Data Percobaan Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Percobaan

Tabel 4.1 Data turbiditas NTU dan kadar tembaga Cu sebelum jar test Sampel Turbiditas NTU Kadar Cu mgl Air sungaiair baku 42,2 1,48 Tabel 4.2 Data turbiditas NTU dan kadar tembaga Cu setelah jar test menggunakan tawas. Sampel Konsentrasi yang digunakan ppm Turbiditas NTU Kadar Cu mgl Air sungaiair baku 19 5,90 0,06 21 2,68 0,03 Tabel 4.3 Data turbiditas NTU dan kadar tembaga Cu setelah jar test menggunakan poli aluminium klorida PAC. Sampel Konsentrasi yang digunakan ppm Turbiditas NTU Kadar Cu mgl Air sungaiair baku 19 0,81 0,08 21 0,57 0,03

4.2 Pembahasan

Dari tabel 4.1, pada sampel air baku memiliki turbiditas 42,2 NTU dan kandungan tembaga Cu 1,48 mgl. Kekeruhan tinggi karena sampel air baku merupakan air yang Universitas Sumatera Utara langsung di ambil dari air sungai yang berada di PDAM Hamparan Perak yang digunakan sebagai air baku. Kekeruhan pada sampel tinggi disebabkan limbah dan sampah yang terdapat di sungai dan karena terjadinya erosi tanah sehingga membuat air memiliki kekeruhan yang tinggi. Dari tabel 4.2, pada sampel air baku yang telah di jar test dengan dosis tawas 19 ppm, diperoleh nilai turbiditas 5, 90 NTU dan kandungan tembaga Cu 0,06 mgl. Pada dosis tawas 21 ppm, diperoleh nilai turbiditas 2,68 NTU dan kandungan tembaga Cu 0,03 mgl. Dari tabel 4.3, pada sampel air baku yang telah di jar test dosis poli aluminium klorida PAC 19 ppm, diperoleh nilai turbiditas 0,81 NTU dan kandungan 0,08 mgl. Pada dosis poli aluminium klorida PAC 21 ppm diperoleh nilai turbiditas 0,57 NTU dan kandungan tembaga Cu 0,03 mgl. Penurunan nilai turbiditas dan kandungan tembaga Cu karena proses koagulasi dimana zat organik dan zat anorganik yang merupakan zat pengotor pada air yang memiliki kekeruhan yang tinggi, diubah menjadi endapan karena reaksi antara koagulan dengan zat pengotor yang berada dalam air sehingga endapan yang terbentuk menjadi lebih beratbesar sehingga mudah dipisahkan dari air dengan bantuan gravitasi, proses ini disebut sedimentasi. Sehingga air yang awalnya keruh menjadi lebih jernih. Pada pemakaian poli aluminium klorida hasil yang didapatkan memenuhi standar dimana nilai turbiditas yang didapat 0,57 NTU dan kandungan tembaga Cu didapat 0,03 mgl dan standar nilai turbiditas yang ditetapkan adalah tidak lebih dari 2 NTU dan kandungan tembaga Cu adalah tidak lebih dari 2 mgl. Universitas Sumatera Utara Dari perbedaan nilai turbiditas yang didapat dari tabel diatas, poli aluminium klorida adalah koagulan yang lebih baik dalam mengurangi kekeruhan pada air karena proses koagulasi yang terjadi lebih baik karena flok atau endapan yang terbentuk lebih banyak sehingga air menjadi lebih jernih. Air yang dihasilkan juga memiliki kemungkinan yang lebih kecil mengandung bakteri ataupun racun yang dapat menyebabkan penyakit bagi makhluk hidup yang mengkonsumsi air tersebut. Koagulan yang dipakai pada percobaan ini adalah Poli Aluminium Klorida PAC dan Tawas. Dua koagulan ini adalah koagulan yang biasa digunakan pada Instalasi Pengolahan Air. Koagulan dibutuhkan dalam proses pengolahan air berfungsi untuk membuat air memenuhi standar yang ditetapkan sehingga layak untuk dikonsumsi tanpa memberikan akibat berupa penyakit yang berasal dari air yang dikonsumsi tersebut. Air yang mengandung kekeruhan tinggi akan mengalami kesulitan bila diproses untuk sumber air bersih. Kesulitannya anatara lain dalam proses penyaringan. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa air dengan kekeruhan tinggi akan sulit untuk didisinfeksi, yaitu proses pembunuhan terhadap kandungan mikroba yang tidak diharapkan. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air, kekeruhan pada air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih Quddus, 2014. Tembaga Cu sebenarnya diperlukan bagi perkembangan tubuh manusia. Tetapi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan gejala GI, SSP, ginjal, hati, muntaber, pusing kepala, lemah anemia, shock, koma dan dapat meninggal. Dalam dosis rendah dapat menimbulkan rasa kesat, korosi pada pipa, dan peralatan dapur Slamet, 2013. Kandungan tembaga Cu dalam jumlah kecil diperlukan oleh tubuh untuk metabolisme. Tembaga Cu merupakan komponen dari enzim yang diperlukan untuk Universitas Sumatera Utara menghasilkan energi, anti oksidasi dan sintesa hormon adrenalin serta pembentukan jaringan ikat. Namun kelebihan tembaga Cu dalam tubuh akan mengakibatkan keracunan, mual, muntah dan menyebabkan kerusakan hati dan ginjal Khaira, 2014. Air sungai yang cokelat adalah koloid yang juga bermuatan. Ketika kedua koloid itu bertemu, akan saling mengadsorpsi; itulah sifat mereka. Karena kedua koloid itu berlawanan muatan, maka terjadilah gaya tarik menarik antara kedua muatan yang berbeda itu. Muatan yang berbeda akan segera menyatu dan terjadilah netralisasi muatan. Proses penetralan muatan ini akan berakibat terjadinya pelepasan muatan pada masing- masing koloid dan kedua koloid kehilangan muatannya Lajeng dkk, 2014. Partikel-partikel yang tadinya membentuk gerombolan dengan diameter tertentu, akan menyatu, baik dari koloid aluminium maupun koloid sungai. Karena awalnya terjadi tarik-menarik antar kedua muatan yang berbeda, maka partikel-partikel dari kedua koloid itu bercampur dan menggumpal sebagai lumpur. Lumpur akan semakin berat dan terpisah dari air, jatuh ke dasar bak. Air yang menjadi jernih berada diatas lumpur sehingga dengan mudah dapat dipisahkan dari lumpur Lajeng dkk, 2014. Reaksi koagulan dalam proses koagulasi. Reaksi tawas sebagai koagulan dalam air. KAlSO 4 2 . 12H 2 Os + air K + aq + Al 3+ aq + 2SO 4 2- aq + 12H 2 Ol Ion-ion aluminium dalam air mengalami hidrolisis membentuk koloid AlOH 3 . Persamaan reaksinya sebagai berikut. Al 3+ aq + 3H 2 Ol AlOH 3 s + 3H + aq Reaksi Poli Aluminium Klorida PAC sebagai koagulan dalam air Universitas Sumatera Utara [Al 2 OH 5 ] + + H 2 O 2AlOH 3 + H + Kesulitan utama dalam proses koagulasi ini adalah menentukan dosis optimum koagulan zat pengendap, dalam hal ini aluminium sulfat atau tawas, yang tidak selalu berkolerasi linier terhadap kekeruhan air di tahap akhir koagulasi. Selama ini, metode untuk mengukur kadar kekeruhan itu sendiri digunakan metode Jar Test Permatasari dan Apriliani, 2013. Jar Test adalah proses pengujian dosis koagulan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam skala laboratorium. Karena lingkup kerja dari Jar Test ini adalah skala laboratorium sehingga perbandingan volume air baku yang diteliti dengan volume air baku dalam proses koagulasi adalah 1:1000. Hasil dari Jar Test yaitu mendapatkan hubungan antara nilai kekeruhan dan dosis koagulan yang digunakan. Namun, data hasil pengukuran metode Jar Test menunjukkan ketidaklinieran antara dua hubungan tersebut Permatasari dan Apriliani, 2013. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN