Pasal 44 UUKKR Menghilangkan Kewajiban Negara Untuk Menuntut dan

37 pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum”. 94. Bahwa setiap orang berhak mendapatkan penyelesaian secara hukum melalui proses yudisial yang adil dan tidak memihak; 95. Jaminan atas akses menuju keadilan merupakan bentuk pengakuan, jaminan, dan perlindungan hukum yang berkeadilan right to access to justice. Akibatnya, hak konstitutional para Pemohon telah terlanggar; 96. Bahwa Pasal 44 UU KKR yang memposisikan KKR sebagai lembaga yang sama dengan pengadilan telah menutup akses setiap orang untuk mendapat penyelesaian melalui proses yudisial; 97. Dengan demikian Pasal 44 UU KKR bertentangan dengan Pasal 28D Ayat 1 UUD 1945. Oleh sebab itu, hak konstitusional PARA PEMOHON baik sebagai individu korban pelanggaran HAM yang menjadi subjek Undang- undang yang diujikan maupun sebagai lembaga yang mewakili kepentingan korban telah terlanggar;

2. Pasal 44 UUKKR Menghilangkan Kewajiban Negara Untuk Menuntut dan

Menghukum Pelaku 98. Bahwa Pasal 28I Ayat 4 UUD 1945 menentukan bahwa: “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”. 99. Bahwa “perlindungan dan penegakan” to protect yang diatur dalam Pasal 28I Ayat 4 UUD 1945 mengandung makna bahwa negara wajib menyediakan mekanisme hukum yang dapat memenuhi hak untuk mendapatkan keadilan, terutama hak korban pelanggaran hak asasi manusia; 100. Bahwa untuk memastikan hak untuk mendapatkan keadilan, maka negara mempunyai kewajiban untuk menuntut pelaku pelanggaran hak asasi manusia ke pengadilan. Kewajiban ini merupakan kewajiban konstitusional dan internasional yang tidak dapat dipertukarkan dengan kepentingan politik; 101. Bahwa pemeriksaan peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang berat melalui KKR tidak berarti kewajiban negara untuk menghukum pelaku pelanggaran hak asasi manusia menjadi hilang; 38 102. Bahwa pengaturan dalam Pasal 44 UU KKR yang tidak memperkenankan lagi pemeriksaan di Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc apabila peristiwa tersebut telah diselesaikan melalui KKR, telah menghilangkan kewajiban negara dalam menuntut pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat sebagaimana yang diatur dalam hukum internasional, baik yang tertuang dalam praktik International Customary Law maupun perjanjian-perjanjian internasional International Treaties; 103. Bahwa dengan demikian Pasal 44 UU KKR telah bertentangan dengan Pasal 28I Ayat 4 UUD 1945. Oleh sebab itu, hak konstitusional PARA PEMOHON baik sebagai individu korban pelanggaran HAM yang menjadi subjek Undang- undang yang diujikan maupun sebagai lembaga yang mewakili kepentingan korban telah terlanggar; IV.3. Pasal 1 Ayat 9 UU KKR Bertentangan dengan UUD 1945, yakni Pasal 28D Ayat 1 dan 28I Ayat 5 UUD 1945 104. Bahwa amnesti dalam UU KKR dimaksudkan untuk diberikan kepada pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat gross violations of human rights; 105. Bahwa Pasal 1 Ayat 9 UU KKR menjelaskan pengertian amnesti dalam UU KKR adalah sebagai berikut : “Amnesti adalah pengampunan yang diberikan oleh Presiden kepada pelaku pelanggaran hak asasi manusia yang berat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.”

1. Amnesti untuk Pelaku Palanggaran Hak Azasi Manusia yang Berat tidak

Dokumen yang terkait

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Legal Standing dalam Pengujian Undang-Undang di Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (Studi Terhadap Putusan-Putusan Mahkamah Konstitusi Tahun 2003-Januari 2007 Tentang Pengujian Undang-Undang)

4 62 98

Wacana Pemberlakuan Hukum Pidana Islam Dalam Kompetensi Absolut Peradilan Agama (Analisis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/Puu-Vi/2008)

0 27 119

Tinjauan Yuridis Pergantian Antarwaktu Pejabat Badan Pemeriksaan Keuangan (Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/Puu-Xi/2013)

0 39 201

IMPLIKASI HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 028/PUU-XI/2013 TENTANG PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN TERHADAP AKTA PENDIRIAN KOPERASI

2 20 71

Ancaman Pidana Mati Terhadap Kasus Penyalahgunaan Narkotika Sebelum dan Sesudah Putusan Mk No.2-3/Puuiv/2007 Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia

0 4 106

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PANDANGAN KRITIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI PERKARA NOMOR 06/PUU-IV/2006 TENTANG PUTUSAN PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NO 27 TAHUN 2004 SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT DI MASA LA

0 4 14

PENDAHULUAN PANDANGAN KRITIS TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI PERKARA NOMOR 06/PUU-IV/2006 TENTANG PUTUSAN PEMBATALAN UNDANG-UNDANG NO 27 TAHUN 2004 SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PENYELESAIAN PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA BERAT DI MASA LALU.

0 4 15

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 006/PUU-IV TAHUN 2006 TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI.

0 0 11