Metodologi METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

Dalam bab ini akan dijelaskan metode dan teknik yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter ini. Metode yang digunakan dalam pembuatan film dokumenter ini terdiri dari beberapa bagian yaitu pra-produksi yang harus dipersiapkan sebelum film dibuat, kemudian dilanjutkan dengan produksi dan pasca produksi dimana di dalamnya termasuk editing.

3.1 Metodologi

Pembuatan film dokumenter ini menggunakan metode yang terdiri dari tiga bagian yaitu praproduksi, produksi, dan pascaproduksi. Tahap praproduksi meliputi ide dan konsep, pengamatan, narasi, dan treatment. Hal tersebut harus dipersiapkan sebelum membuat dokumenter. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan produksi dan pascaproduksi yang didalamnya juga termasuk pengambilan gambarshooting dan editing. 3.1.1 Mengumpulkan Data Tahap awal preliminary dalam mempersiapkan bahan dan materi untuk pembuatan film dokumenter Ludruk Irama Budaya adalah sebagai berikut: STIKOM SURABAYA 30 1. Pengamatan dan Wawancara Pengamatan dilakukan pada bulan Maret 2012. Hal-hal yang diamati adalah ludruk di THR kota Surabaya serta aktivitas sebelum pertunjukkan serta keseharian para pemain. Dalam pengamatan yang memakan waktu yang cukup lama ini, guna untuk menggali informasi lebih dalam mengenai identitas kesenian ludruk THR. Wawancara pun dilakukan di sela-sela aktiftas para pemain ludruk dan waktu-waktu santai mereka. Berdasarkan hasil pengamatan, menunjukkan bahwa ternyata minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan ludruk masih kurang yang ditandai dengan sedikitnya penonton yang hadir. Alat yang digunakan pun sudah mulai usang serta juga pemain dari ludruk tersebut yang kian berkurang. Tabel 3.1 Wawancara pimpinan ludruk Irama Budaya dan pemainya Pihak yang diwawancarai Pertanyaan wawancara Pimpinan Ludruk Irama Budaya dan Pemainnya Sejarah berdirinya ludruk Irama Budaya - Kapan? Dimana? Siapa? - Cerita berdirinya dan alasanya Perjalanan ludruk Irama Budaya dari dulu hingga sekarang? dan sejak kapan di THR kenapa? Suka – Dukanya, seperti apa? Personil berapa saat ini? Apakah bertambah atau berkurang? Perbedaan pementasan dulu hingga sekarang dan banyaknya penonton dulu hingga sekarang, seperti apa? STIKOM SURABAYA 31 Kenapa masih bertahan? Alasannya… Apa harapan untuk kedepannya? Tabel 3.2 Wawancara pengamat kesenian Pihak yang diwawancarai Pertanyaan wawancara Pengamat Kesenian Sejarah dan asal usul ludruk seperti apa? Perkembangan ludruk dari dulu hingga sekarang seperti apa? - Apakah ada perbedaan? - Berapa banyakkah grup luduk yang masih nobong hingga sekarang? - Kira-kira penyebabnya apa? Pendapat anda tentang ludruk Irama Budaya seperti apa? Kira-kira upaya apa yang dapat dilakukan untuk melestarikan seni budaya daerah, dalam hal ini yaitu kesenian ludruk. Tabel 3.3 Wawancara pihak pemerintahan pemkot Surabaya Pihak yang diwawancarai Pertanyaan wawancara Pihak Pemerintahan Pemkot Surabaya Bagaimana tanggapan pemerintah terhadap kesenian ludruk dan secara khusus ludruk di surabaya? Sejauh ini bagaimana perkembangan ludruk menurut penilaian pemerintah? Apa yang menjadi perbedaan kesenian ludruk dahulu dan sekarang? Akhir-akhir ini banyak budaya Indonesia yang di STIKOM SURABAYA 32 diakui oleh bangsa lain. Bagaimana pemerintahpemkot menyikapi hal tersebut agar tidak terjadi pada kesenian di Jawa timur khususnya Surabaya? Sejauh mana keterlibatan pemerintah dalam upaya pelestarian budaya daerah ini? Apakah ada program atau rencana khusus untuk pelestarian budaya daerah? 2. Dokumentasi Dokumentasi yang dipakatkan diatanya adalah: a. Suasana kota Surabaya serta kehidupan masyarakatnya Gambar 3.1 Kota Surabaya b. Suasana pertunjukkan grup Ludruk Irama Budaya Surabaya di gedung kesenian Taman Hiburan Rakyat. Gambar 3.2 Pertunjukkan Ludruk Irama Budaya STIKOM SURABAYA 33 c. Wawancara dengan narasumber dari pihak pemerintahan serta pengamat seni. Gambar 3.3 Wawancara Narasumber d. Wawancara dengan pimpinan grup Ludruk Irama Budaya Surabaya serta pemain Ludruk. Gambar 3.4 Wawancara Pimpinan dan Pemain Ludruk 3. Literatur Kepustakaan Literatur diambil dari artikel maupun buku-buku yang berhubungan dengan film dokumenter dan kesenian Ludruk. Buku yang digunakan sebagai acuan utama adalah: a. Memahami Film, karangan Himawan Prastisa, penerbit Homerian Pustaka, 2008. b. Semiotika Media, karangan Marcel Danesi, penerbit JALASUTRA Anggota IKAPI, 2010. STIKOM SURABAYA 34 c. Directing The Documentary, karangan Michael Rabiger, penerbit Elsevier, 2009. d. Mari Membuat Film, karangan Heru Effendy, Erlangga, 2009. e. Theatre in Southeast Asia, karangan James Brandon, Massachusetts: Cambrige University Press, 1967. f. Ritus Modernisasi: Aspek Sosial Simbolik Teater Rakyat Indonesia, diterjemahkan dari Rites of Modernization: Symbolic Social Aspects of Indonesian Proletarian Drama, karangan James L Peacock, Depok: Desantara. 20051968. g. Reog dan Ludruk: Dua Pusaka Budaya dari Jawa Timur yang Masih Bertahan, karangan Ayu Sutarto, Yogyakarta, 2009. 4. Study Existing Studi ini dilakukan dengan upaya membandingkan karya dokumenter yang telah ada baik sebagai acuan atau pun hanya sebagai pembanding dengan karya dokumenter yang akan diproduksi. Sekarang, tema budaya ramai dibicarakan. Hal tersebut terbukti dengan banyakya film yang bertemakan budaya baik itu iklan ataupun dokumenter. Seperti contohnya film dokumenter yang dibuat oleh Irene Sanita Lanny, berjudul “Ini Budayaku, Budayamu”. Dimana film tersebut masuk dalam nominasi kategori dokumenter festival film pelajar Indonesia 2010. Pada film tersebut menyampaikan pesan bahwa kebudayaan bangsa Indonesia sendiri khususnya tarian dipelajari oleh orang asing dan dibawa ke negaranya namun di Indonesia sendiri generasi muda tidak mau mempelajarinya dan akhirnya membiarkan hilang begitu saja. STIKOM SURABAYA 35 Di bawah ini ada beberapa gambar film dokumenter “Ini Budayaku, Budayamu” : Gambar 3.5 Gamelan Gambar 3.6 Kata pembuka Gambar 3.7 Tata rias Gambar 3.8 Wawancara 1 Gambar 3.9 Persiapan tampil Gambar 3.10 Wawancara 2 Gambar 3.11 Pertunjukan tari Gambar 3.12 Pelatih tari 1 STIKOM SURABAYA 36 Gambar 3.13 Tarian 1 Gambar 3.14 Pelatih tari 2 Gambar 3.15 Tarian 2 Gambar 3.16 Pendapat penonton Gambar 3.17 Ending Gambar-gambar di atas adalah beberapa contoh dari gambar yang ada pada film dokumenter “Ini Budayaku, Budayamu”. 1. STP Film dokumenter ini lebih mengarah kepada masyarakat pada umumnya dengan menggunakan cara penyampaian pesan yang mudah untuk dipahami oleh masyarakat. STIKOM SURABAYA 37 2. SWOT Pada film dokumenter ini memiliki kelebihan yaitu menggunakan cara penyampainan yang lebih mudah dipahami dengan menampilkan gambar yang simple dan tidak terlalu banyak. Kelemahan dalam film ini yaitu tidak adanya pengenalan kota asal dari kebudayaan tersebut serta narasinya pun kurang menampilkan pengenalan terlebih dahulu sebelum berpindah ke wawancara. Dalam film ini menngangkat tema yang belum banyak diketahui masyarakat sehingga memiliki peluang untuk diterima masyarakat. Kurangnya minat masyarakat terhadap tayangan bertema kesenian budaya daerah dapat menjadi ancaman terhadap publikasi dan penyebaran dalam film ini sehingga pesannya kurang tersampaikan. 3.1.2 Analisis Data Hasil pengamatan di THR Irama Budaya yaitu gedung pertunjukan ludruk menunjukkan bahwa ternyata minat masyarakat untuk menonton pertunjukkan ludruk masih kurang serta alat yang dugunakan pun sudah mulai usang serta juga pemain dari ludruk tersebut yang semakin berkurang namun para pemain tersebut masih berkeinginan melestarikan kesenian ludruk tersebut serta disamping itu mereka hanya dibayar ± Rp 20.000,- sekali pertunjukannya yang diadakan 1 kali dalam seminggu, itu hanya sebagai tambahan untuk mencukupi kebutuhan selain pekerjaan utama mereka. Hasil wawancara dengan pengamat kesenian serta dari pihak pemerintahan menunjukkan bahwa kesenian Ludruk di jawa timur khususnya Surabaya hanya ada satu grup Ludruk yang masih bertahan yaitu grup Ludruk Irama Budaya. Grup STIKOM SURABAYA 38 Ludruk atau kesenian ini harus dipertahankan sebagai identitas budaya bangsa khususnya kota Surabaya. Masyarakat serta peran pemerintah dalam hal ini sangatlah penting untuk melestarikan kesenian budaya bangsa.

3.2 Perancangan Karya