Kondisi Keuangan PENGARUH PERSEPSI PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN, SOSIALISASI PERPAJAKAN, KONDISI KEUANGAN, DAN KETEGASAN SANKSI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 46 TAHUN 2013. (STUDI KASUS ATAS WAJIB PAJAK PEMILI

dikeluarkan pemerintah yang menekankan pajak adalah sebagai suatu kewajiban. Semakin lama seseorang bekerja, maka orang tersebut memiliki pemahaman yang cukup atas sesuatu. Artinya, seseorang akan cenderung bersikap positif, sehingga memiliki kemampuan dan kemauan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Teori ekonomi mengatakan bahwa I atau Income penghasilanpenghasilan = C atau Consumtion konsumsi, dimana besarnya penghasilan akan sama dengan besarnya konsumsi. Konsumsi disini termasuk juga pengeluaran untuk membayar pajak karena Wajib Pajak dianggap melakukan tindakan konsumsi yaitu menghabiskan nilai guna dari suatu barang. Asumsinya adalah jika penghasilan seseorang besar, maka konsumsinya untuk membayar pajak akan besar juga Musthofa, 2011. Menurut Nurmatun 2013 Kondisi keuangan adalah kemampuan keuangan perusahaan yang tercermin dari tingkat profitabilitas profitability dan arus kas cash flow. Profitabilitas perusahaan firm profitability merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesadaran untuk mematuhi peraturan perpajakan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah. Perusahaan dengan profitabilitas rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan financial difficulty dan cenderung melakukan ketidakpatuhan pajak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penghasilan adalah Musthofa, 2011: a. Modal atau pendanaan financing yang mengakibatkan adanya tambahan dana, b. Untung dari penjualan aktiva yang berupa produk perusahaan seperti aktiva tetap, c. Hadiah sumbangan atau temuan, d. Penyerahan produk perusahaan berupa hasil penjualan produk atau penyerahan jasa.

11. Ketegasan Sanksi Perpajakan

Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum yang berlaku sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang Jatmiko, 2006. Menurut Nurkholidah 2015 Pengetahuan tentang sanksi dalam perpajakan menjadi penting karena pemerintah Indonesia memilih menerapkan Self Assessment System dalam rangka pelaksanaan pemungutan pajak, baik dari segi peraturan maupun teknis administrasinya. Agar pelaksanaannya dapat tertib dan sesuai dengan target yang diharapkan, pemerintah telah menyiapkan rambu-rambu yang diatur dalam Undang-Undang Perpajakan yang berlaku. Menurut undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebutkan bahwa ada dua macam sanksi bagi pelanggar norma perpajakan sesuai dengan tingkat pelanggarannya, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana: a. Sanksi administrasi Dapat berupa pembayaran denda oleh Wajib Pajak kepada Dirjen Pajak. Sanksi administrasi dapat dijatuhkan apabila Wajib Pajak melakukan pelanggaran, terutama atas kewajiban yang ditentukan dalam UU KUP. b. sanksi pidana Dapat dikenakan kepada Wajib Pajak yang melanggar dengan bentuk kurungan atau penjara. Pengenaan sanksi pidana tidak menghilangkan kewenangan untuk menagih pajak yang masih terhutang. Sanksi pajak dalam Waluyo 2007 adalah: 1 barang siapa karena kealpaanya tidak mengembalikan menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak atau menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar, sehingga menimbulkan kerugian kepada negara, dipidana dengan kurungan selama- lamanya 6 enam bulan atau setinggi-tingginya sebesar 2 dua kali pajak terutang. 2 Barang siapa dengan sengaja: a Tidak menyampaikan SPOP kepada Dirjen Pajak b Menyampaikan SPOP tetapi isinya tidak benar c Memperlihatkan dokumen palsu yang seolah-olah benar d Tidak memperlihatkan dokumen lain e Tidak menyampaikan keterangan yang diperlukan, sehingga menimbulkan kerugian kepada negara, dipidana dengan penjara selama 2 dua tahun atau denda setinggi-tingginya 5 lima kali pajak terutang. Menurut Jatmiko 2006 Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikan. Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka akan semakin merugikan Wajik Pajak. Adapun indikator Wajib Pajak yang akan dikenakan sanksi denda perpajakan, diantaranya: a. Lalai membayar dan melaporkan pajak akan dikenakan denda. Setiap wajib pajak yang lalai dalam melakukan pembayaran dan melaporkan pajak patut untuk dikenakan denda. b. Keterlambatan membayar pajak akan mempengaruhi keuangan perpajakan dan kelanjutan usaha wajib pajak. Setiap wajib pajak jika terlambat membayar pajak maka akan mempengaruhi keuangan perpajakan dan kelanjutan usaha bagi wajib pajak. c. Terlambat membayar pajak akan mempengaruhi kepercayaan rekanan atau pihak lain, setiap wajib pajak yang melakukan