BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1.
Sebelum diberlakukannya UU nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi, ketentuan pornografi sudah terlebih dahuludiatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana Pasal 282, 283 dan 283bis, UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU no 40 Tahun 1999 tentang Pers, UU no 23 Taun
2002 tentang Perlindungan Anak dan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Namun keseluruhan peraturan perundang-undangan ini tidak
memuat keetntuan yang jelas bagi tindak pidana pornografi. Kemudian dikeluarkanlah UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang tidak hanya
mengatur mengenai pornografi secara umum namun juga mengatur perlindungan anak dari tindakan pornografi anak. UU ini disahkan tanggal 30
Oktober 2008 yang terdiri dari 8 delapan Bab dan 45 empat puluh lima Pasal. Namun sedari awal UU no 44 Tahun 2008 ini sudah memanciong
kontoversi yang demikian besar di kalangan masyarakat. Ada pihak yang mendukung dengan alasan terancamnya moral bangsa oleh paparan
pornografi. Sebaliknya, berbagai pihak khawatir lahirnya UU ini mengakibatkan terkikisnya kepentingan ptrofesionalitas, budaya, sosial, dan
terutama ekonimi menjadi terancam. 2.
Di Indonesia, perkembangan zaman yang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan menimbulkan berbagai masalah dan ancaman baru bagi anak
baik secara fisik maupun psikis. Media internet yang dapat dengan mudah
Universitas Sumatera Utara
diakses oleh siapapun, tidak jarang menyajikan hal-hal yang tidak sepatutnya diketahui oleh seorang anak, seperti situs porno. Tragisnya, di zaman sekarang
ini, anak tidak lagi bertindak sebagai penonton saja, namun juga turut menjadi pelaku. Kemudahan mengakses materi pornografi menyebabkan anak dapat
mencontoh aktivitas seksual sesuai dengan adegan yang ditontonnya. Pornografi anak yang menyebar luas akan meningkatkan berbagai kekerasan
seksual terhadap anak yang dilakukan oleh orang dewasa atau oleh sesama anak. Secara khusus, pornografi bukan hanya berdampak pada orang dewasa,
pornografi juga memberikan beberapa dampak negatif terhadap anak yaitu :
1. Pelecehan seksual
2. Penyimpangan seksual
3. Sulit konsentrasi
4. Tidak percaya diri
5. Menarik Diri
6. Meniru
Pornografi anak di Indonesia saat ini semakin marak dan semakin mengkhawatirkan. Kekhawatiran ancaman pornografi terhadap anak yang
demikian besar tersebut bila tidak dicermati akan dapat merusak moral anak Indonesia. Akibatnya, akan banyak anak Indonesia yang terbius oleh pesona
pornografi sehingga perkembangan mental dan moralnya akan mengganggu kualitas hidup dan prestesinya. Perlu diingat, gambaran moral anak Indonesia saat
ini sangat menentukan kualitas hidup bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Oleh sebab itu diperlukan tindakan pencegahan untuk membatasi penyebaran
Universitas Sumatera Utara
pornografi di Indonesia. Pengaturan pertama tentang Pornografi Anak dalam UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi terdapat dalam Pasal 4 ayat 1 huruf f
yang dalam penjelasannya mengatakan bahwa Pornografi Anak adalah segala bentuk pornografi yang melibatkan anak atau yang melibatkan orang dewasa yang
berperan atau bersikap seperti anak. Bukan hanya mengatur mengenai pengertian Pornografi Anak, namun
dalam UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dalam Bab III diatur secara khusus tentang Perlindungan Anak yang terdiri dari Pasal 15 dan 16.
B. SARAN
Gambaran moral anak Indonesia saat ini sangat menentukan kualitas hidup masa depan bangsa ini. Harus dimaklumi, penerapan UU No 44 Tahun 2008
tentang Pornografi ini pasti disertai kekhawatiran terhadap kelangsungan budaya, sosial, adat istiadat dan ekonomi yang terkorbankan. Tetapi, seharusnya
kekhawatiran tersebut pasti dapat dipecahkan melalui jalan keluar yang lebih bijaksana. Kekhawatiran yang berlebihan tersebut mungkin dapat disikapi dengan
bijak bila melihat dampak buruk pornografi yang mengancam generasi muda bangsa Indonesia. Kalaupun akhirnya, kekhawatiran tersebut tidak bisa
dikesampingkan, mungkin dibutuhkn pengorbanan dari beberapa pihak yang merasa dirugikan untuk dilakukan evaluasi dalam satu kurun waktu tertentu. Bila
memang kekhawatiran itu benar-benar terjadi, maka Pemerintah harus mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk mengatasinya. Kalau perlu dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Judicial Review dan amandemen Undang-Undang bila terjadi masalah yang lebih berat.
Tetapi semua pihak harus dapat berfikir positif dan lebih bijak dalam menyikapinya. Tampaknya sejauh ini mungkin tidak ada aturan positif yang
malah merugikan. Kalaupun itu terjadi mungkin harus dikaji lebih arif bahwa benturan itu terjadi karena perilaku tersebut tidak sesuai dengan harkat dan
martabat manusia yang beragama. Jangan sampai kontroversi yang terjadi di tengah-tengah masyarakat membuat kita tidak menyadari bahwa harapan anak
Indonesia terhadap UU No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi untuk melindungi mereka sangat besar.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF