analisis Variabel-variabel struktur modal dan pengaruhnya terhadap laba per lembar saham (EPS) pada perusahaan industri rokok yang go public

di BEJ

Berdasarkan pengujian simultan,

ditunjukkan dengan F sig > α yaitu

0,5896 > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara simultan variabel-variabel struktur modal yang terdiri dari struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan stabilitas arus kas tidak

memiliki hubungan yang signifikan terhadap laba per lembar saham (EPS) perusahaan industri rokok yang telah

Go-public di BEJ pada periode 2000-2003

 Variabel dependen (struktur modal)  Variabel Independen (Laba per Lembar Saham) Lokasi penelitian Populasi penelitian Rancangan analisis (Sederhana dan Berganda) Imanuel setiawan siregar / 2008 Pengaruh Struktur Modal terhadap Return

Saham melalui

Earning Per Share (EPS) Pada

Perusahaan LQ 45 Periode

2007-2008

Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Return Saham melalui Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh

terhadap Return Saham, Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap

Earning Per Share (EPS), Earning Per Share (EPS) tidak berpengaruh signifikan

terhadap Return Saham, Debt to Equity Ratio (DER) dan Equity to Asset Ratio

(EAR) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share

(EPS), Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham melalui Earning per Share (EPS),

Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return

Saham, Equity to Asset Ratio (EAR) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Earning per Share (EPS), Debt to Equity Ratio (DER), Equity to Asset Ratio

(EAR), dan Earning Per Share (EPS) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Saham.

 Variabel independen (Struktur modal) Lokasi penelitian Variabel dependen Indikator Teknik sampling Rancangan analisis (Berganda)


(32)

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Struktur Modal (Capital Structure)

2.2.1.1. Pengertian Struktur Modal (Capital Structure)

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, ada beberapa pendapat para pakar mengenai definisi dari Struktur Modal ( Capital Structure ), yaitu :

Menurut Martono dan D. Agus Harjito (2002;240), Struktur modal adalah:

“Perbandingan atau perimbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.”

Menurut Bambang Riyanto ( 2001 ; 22 ) Struktur modal adalah :

“Pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.”

Menurut Lawrence. J. Gitman ( 2006 ; 326 ) Struktur modal adalah :

Capital Structure is the mix of coraterm debt & equity maintained by the firm.”

Menurut Suad Husnan ( 1994 ; 27 ) Struktur modal adalah :

“Perbandingan sumber dana jangka panjang yang bersifat pinjaman dengan modal sendiri.”

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur modal menggambarkan perbandingan modal asing terhadap modal sendiri pada suatu perusahaan yang digunakan untuk kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan.


(33)

2.2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Capital Structure)

Menurut Eugene F. Brigham & Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo ( 2001 : 39 ), Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut :

1. Stabilitas penjualan

Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menaggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. Perusahaan umum, karena permintaan atas produk atau jasanya stabil, secara historis mampu menggunakan lebih banyak leverage keuangan daripada perusahaan industry. 2. Struktur aktiva

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang.

3. Leverage operasi

Perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai risiko bisnis yang lebih kecil.

4. Tingkat pertumbuhan

Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal.


(34)

5. Profitabilitas

Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal.

6. Pajak

Makin tinggi tariff pajak perusahaan, makin besar manfaat penggunaan utang. 7. Pengendalian

Pengaruh utang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal.

8. Sikap Manajemen

Manajemen dapat melakukan pertimbangan sendiri terhadap struktur modal yang tepat.

9. Sikap pemberi pinjaman dan Lembaga penilai peringkat

Sikap para pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat mempengaruhi keputusan struktur keuangan.

10.Kondisi pasar

Kondisi di pasar saham dan obligasi mengalami perubahan jangka panjang dan pendek yang dapat sangat berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang optimal.


(35)

12.Fleksibilitas keuangan

Mempertahankan fleksibilitas keuangan berarti mempertahankan kapasitas cadangan yang memadai.

2.2.2. Laba per Lembar Saham (Earning Per Share)

Data laba per saham seringkali dilaporkan dalam penerbitan keuangan, dan telah digunakan secara luas oleh pemegang saham dan investor dalam mengevaluasi profitabilitas perusahaan.

Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham. Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas, ada beberapa pendapat para pakar mengenai definisi dari Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share ) , yaitu :


(36)

Menurut Eduardus Tandelilin (2010; 365) bahwa Laba per Lembar Saham (Earning per Share ) adalah :

“Laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan”

Menurut Donald E. Kieso , Jerry J. Weygandt & Terry D. Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim ( 2002 ; 424 ), bahwa Laba per Lembar Saham (Earning per Share ):

“EPS menunjukkan laba yang dihasilkan oleh setiap lembar saham biasa. Jadi

laba per saham hanya dilaporkan untuk saham biasa.”

Karena pentingnya informasi tentang laba per saham, maka sebagian besar perusahaan diwajibkan melaporkan informasi ini dalam laporan laba-rugi.

Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) bahwa Laba per Lembar Saham (

Earning per Share ):

Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income

earned per each share of company’s outstanding common stock.”

Menurut Kamus-kamus istilah akuntansi ( 2000 ; 320 ) Earning per Share adalah :

Jumlah laba yang diperoleh selama satu periode tertentu, biasanya per kuartal atau per tahun, untuk masing-masing saham dalam peredaran. EpS dihitung dengan membagi total laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan, pemilik perusahaan dalam periode tersebut dengan jumlah saham yang beredar.


(37)

Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indikator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran, yaitu :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengaruh Struktur Modal terhadap Laba per Lembar Saham

Jadi, dapat disimpulkan menurut Eugene F. Brigham & Joel F. Houston yang diterjemahkan oleh Herman Wibowo (2001;23) yang menyatakan bahwa :

“Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang memaksimumkan harga saham perusahaan, dan ini memerlukan rasio utang yang

lebih rendah daripada rasio utang yang memaksimalkan EPS.”

Bambang Riyanto ( 2001 ; 22 )

Andry Riadi:2005 Imanuel ; 2008

Prof.Dr. Eduardus Tandelilin, MBA,CWM ( 2010:365 ) Struktur Modal

Variabel Independen “X”

Laba per Lembar Saham


(38)

Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2001;174), Bahwa :

“Pendekatan EBIT-EpS adalah suatu pendekatan untuk memilih struktur modal yang memaksimumkan laba per saham (Earning Per Share / EpS) sesuai dengan pendapatan sebelum bunga dan pajak (Earning Before Interest and Tax /

EBIT) yang diharapkan.”

2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

“Struktur Modal (Capital Structure) Berpengaruh Negatif Terhadap Laba Per Lembar Saham (Earning per Share)”.


(39)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penyusunan Laporan Skripsi dengan judul

“Pengaruh Struktur Modal (Capital Structure) Terhadap Laba per Lembar Saham

(Earning Per Share) Pada PT Telekomunikasi Indonesia .Tbk” adalah tentang struktur modal dan laba per lembar saham Pada PT Telekomunikasi Indonesia .Tbk. 3.2. Metode Penelitian

Dalam penelitian dan penyusunan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugyono (2003;11) penelitian deskriptif adalah :

“Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri , baik satu variabel atau lebih”

Dengan demikian deskriptif analisis bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.

Metode deskriptif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 dan nomor 2 yaitu untuk mengetahui kondisi atau tingkat perubahan struktur modal dan laba per lembar saham PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk


(40)

Sedangkan pendekatan kuantitatif Menurut Mundrajad Kuncoro (2001:1) menyatakan bahwa:

Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan manajerial dan ekonomi. Dimana pendekatan ini terdiri atas perumusan masalah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis dan mengimplementasikan hasil.

Metode kuantitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah nomor 3 yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh struktur modal (Capital Structure) terhadap laba per lembar saham (Earning per Share).

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan dan perencanaan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis dan efektif.

Menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:249) menyatakan bahwa :

“Desain penelitian merupakan rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur – prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.”

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.


(41)

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan diatas, maka desain penelitian pada penelitian sebagai berikut :

1. Sumber masalah

Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian. 2. Perumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara yang relevan dan penemuan yang relevan.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara


(42)

empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat pada penelitian ini adalah Struktur modal (capital structure) berpengaruh terhadap Laba per lembar saham (earning per share).

5. Metode Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.

6. Menyusun instrument penelitian

Peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Pada penelitian ini untuk menguji adanya hubungan dari Struktur Modal (Variabel Independen“X”) terhadap Laba per Lembar Saham (Variabel dependen“Y”) digunakan regresi linear sederhana, sedangkan untuk untuk menguji adanya hubungan dari Struktur Modal (Variabel Independen“X”) terhadap Laba per Lembar Saham (Variabel dependen“Y”) digunakan korelasi

Pearson Product Moment, dan untuk menguji pengaruh dari Struktur Modal (Variabel Independen“X”) terhadap Laba per Lembar Saham (Variabel

dependen“Y”) digunakan koefisien determinasi. Untuk pengujian hipotesis


(43)

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah, dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan metode yang penulis teliti, maka penulis mengambil permasalahan sebagai variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel Independen ( X ) adalah Struktur Modal (Capital Structure), variabel ini ditetapkan sebagai variabel bebas atau variabel penyebab.

2. Variabel dependen ( Y ) adalah Laba per Lembar Saham (Earning per Share), variabel ini ditetapkan sebagai variabel terikat atau variabel akibat.


(44)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep

Variabel Indikator Ukuran Skala

Variabel Independen “X” (Struktur Modal) Pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri.” Sumber : Bambang Riyanto (2001;22)

Sumber : Bambang Riyanto ( 2001 ; 22 )

% Rasio

Variabel Dependen “Y” (Laba per Lembar Saham) Laba bersih yang siap dibagikan kepada pemegang saham dibagi dengan jumlah lembar saham perusahaan Sumber : Eduardus Tandelilin, (2010;365)

Eduardus Tandelilin ( 2010:365 )


(45)

3.2.3. Metode Penarikan Sampel 3.2.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2008;115), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Dalam penelitian ini, penulis memakai data Laporan Keuangan Pada PT Telekomunikasi Indonesia .Tbk. dari Tahun 1995-2008 sebagai objek yang dipelajari dan diteliti.

3.2.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008;116), Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi terebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dan populasi harus betul-betul representatif / mewakili.


(46)

Adapun yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan berupa Neraca dan Laporan Rugi-Laba selama 12 (dua belas) tahun dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2008 pada PT Telekomunikasi Indonesia .Tbk.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

Nonprobability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Nonprobability sampling terbagi atas beberapa jenis, diantaranya adalah

Sampling sistematis, sampling kuota, sampling incidental, Purposive sampling, sampling jenuh dan Snowball sampling. Penulis menggunakan Purposive sampling, dimana menurut Sugiyono (2008;68) bahwa :

Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.”

Dengan jumlah kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel sebesar 10%. Yang harus diambil berdasarkan uji statistik berdasarkan rumus slovin yang dikemukakan menurut Bambang Prasetyo dan Lina miftahul jannah (2005;136) adalah sbb :

Dimana :


(47)

N = Besaran populasi

e = Nilai kritis yang diinginkan

Untuk perhitungan lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

(Dibulatkan menjadi 12)

3.2.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3.2.4.1. Jenis Data

Menurut Sugiyono (2003) Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan karyawan pada perusahaan tersebut tentang sejarah, struktur, organisasi, informasi lain tentang kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan. Data tersebut digunakan


(48)

sebagai sampel penelitian untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap laba per lembar saham pada perusahaan yang akan diteliti.

2. Data Sekunder

Data yang telah ada dan tersusun secara sistematis serta merupakan data tertulis dari pihak perusahaan, seperti data yang berbentuk profil perusahaan. Selain itu data juga diperoleh dari sumber tertulis seperti : literature, artikel, berbagai website, dan tulisan ilmiah yang dianggap relevan dengan topik permasalahan. 3.2.4.2. Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008;401), pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah ( natural setting ), pada laboratorium dengan metode exsperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dll. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang lansung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak lansung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.

Jadi dalam jenis data diatas yaitu primer dan sekunder, maka penulis melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut :


(49)

1. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian ke lapangan atau ke perusahaan yang di jadikan objek penelitian secara langsung. Dalam teknik ini terdapat dua cara yang dilakukan yaitu :

a. Observasi, yaitu tehnik pengumpulan data dengan cara mengamati lansung terhadap objek penelitian dan aktifitas yang berorientasi pada permasalahan yang berhubungan dengan objek penelitian

b. Wawancara, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan beberapa pertanyaan kepada objek yang terkait dengan penelitian.

2. Study Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan cara membaca dan mempelajari sumber data yang digunakan berdasar data-data perpustakaan. Setelah pengumpulan data dilakukan maka data tersebut diolah, dalam penyusunan laporan Skripsi ini penulis melakukan pengolahan data sebagai berikut :

a. Mengumpulkan terlebih dahulu data-data yang telah diperoleh dari pihak perusahaan.

b. Mengumpulkan dokumen-dokumen tertulis, buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan materi laporan Skripsi.


(50)

c. Mengkombinasikan hubungan data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk laporan Skripsi.

3.2.5. Metode Analisis dan Perancangan Hipotesis 3.2.5.1. Metode Analisis

Untuk mengetahui berpengaruh atau tidaknya struktur modal terhadap laba per lembar saham, maka analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan Variabel X akan berpengaruh terhadap Variabel Y.

Persamaan regresi sederhana menurut Sugiyono (2008;270) adalah sebagai berikut:

Dimana :

Y = Variabel dependen, dalam hal ini adalah struktur modal

X = Variabel independen, dalam hal ini adalah Laba per lembar saham a = satuan bilangan yang merupakan nilaiY jika X=0/konstanta b = koefisien regresi

bX

a


(51)

untuk mengetahui nilai a dan b dapat digunakan least square methode (metode kuadrat kecil) yaitu metode pendekatan matematis yang digunakan untuk menghitung garis regresi yang unik melalui serangkaian titik-titik data tertentu yang ada. Rumusnya menurut Sugiyono (2008;272) adalah sebagai berikut :

Dimana:

n = jumlah dari sampel. Y= Variabel Terikat X= Variabel Bebas

2. Analisis koefisien korelasi Pearson product moment

Koefisien korelasi Pearson product moment digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat atau untuk menguji signifikasi antara pengaruh struktur modal terhadap laba per lembar saham. Rumus yang digunakan Menurut Sugiyono (2008;248) adalah sebagai berikut : 2 2 2 X X n XY X X Y a 2 2

X

X

n

Y

X

XY

n

b


(52)

Dimana :

r = Koefisien korelasi

x = Variabel bebas (independen) y = Variabel terikat (Dependen) n = Jumlah sampel

Untuk mengetahui keeratan atau derajat asosiasi hubungan antara Struktur Modal dan Laba per Lembar Saham, maka menurut Sugiyono (2008;250) hubungannya akan terinci dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Pedoman untuk memberikan interprestasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat


(53)

3. Analisis koefisien determinasi

Koefisien determinasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh struktur modal terhadap laba per lembar saham, dengan rumus perhitungannya menurut jonathan Sarwono (2005;481) adalah sebagai berikut :

Dimana :

KD = Koefisien Determinasi r = Koefisien Korelasi

3.2.5.2. Perancangan Hipotesis

Dalam perancangan hipotesis ini, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Merumuskan Hipotesis

Ho : ρ ≥ 0, Struktur Modal (Capital Structure) berpengaruh negatif terhadap Laba

per Lembar Saham (Earning Per Share).

Ha : ρ < 0, Struktur Modal (Capital Structure) berpengaruh negatif terhadap Laba


(54)

2. Menetapkan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5% (α = 0,05) dengan uji dua pihak dan derajat kebebasannya (dk= n-2). Dasar penambilan keputusan berdasarkan angka signifikan menurut Jonathan Sarwono (2005:67) menyebutkan :

a. Angka probabilitas (SIG) < 0,05 hubungan kedua variabel signifikan b. Angka probabilitas (SIG) > 0,05 hubungan kedua variabel tidak signifikan Tingkat signifikannya 5% (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak dengan taraf kepercayaan 95% maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95% dan hal ini menunjukan adanya hubungan (korelasi) yang signifikan antara dua variabel tersebut.

3. Uji Hipotesis (Uji t)

Menurut Sugiyono (2008;250) rumusnya adalah :

Dimana : t = Probabilitas

r = Koefisien korelasi Pearson product moment

n = Banyaknya responden

4. Membuat Kesimpulan

Jika thitung < ttabel; maka Ho diterima dan Ha ditolak

Jika thitung > ttabel ; maka Ho ditolak dan Ha diterima


(55)

Menurut Sugiyono (2008;227) Gambar pengujian uji pihak kiri adalah sebagai berikut :

Daerah Penolakan Ho

Daerah Penerimaan Ho

Gambar 3.1


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Sejarah Perusahaan

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (“TELKOM”, “Perseroan”, “Perusahaan” atau “Kami”) adalah penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan layanan InfoComm, telepon tidak bergerak kabel (fixed wireline) dan telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik secara langsung maupun melalui anak perusahaan.

Sampai dengan 31 Desember 2009, jumlah pelanggan TELKOM telah tumbuh sebesar 21,2% atau menjadi 105,1 juta pelanggan. TELKOM melayani 8,4 juta pelanggan telepon tidak bergerak kabel, 15,1 juta pelanggan telepon tidak bergerak nirkabel, dan 81,6 juta pelanggan telepon seluler.

Sampai dengan 31 Desember 2009, sebagian besar dari saham biasa TELKOM dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya dimiliki oleh pemegang saham publik. Saham TELKOM diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), New York Stock Exchange (NYSE), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock Exchange (tanpa tercatat). Harga saham TELKOM di BEI pada akhir Desember


(57)

2009 adalah Rp9.450 dengan nilai kapitalisasi pasar saham TELKOM pada akhir tahun 2009 mencapai Rp190.512 miliar atau 9,43% dari kapitalisasi pasar BEI.

Untuk menghadapi tantangan dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan mobilitas dan konektivitas tanpa putus, TELKOM telah memperluas portofolio bisnisnya yang mencakup telekomunikasi, informasi, media dan edutainment

(TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next Generation Network (NGN) dan memobilisasi sinergi di seluruh jajaran TELKOMGroup, TELKOM dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan pelanggan yang lebih baik.

Pada tahun 2009, laba bersih konsolidasian TELKOM sebesar Rp11.332,1 miliar meningkat 6,7% dibanding tahun 2008 atau 100,8% terhadap target tahun 2009. Sementara itu margin laba bersih TELKOM sebesar 17,5% di tahun 2009 yang merupakan pencapaian 105,4% terhadap target margin laba bersih.

Prestasi keuangan tersebut didukung oleh kinerja operasional kami yang juga solid. Saat ini TELKOM melayani 105,2 juta pelanggan, dari bisnis seluler, telepon tidak bergerak dan telepon tidak bergerak nirkabel. jumlah tersebut merupakan pencapaian 106% terhadap target perusahaan. Penambahan pelanggan TELKOM dipimpin oleh bisnis seluler yang bertambah 16,34 juta pelanggan atau pencapaian 162% terhadap target perusahaan tahun 2009.


(58)

PT TELKOM memiliki Visi dan Misi yang dijadikan pedoman dasar untuk terus maju membangun perusahaan yang terdepan, Berikut Visi dan Misinya : Visi : To become a leading InfoCom player in the region

Telkom berupaya untuk menempatkan diri sebagai perusahaan InfoCom terkemuka di kawasan Asia Tenggara, Asia dan akan berlanjut ke kawasan Asia Pasifik.

Misi : Telkom mempunyai misi memberikan layanan " One Stop InfoCom Services with Excellent Quality and Competitive Price and To Be the Role Model as the Best Managed Indonesian Corporation " dengan jaminan bahwa pelanggan akan mendapatkan layanan terbaik, berupa kemudahan, produk dan jaringan berkualitas, dengan harga kompetitif.

Telkom akan mengelola bisnis melalui praktek-praktek terbaik dengan mengoptimalisasikan sumber daya manusia yang unggul, penggunaan teknologi yang kompetitif, serta membangun kemitraan yang saling menguntungkan dan saling mendukung secara sinergis.

4.1.2. Struktur Organisasi

Untuk memperlancar pekerjaan atau kegiatan usaha di dalam perusahaan diperlukan suatu tanggung jawab yang dapat menghasilkan suatu organisasi. Struktur Organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang dapat memperlihatkan sejauh mana pembagian wewenang dan tanggung jawab yang dapat menghasilkan suatu system kerjasama yang baik dan terkoordinir dalam usaha mencapai tujuan perusahaan.


(59)

Adapun struktur organisasi pada PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Bandung Divisi Finance Center :

Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT TELKOM Divisi Finance Centre Sumber : PT TELKOM pada Divisi Finance Center

4.1.3. Deskripsi Tugas

Berikut dibawah ini uraian tugas dari divisi finance center PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk Bandung :

SGM FINANCE CENTRE

DEPUTY SGM FINANCE CENTRE

SM GENERAL SUPPORT SM GENERAL

ACCOUNTING OPERATION SM TAX

OPERATION SM ANNUAL

BUDGET

OSM FINANCE CENTRE AREA


(60)

A. Senior Gereral Management Finance Centre

1. finance centre dipimpin oleh suatu posisi yaitu Senior General Manager Finance Centre, yang selanjutnya disingkat SGM.Finance Centre.

2. Tugas pokok SGM. Finance Centre, adalah mengelola penyelenggaraan aktivitas operasi transaksi keuangan perusahaan, mengendalikan implementasi kebijakan keuangan perusahaan, dan mengkoordinasikan aktivitas operasional dukungan fungsi keuangan kepada seluruh unit organisasi TELKOM.

3. SGM. Finance Centre bertanggungjawab atas hal-hal sbb :

a. Efektifitas penyelenggaraan dukungan operasional fungsi keuangan kepada seluruh unit organisasi TELKOM.

b. Dapat dikendalikan dan dikontrolnya seluruh transaksi dan aktivitas operasional keuangan sesuai dengan kebijakan keuangan perusahaan.

c. Kelancaran proses penyusunan dan pemenuhan kebutuhan anggaran pada seluruh aktivitas bisnis di seluruh unit organisasi TELKOM.

d. Validitas, keteatan, dan kelancaran pemenuhan kewajiban perpajakan.

e. Kelancaran, ketepatan dan terkendalinya aktivitas pembayaran dan transver yang menjadi tanggung jawabnya.

f. Terkendalinya transver harian atas penerimaan dari pendapatan usaha perusahaan.

g. Kelancaran, ketepatan dan terkontrolnya data dan catatan piutang perusahaan (account receivable)


(61)

h. Kelengkapan, validitas serta terpeliharanya seluruh dokumen dan bukti-bukti transaksi keuangan.

i. Optimalisasi Sumber Daya dalam penyelenggaraan kegiatan operasional fungsi keuangan.

4. SGM. Finance Centre diberikan kewenangan untuk :

a. Menetapkan pengaturan pelaksanaan operasi release anggaran sampai dengan jumlah tertentu.

b. Menetapkan redistribusi dan realokasi anggaran antar Finance cetntre area, dan mengontrol redistribusi dan realokasi anggaran dalam satu area yang dilaksanakan oleh OSM.Finance Centre Area.

c. Menetapkan pelaksanaan transaksi perpajakan.

d. Mengendalikan dan mengontrol sirkulasi cash dalam perusahaan (sesuai dengan pengaturan delegasi kewenangan perbendaharaan).

e. Memutuskan langkah-langkah operasional dalam pengelolaan data piutang. f. Mengatur pendayagunaan Sumber Daya dalam lingkup Finance Centre. 5. Dalam menjalankan perannya, SGM. Finance Centre berinteraksi dengan :

a. VP. Finance Centre & Logistic Policy, dalam hal koordinasi implementasi kebijakan keuangan, perpajakan dan pemberian masukan/feed back.

b. VP. Management Accounting, dalam hal ini koordinasi penyusunan dan operasi anggaran.

c. VP Tax & Treasury Management, dalam hal koordinasi pengelolaan cash & bank.


(62)

d. VP. Financial accounting dalam hal pengelolaan dan pengendalian pencatatan atas transaksi-transaksi keuangan.

e. Seluruh pimpinan unit organisasi TELKOM, dalam hal koordinasi pemenuhan dukungan operasi fungsi keuangan.

f. SGM. Information System Centre, dalam hal koordinasi pemenuhan kebutuhan sarana system informasi keuangan.

6. Dalam melaksanakan tugasnya, SGM.Finance centre dibantu oleh beberapa posisi, yaitu:

a. Deputy SGM. Finance Centre

b. Beberapa Senior Manager, yang selanjutnya disingkat SM., yaitu :

SM. Annual Budget SM. Tax Operation

SM. General Accounting Operation SM. General Support

c. Sembilan Operation Senior Manager (OSM) Finance Centre Area yaitu : OSM. Area 00 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan kantor corporate, HRAS, CDC, TTC, RDC, MCC, HRC, FC, ISC, CC, MSC dan unit & supply.

OSM. Area 01 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah sumatera.


(63)

OSM. Area 02 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di Divisi Regional (DIVRE) II dan unit diluar DIVRE II yang ditetapkan oleh SGM Finance Centre.

OSM. Area 03 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah jawa barat.

OSM. Area 04 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah Jawa Tangah dan DIY.

OSM. Area 05 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah Jawa Timur.

OSM. Area 06 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah Kalimantan.

OSM. Area 07 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di wilayah Kawasan Indonesia Timur.

OSM. Area 08 yang bertanggungjawab mengel;ola operasi keuangan di Divisi INFRATEL, Divisi Multimedia dan RO dari Centre yang beroprasi di Jakarta.

OSM. Area 09 yang bertanggungjawab mengelola operasi keuangan di

Divisi Enterprise Service (DIVES), Divisi Carrier&Interconnection Service (CIS) dan Divisi Fixed Wireless Network (DIVFWN).


(64)

B. Deputy SGM. Finance Centre

a. Deputy SGM Finance Centre membantu penyelesaian pelaksanaan tugas-tugas

SGM. Finance Centre.

b. Dibawah kendali SGM. Finance Centre, Deputy SGM. Finance Centre diberikan kewenangan untuk mengelola aktivitas penyelenggaraan Finance Centre, namun untuk efektivitas dalam mengkoordinasikan operasional Finance Centre, maka ditetapkan pembagian focus tugas antara SGM. Finance Centre dengan Deputy SGM. Finance Centre.

c. Pembagian fokus tugas :

a. SGM. Finance centre fokus pada hal-hal yang sifatnya strategis dan koordinatif dengan unit bisnis diluar Finance Centre.

b. Deputy SGM. Finance centre focus pada pengendalian pelaksanaan operasional Finance Centre Area dan koordinasi antar unit yang ada di internal Finance Centre.

d. Atas pembagian focus peran sebagaimana dimaksud, Deputy SGM. Finance Centre tetap melapor dan mempertanggungjawabkan tugasnya kepada SGM. Finance Centre.

e. SGM. Finance Centre dapat mengatur lebih rinci pembagian peran antara SGM Finance Centre dan Deputy SGM. Finance Centre

C. SM Annual Budget

1. Bidang Annual Budget dipimpin oleh senior manajer Annual Budget, yang disebut


(65)

2. Tugas pokok SM. Annual Budget adalah bertanggungjawab atas kelancaran dukungan operasi hold and release budget guna memenuhi kebutuhan seluruh unit bisnis.

3. Untuk melakukan perannya, SM. Annual Budget ditugaskan untuk melaksanakan aktivitas antara lain :

a. Membantu seluruh unit bisnis dalam proses penyusunan anggaran tahunan, untuk diproses dalam penetapan RKAP melalui one on meeting corporate. b. Melakukan pengendalian anggaran seluruh unit bisnis termasuk unit corporate

office.

c. Mengkoordinasikan proses realokasi dan redistribusi anggaran pada lingkup antar area.

d. Mengendalikan operasi hold & release anggaran untuk seluruh unit bisnis, termasuk unit corporate office.

e. Mengendalikan pengoperasian system informasi yang terkait dengan aplikasi pengelolaan anggaran.

f. Membuat evaluasi & laporan penyerapan anggaran.

4. Dalam penyelenggaraan aktivitasnya, SM. Annual Budget berinteraksi antara lain dengan :

a. Seluruh pimpinan unit bisnis, dalam hal penyusunan anggaran & layanan operasi anggaran.

b. VP. Management Accounting, dalam hal koordinasi operasi anggaran.


(1)

xii

4.2. Pembahasan Penelitian 78

4.2.1. Perkembangan Struktur Modal Pada PT Telkom 78 4.2.2. Perkembangan Laba Per Lembar Saham Pada

PT Telkom 80

4.2.3. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Laba per

Lembar Saham 84

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 100

5.2. Saran 101

DAFTAR PUSTAKA 103


(2)

104

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, “Metode-Penelitian Kuantitatif : Teori dan Aplikasi” PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Bambang Riyanto, 1995, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Bambang Riyanto, 2001, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.

Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 1998, “Fundamental of Financial Management”, 8th edition, Diterjemahkan Oleh Herman Wibowo, 2001, “Manajemen Keuangan”, Buku Dua, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta. Brigham Eugene F. and Joel F. Houston, 2004, “Fundamental of Financial

Management”, 10th edition, Diterjemahkan Oleh Ali Akbar Yulianto, 2006, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Buku Dua, Edisi Kesepuluh, Salemba Empat, Jakarta.

Eduardus Tandelilin, MBA, CWM, 2010 “Portofolio dan Investasi”, Edisi pertama, Kanisius, Yogyakarta.

Gitman, Lawrence J. 2003, “Principles of Manajerial Finance”, International Edition, 10th edition, Pearson Education, Boston.

Gitman, Lawrence J. 2006, “Principles of Manajerial Finance”, International Edition, 10th edition, Pearson Education, Boston.

Jonathan Sarwono, 2005, “Teori dan Praktek Riset Pemasaran dengan SPSS”, CV Andi, Yogyakarta.

Kieso, Donald E. Jerry J.Weygandt and Terry D.Warfield, 2001, “Intermediate Accounting”, 10th edition, diterjemahkan oleh Emil Salim, 2002, “Akuntansi Intermediate”, Jilid Dua, Edisi Kesepuluh, Erlangga, Jakarta.

Martono dan Agus Harjito, 2002, “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Mudrajat Kuncoro, 2001. “Metode kuantitatif”, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002, “Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen”, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta.


(3)

105

Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian ,2002, “Manajemen Keuangan” Buku Kedua, Edisi Keempat, Prehalindo, Jakarta.

Suad Husnan, Enny Pudjiastuti, 1994, “Dasar-dasar Manajemen Keuangan” , UPP-AMPYKPN, Yogyakarta.

Sugiyono, 2003. “Metode Penelitian Bisnis”. Alafabeta, Bandung. Sugiyono, 2008. “Metode Penelitian Bisnis”. Alafabeta, Bandung.

Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar, 2000, “Kamus Istilah-istilah Akuntansi”, Cetakan Pertama, Citra Harta Prima, Jakarta

Van Horne, James. and John M. Wachowicz, TR, “Fundamental of Financial Management”,12th edition, Diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos, 2001, “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”, Buku Dua, Edisi Keduabelas, Salemba Empat, Jakarta.

Jurnal :

Andry Riadi, 2005, “Analisis variable-variabel struktur modal dan pengaruhnya terhadap laba per lembar saham pada perusahaan industry rokok yang go public di BEJ”, Widyatama, Bandung.

Siregar, Imanuel Setiawan, “Pengaruh struktur modal terhadap return saham melalui earning per share (EPS) pada perusahaan LQ 45 periode 2007-2008” Universitas Negeri Malang, Malang.

Internet :

Telkom. Sekilas Telkom. Melalui < http://www.telkom.co.id >, 10/05/2010.

Tempo. Penyidikan Korupsi PT Telkom Senilai Rp 110 Miliar Terancam Macet. Melalui < http://www.tempo.co.id >, 10/05/2010.


(4)

126

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Nurlita Agustina Nama Panggilan : Lita

Alamat : Jl. Mekar Sari No.47 Rt.01 Rw.16 Bbk-sari, Kiaracondong, Bandung 40283

E-mail : L_sosweet@yahoo.co.id

Tempat / Tanggal Lahir : Bandung / 28 Agustus 1987

Agama : Islam

Tinggi / Berat Badan : 157 / 42

Status : Belum Menikah

Telepon : 085659057552

PENDIDIKAN

 TK ASY-SYIFA BANDUNG 1993-1994

 SD NEGERI CIUJUNG BANDUNG 1994-2000

 SMP NEGERI 27 BANDUNG 2000-2003

 SMU NEGERI 16 BANDUNG 2003-2006


(5)

127 PENGALAMAN

 Peserta “Mengenal Dunia Presenter” di UNISBA 2005

 Peserta “Pendidikan Dasar Koperasi Siswa I Se-Jawa

Barat” di UPI 2005

 Peserta “Kolaborasi Mahasiswa Manajemen 2006”

di UNIKOM 2006

Peserta “OLIMPUS 2006” di UNIKOM 2006

 Panitia “Seminar Pasar Modal dan Portofolio”

di UNIKOM 2007

 Peserta “Table Manner Course” di The Jayakarta

Bandung Suite Hotel & Spa 2007

 Peserta “Praktikum Manajemen Keuangan”

di UNIKOM 2007-2008

 Panitia “Penalaran Mata Kuliah Manajemen Keuangan

ke Bursa Efek Indonesia (BEI)” 2008

 Peserta “Motivation Training” di UNIKOM 2008

 Penerima Beasiswa “Peningkatan Prestasi Akademik” 2008/2009

 Peserta “Penalaran Mata Kuliah Bank dan Lembaga

Keuangan ke Museum Bank Indonesia” di Jakarta 2009

 Kerja Praktek di PT. TELEKOMUNIKASI

INDONESIA, Tbk Bandung 2009


(6)

128

and Relationship Program (MASTER PROGRAM)” 2009

 Juara 1 “Management Simulation, Teamwork, Education

and Relationship Program (MASTER PROGRAM)” 2010

 Penelitian di PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk Bandung untuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Struktur

Modal terhadap Laba per Lembar Saham” 2010