Biota Laut di Ekosistem Mangrove

4. Biota Laut di Ekosistem Mangrove

Biota laut pada ekosistem mangrove memliki banyak jenis baik makrozoobenthos maupun nekton. Pengambil biota laut ini dilakukan dalam transek pengamatan. Adapun biota laut yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jenis Biota yang terdapat Pada Kawasan Mangrove Desa Bagan Deli No Spesies Stasiun I Stasiun II Stasiun III Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak 1. Telescopium telescopium    2. Turritela terebra    3. Sulcospira kawaluensis    4. Cerithidea cingulata    5. Chicoreus capucinus    6. Nerita lineata    7. Murex carbonniera    8. Ucha sp    9. Cerithidea obtusa    10. Littoraria melanostoma    11. Cassidula aurisfelis    12. Natica tigrina    13. Uca vocans    14. Periopthalmus argentilineus    15. Leiognathus splendens    16. Penaus monodon    17. Scylla serrata    Universitas Sumatera Utara Pembahasan 1. Kondisi Ekosistem Mangrove Kerapatan Kerapatan jenis mangrove dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu pohon, pancang dan semai. Kerapatan kategori semai tertinggi yaitu pada stasiun II yaitu A. alba dengan nilai kerapatan 36.667 Ind ha, sedangkan kerapatan semai terendah yaitu A. lanata pada stasiun II yaitu sebesar 833, dimana hal ini diduga karena adanya penebangan pohon pada lokasi yang dialih fungsikan sebagai daerah pertambakan sehinggi hilangganya vegetasi mangrove di stasiun II, dimana dapat menyebabkan dampak terhadap ekologis. Menurut Kordi 2012 bahwa pemanfaatan secara terus menerus tanpa mempertimbangkan kelestarian dapat menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove yang selanjutnya berdampak besar, baik secara ekologi, ekonomi, maupun sosial. Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Kerapatan pada kategori pancang terdapat pada jenis K. candel dengan nilai kerapatan 45.335 Indha terdapat pada stasiun III dan terendah N.fruticans pada stasiun I. Dimana pada stasiun III dapat diketahui bahwa kerapatan mangrove dikatakan baik terutama pada jenis K. candel. Data kerapatan mangrove dapat dilihat pada Lampiran 1. Kerapatan pada kategori pohon paling tinggi yaitu pada stasiun I tertinggi yaitu pada jenis A. marina sebesar 700 Indha dapat dikatakan bahwa kerapatan pada stasiun I jarang dan pada stasiun II kerapatan tertinggi terdapat pada jenis A. marina dengan kerapatan 667 IndInd bahwa pada stasiun II kerapatan mangrove Universitas Sumatera Utara juga jarang dan pada stasiun III kerapatan pohon tertinggi yaitu pada jenis A. marina sebesar 800 Indha dan dapat dikatakan bahwa kerapatan mangrove jarang, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kerapatan mangrove Desa Bagan Deli Kecamatan medan Belawan jarang Rusak berat. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup 2004 menjelaskan bahwa status kondisi mangrove adalah tingkatan kondisi mangrove pada suatu lokasi tertentudalam waktu tertentu yang dinilai berdasarkan kriteria baku kerusakan mangrove.Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan dapat menimbulkan dampakterhadap kerusakan mangrove, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengendalian, dimana salah satu upaya pengendalian untuk melindungi mangrovedari kerusakan adalah dengan mengetahui adanya tingkat kerusakan berdasarkankriteria baku kerusakannya. Kriteria baku kerusakan mangrove untukmenentukan status kondisi mangrove diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu : 1. Sangat baik sangat padat dengan penutupan ≥ 75 dan kerapatan ≥ 1.500 pohonha; 2. Rusak ringan baik dengan penutupan antara ≥ 50 - 75 dan kerapatan ≥1.000 pohonha - 1.500 pohonha; 3. Rusak berat jarang dengan penutupan 50 dan kerapatan 1.000 pohonha. Dominansi Relatif Penutupan Jenis Relatif Dominansi merupakan penutupan lahan mangrove yaitu seberapa besar kemampuan mangrove tersebut dapat menutupi suatu lahan. Semakin banyak Universitas Sumatera Utara jumlah pohon yang ditemukan dan semakin besar diameter batang pohon maka semakin besar pula dominansi atau penutupan mangrove. Penutupan jenis mangrove pada Gambar 16 menunjukkan mangrove Kandelia candel memiliki nilai tinggi pada stasiun II yaitu sebesar 53,93 dan pada stasiun III yaitu Nypa fruticans sebesar 52,75, bahwa habitat baik untuk mangrove Kandelia candel dan Nypa fruticans. Rahman 2014 menyatakan bahwa vegetasi mangrove mempunyai morfologi dan anatomi tertentu sebagai respons fisiogenetik terhadap habitatnya. Indeks Nilai Penting INP INP adalah nilai yang memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu vegetasi mangrove dan komunitas mangrove. Nilai INP berkisar 0-300 Bengen, 2011. Berdasarkan tabel 2,Avicennia lanata memiliki nilai tertinggi pada stasiun III yaitu sebesar 59,14 dan pada nilai terendah yaitu pada stasiun II yaitu pada kategori Bruguiera sexangula sebesar 36,66 Berdasarkan Tabel 3 , dapat diketahui pada kategori pancang nilai INP tertinggi yaitu pada jenis Avicennia alba sebesar 83,33 pada stasiun I sedangkan nilai terendah pada jenis Nypa Fruticans pada stasiun II sebesar 17,68. Berdasarkan Tabel 4, Avicennia lanata memiliki nilai INP yang sangat tinggi yang terdapat pada stasiun I dengan INP sebesar 91,6 dan dapat dilihat bahwa nilai INP terendah yaitu Kandeli candal dengan INP sebesar 28,16. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman Keanekaragaman mencakup dua hal pokok yaitu banyaknya spesies yang ada pada suatu komunitas dan kelimpahan dari setiap spesies tersebut. Nilai indeks keanekaragaman tertinggi pada tingkat semai stasiun II dan III yaitu Universitas Sumatera Utara sebesar 1,36, pada tingkat pancang pada stasiun II yaitu 1,68 dan pada kategori pohon yaitu pada stasiun II sebesar 1,71, dapat diketahui bahwa keanekaragaman spesies rendah dan komunitas biota sedang, pada lokasi penelitian merupakan daerah pertemuan antara air tawar dan laut. Menurut Mukhlisi dkk 2013 keanekaragaman jenis dan pertumbuhan mangrove di antaranya dipengaruhi oleh suplai air tawar dari sungai yang bermuara ke laut serta kesesuaian habitat setiap jenis terhadap iklim dan kondisi geografis pesisir. Pada hasil pengukuran bahwa nilai indeks keseragaman paling tinggi untuk kategori semai yaitu pada stasiun III sebesar 0,65 kemerataan jenis tergolong tinggi dan keseragaman terendah yaitu 0,42 kemerataan jenis tergolong rendah pada stasiun I. Sedangkan untuk kategori pancang indeks keseragaman tertinggi pada stasiun I sebesar 0,73 kemerataan jenis tergolong tinggi dengan nilai terendah sebesar 0,63 kemerataan jenis tergolong tinggi pada stasiun II. Pada kategori pohon diketahui bahwa nilai indeks keseragaman tertinggi yaitu pada stasiun III sebesar 0,77 kemerataan jenis tergolong tinggi menurut Magurran 1998 diacu oleh Prasetio, dkk 2014, menyatakan bahwa besaran C 0,3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, C = 0,3 - 0,6 menunjukkan kemerataan jenis tergolong sedang dan C 0,6 menunjukkan kemerataan jenis tergolong tinggi.

4. Karakteristik Fisika Kimia Lingkungan