Fenologi Pohon Hutan Primer Resort Sei Betung

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Fenologi Pohon Hutan Primer Resort Sei Betung

Musim buah, bunga dan daun muda tentu sangat penting dalam menjaga kelangsungan hidup orangutan. Untuk itu penting mengetahui fenologi atau fase- fase yang terjadi pada tumbuhan sebagai bagian yang dijadikan pakan oleh orangutan. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap fase buah, bunga dan daun muda pada hutan primer selama 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil persentase buah, bunga dan daun muda pada hutan primer selama 6 bulan seperti pada gambar berikut. Gambar 4. Gabungan Persentase Fenologi Hutan Primer Resort Sei Betung Maret-Agustus 2015 Berdasarkan grafik pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase jumlah buah, bunga dan daun muda pada jalur pengamatan hutan primer tergolong sangat rendah dimana tidak ada yang mencapai 50. Persentase buah tertinggi terdapat pada bulan Agustus dengan 0,89 dan persentase buah terendah terdapat pada bulan Maret dengan 0,1. Pada bulan April tampak peningkatan jumlah buah 5 10 15 20 25 30 Maret April Mei Juni Juli Agustus P e rs e n ta se Daun Muda Bunga Buah Universitas Sumatera Utara dengan persentase 0,35, namun pada bulan Mei terjadi penurunan jumlah buah dengan 0,16. Hal ini dapat disebabkan musim kering yang mempengaruhi pohon dan kandungannya, dimana menurut Tanijogonegoro 2014 unsur hara dan air merupakan salah satu komponen penting untuk pembentukan buah, sehingga perkembangan bakal buah menjadi terhambat, dan banyak buah rontok sebelum masak. Pada bulan selanjutnya pembentukan buah lebih meningkat dari bulan berikutnya. Bulan Juni persentase buah 0,21 dan meningkat lagi pada bulan Juli dengan persentase 0,62. Jenis pohon yang memiliki kelimpahan buah yang paling tinggi yaitu kemenyan Styrax sp.. Namun yang menjadi pakan orangutan adalah daunnya bukan buah kemenyan. Berikut gambar buah kemenyan yang hampir ada setiap bulan. Gambar 5. Buah Kemenyan Styrax sp. Namun selama penelitian pohon kemenyan tidak semuanya memiliki buah pada bulan yang sama, bahkan ada pohon kemenyan yang tidak berbuah pada jalur pengamatan lainnya. Tarigan 2013 dalam penelitiannya di Stasiun Penelitian Batang Toru juga menemukan hal yang sama. Dimana saat penelitian Pimenta officinalis terdapat di sebelah Barat dan Selatan Stasiun Penelitian, tetapi Universitas Sumatera Utara P. officinalis yang sedang menghasilkan buah hanya terdapat di sebelah Barat stasiun penelitian. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor internal dan ekternal dari pohon itu sendiri. Selain buah, orangutan juga memakan bunga ketika ketesediaan buah pakan kurang walaupun dalam persentase yang kecil. Berdasarkan penelitian Tarigan 2013 di Stasiun Pengamatan Batang Toru, orangutan mengkonsumsi bunga sebagai pakan dengan persentase 1,28. Pada Gambar 4 dapat dilihat persentase bunga pada jalur pengamatan sangat rendah. Persentase bunga paling tinggi terdapat pada bulan Juli dengan 1,24 dan paling rendah terdapat pada bulan Mei dengan 0,7. Namun jenis pohon yang berbunga selama penelitian mayoritas bukan bunga pakan orangutan, seperti bunga marak bangkong Endospermum diadenum dan bunga marak tiga jari Macaranga lowii. Naik turun persentase jumlah bunga dapat diakibatkan oleh produktivitas pohon setiap bulannya yang berbeda. Hal ini didukung oleh penelitian Wright dan Cornejo dalam Nugroho 2011 menyatakan bahwa perbedaan pola pembungaan pohon berhubungan dengan keanekaragaman jenis pohon yang terdapat pada hutan tropis. Selain itu proses pembungaan dan buah erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal. Dalam hal ini faktor internalnya yaitu genetik, hormon, dan nutrisi. Untuk faktor eksternal yaitu lingkungan seperti kelembaban, suhu, curah hujan dan intensitas cahaya. Selain itu terdapat juga kemungkinan bunga pada bulan sebelumnya sudah menjadi buah mentah pada bulan berikutnya atau bahkan sudah gugur sebelum menjadi buah mentah. Apabila ketersediaan jumlah buah sebagai pakan orangutan di hutan rendah, maka orangutan akan memanfaatkan daun muda sebagai salah satu Universitas Sumatera Utara alternatif. Berdasarkan penelitian Tarigan 2013, daun muda merupakan pakan alternatif kedua setelah buah. Orangutan mengkonsumsi daun muda sekitar 30,88. Pada Gambar 4 dapat dilihat persentase daun muda pada hutan primer juga relatif stabil tetapi rendah. Persentase daun muda tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan 27,8. Pada bulan seterusnya persentase daun muda menurun dengan persentase bulan April dan Mei berturut-turut sebesar 23,2. Bulan selanjutnya persentase jumlah daun muda juga menurun dengan persentase 22,9 pada bulan Juni dan 22,4 pada Juli. Persentase terendah terdapat pada bulan Agustus dengan 20,2. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh musim kering yang panjang. Namun, ketika musim penghujan sudah dimulai pun produktivitas belum sepenuhnya meningkat. Menurut Ratnaningrum dan Suginingsih dalam Nugroho 2011 hal ini dapat disebabkan karena pada musim hujan tanaman akan melakukan aktivitas yang maksimal dalam menyerap hara dan air. Hal tersebut bertujuan agar tumbuhan dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya atau pertumbuhan vegetatif lebih dominan. Selain itu Galdikas 1986 juga menyatakan bunga dan buah suatu spesies waktunya sangat terbatas dan tidak mudah diperkirakan kapan tersedia karena munculnya tidak teratur. Pola berbungaberbuah pohon di hutan hujan tropis tidak mengikuti daur tahunan yang tetap, seperti kelihatannya pada spesies pohon di hutan beriklim sedang. Akan tetapi secara umum gambaran hutan hujan tropis sebagai tempat di mana selalu ada tumbuhan yang berbunga atau berbuah. Meskipun selalu ada beberapa buah tersedia, jumlahnya sangat bervariasi. Pengamatan fenologi ini dilakukan setiap bulannya dengan mengamati pohon pada ketiga jalur yang telah dibuat sebelumnya. Pohon sepanjang jalur Universitas Sumatera Utara pengamatan yaitu 1 km dengan kiri dan kanan jalan sepanjang 10 meter 5 meter kiri dan 5 meter kanan jalan ditandai terlebih dahulu. Namun, pengamatan fenologi pohon dilakukan secara keseluruhan pada jalur tersebut, tidak hanya terbatas pada pohon pakan orangutan melainkan pohon yang terdapat di sepanjang jalur pengamatan. Kondisi produktivitas pohon pada hutan primer cenderung berbeda dengan tahun lalu. Pengamatan fenologi pada hutan primer Resort Sei Betung telah dimulai sejak Maret 2014 dan berlanjut hingga saat ini. Berikut dapat dilihat persentase fenologi pada hutan primer yang diambil sejak Maret 2014 oleh Tim Riset di Resort Sei Betung. Gambar 6. Gabungan Persentase Fenologi Hutan Primer Resort Sei Betung Maret 2014 – Septermber 2015 Sumber : Orangutan Information Centre, 2015 Pada Gambar 6 dapat dilihat persentase produktivitas pohon mulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan September 2015 pada hutan primer Resort Sei Betung. Jika kita lihat pada tahun 2014 persentase daun muda mengalami kenaikan pada bulan Juni 2014, faktor ini sebenarnya menjadi indikator terjadinya musim buah pada bulan Agustus dan September, seperti pada tahun 2014, akan 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P e rs e n ta se Persentase Daun Muda Persentase Bunga Persentase Buah Mentah Persentase Buah Masak Universitas Sumatera Utara tetapi hal ini tidak terjadi pada tahun ini. Persentase bunga dan buah cenderung stabil dan tidak menunjukkan tanda-tanda musim berbuah pada bulan Agustus dan September. Ada beberapa faktor yang menjadi catatan Tim Riset di lapangan salah satunya adalah perubahan musim hujan di lokasi Resort Sei Betung, pada tahun 2014 musim hujan berada pada Februari hingga Juni, akan tetapi tahun 2015 pada bulan yang sama yaitu bulan Februari sampai Juni terjadi musim kemarau di lokasi Resort Sei Betung, faktor tersedianya air tanah menjadi salah satu faktor pembentukan bunga dan buah suatu tanaman. Bawa et al dalam Nugroho 2011 juga menyatakan bahwa ketersediaan air adalah salah satu faktor penting bagi proses permulaan berbunga pada tumbuhan di hutan tropis. Berikut rata-rata curah hujan dan suhu pada bulan Maret sampei Agustus di Resort Sei Betung. Tabel 7. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu Resort Sei Betung Maret-Agustus Bulan Curah Hujan Suhu C Kelembaban mm Pagi Sore Pagi Sore Maret 24 21,85 28,29 87,75 61,5 April 89,2 23,09 27,81 91,11 68,23 Mei 265,7 29,79 27,99 92,19 71,67 Juni 86,2 23,64 28,11 91,68 68,24 Juli 213,1 23,64 27,67 91,63 75,81 Agustus 501 23,23 26,35 94,93 76,96 Suhu, kelembaban dan curah hujan merupakan faktor penting dalam terbentuknya bunga, buah dan daun muda pada tumbuhan. Pada bulan yang sama dan tahun pengamatan yang sama juga menghasilkan persentase produktivitas pohon yang berbeda dengan penelitian ini. Yang paling berbeda yaitu pada persentase daun. Hal ini dapat disebabkan karena perbedaan jalur pengamatan dimana jumlah dan jenis pohon yang dijumpai berbeda. Nugroho 2011 meyatakan proses produktivitas suatu tumbuhan sangat erat kaitannya dengan Universitas Sumatera Utara faktor internal dan eksternal tumbuhan, dimana faktor internal yaitu genetik, hormon dan nutrisi. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan seperti suhu, kelembaban, curah hujan dan intensitas cahaya. Untuk lebih jelasnya melihat hubungan antara suhu, kelembaban dan curah hujan dengan produktivitas dapat dilihat pada Gambar 7 berikut. Gambar. 7 Rata-rata Curah Hujan mm, Suhu C, Kelembaban dan Produktivitas Pohon Curah hujan di Resort Sei Betung paling tinggi terdapat pada bulan Agustus. Pada bulan ini baru dimulai musim penghujan di sekitar Resort Sei Betung. Suhu pada tempat ini pada pagi hari termasuk rendah hanya pada bulan Mei yang sangat tinggi yaitu mencapai 29 C dan suhu pada sore hari cenderung 500 1000 1500 2000 2500 50 100 20 40 200 400 600 Maret April Mei Juni Juli Agustus Produktivitas daun Produktivitas bunga Produktivitas buah Kelembaban pagi Kelembaban sore Suhu pagi Suhu sore Curah hujan Universitas Sumatera Utara stabil. Hanya saja yang dirasakan cukup panas yaitu pada siang hari, yaitu rata- rata suhu yang dapat mencapai 33 C, namun datanya tidak diambil oleh Tim Riset pada siang hari, hanya dilakukan pencatatan suhu pada pagi dan sore hari. Untuk kelembaban pada Resort Sei Betung tergolong tinggi karena hutan menjaga kelembaban yang paling dapat dirasakan yaitu pada pagi hari. Produktivitas pohon juga dibedakan pada pohon pakan dan non pakan. Berikut total skoring produktivitas pohon pakan orangutan di hutan primer Resort Sei Betung, dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Total Skoring Produktivitas Pohon Pakan Orangutan Hutan Primer Resort Sei Betung Pohon pakan orangutan total skoring pada daun muda tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan total skoring sebanyak 1207 dan semakin menurun pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan prodiktivitas bunga dan buah pada bulan-bulan berikutnya. Namun, pertambahan maupun berkurangnya jumlah daun, bunga dan buah pada pohon pakan tidak teratur. Hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan fase berbunga, buah dan daun muda pada pohon dengan berbagai jenis tersebut. Maret April Mei Juni Juli Agustus Daun Muda 1207 1027 1007 991 960 875 Bunga 3 1 16 13 28 22 Buah 5 4 7 28 18 200 400 600 800 1000 1200 1400 T o ta l S ko ri n g Universitas Sumatera Utara Pohon non pakan orangutan juga mengalami fase-fase produktivitas yang beragam. Berikut grafik produktivitas pohon non pakan orangutan pada hutan primer Resort Sei Betung dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Total Skoring Produktivitas Pohon Non Pakan Orangutan Hutan Primer Resort Sei Betung Pada Gambar 8 dapat dilihat produktivitas pohon non pakan yang beragam setiap bulannya. Untuk fase daun muda produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan total skoring 977. Pada fase bunga total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Juli yang kemudian bunga tersebut menjadi buah. Fase buah tertinggi terdapat pada bulan Agustus. Dimana pada bulan ini dimulai hujan dengan intensitas tinggi. Namun faktor dari dalam dan dari luar pohon itu sendiri berpengaruh terhadap fase-fase yang dialami oleh tumbuhan khusunya pada pohon.

B. Perjumpaan Sarang Orangutan Sumatera

Dokumen yang terkait

Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 31 87

Karakteristik Sarang Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

1 13 69

Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 6 87

Korelasi Fenologi Pohon Dengan Jumlah Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Hutan Pimer Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 2 9

Abstract Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 2

Chapter I Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 3

Chapter II Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 8

Reference Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 3

Appendix Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 25

A. Kondisi Umum Lokasi Luas dan Status Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung - Korelasi Fenologi Pohon Dengan Jumlah Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Hutan Pimer Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 9