Perjumpaan Sarang Orangutan Sumatera

Pohon non pakan orangutan juga mengalami fase-fase produktivitas yang beragam. Berikut grafik produktivitas pohon non pakan orangutan pada hutan primer Resort Sei Betung dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Total Skoring Produktivitas Pohon Non Pakan Orangutan Hutan Primer Resort Sei Betung Pada Gambar 8 dapat dilihat produktivitas pohon non pakan yang beragam setiap bulannya. Untuk fase daun muda produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Maret dengan total skoring 977. Pada fase bunga total produktivitas tertinggi terdapat pada bulan Juli yang kemudian bunga tersebut menjadi buah. Fase buah tertinggi terdapat pada bulan Agustus. Dimana pada bulan ini dimulai hujan dengan intensitas tinggi. Namun faktor dari dalam dan dari luar pohon itu sendiri berpengaruh terhadap fase-fase yang dialami oleh tumbuhan khusunya pada pohon.

B. Perjumpaan Sarang Orangutan Sumatera

Aktivitas orangutan paling aktif pada siang hari, dimana orangutan merupakan hewan diurnal yaitu hewan yang aktif pada siang hari. Orangutan juga merupakan hewan arboreal yaitu hewan yang biasanya menghabiskan waktunya Maret April Mei Juni Juli Agustus Daun Muda 977 793 819 809 803 717 Bunga 6 8 28 25 50 34 Buah 6 17 6 6 11 38 200 400 600 800 1000 1200 T o ta l S ko ri n g Universitas Sumatera Utara di atas pohon. Menurut Galdikas 1978 aktivitas keseharian yang biasa dilakukan yaitu berpindah dari atas pohon dan hanya sesekali berada di permukaan tanah teresterial, bahkan melakukan aktivitas lain seperti beristirahat atau tidur dengan bersandar, duduk pada sebuah cabang, makan serta membuat sarang juga dilakukan di atas pohon. Salah satu aktivitas orangutan merupakan membuat sarang. Dimana sarang ini dapat digunakan sebagai tempat istirahat pada siang hari, bermain bagi orangutan muda, tempat berlindung, melahirkan, melakukan kopulasi, aktivitas makan dan tidur pada malam hari. Berdasarkan penelitian Tarigan 2013, aktivitas membuat sarang pada orangutan Sumatera mendapat 0,74 dari aktivitas keseluruhan orangutan. Berikut perjumpaan sarang orangutan sumatera pada hutan primer Resort Sei Betung. Gambar 10. Perjumpaan Sarang Orangutan Sumatera Gambar 10 merupakan gambar ditemukannya sarang orangutan sumatera selama penelitian dilakukan. Terdapat tiga jalur pengamatan dengan jumlah Universitas Sumatera Utara pertemuan sarang pada tiap jalur ditemukan berbeda setiap bulannya. Jumlah sarang orangutan sumatera selama pengamatan terdapat 15 sarang yang tersebar pada ketiga jalur pengamatan. Jumlah pertemuan sarang pada lokasi ini tergolong rendah. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh sedikitnya jumlah pakan orangutan sumatera yang terdapat pada lokasi pengamatan, karena belum memasuki masa atau fase musim buah pada pohon pakan orangutan sumatera. Karena itu orangutan sumatera menjelajah hutan dan banyak menghabiskan waktu dalam proses pencarian makanan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Bismark 2005 yang menyatakan perjumpaan sarang orangutan tidak terjadi mengindikasikan luasnya daerah jelajah orangutan dan kemungkinan rendahnya potensi pakan di daerah tersebut. Menurut Meijaard et al. dalam Bismark 2005 daerah jelajah orang utan jantan dapat mencapai 5-10 km² dan daerah jelajah betina lebih dari 3 km². Selama penelitian, musim kering yang cukup panjang juga berpengaruh terhadap munculnya orangutan. Karena musim kering yang panjang mempengaruhi jumlah produktivitas pohon dan ketersediaan air sungai kecil yang sedikit. Orangutan di Resort Sei Betung mayoritas merupakan orangutan yang reintroduksi. Menurut tim peneliti pada lokasi penelitian, bulan-bulan sebelumnya orangutan sering terlihat pada jalur pengamatan dan ditemukan beberapa sarang. Namun, pada penelitian yang telah dilakukan jumlah sarang yang dijumpai cukup sedikit. Hal ini dapat disebabkan oleh daerah jelajah orangutan yang kini semakin luas pada area hutan primer. Ketersediaan pakan yang tidak banyak membuat orangutan menjelajah lebih jauh untuk memenuhi kebutuhan pakannya. Tarigan 2013 dalam penelitiannya menemukan pola pergerakan orangutan dalam Universitas Sumatera Utara aktivitas hariannya bersifat acak atau dapat dikatakan tidak terdapat pola khusus. Dalam hal ini orangutan akan berpindah dari satu pohon ke pohon yang terdekat dengannya dan biasanya pada pohon yang memiliki tajuk yang lebar agar memudahkan dalam menggapai pohon. 1. Jenis Pohon Tempat Bersarang Jumlah pohon tempat bersarang orangutan sumatera terdapat 15 pohon yang terdiri dari 8 jenis pohon. Tabel 7 berikut merupakan jumlah sarang yang terdapat pada jalur selama penelitian dilakukan. Tabel 7. Pohon Sarang Orangutan Sumatera di Hutan Primer Resort Sei Betung No Nama Latin Track Bulan Tinggi Diameter 1 2 3 4 5 6 1 Endospermum diadenum 1 √ 21 49,6 2 Polyalthia sumatrana 1 √ 17 24,52 3 Endospermum diadenum 1 √ 18 20,7 4 Polyalthia sumatrana 1 √ 17 21,02 5 Endospermum diadenum 1 √ 20 23,89 6 Alangium langifolium 1 √ 16 22,61 7 Shorea parvifolia 2 √ 13 21,3 8 Microcos sp. 2 √ 12 31,5 9 Macaranga indica 2 √ 11 19,8 10 Endospermum diadenum 2 √ 20 37,9 11 Endospermum diadenum 2 √ 20 45,6 12 Styrax sp 3 √ 16 31,2 13 Polyalthia sumatrana 3 √ 17 21,7 14 Shorea sp. 3 √ 15 35 15 Homalanthus sp 3 √ 16 43 Jumlah sarang yang dijumpai cukup bervariasi setiap bulannya. Pada jalur 1 ditemukan sarang pada bulan pertama pengamatan yaitu pada bulan Maret sampai bulan ketiga yaitu pada bulan Mei dengan total 6 sarang. Pada jalur pengamatan 2 ditemukan sarang pada bulan kedua pengamatan sampai bulan kelima pengamatn degan total 5 sarang. Sedangkan pada jalur 3 ditemukan sarang Universitas Sumatera Utara hanya pada bulan kedua pengamatan dengan total 4 sarang. Berdasarkan data tersebut, ditemukan sarang paling banyak pada bulan kedua pengamatan yaitu bulan April dengan total keseluruhan sarang pada ketiga jalur yaitu sebanyak 8 sarang orangutan Sumatera. Namun, pada bulan terakhir pengamatan yaitu pada bulan Agustus tidak ditemukan sarang pada ketiga jalur pengamatan. Hal ini dapat disebabkan oleh rendahnya ketersediaan pakan dimana pada Gambar 4 dapat dilihat rendahnya persentase jumlah buah, bunga dan daun muda yang diperoleh selama pengamatan termasuk pada bulan Agustus. Orangutan membuat sarang untuk berbagai manfaat. Menurut Cahyani 2014 orangutan sumatera membuat dasar sarang menggunakan 2 atau 3 cabang pohon. Lalu cabang-cabang pohon akan dibengkokkan dan disatukan sehingga membentuk lingkaran. Setelah itu, orangutan akan mematahkan dan menjalin rangkaian daun dan ranting pohon-pohon di sekitarnya sebagai pengisi di atas dasar sarang. Maka setelah semuanya disatukan dan terjalin kokoh, sarang dapat digunakan. Berikut beberapa sarang yang berhasil didokumentasikan selama pengamatan. Gambar 11. Sarang Orangutan Sumatera pada Pohon Macaranga indica dan Endospermum diadenum Universitas Sumatera Utara Kriteria sarang yang dibuat oleh orangutan sumatera yaitu orangutan akan memilih pohon yang kokoh dengan percabangan yang cukup banyak. Menurut Walkers 1983 dalam membuat sarang, orangutan akan memilih pohon yang sesuai dengan seleranya. Kebanyakan dalam membuat sarang akan disesuaikan dengan strategi dan pohon makanan terakhir yang dikunjunginya. Sarang dibuat dari ranting dan daunnya masih segar, biasanya pada ketinggian 15 meter sampai 20 meter dari permukaan tanah. Gambar 12. Pohon Sarang Orangutan Sumatera Gambar 12 menunjukkan bahwa sarang orangutan paling banyak terdapat pada pohon marak bangkong Endospermum diadenum yaitu sebanyak 5 sarang. Selaian pada pohon marak bangkong, terdapat 4 sarang orangutan pada pohon banitan Polyalthia sumatrana. Marak merupakan jenis pohon yang memiliki tajuk yang agak bulat melebar dan bercabang besar. Daun tunggal, berbentuk bundar telur yang melebar pada dasarnya, bertangkai panjang dan berkelompok pada ujung ranting. Pada pangkal daun terdapat dua kelenjar yang berisi cairan jernih dan agak lengket. Bunga marak bangkong mempunyai karangan bunga berupa bulir, yang tegak dan menonjol keluar dari berkas daun. Pohon ini umumnya tumbuh di tempat terbuka dalam hutan primer dan tumbuh cepat sekali 5 3 1 1 1 1 1 1 1 Universitas Sumatera Utara di tempat-tempat yang disinari cahaya matahari penuh. Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor orangutan membuat sarang pada pohon ini, karena terkena sinar matahari dan bebas memandang dari atas tajuknya. Dari 8 jenis pohon yang dijadikan sarang oleh orangutan tersebut, terdapat 5 pohon yang merupakan pohon pakan orangutan. Pohon dengan sarang terbanyak yaitu marak bangkong bukan pohon pakan orangutan. Namun, orangutan dapat membuat sarang di pohon bukan pakan dengan pertimbangan terdapat pohon pakan di sekitar sarang. Hal ini dinyatakan juga oleh Rijksen dalam Cahyani 2014, orangutan tidak menggunakan pohon yang sedang berbuah untuk tempat bersarang sebagai strategi untuk menghindari perjumpaan dengan satwa lain yang juga memanfaatkan pohon pakan yang sama, sehingga beresiko timbul persaingan untuk mendapatkan pakan dan menurut Walkers dalam Harahap 2011 proses pembuatan sarang orangutan kebanyakan disesuaikan dengan strategi terhadap satwa lain yang memanfaatkan pakan yang sama dan pohon makanan terakhir yang dikunjungi orangutan. 2. Tinggi Pohon Sarang Orangutan membuat sarang dengan tinggi pohon yang beragam. Sarang yang dijumpai selama penelitian sebanyak 15 sarang pada beberapa pohon yang berbeda. Rifai 2012, membagi tinggi pohon menjadi 4 kelas yaitu pohon dengan kelas tinggi 10-15 m, 16-20 m, 21-25 m, dan 25m. Tetapi pada penelitian ini kelas tinggi pohon 25 m tidak dimasukkan karena tidak terdapat pohon dengan ketinggian tersebut yang dibuat sarang oleh orangutan. Pada kelas tinggi pohon 10-15 m dijumpai sebanyak 4 sarang 27, kelas pohon 16-20 terdapat 10 sarang Universitas Sumatera Utara 66 dan kelas pohon 20 m hanya terdapat 1 sarang 7. Rata-rata tinggi pohon dari seluruh pohon tempat sarang orangutan adalah 16,6 m. Gambar 13. Persentase Perbandingan Tinggi Pohon Sarang Orangutan Sumatera Orangutan memilih tinggi pohon yang dijadikan sarang dapat disebabkan orangutan menyukai apabila dapat memandang sekitarnya dengan lapang dari sarangnya namun tidak terlalu terbuka sehingga dapat juga melindungi orangutan tersebut dari terpaan angin van Schaik, 2006. Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa tinggi pohon dominan yang dijadikan sarang oleh orangutan adalah antara 10-20 m. Suwandi 2000 mengklasifikasikan lapisan tajuk menjadi lima strata, yaitu : 1. Strata A: Lapisan tajuk paling atas yang terdiri dari pohon-pohon dengan tinggi total lebih dari 30 m. 2. Strata B: Terdiri atas pohon-pohon dengan tinggii total antara 20-30 m. 3. Strata C: Terdiri atas pohon dengan tinggi total antara 4-20 m, tajuk rendah dan berdiameter kecil. 4. Strata D: Lapisan perdu dan semak dengan ketinggian 1-4 m. 5. Strata E: Lapisan tumbuhan bawah dengan ketinggian 0-1 m. Berdasarkan klasifikasi tersebut, pohon yang dijadikan sarang paling dominan adalah strata C, yaitu terdiri atas pohon dengan tinggi total antara 4-20 m 27 66 7 10-15 m 16-20 m 20 Universitas Sumatera Utara dengan total 14 pohon sarang dan hanya terdapat 1 pohon sarang dengan strata B. Tim Riset Orangutan Sumatera di Resort Sei Betung menyatakan bahwa orangutan di lokasi tersebut tidak terlalu suka membuat sarang pada pohon yang terlalu tinggi dan orangutan tersebut suka membuat sarang pada pohon yang cukup kena sinar matahari. Sarang orangutan yang ditemukan selama penelitian berada pada pohon yang sekitarnya adalah pohon dengan tajuk yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rapat. 3. Diameter Pohon Sarang Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tidak hanya tinggi pohon yang beragam yang dijumpai pada pohon sarang tetapi juga diameter pohon. Pohon dengan diameter 20 cm terdapat 1 pohon sarang orangutan 7. Pohon dengan diameter 20-30 cm sebanyak 7 pohon 46. Pohon dengan diameter 31-40 cm sebanyak 4 pohon 27. Pohon dengan diameter 40 cm sebanyak 3 pohon 20. Berikut persentase perbandingan diameter pohon sarang. Gambar 14. Persentase Perbandingan Diameter Pohon Sarang Orangutan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui orangutan menggunakan pohon dengan diameter 20-30 cm paling banyak yaitu dengan 7 46 27 20 20 cm 20-30 cm 30-40 cm 40 cm Universitas Sumatera Utara jumlah 7 pohon sarang. Namun menurut penelitian Muin dalam Nurhayati 2014 bahwa diameter pohon mempunyai pengaruh yang kecil terhadap orangutan Kalimantan dalam pemilihan pohon sarang. Jadi peran faktor diameter pohon lebih bersifat dukungan kepada faktor jumlah jenis pakan dalam mempengaruhi keberadaan sarang pada pohon tertentu.

C. Komposisi Pohon Pakan dan Non Pakan Hutan Primer Resort Sei Betung

Dokumen yang terkait

Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 31 87

Karakteristik Sarang Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) Di Kawasan Hutan Sekunder Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

1 13 69

Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 6 87

Korelasi Fenologi Pohon Dengan Jumlah Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Hutan Pimer Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 2 9

Abstract Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 2

Chapter I Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 3

Chapter II Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 8

Reference Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 1 3

Appendix Korelasi Fenologi Tiang dan Pohon dengan Jumlah Sarang Orangutan (Pongo abelii) di Hutan Sekunder, Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 25

A. Kondisi Umum Lokasi Luas dan Status Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung - Korelasi Fenologi Pohon Dengan Jumlah Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Hutan Pimer Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 9