Perbandingan Settingan Koordinasi Proteksi Relai Arus Lebih Zona Proteksi 7
Gambar 4. 103 Grafik TCC Resetting Perhitungan Manual
Gambar 4. 104 Grafik TCC Resetting Data Hasil Simulasi ETAP
Grafik TCC yang ditunjukan gambar 4.102, gambar 4.103 dan gambar 4.104 secara keseluruhan memunjukan empat buah grafik, yaitu grafik fuse FS 158-
A-501-K1B-M, grafik relai 158-A-501-K1B-M overload, grafik relai RL 150SS1- EE-0102A-I, dan grafik relai RL 150SS1-EE-011A-F. Pada zona proteksi 7
digunakan karakteristik relai overload sebagai pengaman motor dikarenakan zona proteksi 7 tidak menggunakan breaker sebagai alat pemutus tenaga ketika terjadi
gangguan, melainkan zona proteksi 7 menggunakan kontaktor. Hal ini dikarenakan kontaktor tidak mampu memutuskan jaringan ketika timbul arus gangguan hubung
singkat dengan nominal besar. Oleh sebab itu kontaktor hanya berfungsi sebagai pengaman zona proteksi 7 untuk gangguan overload, sedangkan untuk gangguan
hubung singkat digunakan fuse sebagai pengaman zona proteksi ini.
Pada gambar 4.102 dapat dijelaskan bahwa settingan koordinasi proteksi yang terpasang dilapangan tidak sesuai dengan standar koordinasi proteksi. Hal ini
disebabkan karena relai 150SS1-EE-0011A-F yang berada diluar zona proteksi 7 ikut bekerja ketika zona proteksi 7 mengalami gangguan hubung singkat.
Berdasarkan grafik TCC pada gambar 4.102 terdapat tiga buah grafik yang menangani gangguan hubung singkat, ketiga grafik itu adalah grafik fuse FS 158-
A-501-K1B-M, grafik relai RL 150SS1-EE-0102A-I, dan grafik relai RL 150SS1- EE-011A-F. Dari gambar 4.102 dapat diamati bahwa relai RL 150SS1-EE-0102A-
I dan relai RL 150SS1-EE-011A-F bekerja diwaktu yang sama, yaitu kedua relai sama-sama bekerja pada waktu 0,99 detik setelah kedua relai tersebut mendeteksi
adanya gangguan hubung singkat atau 0,99 detik setelah fuse FS 158-A-501-K1B- M mengalami gagal kerja dalam memutus komponen leburnya. Sehingga hal ini
membuat grafik relai RL 150SS1-EE-0102A-I dan grafik relai RL 150SS1-EE- 011A-F sejajar dan membuat kedua relai tersebut bekerja secara bersamaan untuk
memberikan isyarat kepada circuit breaker melakukan trip setelah pengaman utama yaitu fuse FS 158-A-501-K1B-M mengalami gagal kerja.
Gambar 4.103 dan gambar 4.104 masing-masing menunjukan grafik TCC dari resetting koordinasi proteksi relai arus lebih menggunakan perhitungan manual
dan grafik TCC dari resetting koordinasi proteksi relai arus lebih menggunakan data arus hubung singkat hasil simulasi software ETAP. Dari kedua gambar tersebut
dapat diamati bahwa ketiga buah grafik yang menangani gangguan hubung singkat memiliki margin time yang memenuhi standar dari IEEE std 242-1986 yaitu
minimal adalah 0,2-0,35 detik. Pada resetting koordinasi proteksi relai arus lebih menggunakan perhitungan manual yang ditunjukan oleh gambar 4.103 dapat
diamati bahwa margin time antara fuse FS 158-A-501-K1B-M dan relai RL 150SS1-EE-0102A-I sebesar 1,02 detik, dan margin time antara relai RL 150SS1-
EE-0102A-I dan relai RL 150SS1-EE-011A-F sebesar 0,27 detik. Sedangkan pada
resetting koordinasi proteksi relai arus lebih menggunakan data arus hubung
singkat hasil simulasi ETAP yang ditunjukan oleh gambar 4.104 dapat diamati bahwa margin time antara fuse FS 158-A-501-K1B-M dan relai RL 150SS1-EE-
0102A-I sebesar 1,13 detik, dan margin time antara relai RL 150SS1-EE-0102A-I dan relai RL 150SS1-EE-011A-F sebesar 0,3 detik. Oleh sebab itu, resetting
koordinasi menggunakan perhitungan manual dan resetting koordinasi mengunakan data arus hubung singkat hasil simulasi software ETAP sudah
memenuhi standar koordinasi proteksi relai arus lebih.