A. Kerangka konsep
Bila suatu protein asing antigen berulang kali masuk ke dalam tubuh seorang yang berbakat hipersensitif, maka limfosit B akan membentuk
antibodi dari tipe IgE. IgE atau disebut juga regain, akan terikat pada membran sel mast tanpa menimbulkan gejala. Apabila kemudian antigen
alergen yang sama rumus bangunnya memasuki tubuh lagi, maka IgE akan mengenali dan mengikat padanya. Akibatnya membran sel mast akan pecah
degranulasi sel mast. Hasilnya adalah suatu reaksi alergi karena sejumlah zat perantara
mediator dilepaskan, yakni histamin, serotonin, bradikinin dan asam arachidonat, yang kemudian diubah menjadi prostaglandin dan leukotrien.
Zat-zat itu akan menarik makrofag dan eosinofil ke tempat infeksi untuk memusnahkan penyerbu. Mediator tersebut secara langsung atau melalui saraf
otonom menimbulkan bermacam-macam penyakit seperti asma, rhinitis alergi dan eksim. Gejala seperti bronkokontriksi, vasodilatasi dan pembengkakan
jaringan akan timbul sebagai reaksi terhadap masuknya antigen Tjay dan Rahardja, 2002.
Marmin dilaporkan mampu menghambat pelepasan histamin dari kultur sel RBL-2H3 melalui penghambatan Ca
2+
uptake secara in vitro. Marmin mampu menghambat influks Ca
2+
ekstraseluler ke dalam kultur sel RBL-2H3, sehingga pelepasan histamin 70 mampu dihambat
dibandingkan kontrol pada kultur sel RBL-2H3 yang diinduksi oleh thapsigargin dan calcium ionophore. Marmin dengan konsentrasi 100µM
mampu menekan pelepasan histamin dari kultur sel RBL-2H3 yang diinduksi secara immunologik dengan DNP24-BSA dengan efek penghambatan 60
dibandingkan dengan kontrol. Selain itu, marmin juga mampu menghambat pelepasan histamin dari kultur sel RPMCs dengan efek penghambatan sebesar
40 dibandingkan kontrol Nugroho et al., 2011. Dibandingkan kontrol dari kultur sel RBL-2H3, aegelin yang merupakan turunan senyawa alkaloid
dengan konsentrasi 100 µM mampu melakukan penekanan pada pelepasan histamine hingga 40 yang diinduksi DNP
24
-BSA dan lebih dari 50 yang diinduksi oleh thapsigargin dan ionomycin Nugroho et al., 2010.
10
Lupen-ol dan lupen-on yang merupakan turunan senyawa steroid ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen antialergi karena
kemampuannya dalam menghambat pelepasan mediator dari kultur sel mast. Pelepasan enzim β-heksosaminidase dari kultur sel RBL-2H3 yang diinduksi
secara immunologis dengan antigen DNP
24
-BSA sebesar 35,69 dan 39,19, dengan nilai IC
50
sebesar 59,40 µM lupenol dan 72,51 µM lupenon mampu dihambat kedua senyawa ini dengan konsentrasi 100 µM Nugroho, et al.,
2010. Melalui mekanisme aksi efek penghambatan degranulasi sel mast
melalui kultur sel RBL-2H3 diduga berpengaruh pada terhambatnya migrasi sel-sel inflamasi, seperti eosinofil. Adanya mekanisme antialergi yang
prospektif ini sangat memungkinkan untuk mengembangkan Aegle marmelos pada uji in vivo.
B. Hipotesis