Masyarakat Tionghoa Tinjauan Pustaka 1. Kebudayaan Jawa

lagi bentuk dari suatu pengetahuan esoterik dari ”Tanah Jawa” yang tidak bisa disamai oleh Barat, sebagai suatu sarana produksi yang hasil-hasilnya bisa diterapkan sebagai asli sebagaimana berbagai jiwa- jiwa ”Jawa” akan mengidentifikasi diri mereka berdasarkan produk- produk itu. Batik ”asli Jawa” dari Surakarta merupakan inti dari bisnis busana ini John Pemberton, 2003:181.

2. Masyarakat Tionghoa

Pengertian masyarakat menurut KBBI adalah sejumlah manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Masyarakat adalah istilah yang paling lazim digunakan untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang beasal dari kata latin socius, yang berarti ”kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari kata lat in akar kata Arab ”syaraka” yang berarti ikut serta berpartisipasi. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang sering bergaul atau dengan istilah ”saling berinteraksi”. Menurut Hari Poerwanto dalam bukunya Rustopo, di Indonesia digunakan istilah Tionghoa, bukan Cina, untuk menyebut orang-orang Tionghoa. Walaupun demikian, istilah Cina adalah istilah standar dalam bahasa Melayu untuk menyebut orang Cina di Hindia Belanda sebelum istilah Tionghoa muncul pada awal abad ke-20. Istilah Tionghoa muncul sebagai representasi konkret dari solidaritas orang-orang Tionghoa perantauan terhadap nasionalisme Tionghoa yang menghasilkan Republik of China. Mereka menamakan bangsanya sebagai Zhonghua yang dalam bahasa Indonesia dilafalkan Tionghoa. Memang istilah Cina untuk menyebut orang-orang Tionghoa WNI dirasakan oleh sebagian besar orang Tionghoa sebagai penghinaan atau perendahan. Istilah “Cina” dalam bahasa Indonesia memang memiliki beberapa konotasi. Untuk menghapus konotasi yang negatif, istilah ini dalam pers Indonesia sekitar 1950- an diubah menjadi “Tionghoa” sesuai ucapannya dalam hokkian untuk merujuk kepada orang Cina, dan “tiongkok” untuk “negara Cina” yusiu commit to users liem, 2000: xii. Lain halnya dengan Melly G. Tan yang mendefinisikan orang Cina, sebagai berikut: Berhubung dengan kenyataan adanya berbagai jenis orang yang oleh masyarakat luas sering disebut sebagai “orang Tionghoa” atau “orang Cina”, untuk menganalisa kelompok ini, perlu kita bedakan mereka yang asing dari mereka yang warga negara atau yang totok dari yang peranakan. Dalam uraian ini mereka yang asing disebut orang Tionghoa asing dan mereka yang warga negara Indonesia disebut dengan WNI keturunan tionghoa atau lebih praktisnya orang Indonesia Tionghoa.kedua kelompok bersama-sama disebut orang etnis tionghoa, karena adanya satu kelompok yang dianggap mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda dari orang-orang etnis Indonesia, memang merupakan suatu kenyataan sosial dalam masyarakat Indonesia Melly G. Tan 1981: xii-xiii. Di Jawa masyarakat Cina tumbuh dan berakar setempat dikenal sebagai Peranakan Cina. Sejak abad XVIII sampai dengan abad XX sebagian besar orang Cina adalah kaum peranakan. Dalam struktur kekerabatan, kaum peranakan mulai meninggalkan ciri-ciri patrilokal, patrilineal, dan patriakal, yang masih dipegang teguh oleh kaum Totok. Peranakan lebih banyak yang beragama Kristen, karena sekolah-sekolah yang baik diselenggarakan oleh lembaga Katolik maupun Kristen. Masyarakat Tionghoa di Surakarta juga dibedakan menjadi dua yakni Cina Totok atau sinkh‟eh dan Cina Peranakan. Salah satu ciri dari kelompok peranakan adalah mereka menggunakan bahsa Indonesia sebagai bahasa sehari- hari dari pada dialek Tionghoa seperti Hokian, Hakka, Kanton, dan Teochiu Sariyatun, 2005:45. Menurut Charles A. Coppel dalam bukunya Sariyatun, perbedaan kedua kelompok pada awalnya bersifat rasial. Cina Totok adalah sejati, sedangkan Tionghoa peranakan berasal dari keturunan campuran. Cina Totok adalah kelahiran Tiongkok sedang peranakan yang dilahirkan di Indonesia. Pekerjaan yang ditekuni kaum Tionghoa salah satunya dalam bidang industri. Terutama yang berhubungan dengan kerajinan. Misalnya industri batik yang sebelumnya hanya menjadi usaha kaum pribumi, selanjutnya juga menjadi salah satu bidang usaha kaum Tionghoa serta kelompok masyarakat lainnya di Hindia. Berikut tabel perbandingan perusahaan batik di Jawa pada 1931. Industri commit to users batik ini kebanyakan dijumpai di Jawa Tengah dan berpusat di Pekalongan, Vorstenlanden Yogyakarta dan Surakarta dan Lasem. Tabel Jumlah industri batik di Jawa pada 1931 Pribumi Tionghoa Arab Eropa Jumlah Jawa Barat 1. 472 285 - - 1. 757 Jawa Tengah 1. 804 418 113 12 2. 347 Jawa Timur 239 24 17 - 280 Jumlah 3. 519 727 130 12 4. 384 Sumber: Ong 1943:153 mengutip De Kat Angelino, Batikrapport 1931, bagian I,