Metode Penelitian METODE PENELITIAN

berada dilokasi yang berbeda, Radio Persatuan Bantul 94.2 FM berada di Kab. Bantul yang mayoritas penduduknya adalah warga pedesaan, sedangkan Radio Retjo Buntung 99.4 FM berada dipusat Kota Yogyakarta yang mayoritas penduduknya adalah warga perkotaan. Karena alasan dua lokasi yang berbeda itu, peneliti memilih kedua radio tersebut. b. Waktu Penelitian ini mengambil waktu pada bulan Ramadhan, sehingga data primer yang dibutuhkan adalah rekaman siaran keagamaan selama bulan Ramadhan 1437 H. c. Subyek penelitian Penelilti mengambil subyek penelitiannya ialah pihak Radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan Pihak Radio Retjo Buntung 99.4 FM yang mengetahui program siaran keagamaan yang disiarkan kedua radio tersebut. 4. Teknik pengumpulan data Untuk mendapatkan beberapa data yang diperlukan dalam penelitian ini. Ada beberpa teknik yang digunakan peneliti untuk pengumpulan data, yaitu: a. Wawancara Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. 1 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam atau wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan kepada pihak Radio Persatuan Bantul 94.2 FM dan Radio Retjo Buntung 99.4 FM. b. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. 2 Pada penelitian ini, untuk memperoleh data yang diperlukan, salah satunya peneliti menggunakan metode dokumentasi dengan berupaya mengubah bentuk rekaman siaran kagamaan menjadi sebuah teks atau naskah, dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis data. 5. Kredibilitas keabsahan data Untuk menetapkan kredibilitas keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan, dan peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu 1 S. Nasution, Metode Research penelitian ilmiah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, hlm. 113 2 Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan RD, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 240 yang lain diluar data yang telah didapat untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang sudah ada. 3 6. Analisis data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyususn kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain 4 Dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis framing model Murray Edelman. Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi: pemakian perspektif tertentu dengan pemakian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Kategorisasi dalam pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi pikiran. Kategori, membantu manusia memahami realitas yang beragam dan tik beraturan tersebut menjadi realitas yang mempunyai makna. Tetapi, kategorisasi bisa berarti juga suatu penyederhanaan, realitas yang kompleks dan berdimensi banyak 3 Lexi J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, hlm. 178 4 Sugiyono, op.cit, hlm. 244 dipahami dan ditekankan pada satu sisi atau dimensi sehingga dimensi lain dari suatu peristiwa atau fakta menjadi tidak terliput. 5 Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dalam mempengaruhi kesadaran publik, kategoriasi lebih halus dibandingkan dengan propaganda. Meskipun terlihat halus dan tidak langsung, pemakaian kategori tertentu atas suatu peristiwa bisa jadi mempunyai imbas yang lebih tinggi dibandingkan dengan propaganda. Karena, kategorisasi lebih menyentuh, lebih stabil, dan lebih mengena alam bawah sadar. Khalayak tidak sadar bahwa alam bawah pikirannya dan kesadarannya telah didikte dalam sudut pandang atau perspektif tertentu, pola pikir tertentu sehingga tidak berpikir pada dimensi lain. 6 5 Eriyanto, Analisis Framing. Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2002, hlm. 156 6 Ibid, hlm. 157

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Profil Radio Retjo Buntung 99.4 FM a. Sejarah dan perkembangan radio Retjo Buntng 99.4 FM Kota Jogjakarta telah lama dikenal sebagai gudangnya orang- orang kreatif. Perilaku masyarakatnya terkenal santun dan gemar bereksperimen selalu mencari wacana dan ilmu pengetahuan. Hingga pada akhirnya, 38 tahun lalu, kegemaran bereksperimen ini membawa sebuah babak baru di dunia media massa elektronik di kota Gudeg ini. Radio Retjo Buntung adala salah satu dampak dari hobi bereksperimen. Sebuah radio yang hingga sekarang hampir 4 dasawarsa menyapa pemirsa ini tetap bertahan untuk selalau memberikan yang terbaik bagi penggemarnya. Pertama kali memancar pada tanggal 6 Maret 1967 dengan peralatan yang sangat sederhana. Dan pada tanggal 9 Maret 1967 mulai ditata secara permanen dengan menggunakan call station “Retjo Buntung”. Selanjutnya tanggal 9 Maret ditetapkan sebagai tanggal berdirinya radio Retjo Buntung Jogjakarta dengan menggunakan gelombang 50 dan berubah-ubah sesuai evaluasi teknis dari pemerintah. Dengan motto “Melestarikan Budaya Bangsa”, radio Retjo Buntung menyajikan program-program budaya daerah Jawa seperti ketoprak, keroncong, wayang kulit, dan dagelan mataram. Dua program andalan yang sangat disuka dan melegenda adalah Romantika dan Kehidupan serta Pembacaan Buku. Kerja keras awak Retjo Buntung mencatat prestasi yang patut dibanggakan. Beberapa kali tercatat Retjo Buntung mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sebagai radio papan atas berdasarkan survey pendengar SRI. Dan pada tahun 1988, Retjo Buntung mendapatkan penghargaan International Golden Circle for Quality dari Business Intitiative Direction Spanyol dan diterima tanggal 15 Juli 1988 dikota Madrid, Spanyol, untuk meningkatkan kualitas penyajian siarannya, pada tanggal 1 Januari 1992 radio Retjo Buntung memindahkan frekuensinya dari jalur AM 106.2 KHz ke jalur FM dengan frekuensi 100.55 Mhz. Agar kebutuhan pendengar lebih terakomodir dan program- programnya lebih dinamis, maka Retjo Buntung melakukan repositioning sehingga motto siaran menjadi “Citra Radio Keluarga” Ternyata dalam perjalanannya, lagi-lagi Retjo Buntung menawarkan sesuatu demi kepuasan pemirsanya. Sejak 9 Maret 2001 bertepatan denga ulang tahunnya yang ke 34, Retjo Buntung