Pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak : Studi empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN

KELUARGA TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat

Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

NURFATHIA HERYULIANI

NIM : 1111082000104

Jurusan Akuntasi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2015 M/1436 H


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Nurfathia Heryuliani 2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1992

3. Alamat : Jalan H. Muhammad No. 39 RT 10/07 Kel. Jatiwaringin Kec. Pondok Gede Kota Bekasi

4. Telpon : 0856 9283 1533 / 021-84997762 5. E-mail : n.heryuliani@gmail.com

nurfathia.heryuliani11@mhs.uinjkt.ac.id II. PENDIDIKAN

1. SD (1998-2004) : SDN Jatibening VIII 2. SMP (2004-2007) : SMPN 20 Bekasi 3. SMA (2007-2010) : SMA Pusaka I Jakarta

4. S1 (2011-2015) : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Ade Herliyadi


(7)

ABSTRACT

This study was to analyze the effect of tax avoidance to company characteristics and family ownership. Characteristics of the company was reflected by profitability, leverage and sales growth. The population in this study is a publicly traded manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange the period 2010 to 2014. The sampling technique was done by purposive sampling. The number of manufacturing companies that used a sample of 25 companies for a total study sample was 125 annual reports. The analytical method used was multiple regression analysis.

Results of this study indicated that profitability leverage and sales growth has significant effect. Profitability has significance degree is 0.000. Leverage has significance degree is 0.004 and sales growth has significant degree is 0.036. While the variable family ownership didn’t have significant effect on tax avoidance. Then, the characteristics of the company, family ownership and sales growth have simultaneous and significant influence to tax avoidance, it can be seen from the significant value of 0.000.

Keywords: profitability, leverage, sales growth, family ownership, and tax avoidance


(8)

ABSTRAK

Penelitian ini menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak. Karakteristik perusahaan dicerminkan dengan ukuran profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di BEI periode 2010 sampai 2014. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel sebanyak 25 perusahaan sehingga total sampel penelitian adalah 125 laporan tahunan. Metode analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas, leverage dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan. Profitabilitas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000. Leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 dan pertumbuhan penjualan memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,036. Sedangkan variabel kepemilikan keluarga tidak berpengaruh. Kemudian, karakteristik perusahaan, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga memiliki pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghindaran pajak, hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000.

Kata kunci: profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, kepemilikan keluarga, dan penghindaran pajak.


(9)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak” dengan baik. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku, Mama dan Papa yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tiada henti kepada penulis, terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus, yang telah banyak mengorbankan materi, waktu dan tenaga untuk kesuksesan penulis. Semoga skripsi ini bisa menjadi kebanggaan untuk kedua orang tua penulis.

2. Kedua adikku Nurfauzia Heryuliandini dan Nurfahira Hernovirianti, yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, LC., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Yessi Fitri, SE., Msi., Ak., CA. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Abdul Hamid, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan serta saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan pengarahan serta motivasi


(10)

dalam menyusun skripsi ini. Terimakasih atas ilmu yang telah Ibu berikan selama ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya jurusan Akuntansi, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis, serta staf Akademik yang memberikan banyak bantuan kepada penulis selama ini.

8. Inis Kimal Qisthy, Husnul Khotimah, Izziyah Fikriyah, Novianti Wulansari, Aisha Zuesty dan Putri Ayuningtias, yang selama ini selalu ada pada saat suka maupun duka. Terima kasih atas kebersamaan, canda tawa dan dukungan serta nasihat-nasihat yang kalian berikan selama ini. Kalian luar biasa, keep in touch ya girls.

9. Achmad Fauzi yang selama ini telah memberikan semangat, dukungan, perhatian dan kasih sayang penuh serta nasihat yang membantu selama proses pengerjaan skripsi ini. Thank you for always by my side.

10.Sahabat-sahabat SMA, Eneng Fitri, Ganis, Rida, dan Dhita. Sahabat-sahabat SMP, Nabila, Eksa, Selvy, dan Alifa. My roommate Neng Intan dan Nuratri Catur. Sahabat-sahabat seperjuangan Ronin NF, Ella Dhanila, Putri, Izzati, Idha, Nova, Haryani, Nia dan Kemala yang selalu dapat berbagi suka dan duka serta memberikan dukungan bagi penulis.

11.Teman-teman Akuntansi Kelas A yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, terimakasih atas bantuan dan kebersamaan kita selama ini. Semoga kita semua bisa sukses dan dapat meraih cita-cita kita. Aamiin.

12.Teman-teman konsentrasi Pajak 2011, yang selalu berbagi pengetahuan dan dukungan. Walaupun jumlah kita sedikit tetapi kita tetap solid.

13.Akuntansi angkatan 2011 yang memberikan cerita dan pengalaman yang tak terlupakan.

14.Teman-teman tim KKN DREAM 2014, Qisthy, Husnul, Elysa, Vella, Rini, Pungky, Hafidz, Heru, Roni, Aul, Aal, Azmi, Mbi, dan Bend atas rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang telah terjalin bersama.

15.Seluruh pihak yang tidak penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini.


(11)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2015


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A.Tinjauan Pustaka ... 10

1. Gambaran Umum Perpajakan ... 10

2. Karakteristik Perusahaan ….………… ………..… 16


(13)

4. Penghindaran Pajak... 26

B. Penelitian Terdahulu ... 33

C.Kerangka Pemikiran ... 37

D.

Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A.Ruang Lingkup Penelitian ... 44

B. Metode Penentuan Sampel ... 44

C.Metode Pengumpulan Data ... 45

D.Metode Analisis Data ... 46

E. Operasional Variabel Penelitian ... 51

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 56

1. Deskripsi Objek Penelitian ... 56

2. Deskripsi Sampel Penelitian... 57

B. Hasil Uji dan Pembahasan ... 60

1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 60

2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 61

a. Hasil Uji Multikolonieritas ... 61

b. Hasil Uji Normalitas ... 63

c. Hasil Uji Heterokedastisitas ... 65

d. Hasil Uji Auto Korelasi ... 66

3. Uji Hipotesis ... 67


(14)

b. Hasil Uji Statistik t ... 68

c. Hasil Uji Statistik F ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A.Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79


(15)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

2.1 Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak... ... 31

2.2 Penelitian Terdahulu ... 33

3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 55

4.1 Proses Seleksi Sampel…………... ... 58

4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel... 59

4.3 Statistik Deskriptif………... 60

4.4 Uji Multikolonieritas Koefisien Regresi... ... 62

4.5 Uji Multikolonieritas Koefisien ………... 62

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ………... 67

4.7 Koefeisien Determinasi (Adjusted R Square)... 68

4.8 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)... 69


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 38

4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik Histogram ... 64

4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 64


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Data Nama Perusahaan Sampel Berdasarkan Jenis Produk... 84

2. Cash Effective Tax Rate (CETR)... 86

3. Profitabilitas... 88

4. Leverage... 90

4. Pertumbuhan Penjualan... 92

5. Kepemilikan Keluarga... 94


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memungut pajak, dimana setiap wajib pajak menyetorkan pajaknya ke kas negara. Pajak merupakan pungutan negara terhadap orang pribadi maupun badan yang sifatnya wajib, tidak mendapat timbal balik secara langsung dan dipergunakan oleh negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak sangat penting bagi pemerintah karena memberikan kontribusi yang besar dalam penerimaan negara. Dari sudut pandang perusahaan, pajak merupakan salah satu komponen biaya yang mengurangi laba perusahaan. Beban pajak yang tinggi mendorong banyak perusahaan berusaha melakukan manajemen pajak agar pajak yang dibayarkan lebih sedikit.

Penghindaran pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara ( Merks, 2007 dalam Prakosa, 2014) sebagai berikut:

1. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning)

2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang paling rendah (formal tax planning)


(19)

3. Ketentuan Anti Avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization, treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti Avoidance Rule).

Perencanaan pajak yang masih dalam koridor Undang-Undang disebut penghindaran pajak (tax avoidance). Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan dimata publik. Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat tergolong ke dalam penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak adalah usaha untuk mengurangi hutang pajak yang bersifat ilegal. Oleh karenanya persoalan penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik. Di satu sisi penghindaran pajak diperbolehkan, tapi di sisi yang lain penghindaran pajak tidak diinginkan (Budiman & Setiyono, 2012).

Penghindaran pajak tidak dapat dilepaskan dari suatu pandangan bahwa karena tidak ada hukum yang dilanggar, penghindaran pajak seharusnya tidak dilarang. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengatur urusannya masing-masing sebagaimana dia kehendaki, dan selama tidak ada peraturan yang dilanggar maka otoritas pajak tidak dapat melakukan intervensi. Pendapat tersebut pertama kali disuarakan dalam putusan pengadilan tertinggi di Inggris dalam


(20)

kasus yang sangat terkenal yang disebut The Duke of Westminster Case (IRC v Duke of Westminster, 1936). Kasus tersebut terkait dengan suatu kesepakatan antara The Duke of Westminster dengan tukang kebunnya untuk merubah pembayaran gaji tukang kebunnya tersebut menjadi pembayaran anuitas sebagai balas atas jasa-jasa yang telah dilakukan tukang kebunnya di masa lalu. Dalam peraturan perpajakan Inggris pada saat itu, pembayaran anuitas tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan kena pajaknya Duke of Westminster, sedangkan pembayaran gaji merupakan biaya yang tidak dapat dikurangkan.

Komisaris pajak melakukan koreksi atas pembayaran tersebut, dengan menyatakan bahwa pembayaran anuitas tersebut secara substansi merupakan pembayaran gaji, sehingga tidak dapat dikurangkan sebagai biaya. Kasus tersebut berakhir di di pengadilan, di mana hakim menolak koreksi yang dilakukan oleh komisaris pajak tersebut dengan mengatakan:

Every man is entitled, if he can, to order his affairs so that the tax attaching under the appropriate Acts is less than it otherwise would be. If he succeeds in ordering them so as to secure this result, then, however unappreciative the Commissioners of Inland Revenue or his fellow taxpayers may be of his ingenuity, he cannot be compelled to pay an increased tax. (IRC v Duke of Westminster, 1936.

Prinsip dalam kasus The Duke of Westminster tersebut masih bergaung sampai dengan saat ini dan sering kali dikutip dalam beberapa putusan pengadilan yang menyangkut penghindaran pajak, termasuk di Indonesia di mana -walaupun tanpa sumber referensi-, prinsip tersebut dikutip dalam Putusan Pengadilan Pajak nomor PUT. 29050/PP/M.III/13/2011, di mana hakim berpendapat: “...Wajib


(21)

Pajak pada dasarnya bebas untuk mengatur bagaimana mereka bertransaksi untuk menekan beban pajaknya sepanjang tidak melanggar undang-undang

perpajakan...”

Prinsip dalam kasus The Duke of Westminster ini di negara asalnya pada akhirnya telah dibantah melalui kasus Ramsay (W. T. Ramsay v. IRC, 1982) di tahun 1982. Akan tetapi, secara umum doktrin Westminster masih sering dikutip untuk menekankan bahwa penghindaran pajak tidak dapat ditolak semata-mata karena penilaian subjektif dari Otoritas Pajak (Wijaya, 2014).

Anderson dan Reeb, 2003 dalam Prakosa 2014 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas yang lebih baik serta perusahaan yang memiliki nilai kompensasi rugi fiskal yang lebih sedikit, terlihat memiliki nilai effective tax rates (ETRs) yang lebih tinggi. Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Assets (ROA). ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. ROA dinyatakan dalam prosentase, semakin tinggi nilai ROA, maka akan semakin baik kinerja perusahaan tersebut. ROA memiliki keterkaitan dengan laba bersih perusahaan dan pengenaan pajak penghasilan untuk perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013). Semakin tinggi profitabilitas perusahaan akan semakin tinggi pula laba bersih perusahaan yang dihasilkan.


(22)

Menurut Chen et al., 2010 dalam Prakosa, 2014 perbandingan tingkat kecenderungan menghindari pajak antara perusahaan keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari besarnya efek manfaat atau biaya yang timbul dari tindakan penghindaran pajak tersebut. Perusahaan keluarga lebih rela membayar pajak lebih tinggi (tidak melakukan penghindaran pajak), daripada harus bayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi keluarga akibat pemeriksaan pajak dari fiskus. Hasil penelitian Chen et al. (2010) yang mengindikasikan bahwa perusahaan non-keluarga memiliki tingkat kecenderungan menghindari bayar pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan keluarga. Hal ini terjadi, diduga karena masalah keagenan lebih besar terjadi pada perusahaan non-keluarga.

Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan data pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit diperoleh di lapangan karena bersifat rahasia. Untuk mengukur penghindaran pajak, maka dilakukan pendekatan tidak langsung, yaitu menghitung kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan laba sebelum pajak (Dyreng et al., 2010).

Selain faktor-faktor tersebut, pertumbuhan penjualan (sales growth) juga dapat mempengaruhi aktivitas tax avoidance. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono (2012) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan perjualan (sales growth) berpengaruh signifikan pada CETR yang merupakan indikator dari adanya aktivitas tax avoidance.


(23)

Penelitian-penelitian sebelumnya yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2014) menyatakan bahwa profitabilitas dan kepemilikan keluarga secara signifikan berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Namun leverage dan kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Swingly dan Sukartha (2015) menyatakan bahwa variabel leverage berpengaruh pada tax avoidance dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance. Namun hasil penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Budiman dan Setiyono (2012) yang menyatakan bahwa leverage dan sales growth berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak.

Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta menganalisis kembali pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis memilih judul “Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak”.


(24)

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penelitian ini bermaksud menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap Penghindaran Pajak. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak ?

2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap Penghindaran Pajak ?

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap Penghindaran Pajak? 4. Bagaimana pengaruh kepemilikan keluarga terhadap Penghindaran Pajak ? 5. Bagaimana pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, dan

kepemilikan keluarga secara simultan terhadap Penghindaran Pajak ?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk menguji pengaruh profitabilitas terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. b. Untuk menguji pengaruh leverage terhadap penghindaran pajak yang

dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. c. Untuk menguji pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran

pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.


(25)

d. Untuk menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

e. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga secara simultan terhadap Penghindaran Pajak.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Kontribusi Teoritis

1) Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana bagi segenap civitas ekonomi, khususnya jurusan akuntansi agar memiliki pemahaman tentang profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga dan hubungannya dengan penghindaran pajak.

2) Ilmu Akuntansi Perpajakan

Penelitian ini diharapakan menambah literatur pembendaharaan ilmu pengetahuan dan acuan penelitian pada bidang studi perpajakan terutama untuk peneliti yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak.


(26)

3) Peneliti

Dengan adanya penelitian ini diharapkan peneliti dapat menerapkan teori dan memperoleh pemahaman mengenai profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga serta pengaruhnya terhadap penghindaran pajak.

b. Kontribusi Praktis 1) Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan-kebijakan perpajakan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan–kebijakan perpajakan selanjutnya sehingga dapat memaksimalkan potensi penerimaan negara dari sektor pajak.

2) Perusahaan

Sebagai bahan tambahan pertimbangan pihak manajemen dalam melakukan penghindaran pajak yang benar dan efisien tanpa melanggar undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga dapat lebih efisien dalam masalah pajak perusahaan di masa mendatang. 3) Investor

Sebagai tambahan informasi bagi para investor dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Pustaka

1. Gambaran Umum Perpajakan a. Pengertian Pajak

Pajak adalah sumber penerimaan terbesar Negara yang digunakan dalam APBN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi :

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Beberapa definisi tentang pajak yang dikemukakan para ahli di bidang perpajakan untuk menjadi bahan perbandingan antara lain:

Menurut Adriani yang dikutip oleh Ilyas (2007:5):

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, yang gunannya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”


(28)

“Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Definisi pajak menurut UU No.28 tahun 2007 tentang KUP adalah sebagai berikut:

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Berdasarkan dari pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah kewajiban bagi masyarakat untuk membayarkan kas kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang tanpa mendapat timbal balik secara langsung.

b. Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Erly Suandy (2012:12) terdapat dua fungsi pajak yaitu:

1) Fungsi Penerimaan (budgeteir)

Pajak berfungsi untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Penerimaan dari sektor pajak menjadi tulang punggung


(29)

penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Anggaran Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Contohnya adalah pemberian insentif pajak (Tax Holiday), pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pengenaan bea masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk produk-produk import tertentu dalam rangka melindungi produk dalam negeri.

c. Pengelompokan Pajak

Menurut Murtopo (2011:3) terdapat tiga pengelompokan pajak yaitu pengelompokan menurut golongannya, menurut sifat dan menurut lembaga pemungutnya.

1) Menurut golongannya:

a) Pajak langsung adalah pajak yang pembebannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban lansung Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan.

b) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Beban pajak yang dipikul seseorang dapat dilimpahkan seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.


(30)

2) Menurut sifatnya

a) Pajak Subjektif (pajak perseorangan): pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya yang kemudian selanjutnya di cari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Seperti Status kawin, tidak kawin dan kawin dengan tunjangan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus dipikul sebagai pengurang penghasilan. Contoh: Pajak Penghasilan.

b) Pajak objektif. (pajak kebendaan): pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak. Besar kecilnya pajak tidak dipengaruhi oleh keadaan subyeknya, setelah ketemu obyeknya baru dicari subyeknya (orang atau badan yang bersangkutan). Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.

3) Menurut lembaganya pemungutnya:

a) Pajak Pusat (pajak negara) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.

b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh:


(31)

Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan.

Maka dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengelompokan pajak terbagi 3, yaitu menurut golongannya terdapat pajak yang tidak dapat dilimpahkan dan pajak yang tidak dapat dilimpahkan, menurut sifatnya terdapat pajak yang berdasarkan subjeknya dan pajak berdasarkan objeknya, menurut pemungutnya terdapat pajak yang dipungut pemerintah pusat dan pajak yang dipungut pemerintah daerah.

d. Asas – Asas Pemungutan Pajak

Didalam melakukan pemungutan pajak baik yang dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas – asas pemungutan pajak menurut Murtopo (2011:4), yaitu :

1) Asas kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.

2) Asas Tempat Tinggal

Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib Pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas


(32)

penghasilan yang diterima/diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari luar negeri (Pasal 4 UU Pajak Penghasilan).

3) Asas Sumber Penghasilan

Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia dikenai pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

e. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Murtopo (2011:5) sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Official Assessment System

Suatu sistem pajak yang memberi kewenangan kepada pemerintah (fiskus-pegawai pajak) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang. Ciri-ciri Official Assessment System antara lain

a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada pada fiskus;

b) Wajib Pajak bersifat pasif;

c) Utang pajak yang timbul setelah diterbitkannya Surat Pembertitahuan Pajak Terhutang atau Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus.


(33)

2) Self Assessment System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab, kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak terhutang dan harus dibayar.

3) With Holding System

Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak. Pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak lain, nanti bisa menjadi kredit pajak atau merupakan pelunasan atas pajak terhutang.

2. Karakteristik Perusahaan

Lang dan Lundolm (1993) dalam Hardiningsih (2008:67) menggolongkan karakteristik perusahaan dalam 3 pendekatan. Karakteristik perusahaan tersebut berkaitan dengan struktur, kinerja, dan pasar. Struktur perusahaan meliputi ukuran (size) perusahaan, kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban (leverage) dan korelasi antara pengembalian tahunan dan pendapatan. Kinerja (performance) perusahaan meliputi likuiditas perusahaan dan laba (profitabilitas dan penjualan). Sedangkan dari pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan. Namun, dalam penelitian ini tidak semuanya akan diungkap,


(34)

hanya beberapa variabel saja yang menjadi sorotan antara lain profitabilitas, leverage perusahaan dan pertumbuhan penjualan.

a. Profitabilitas

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009), indikator kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Prospek yang bagus akan menarik minat investor untuk berinvestasi dalam suatu perusahaan sehingga diperlukan pengungkapan yang lebih luas pada laporan tahunan perusahaan. Rasio profitabilitas menjadi bentuk penilaian terhadap kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Hal ini berarti bahwa rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset maupun modal perusahaan (Sjahrial dan Purba, 2011:40).

Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio profitabilitas, berarti semakin tinggi kemampuan perusahaan memperoleh laba. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur profitabilitas, antara lain:

1) Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio NPM mengukur


(35)

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam tingkat penjualan. Semakin tinggi NPM menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu.

2) Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) merupakan asset yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba terhadap total asset setelah dikurangi beban bunga dan pajak. ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa lalu. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan akan semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) yang semakin besar.

3) Return On Equity (ROE)

Return On Equity adalah rasio yang menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE merupakan rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan laba yang tersedia bagi pemegang saham.

4) Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan rasio profitabilitas yang mengukur laba kotor yang dihasilkan dari setiap penjualan.


(36)

5) Operating Ratio

Operating ratio merupakan rasio yang mengukur biaya operasi dari setiap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan.

b. Leverage

Leverage merupakan kemampuan perusahan dalam memenuhi pembayaran semua kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang. Tingkat pengelolaan kewajiban (leverage) berkaitan dengan bagaimana perusahaan didanai, apakah perusahaan didanai lebih banyak menggunakan kewajiban atau modal yang berasal dari pemegang saham. Semakin tinggi tingkat leverage suatu perusahaan maka akan semakin besar pula agency cost. Dalam hal ini perusahaan akan cenderung mengungkapkan mengapa kondisi kewajiban mereka berada pada angka tersebut kepada publik sehingga diharapkan investor cukup jelas mengetahui kondisi kewajiban perusahaan.

Tingkat rasio leverage yang besar menimbulkan keraguan akan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya di masa depan. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang diperoleh perusahaan akan digunakan untuk membiayai utang sehingga dana untuk beroperasi akan semakin berkurang. Kreditor pada umumnya lebih menyukai debt ratio yang rendah angka rasionya karena jika terjadi likuidasi, kerugian yang dialami kreditor dapat diminimalisir (Widyantari, 2011:28).


(37)

Menurut Syamsudin (2001) dalam Hardiningsih (2008:72) leverage dapat dihitung melalui 3 pendekatan yaitu:

1) Debt Ratio (rasio utang)

Utang mencakup kewajiban / utang lancar (jangka pendek) maupun jangka panjang. Kreditor pada umumnya menyukai rasio kewajiban yang rendah karena dalam keadaan demikian berarti tersedia dana penyangga yang besar bagi kreditor apabila terjadi likuidasi pada suatu perusahaan. Bagi pemilik (insider) rasio kewajiban yang tinggi dapat melipatgandakan laba atau mungkin dapat juga mengurangi kendali atas perusahaan karena adanya penjualan saham ke pasar modal.

Rasio ini mengukur berapa besar asset perusahaan yang dibiayai oleh kreditor yang diperoleh dengan membandingkan total kewajiban (total liabilities) dengan total aset. Rasio ini merupakan rasio yang paling menyeluruh karena memasukkan proporsi kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang terhadap asset. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar perusahaan tersebut didanai oleh kreditor.

2) Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan suatu upaya untuk memperlihatkan proporsi relatif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak-hak kepemilikan dan digunakan sebagai ukuran peranan kewajiban


(38)

(utang). Versi ini menganalisis proporsi kewajiban yang melibatkan rasio total kewajiban, biasanya kewajiban lancar dan semua jenis kewajiban jangka panjang terhadap total ekuitas pemilik. Rasio ini juga menunjukkan hubungan antara pinjaman jangka panjang yang diberikan oleh kreditor dengan jumlah modal sendiri yang berasal dari pemegang saham. Rasio ini diperoleh dari perbandingan rasio total liabilities terhadap stockholders equity.

3) Debt to Total Capitalization Ratio

Rasio ini merupakan versi analisis proporsi kewajiban yang lebih mendalam yang melibatkan rasio kewajiban jangka panjang terhadap kapitalisasi. Kapitalisasi didefinisikan sebagai jumlah klaim jangka panjang terhadap perusahaan baik kewajiban maupun ekuitas pemilik yang tidak termasuk didalamnya kewajiban jangka pendek (kewajiban lancar). Rasio ini mengukur berapa besar modal jangka panjang perusahaan (total capitalization) yang dibiayai oleh kreditor. Rasio ini diperoleh dari perbandingan long term debt dengan total capitalization.

c. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)

Swastha dan Handoko (2001), “Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan


(39)

penjualan”. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi keberhasilan investasi masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang (Barton et al., 1989 dalam Deitiana, 2011). Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan tinggi, maka akan mencerminkan pendapatan meningkat. Perusahaan yang penjualannya tumbuh secara cepat akan perlu untuk menambah aktiva tetapnya, sehingga pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001 dalam Supriyanto dan Falikhatun, 2008).

Menurut Devie, 2003:35 dalam Deitiana, 2011 definisi pertumbuhan perusahaan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan penjualan, bahkan secara keuangan dapat dihitung berapa pertumbuhan yang seharusnya (sustainable growth rate) dengan melihat keselarasan keputusan investasi dan pembiayaan. Pertumbuhan perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana untuk membeli aktiva. Dengan kata lain, pertumbuhan perusahaan menimbulkan


(40)

konsekuensi pada keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Untuk meningkatkan angka pertumbuhan dilakukan penetapan akan angka jumlah produk atau jasa yang dijual kepada pelanggan.

Secara keuangan tingkat pertumbuhan dapat ditentukan dengan mendasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan. Tingkat pertumbuhan yang ditentukan dengan hanya melihat kemampuan keuangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat pertumbuhan atas kekuatan sendiri (internal growth rate) dan tingkat pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth rate). Internal growth rate merupakan tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa membutuhkan dana eksternal atau tingkat pertumbuhan yang hanya dipicu oleh tambahan atas laba ditahan. Sustainble growth rate adalah tingkat pertumbuhan maksimum yang dapat dicapai perusahaan tanpa melakukan pembiayaan modal tetapi dengan memelihara perbandingan antara hutang dengan modal (debt to equity ratio).

Menurut Murni dan Andriana, 2007:6 dalam Deitiana, 2011 menyatakan bahwa pendekatan pertumbuhan perusahaan merupakan suatu komponen untuk menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Menurut Ratnawati, 2007:8 dalam Deitiana, 2011 pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan adalah tingkat dimana penjualan perusahaan dapat tumbuh tergantung pada bagaimana dukungan aset terhadap peningkatan penjualan. Selain melalui tingkat penjualan,


(41)

pertumbuhan perusahaan dapat juga diukur dari pertumbuhan aset atau dengan kesempatan investasi yang diproksikan dengan berbagai macam kombinasi nilai set kesempatan investasi (investement opportunity set).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya.

3. Kepemilikan Keluarga

Perusahaan keluarga pada umumnya merupakan perusahaan yang dimiliki secara mayoritas oleh keluarga tertentu atau kepemilikan sahamnya terkonsentrasi pada keluarga tertentu (Ayub, 2008:25 dalam Septian, 2014). Menurut Laporta (1999) dalam Septian (2014) kepemilikan keluarga diidentifikasikan sebagai kepemilikan dari individu dan kepemilikan dari perusahaan tertutup (di atas 5%), yang bukan kepemilikan dari BUMN dan BUMD, perusahaan terbuka ataupun lembaga keuangan. Berdasarkan definisi ini, perusahaan jenis family ownership tidak hanya terbatas pada perusahaan yang menempatkan anggota keluarganya pada posisi CEO, komisaris atau posisi manajemen lainnya. Perusahaan yang mempekerjakan CEO, komisaris atau manajer dari luar anggota keluarga pemilik perusahaan tetap dikategorikan sebagai perusahaan jenis family ownership.

Definisi kepemilikan keluarga terdapat dalam penelitian Anderson dan Reeb, 2003 dalam Prakosa, 2014 yang menyebutkan bahwa perusahaan keluarga (family firm) adalah setiap perusahaan yang memiliki pemegang


(42)

saham yang dominan. Sedangkan Morck dan Yeung, 2004 dalam Prakosa, 2014 mendefinisikan perusahaan keluarga sebagai meliputi perusahaan yang dijalankan berdasarkan keturunan atau warisan dari orang-orang yang sudah lebih dulu menjalankannya atau oleh keluarga yang secara terang-terangan mewariskan perusahaannya kepada generasi selanjutnya.

Pemilik saham keluarga dalam suatu perusahaan merupakan pemegang saham khusus yang memiliki struktur insentif unik. Pemilik saham keluarga memiliki pengaruh suara yang kuat dalam perusahaan dan motif yang sangat kuat untuk mengelola perusahaan (Anderson, Mansi, dan Reeb, 2003 dalam Sirait dan Martani, 2014). Pemilik saham keluarga berbeda dengan sekedar pemegang saham biasa berkenaan dengan dua karakteristik yaitu perhatian keluarga pada kemampuan perusahaan bertahan dalam jangka panjang dan reputasi keluarga dan perusahaan.

Karakteristik pertama, keluarga peduli pada kemampuan perusahaan bertahan pada jangka panjang. Kepedulian ini timbul karena umumnya pemilik saham keluarga tidak mendifersifikasikan portofolionya dan mereka ingin mewarisi perusahaan tersebut kepada keturunannya. Mereka lebih mementingkan maksimalisasi nilai perusahaan (firm value) dibandingkan nilai pemegang saham (shareholder value). Karakteristik kedua, pemilik keluarga peduli pada reputasi keluarga dan perusahaan. Kepedulian ini terkait konsekuensi ekonomi jangka panjang yang akan dirasakan dari reputasi yang baik. Karena investasi keluarga bersifat jangka panjang, pihak eksternal akan


(43)

berhadapan dengan pengelola perusahaan yang sama dalam jangka panjang. Pihak eksternal akan berekspektasi pengelola perusahaan bertindak konsisten di masa depan. Karena itu, jika perusahaan melakukan tindakan eksploitasi, pihak eksternal akan beranggapan perusahaan akan melakukan eksploitasi lagi di masa depan karena pengelola perusahaan tidak berubah.

Dalam penelitian Arifin, 2003 dalam Prakosa, 2014 mengungkapkan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga, negara, atau institusi keuangan pengurangan masalah agensinya akan lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang dikendalikan oleh perusahaan publik atau perusahaan tanpa pengendali utama.

4. Penghindaran Pajak

Pajak merupakan biaya yang signifikan bagi perusahaan serta menjadi pengurang arus kas yang tersedia bagi perusahaan dan pemegang saham. Hal ini menjadi insentif bagi perusahaan untuk pengurangi pajak melalui aktivitas penghindaran pajak (Chen et al., 2010 dalam Sirait dan Martani, 2014). Upaya manajemen perusahaan untuk memperoleh laba yang diharapkannya melalui penerapan manajemen pajak salah satunya adalah melalui penghindaran pajak (tax avoidance), yaitu mengurangi jumlah pajak dengan cara yang yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan. Penghindaran pajak dapat juga didefinisikan sebagai suatu bagian dari strategi manajemen pajak yang tidak dilarang dalam undang-undang pajak. Satu rancangan transaksi dapat mengurangi present value dari pembayaran pajak, tetapi jika


(44)

penghematan tersebut menyebabkan biaya non-pajak yang lebih besar pada area lain di organisasi, transaksi tersebut bukan merupakan perencanaan pajak yang efisien (Klassen, 1997 dalam Sirait dan Martani, 2014). Dalam membuat keputusan penghindaran pajak, manager mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan penghindaran pajak terlebih dahulu.

Menurut Erly Suandy (2011: 20) Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah suatu usaha pengurangan secara legal yang dilakukan dengan cara memanfaatkan ketentuan-ketentuan di bidang perpajakan secara optimal, seperti pengecualian dan pemotongan-pemotongan yang diperkenankan maupun manfaat hal-hal yang belum diatur dan kelemahan-kelemahan yang ada dalam peraturan perpajakan yang berlaku. Sedangkan penggelapan pajak (tax evasion) adalah merupakan pengurangan pajak yang dilakukan dengan melanggar peraturan perpajakan seperti memberi data-data palsu atau menyembunyikan data. Dengan demikian, penggelapan pajak dapat dikenakan sanksi pidana.

Manfaat utama yang diperoleh dari penghindaran pajak adalah penghematan pajak yang lebih besar. Penghematan ini memang menjadi keuntungan bagi pemegang saham, tetapi manajer sebagai pembuat keputusan juga memperoleh keuntungan apabila kompensasi manajer ditentukan dari usaha efisiensi manajemen pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penghindaran pajak juga dapat memberi reaksi baik pada pasar. Ketika pasar berekspektasi bahwa beban pajak perusahaan naik, maka akan


(45)

timbul reaksi negatif. Jika pasar berekspektasi bahwa pengungkapan meningkat maka timbul reaksi positif (Frischman et al., 2008 dalam Sirait dan Martani, 2014). Dengan demikian, untuk menghindari reaksi negatif, perusahaan harus dapat menghindari pajak tetapi harus dapat mempertahankan tingkat pengungkapan yang memadai (Kasipillai dan Maharthiran, 2013 dalam Sirait dan Martani, 2014).

Penghindaran pajak sengaja dilakukan oleh perusahaan dalam rangka memperkecil besarnya tingkat pembayaran pajak yang harus dilakukan dan meningkatkan cash flow perusahaan. Seperti disebutkan oleh Guire at al., 2011 dalam Budiman dan Setiyono, 2012 bahwa manfaat dari adanya tax avoidance adalah untuk memperbesar tax saving yang berpotensi mengurangi pembayaran pajak sehingga akan menaikkan cash flow.Namun, penghindaran pajak juga menimbulkan biaya. Perencanaan penghindaran pajak membutuhkan investasi waktu, usaha, dan biaya transaksi yang besar. Umumnya perusahaan berharap dapat melaporkan penghasilan kena pajak yang rendah namun perusahaan juga peduli pada tingkat laba yang dilaporkannya (Yin dan Cheng, 2004 dalam Sirait dan Martani, 2014). Saat perusahaan menghindari pajak, penghasilan kena pajaknya akan semakin rendah. Pemeriksa pajak lebih mengawasi perusahaan yang melaporkan perbedaan laba buku dan pajak yang besar (Cloyd et al, 1996 dalam Sirait dan


(46)

Martani, 2014). Jadi, peluang perusahaan diperiksa semakin besar dan potensi sanksi dari pemeriksa pajak semakin besar.

Jika perusahaan tidak ingin perbedaan buku dan pajak yang besar, perusahaan bisa memanajemen laba akuntansi dan pajak bersama-sama. Jika perusahaan menunda penghasilan kena pajak agar dapat memperoleh kewajiban pajak lebih sedikit, laba buku juga akan berkurang. Dengan demikian, penghindaran pajak dapat menyebabkan perusahaan melaporkan laba bersih yang lebih sedikit (Yin dan Cheng, 2004 dalam Sirait dan Martani, 2014). Jika perusahaan tidak dapat mengkomunikasikan nilai dari penghindaran pajak ini kepada pemegang saham, laba bersih yang rendah dianggap sebagai nilai perusahaan yang rendah. Pemegang saham berpotensi melakukan price discount. Apalagi jika pemegang saham eksternal menilai manajer menggunakan penghindaran pajak untuk menyelubungi aktivitas rent extraction maka pemegang saham yang merasa dirugikan akan melakukan price discount.

Menurut Rego, 2003 dalam Prakosa, 2014 penghindaran pajak sebagai penggunaan metode perencanaan pajak untuk secara legal mengurangi pajak penghasilan yang dibayarkan. Namun, Desai dan Dharmapala (2009) melihat penghindaran pajak sebagai penyalahgunaan tax shelters.


(47)

Pengukuran penghindaran pajak sulit dilakukan, hal ini disebabkan data pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Pajak (SPT-PPh) sulit diperoleh di lapangan karena bersifat rahasia. Namun ada banyak cara yang bisa digunakan dalam mengukur adanya penghindaran pajak. Kebanyakan proksi pengukuran penghindaran pajak membutuhkan data dari laporan keuangan karena pengembalian pajak tidak dipublikasikan dan akses untuk mendapatkan data tersebut terbatas. Hanlon dan Heitzman (2010) membuat daftar 12 cara pengukuran penghindaran pajak yang biasanya digunakan di berbagai literatur dan dirangkum pada tabel di bawah ini.


(48)

Tabel 2.1

Tabel Pengukuran Penghindaran Pajak Metode

Pengukuran

Cara Perhitungan Keterangan

GAAP ETR

worldwide total income tax expense worldwide total pre-tax accounting income

Total tax expense per dollar of pre-tax book income

Current ETR

worldwide current income tax expense worldwide total pre-tax accounting income

Current tax expense per dollar of pre-tax book income

Cash ETR worldwide cash taxes paid worldwide total pre-tax accounting

income

Cash taxes paid per dollar of pre-tax book income Long-run cash

ETR ∑(worldwide total pre∑(worldwide cash taxes paid) -tax accounting income)

Sum of cash taxes paid over n years divided by the sum of pre-tax earnings over n years ETR

Differential Statutory E -GAAP ETR

The difference of between the statutory ETR and the firm’s GAAP E

DTAX Error term from the following regression: ETR differential × Pre-tax book income =

a + b × Control + e

The unexplained portion of the ETR differential Total BTD

Pre-tax book income –((U.S. CTE + Fgn CTE)/U.S. STR) –(NOLt-NOLt-1)

The total differences between book and taxable incomes

Temporary

BTD Deferred tax expense/ U. S. STR Abnormal Total

BTD Residual from BTD/TAit = βTAit + βmi + eit

A measure of unexplained total book-tax differences Unrecognized

Tax Benefits Disclosed amount post- FIN48

Tax liability accrued for taxes not yet paid on uncertain positions

Tax Shelter

Activity Indicator variable for firms accused of engaging in atax shelter

Firms identified via firm disclosures, the press, or IRS confidential data Marginal Tax

Rate Simulated marginal tax rate

Present value of taxes on an additional dollar of income


(49)

Pengukuran pajak dengan cara nomor 3, yaitu Cash ETR merujuk pada perhitungan yang dibuat Dyreng et al., (2010). Untuk pengukuran penghindaran pajak dengan cara book-tax difference merujuk pada perhitungan yang dibuat Desai dan Dharmapala (2006). Sedangkan pengukuran dengan cara marginal tax rate merujuk pada perhitungan yang dibuat Shevlin (1990), Graham (1996), Graham dan Kim (2009), Blouin et al., (2010). Dimana keseluruhan cara pengukuran penghindaran pajak tersebut terangkum dalam Hanlon dan Heitzman (2010).

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance) pada intinya adalah suatu cara untuk mengurangi beban pajak perusahaan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam kebijakan undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga cara tersebut tidak dapat dianggap illegal.


(50)

B.

Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah : Tabel 2.2

Penelitian-Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya

No

Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

1. Calvin Swingly, I Made

Sukartha (2015)

Pengaruh Karakteristik Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, Leverage dan Sales Growth pada Tax Avoidance

Variabel independen leverage dan sales growth.

Variabel dependen yaitu Tax Avoidance

Variabel Independen Karakteristik

Eksekutif, Komite Audit, Ukuran Perusahaan

Karakter eksekutif dan ukuran perusahaan berpengaruh positif sedangkan leverage berpengaruh negatif pada tax avoidance. Jumlah komite dan sales growth tidak berpengaruh pada tax avoidance.

2. M. Khoiru Rusydi, Dwi Martani (2014)

Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Aggresive Tax Avoidance

Variabel independen perusahaan keluarga ROA dan leverage. Variabel dependen Penghindaran Pajak Variabel Independen Kepemilikan Asing, Kepemilikan Pemerintah, Ukuran Perusahaan Kepemilikan yang terkonsentrasi pada keluarga berpengaruh positif terhadap aggressive tax

avoidance di Indonesia


(51)

Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya.

No

Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

3. Kesit Bambang Prakosa (2014)

Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak Di Indonesia

Variabel Independen Profitabilitas, Leverage dan Kepemilikan Keluarga. Variabel dependen Penghindaran Pajak. Variabel Independen terkait Corporate Governance.

Variabel profitabilitas, kepemilikan keluarga dan komisaris independen merupakan variabel yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Variabel komite audit, leverage, ukuran perusahaan dan kompensasi kerugian pajak tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak

3


(52)

Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu

Bersambung pada halaman berikutnya.

No

Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

4. Tommy Kurniasih & Maria M. Ratna Sari (2013)

Pengaruh Return On Assets, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan

Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Tax avoidance.

Variabel

independen Return On Assets, Leverage. Variabel dependen Tax avoidance Variabel independen Corporate Governance, Ukuran Perusahaan

ROA, Leverage, dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance.

ROA, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tax avoidance, sedangkan Leverage dan Corporate Governance tidak berpengaruh

5. Judi Budiman & Setiyono (2012)

Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Variabel independen sales growth dan leverage. Variabel dependen penghindaran pajak Variabel independen ukuran perusahaan, Net Operating Loss dan Risiko

Perusahaan.

Eksekutif yang memiliki karakter risk taker memiliki pengaruh yang positif terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).


(53)

Tabel 2.1 (Lanjutan) Penelitian-Penelitian Terdahulu

Sumber : Diolah dari berbagai referensi.

No

Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian

Hasil Penelitian

Persamaan

Perbedaan

6. Dewi Kartika Sari & Dwi Martani (2010)

Karakteristik Kepemilikan

Perusahaan, Corporate Governance,

dan Tindakan Pajak Agresif

Variabel independen kepemilikan perusahaan Varibel independen Corporate Governance kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih agresif dalam perpajakan daripada perusahaan non-keluarga, dan praktik corporate governance berpengaruh negatif terhadap tinakan pajak agresif tersebut

7. Scott D. Dyreng, Michelle Hanlon & Edward L. Maydew (2010)

The Effects of Executives on Corporate Tax Avoidance

Variabel independen leverage dan sales growth

Variabel dependen Tax Avoidance

Variabel independen yaitu EBITDA, RAD, Advertising, SG&A, Capital Expenditure, Cash Holdings, SIZE, Net Operating Loss, Intangible to Total Asset

Results indicate that individual executives play a significant role in determining the level of tax avoidance that firms undertake, incremental to characteristics of the firm.


(54)

C.

Kerangka Pemikiran

Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya.

Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka pada gambar berikut ini adalah kerangka pemikiran skripsi yang menggambarkan permasalahan penelitian. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan keluarga.


(55)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Adanya Kecenderungan Perusahaan Melakukan Tindakan Penghindaran Pajak

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Kepemilikan Keluarga Terhadap Penghindaran Pajak

Karakteristik Perusahaan (X1)

Kepemilikan Keluarga (X2)

Penghindaran Pajak (Y)

Variabel Independen Variabel Dependen

Metode Penelitian :Model Regresi Berganda

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran Uji Asumsi Klasik :

1) Uji Multikoloneritas 2) Uji Normalitas

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji Hipotesis :

1) Uji Koefisien Determinasi 2) Uji Statistik t

3) Uji Statistik F 4) Uji Autokorelasi


(56)

D.

Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya (Hamid, 2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji pengaruh karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga terhadap penghindaran pajak.

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak

Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan Return On Assets (ROA). ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004 dalam Prakosa, 2014). Dendawijaya, 2003:120 dalam Prakosa, 2014 menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto, 2007:196 dalam Prakosa, 2014, ROA merupakan pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva.

Semakin tinggi nilai dari ROA, berarti semakin tinggi nilai dari laba bersih perusahaan dan semakin tinggi profitabilitasnya. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al, 2010 dalam Prakosa, 2014). Penelitian Kurnia dan


(57)

Sari, 2013 dalam Prakosa, 2014 menyatakan bahwa ROA berpengaruh secara signifikan terhadap penghindaran pajak. Demikian tingginya profitabilitas perusahaan akan dilakukan perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal, sehingga kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan menurun. Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak 2. Pengaruh Leverage terhadap Penghindaran Pajak

Perusahaan dimungkinkan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Akan tetapi, utang akan menimbulkan beban tetap (fixed rate of return) yang disebut dengan bunga. Semakin besar utang maka laba kena pajak akan menjadi lebih kecil karena insentif pajak atas bunga utang semakin besar. Hal tersebut membawa implikasi meningkatnya penggunaan utang oleh perusahaan. Penelitian Ozkan, 2001 dalam Prakosa, 2014 memberikan bukti bahwa perusahaan yang memiliki kewajiban pajak tinggi akan memilih untuk berutang agar mengurangi pajak. Dengan sengajanya perusahaan berutang untuk mengurangi beban pajak maka dapat disebutkan bahwa perusahaan tersebut agresif terhadap pajak.

Secara logika, semakin tinggi nilai dari rasio Leverage, berarti semakin tinggi jumlah pendanaan dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi pula biaya bunga yang timbul dari utang tersebut. Biaya bunga yang semakin tinggi akan memberikan pengaruh


(58)

berkurangnya beban pajak perusahaan. Semakin tinggi nilai utang perusahaan maka nilai Cash Effective Tax Rate (CETR) perusahaan akan semakin rendah (Richardson dan Lanis, 2007 dalam Prakosa, 2014). Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Leverage berpengaruh terhadap penghindaran pajak

3. Pengaruh Pertumbuhan Penjualanterhadap Penghindaran Pajak

Swastha dan Handoko (2001), “Pertumbuhan atas penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan/atau jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan”. Sedangkan dalam penelitian Budiman dan Setiyono (2012) pertumbuhan penjualan (sales growth) menunjukkan perkembangan tingkat penjualan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang meningkat memungkinkan perusahaan akan lebih dapat meningkatkan kapasitas operasi perusahaan. Sebaliknya bila pertumbuhannya menurun perusahaan akan menemui kendala dalam rangka meningkatkan kapasitas operasinya. Perusahaan yang penjualannya tumbuh secara cepat akan perlu untuk menambah aktiva tetapnya, sehingga pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan mencari dana yang lebih besar (Pandey, 2001 dalam Supriyanto dan Falikhatun, 2008). Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


(59)

4. Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Penghindaran Pajak. Untuk menentukan apakah tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan keluarga lebih rendah atau lebih tinggi daripada perusahaan non-keluarga, tergantung dari seberapa besar keuntungan atau kerugian yang ditanggung pihak keluarga yang menjadi manajemen perusahaan (family owners) atau pihak manajer dalam perusahaan keluarga. Dibandingkan manajer dalam perusahaan non-keluarga, family owners memiliki kepemilikan yang lebih besar, rentang waktu investasi yang lebih lama, serta memiliki kepedulian yang lebih tinggi terhadap reputasi perusahaan. Oleh karenanya Chen et al. (2010) menyatakan bahwa manfaat dan biaya dari tindakan pajak yang agresif akan lebih tinggi dirasakan oleh perusahaan keluarga.

Penelitian Chen et al. (2010) yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan keluarga lebih agresif dalam tindakan pajaknya daripada perusahaan non-keluarga, menunjukkan bahwa pada perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam S&P 1500 Index (periode 1996-2000), perusahaan keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak yang lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini diduga terjadi karena dibandingkan perusahaan non-keluarga, family owners lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada harus membayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak. Namun hasil penelitian Sari dan Martani (2010) berbeda dengan hasil penelitian Chen et al. (2010) yang memperlihatkan bahwa


(60)

kepemilikan keluarga cenderung bertindak lebih agresif dalam melakukan penghindaran pajak daripada perusahaan non-keluarga. Berdasarkan argumen tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H4: Kepemilikan Keluarga berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

5. Pengaruh Karakteristik Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan Kepemilikan Keluarga dan Terhadap Penghindaran Pajak.

Kurniasih dan Sari (2013) mengungkapkan bahwa Return On Assets

(ROA), Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Berdasarkan argumen tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5 : Karakteristik Perusahaan, Kepemilikan Keluarga dan Pertumbuhan Penjualan secara simultan berpengaruh Terhadap Penghindaran Pajak.


(61)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu profitabilitas, leverage, pertumbuhan penjualan, dan kepemilkan keluarga terhadap variabel dependen, yaitu Penghindaran Pajak (Studi Empiris : Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI).

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi (population) mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006:121), sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini berupa keseluruhan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode observasi 2010 sampai 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan dengan cara memilih sampel dari suatu populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia (Sarwono dan Suhayati, 2010:50). Pertimbangan dalam pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian, yaitu:


(62)

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010 sampai 2014 dan telah menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan auditan untuk tahun buku yang berakhir per tanggal 31 Desember.

2. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berarti bahwa laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasikan sehingga ketersediaan dan kemudahan memperoleh data dapat terpenuhi.

3. Laporan tahunan perusahaan manufaktur menggunakan bahasa Indonesia dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan unit moneternya.

4. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan pre-tax income yang selalu positif.

5. Perusahaan manufaktur yang memiliki pertumbuhan penjualan (sales growth) yang selalu positif

6. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara yang dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Pengumpulan data dalam


(63)

penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.

1. Penelitian Pustaka (Library Research)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Supomo, 2002:150). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, internet dan perangkat lain yang berkaitan dengan karakteristik perusahaan dan kepemilikan keluarga.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Seluruh data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari IDX Fact Book dan laporan tahunan perusahaan dalam industri manufaktur tahun 2010-2014 yang telah dipublikasikan secara lengkap di Bursa Efek Indonesia (BEI).

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif, analisis ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran data secara umum dan kecenderungan data.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum. Statistik deskriptif ini menggambarkan sebuah data menjadi informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami dalam menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik


(64)

deskriptif dalam penelitian juga menjadi proses transformasi data dalam bentuk tabulasi. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik dan grafik (Indriantoro dan Supomo, 2002:170).

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik initerdiri dari: a. Uji Multikolonieritas

Multikolonieritas adalah suatu kondisi yang menunjukkan satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan variabel independen lainnya. Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ada korelasi antar variabel independen (bebas). Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Adanya multikolonieritas dapat dilihat dari tolerance value atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10. Apabila nilai tolerance dibawah 0,01 atau nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolonieritas (Ghozali, 2011:108).

b. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu (residual) dalam model regresi memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya normal atau


(65)

mendekati normal. Uji F dan uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Variabel pengganggu atau residual dapat dideteksi berdistribusi normal dengan menggunakan dua pendekatan analisis, yaitu analisis grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji statistik nonparametik Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas data.

c. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi, sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk megetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji statistik karena lebih dapat menginterpretasikan hasil pengamatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan cara meregres nilai absolute residual terhadap variabel independen. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskedatisitas karena data ini menghimpun data yangmewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun besar (Ghozali, 2011:139).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada


(66)

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seorang individu atau kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011:110).

Autokorelasi dapat dideteksi dengan beberapa cara yaitu uji Durbin-Watson, uji Lagrange Multiplier, Run Test dan uji Box Pierce dan Ljung Box. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Run Test. Uji run test sebagai bagian dari statistik non-parametik digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Apabila nilai Asymp. Sig. > 0,05 maka data terjadi secara random dan tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual. 3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda pada umumnya digunakan untuk menguji dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dlam suatu persamaan linier (Indiantoro dan Supomo, 2002:211). Untuk menguji hipotesis tersebut, maka dirumuskan persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:


(67)

Y= a + β₁X₁+ β2 X2 + β3 X3+ β4 X4 + e Keterangan :

Y : Tax avoidance (Cash Effective Tax Rate) α : Konstanta

β₁, β2 : Koefisien regresi

X1 : Profitabilitas

X2 : Leverage

X3 : Pertumbuhan Penjualan X4 : Kepemilikan Keluarga e : Standar error

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi addalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua variabel yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97). b. Uji t Statistik

Uji statistik t menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel


(68)

independen secara individual terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0.05 (Ghozali, 2013:98).

c. Uji Statistik Fisher (F)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui semua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji secara signifikan 0.05 (Ghozali, 2013:98).

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah Construct yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai fenomena-fenomena. Definisi operasional adalah penentuan Construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Indriantoro dan Supomo, 2009).

Pada bagian ini akan dijelaskan definisi dari masing-masing variabel terkait dengan penelitian penulis yang disertai dengan operasional serta cara pengukurannya.

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil penghindaran pajak sebagai


(1)

94

LAMPIRAN 6

KEPEMILIKAN KELUARGA

No

Kode

Tahun

2010

2011

2012

2013

2014

1 ADES

1

1

1

1

1

2 AMFG

0

0

0

0

0

3 ARNI

1

1

0

0

0

4 ASII

1

1

1

1

1

5 AUTO

1

1

1

1

1

6 CPIN

1

1

1

1

1

7 EKAD

1

1

1

1

1

8 GGRM

1

1

1

1

1

9 HMSP

1

1

1

1

1

10 INDF

1

1

1

1

0

11 INDS

1

1

1

1

1

12 INTP

1

1

1

1

1

13 KAEF

1

1

1

1

1

14 NIPS

0

0

0

0

0

15 PRAS

0

0

0

0

0

16 PYFA

1

1

1

1

1

17 RICY

1

0

0

0

0

18 ROTI

0

0

0

0

0

19 SKLT

0

0

0

0

0

20 SMCB

0

0

0

0

0

21 SMSM

1

1

1

1

1

22 STTP

1

1

1

1

1

23 TCID

0

0

0

0

0

24 TOTO

0

0

0

0

0

25 ULTJ

0

0

0

0

0


(2)

LAMPIRAN 7


(3)

96

HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CETR 125 ,01 1,79 ,5496 ,27998

ROA 125 ,03 ,65 ,3170 ,11824

LEV 125 ,31 ,84 ,6192 ,11767

SALES 125 ,05 ,88 ,4115 ,13625

FAMILY 125 0 1 ,58 ,496

Valid N (listwise) 125

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

Coefficient Correlationsa

Model FAMILY LEV SALES ROA

1 Correlations FAMILY 1,000 -,147 ,129 -,343

LEV -,147 1,000 -,347 ,368

SALES ,129 -,347 1,000 -,073

ROA -,343 ,368 -,073 1,000

Covariances FAMILY ,002 -,002 ,001 -,004

LEV -,002 ,050 -,014 ,018

SALES ,001 -,014 ,033 -,003

ROA -,004 ,018 -,003 ,050

a. Dependent Variable: CETR

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,012 ,169 ,072 ,943

ROA 1,071 ,223 ,454 4,812 ,000 ,772 1,295

LEV ,661 ,224 ,279 2,943 ,004 ,761 1,314

SALES -,385 ,182 -,188 -2,115 ,036 ,866 1,155

FAMILY -,086 ,050 -,153 -1,729 ,086 ,871 1,148


(4)

(5)

98

HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS

HASIL UJI AUTOKORELASI

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -,08455

Cases < Test Value 61

Cases >= Test Value 61

Total Cases 122

Number of Runs 52

Z -1,818

Asymp. Sig. (2-tailed) ,069


(6)

HASIL UJI REGRESI BERGANDA

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,429a ,184 ,156 ,25580 ,575

a. Predictors: (Constant), FAMILY, LEV, SALES, ROA b. Dependent Variable: CETR

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1,752 4 ,438 6,693 ,000b

Residual 7,787 119 ,065

Total 9,538 123

a. Dependent Variable: CETR

b. Predictors: (Constant), FAMILY, LEV, SALES, ROA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) ,012 ,169 ,072 ,943

ROA2 1,071 ,223 ,454 4,812 ,000 ,772 1,295

LEV2 ,661 ,224 ,279 2,943 ,004 ,761 1,314

SALES2 -,385 ,182 -,188 -2,115 ,036 ,866 1,155

OWN -,086 ,050 -,153 -1,729 ,086 ,871 1,148


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Rasio Profitabilitas pada Perusahaan Go Public (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

6 99 88

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KEPEMILIKAN KELUARGA TERHADAP PENGINDARAN PAJAK ( STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2015)

3 22 84

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN KELUARGA DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITYTERHADAP PENGHINDARAN PAJAK (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012 -2014)

0 6 105

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Laporan Keuangan(Study Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013).

0 3 8

PENDAHULUAN PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 9

PENDAHULUAN Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Periode 2009-2010.

0 2 11

Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Corporate Governance terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013).

0 1 18

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN BEBAN IKLAN PADA TINDAKAN PENGHINDARAN PAJAK.(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFKATUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014).

13 61 47

View of PENGARUH KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN TERHADAP RETURN SAHAM (Study Empiris pada Perusahaan Go Public Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)

0 0 15

Pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap nilai perusahaan : studi empiris pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia - USD Repository

0 1 100