Kesimpulan DINAMIKA POLITIK PARTAI GOLKAR 1998 2004

103

BAB V PENIUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian di atas, maka diperoleh simpulan sebagai berikut : Pada bulan agustus 1964 Presiden Soekarno mengeluarkan Perintah Presiden Perpres No. 1931964 yang intinya menginstruksikan agar organisasi- organisasi yang berada dalam Front Nasional segera berafiliasi dengan partai- partai politik yang ada atau bergabung menjadi satu organisasi. Berdasarkan Kepres tersebut, organisasi-organisasi fungsional yang tidak memiliki afiliasi dengan partai politik kemudian membentuk Sekber Golkar. Pada pembentukan awal wadah ini tercatat sedikitnya 61 organisasi fungsional, termasuk militer ABRI. Pada tanggal 17 juli 1071 melalui Musyawarah Sekber Golkar, Sekber Golkar diubah menjadi Golkar. Pada masa Orde Baru, Golkar berhasil membangun kelembagaan politik yang kuat, tercermin dalam organisasi yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Golkar menjadi kendaraan politik yang efektif bagi rezim Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Ketika reformasi dan perubahan politik menuju demokrasi terjadi. Golkar sebagai pendukung utama rezim Soeharto ini kehilangan patron politiknya, dan bahkan kemudian dianggap paling bertanggung jawab atas berbagai keterpurukan yang dihadapi bangsa Indonesia. Untuk terus berperan dalam kepolitikan nasional, Golkar melakukan restrukturasi organisasi serta jaringan terhadap lingkungan eksternal baru yang telah berubah menjadi demokratis. Pada juli 1998, Golkar melakukan langkah strategis dengan melaksanakan Munaslub di Jakarta. Berdasar hasil munaslub itu, terpilihlah Akbar Tandjung sebagai ketua umum Golkar. Golkar juga merubah ADART antara lain Golkar berubah menjadi Partai Golkar, menghapus struktur Dewan Pembina, menghilangkan kepemimpinan tiga jalur ABRI, Birokrasi, dan Golkar dan memiliki visi dan misi yang lebih demokratis. 104 Visi baru Partai Golkar yaitu : terbuka, mandiri, demokratis, moderat, solid, dan responsif. Sedangkan misi Partai Golkar yang baru yaitu Pertama, mempertegas sikap untuk menyerap, memadukan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat sehingga menjadi kebijakan politik yang bersifat public. Kedua, melakukan rekrutmen kader yang berkualitas dan mendapatkan dukungan rakyat untuk duduk dalam jabatan-jabatan politik di lembaga permusyawaratanperwakilan dalam pemerintahan. Ketiga, melakukan pendidikan politik bagi rakyat dalam rangka meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara melalui komunikasi dan sosialisasi politik. Perubahan besar ini juga disebut dengan Paradigma Baru Partai Golkar. Dalam perkembanganya Partai Golkar dilanda krisis internal partai. Begitu banyak konflik-konflik yang terjadi di tubuh partai. Konflik pertama lahir oleh adanya perebutan kekuasaan setelah kejatuhan Soeharto pada bulan mei-juli 1998. Faksi-faksi yang pada masa Orde baru tergabung dalam kekuasaan Soeharto, bangkit untuk saling bersaing dalam memperoleh kekuaaan. Hal ini terlihat pada dua kelompok yakni kaum reformis dan loyalis Soeharto. Setelah Munaslub 1998, banyak dari tokoh Golkar yang membentuk partai tandingan Golkar. Edi Sudradjat sebagai pihak yang kalah kemudian keluar dan membentuk partai sempalan dari Golkar, yakni Barnas. Siswono Yudhohusodo dengan Gerakan Keadilan dan Persatuan Bangsa GKPB. Konflik internal selanjutnya pada bulan Juli 1999 yakni perseteruan dua kelompok yang pro dan kontra Habibie. Kubu yang pro yang berasal dari kaukus Iramasuka, yakni DPD yang berasal dari Indonesia timur seperti Marwah Daud Ibrahim, AA Baramuli, Hariman Siregar dan Fanny Habibie. Kubu yang kontra di pimipin oleh Marzuki Darusman. Kedua kubu bersitegang masalah laporan pertanggungjawaban B.J Habibie dalam SU MPR 1999. Terakhir konflik mengenai penurunan Akbar Tandjung dari kursi Ketua Umum karena keterlibatanya terhadap skandal Bulogette. Konflik eksternal banyak muncul dari masyarakat terutama mahasiswa. Mereka menuntut pembubaran Partai Golkar yang dianggap sebagai sumber utama krisis. Partai Golkar juga dihadapkan terhadap keppres mengenai pembekuan Partai Golkar yang terjadi pada masa pemerintahan Gus Dur. 105 Dalam pemilu multipartai pertama kali di era reformasi yakni pemilu 1999, perolehan suara yang dicapai oleh Partai Golkar cukup signifikan. Memang, bila dibandingkan dengan hasil-hasil pemilu Orde Baru prosentase perolehan suara Partai Golkar mengalami penurunan yang tajam. Pada pemilu terakhir Orde Baru, Golkar meraih dukungan suara sebesar 74,5, sementara pada Pemilu 1999 perolehan suara Partai Golkar hanya 22,4. Berkurangnya suara Golkar secara drastis tersebut tidak dapat dijadikan ukuran kegagalan. Meskipun banyak terjadi konflik internal sebelum pemilu 1999, Partai Golkar berhasil menempati posisi kedua di bawah PDIP yang meraup 33,7 suara. Pemilu 2004 merupakan pemilu kedua setelah Soeharto jatuh. Dalam Pemilu 2004 terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pemilu 1999. Perubahan penting dalam pemilu ini yakni mekanisme pemilihan presiden dan wakil presiden oleh rakyat secara langsung. Dibentuk juga lembaga baru yang bernama Dewan Perwakilan Daerah DPD. Pada pemilu 2004 jumlah pemilih untuk pemilu legislative adalah 145.701.637 orang atau setara dengan 67,57 jumlah penduduk. Begitu banyak konflik yang melanda Partai Golkar, tidak membuat partai ini menciut. Partai Golkar justru mampu bertahan dengan membuktikan sebagai pemenang pada Pemilu 2004. Partai Golkar mampu mengalahkan suara PDIP yang pada Pemilu 1999 menjadi peraup suara terbanyak. Partai Golkar meraih suara 21,58 dan memenangkan suara terbanyak di 26 provinsi ini karena Partai Golkar berhasil mempertahankan pendukungnya di daerah-daerah.

A. Implikasi