Tata Kerja DPPKA Sumber Daya Manusia DPPKA Surakarta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 12 k. Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok ini mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.

4. Tata Kerja DPPKA

Dalam melaksanakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip- prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing- masing. Kepala Sekretariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggungjawab memberikan bimbinganpembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarkis jabatan masing-masing. Kepala Sekretariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas bertanggungjawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggungjawab kepada Kepala Bagian SekretariatKepala Bagian yang membidanginya. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 13 Kepala Dinas, Kepala Sekretariat, dan Kepala Seksi di lingkungan DPPKA Kotamadya Dati II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.

5. Visi Dan Misi DPPKA

a. Visi DPPKA

Visi DPPKA adalah mewujudkan peningkatan pendapatan daerah yang optimal untuk mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Surakarta. b. Misi DPPKA Misi DPPKA adalah sebagai berikut: 1. Menggali sumber pajak dan retribusi tiada henti. 2. Meningkatkan pendapatan daerah tiada kenal menyerah. 3. Mengutamakan kualitas pelayanan ketertiban.

6. Sumber Daya Manusia DPPKA Surakarta

a. Menurut Jabatan Sumber daya manusia di Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta menurut jabatan adalah sebagai berikut: Tabel I.1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 14 SDM DPPKA Menurut Jabatan JABATAN GOLONGAN JUMLAH Eselon II 1 Eselon III a 1 Eselon III b 6 Eselon IV a 20 Eselon IV b 3 Staf PHS 103 Staf THL 19 TOTAL 153 Sumber DPPKA Surakarta b. Menurut Tingkat Pendidikan Sumber daya di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta menurut tingkat pendidikannya sebagai berikut : Tabel I.2 SDM DPPKA Menurut Jenjang Pendidikan PENDIDIKAN JUMLAH S2 14 S1 50 DIIISarjana Muda 9 SLTA 58 SLTP - SD 3 TOTAL 134 Sumber DPPKA Surakarta B. LATAR BELAKANG MASALAH Sebuah negara dapat dikatakan negara besar apabila dapat menstabilkan kehidupan dalam segala bidang dan saling menyelaraskan satu sama lainnya. Pelaksanaan pembangunan di Indonesia secara sederhana dibedakan dalam bentuk pembangunan sektoral dan regional. Salah satu rencana pembangunan regional adalah dengan memberlakukan Otonomi Daerah pada setiap KabupatenKota. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 15 Dengan diadakan pemberlakuan Otonomi Daerah, setiap Kabupaten atau Kota diharapkan dapat menggali potensi yang ada pada daerah tersebut. Suatu daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Seperti yang tertuang dalam Pasal 1 butir 5 Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Adisubrata 2002 Otonomi Daerah merupakan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah, yang melekat pada negara kesatuan maupun pada negara federasi. Pelaksanaan Otonomi Daerah perlu dibarengi dengan antisipasi daerah terhadap segala implikasinya. Salah satunya tuntutan bagi Pemerintah Daerah agar mandiri dalam membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya sendiri dengan diberlakukannya Otonomi Daerah. Kemandirian itu dapat dilihat dari soal pembiayaan atau dana untuk daerah masing-masing dapat mencukupi atau tidak. Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam melaksanakan tugasnya dibiayai dari beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sehingga memerlukan kewenangan dan kemampuan untuk menggali keuangannya sendiri dan didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta antara Propinsi dan KabupatenKota yang merupakan prasyarat dalam sistem Pemerintahan Daerah. Pendapatan Asli Daerah memegang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 16 peranan yang vital terhadap pembiayaan Pemerintah daerah serta pelaksanaan Otonomi Daerah, salah satu aspek pendapatan yang memilki nominal besar dalam Pendapatan Asli Daerah adalah pajak daerah. Pajak memegang peranan yang amat sangat penting bagi terciptanya Otonomi Daerah, pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dikenal dengan pajak daerah terdiri dari: Pajak hotel, pajak resotran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C, pajak parkir, BHPTB dan, Pajak Bumi Bangunan Perkotaan dan Pedesaan PBB P2, UU No 28 tahun 2009. Dalam penggolongan pajak menurut lembaga yang memungut, pajak pusat yang penagihannya dilakukan oleh Pemerintah KabupatenKotamadya adalah Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Pedesaan. Penerimaan dan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Surakarta dilakukan oleh dua penyelenggara, yaitu Kantor Pajak Pratama Surakarta dan Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset, namun Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset hanya menjadi tempat pembayaran sementara atau sebagai perantara antara wajib pajak dan Kantor Pajak Pratama. Surakarta sebagai salah satu daerah Otonomi yang berada di wilayah Propinsi Jawa Tengah terus menggali potensi-potensi keuangan daerahnya agar dapat meningkatkan penerimaan bagi pendapatan asli daerah yang salah satunya adalah Pajak Bumi dan Bangunan. Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan dapat mencapai keberhasilan melalui kinerja fiskus dalam memberi pengertian dan menyadarkan warganya dalam rangka membayar pajak. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 17 Demi suksesnya pelaksanaan pemungutan Pajak Bumi dan bangunan, diperlukan adanya dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah Daerah Surakarta sebagai salah satu fiskus dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Surakarta sebagai departemen yang mengelola pendapatan dan keuangan terutama dibagian penagihan. Untuk mengetahui peranan pegawai Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset dalam hal penagihan dan penerimaan PBB terutang di Surakarta dengan memberi fasilitas kepada wajib pajak dalam kemudahan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan terhutang, kemudian pengaruh terhadap kesadaran dan antusias wajib pajak dalam membayar pajak PBB yang terhutang, dengan alasan yang dikemukan diatas, maka penulis mengambil judul Tugas Akhir: “EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENAGIHAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG TERHUTANG DENGAN SAFARI PBB DI KOTA SURAKARTA” C. PERUMUSAN MASALAH Usaha peningkatan penagihan dan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang oleh Pemerintah Daerah, dalam hal ini adalah Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Surakarta menggunakan banyak alternatif pilihan dalam pembayaran pajak PBB salah satunya dengan jemput bola safari PBB. Cara penagihan yang digunakan oleh pegawai Pemerintah Kota menjadi dasar pembahasan dalam study cases dalam laporan ini. Study cases Sekaran:2006 merupakan analisis mendalam dan konteksual terhadap situasi yang mirip dalam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 18 organisasi lain, dimana sifat dan definisi masalah yang terjadi adalah serupa dengan yang dialami dalam situasi saat itu. Dari penjelasan diatas, maka pokok- pokok maslah yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah: 1. Alasan apa yang mendasari Pemerintah Daerah Surakarta melakukan safari PBB dalam penagihan PBB yang terhutang? 2. Apakah terdapat perbedaan penerimaan PBB pada tahun 2010 dengan menggunakan cara konvensional dan safari? 3. Sejauh mana pencapaian target penerimaan pajak PBB dengan menggunakan alternatif safari PBB? 4. Seberapa efektif dan efisien penagihan yang dilakukan oleh pegawai fiskus bagian DPPKA Surakarta dalam menerima penerimaan PBB yang terhutang dengan cara safari PBB? D. TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai dalam study cases mengenai safari PBB ini adalah: 1. Mengenali salah satu cara penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang di Kota Surakarta. 2. Mengetahui kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat atau wajib pajak dalam menunaikan kewajiban perpajakan masyarakat tersebut. 3. Mengetahui manfaat dan keuntungan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan. 4. Serta kendala yang terjadi dalam penagihan pajak dengan cara safari PBB. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 19 5. Untuk mengetahui seberapa efektif cara yang digunakan oleh DPPKA Surakarta sebagai fiskus dalam penagihan PBB yang terhutang di Kota Surakarta dengan pencapaian penerimaan pajak terhadap realisasi pendapatan pajak dari PBB. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Dari hasil study cases ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan, dan bahan pertimbangan dalam cara penagihan PBB yang terhutang agar penerimaan yang dihasilkan maksimal. 2. Bagi penulis study cases ini bermanfaat dalam menerapkan ilmu pengetahuan teoritis ke dalam kondisi nyata dan mendapatkan informasi, gambaran dan pengalaman praktis dalam perpajakan terutama mengenai Pajak Daerah dan PBB itu sendiri. 3. Bagi pembaca dapat memperoleh wawasan tentang penagihan PBB yang dilakukan oleh DPPKA Surakarta dan penulis berharap karya ini bisa digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. F. METODE PENELITIAN

1. Analisis Data