Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Relasi gramatikal BMk kajian tipologi sintaksis dipilih sebagai topik dalam penelitian ini karena sejauh ini belum ditemukan peneliti lain yang mengkaji BMk, khususnya pada tataran tipologi sintaksis. Berdasarkan pertimbangan yang telah diuraikan di atas, berikut ini disajikan kajian pustaka penelitian-penelitian terdahulu, baik terhadap BMk maupun selain BMk yang mengilhami penelitian sekarang. Sedeng 2000 melakukan penelitian dalam tesisnya yang berjudul “Prediket Kompleks dan Relasi Gramatikal Bahasa Sikka” dengan pendekatan leksikal fungsional. Penelitian Sedeng ini diawali dengan penjelasan relasi gramatikal BS, yaitu meliputi ketransitifan, subjek, serta kaidah gramatikal yang dapat menentukan tipologi BS. Ia juga menjelaskan bahwa dari aspek morfologis, BS tergolong dalam bahasa isolasi yang memiliki tata urutan SVO yang dibuktikan dengan tidak ditemukannya pemarkahan afiks pada struktur BS. Jika dilihat dari tipologi sintaksis, BS berada di antara bahasa akusatif dan bahasa S- terpilah split-S karena ada bukti kuat untuk kedua tipologi ini. Kalau struktur klausa transitif BS bermarkah, maka BS bisa dianggap sebagai struktur pasif sehingga dapat juga disebut dengan struktur pasif secara sintaksis dan dapat digolongkan ke dalam bahasa yang bertipologi akusatif. Satyawati 2009 melakukan penelitian di daerah Bima, Nusa Tenggara Barat dalam disertasinya yang berjudul “Valensi dan Relasi Sintaksis Bahasa Bima Dialek Mbojo ” BBm. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa struktur klausa BBm seperti verba, nomina, adjektiva, numeralia, dan adverbia bisa berfungsi sebagai NUK. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa BBm memiliki tiga lapisan struktur, yaitu unsur nukleus, inti nukleus dan argumen, serta inti dan periferal. Demikian juga ia menjelaskan bahwa kategori yang menjelaskan nukleus, inti, dan klausa adalah operator. Tujuh tipe operator ditemukan dalam BBm, yakni aspek, penegasi, modalitas, status, evidensial, daya, ilokusional, dan dereksional. Dalam BBm juga ditemukan beberapa pemarkah gramatikal dan leksikal seperti pemarkah kausatif {ka-}, aplikatif, pemarkah {-wea}, pemarkah {labo}, dan pemarkah {kai}, pemarkah pasif {ba}, pemarkah refleksif {weki}, dan pemarkah resiprokal {angi}. Selain pemarkah diatesis yang telah disebutkan di atas, terdapat juga pemarkah pronomina, seperti {ma-}, {ra-} {di-}, terdapat juga pemarkah kedefinitan, {ake} dekat dengan pembicara, {ede } “agak jauh dengan pembicara”, {aka} “sangat jauh dengan pembicara}”, dan {re} untuk pemarkah yang indefinit. Selain beberapa pemarkah yang sudah disebutkan di atas, juga ditemukan empat pemaknaan kelas verba, yakni state, aktivitas, achievement, dan accoplishment. Perbedaan kedua penelitian ini adalah dilakukan di lokasi yang berbeda, tetapi memiliki persamaan pada teori. Budiarta 2009 melakukan penelitian pada bahasa Dawan BD di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, NTT dalam tesisnya yang berjudul “Aliansi Gramatikal Bahasa Dawan: Kajian Tipologi Bahasa”. Dalam penelitiannya ditemukan dua klausa utama dalam BD, yakni transitif dan intransitif yang masing-masing dapat diisi oleh verba berafiks atau tidak berafiks. Demikian juga, afiks yang melekat pada verba tergantung pada subjek yang hadir. Selanjutnya, ada perbedaan antara hakikat subjek, objek, dan oblik dalam BD, yakni subjek ditentukan melalui kasus, ekspansi, adverbial, persesuaian, pivot, dan pemofokusan. Akan tetapi, objek BD bisa ditentukan melalui pemasifan dan oblik BD adalah argumen yang berpreposisi. Penelitiannya membuktikan bahwa konstruksi koordinatif dan konstruksi subordinatif BD memperlakukan S sama dengan A, dan perlakuan yang berbeda diberikan kepada P S = A P secara sintaksis. Lebih lanjut, Budiarta mengatakan bahwa BD adalah kelompok bahasa yang bekerja dengan sistem SA pivot karena sistem seperti ini membuktikan bahwa BD adalah bahasa yang bertipe nominatif-akusatif secara sintaksis. Jika dilihat dari perilaku S pada klausa intransitif dengan perilaku A dan P pada klausa transitif, maka dalam BD dapat dibuktikan bahwa S dimarkahi sama dengan A dan P pada klausa dan dimarkahi sama dengan P. Oleh karena itu, BD cenderung termasuk sebagai bahasa nominatif-akusatif secara morfologis. Perbedaan dan persamaan pada penelitian Budiarta dapat dilihat dari segi teori dan lokasi penelitian. Penelitian Budiarta menggunakan TR Blake 1990 sebagai teori utama untuk mengkaji klausa dasar BD dan teori tipologi Comrie 1983. Mandala 2010 melakukan penelitian pada bahasa-bahasa di Timor Leste dalam disertasinya yang berjudul “Evolusi Fonologis Bahasa Oirata dan Kekerabatannya dengan Bahasa-Bahasa non-Austronesia di Timor Leste ”. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa bahasa secara sinkronis, seperti bahasa Or, Ft, Mk memiliki identitas fonologi sebagai berikut. a Bahasa Or, Ft, dan Mk sama-sama memiliki lima buah fonem vokal i, u, e, o, dan a yang dapat berdistribusi lengkap dan sama-sama pula memiliki sebuah fonem diftong ai. b Bahasa Or memiliki tiga belas fonem konsonan p, t, đ, k, ‟, m, n, l r, s, h, w, dan y, bahasa Ft memiliki enam belas fonem konsonan p, t, c, j, k, ‟, m, n, lr, f, v, s, h, w, dan y dan bahasa Mk lima belas fonem konsonan p, t, b, d, k, g, m, n, l r, f, s, h, dan w yang semuanya hanya dapat menempati posisi pada awal dan tengah kata. Correia 2011 melakukan penelitian di Distritu Baucau, Timor Leste dalam disertasinya yang berjudul “Describing Makasae: A Trans-New Guinea Language of East Timor ”. Dalam penelitiannya ia membedakan fonem BMk menjadi tiga bagian, yaitu fonem dasar BMk, fonem asli BMk, dan Fonem BMk yang dipinjam dari bahasa Asing. Fonem-Fonem itu dapat dilihat sebagai berikut. Lima fonem dasar BMk: a e i o u. Konsonan Asli: b d f g h k l m n r s t w . Fonem asing: p r z v. Penelitian Correia lebih difokuskan pada perpaduan kajian umum antara mikro dan makro melalui analisis tata bahasa, seperti sintaksis, fonologi, dan vernacular, tetapi belum menyentuh kajian yang lebih khusus pada tataran linguistik tertentu, baik mikro maupun makro, khususnya pada tataran tipologi sintaksis. Sukerti 2011 melakukan penelitian pada bahasa Kodi BK di Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, NTT dalam tesisnya yang berjudul “Relasi Gramatikal Bahasa Kodi: Kajian Tipologi Sintaksis ”. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa BK termasuk bahasa yang memiliki pemarkah inti yang menggunakan acuan silang berupa klitik pronominal untuk memarkahi argumen pada verba. Dalam hal ini BK memiliki tipe kasus pemarkah klitik nominal seperti kasus nominatif, akusatif, datif, dan genetif. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa BK juga memiliki klitik pronominal keaspekan yang bisa muncul dalam konstruksi keaspekan seperti perfektif, imperfektif dan habitual. Klitik pronominal keaspekan bersesuian dengan tipe jumlah argumen pengisi slot subjek. BK juga memiliki pemarkah multi fungsi pa-, pemarkah antikausatif ma-, dan pemarkah penegas-ka. Argumen S pada klausa nonverbal BK dimarkahi dengan klitik pronominal pemarkah kasus akusatif dan datif PRED nominal, kasus nominatif, PRED adjektival, kasus datif dan genetif PRED numeralia tidak dimarkahi pada PRED yang disusun oleh frasa preposisional. Dilihat dari argumen S, A dan O dimarkahi dengan klitik pronomina yang memarkahi kasus morfologis. Argumen perdikat juga dapat dimarkahi oleh kluster klitik dengan tipe kasus morfologis datif-datif pada klusa transitif berargumen tiga dan genetif-datif pada klausa bermarkah kepemilikan. Penelitian Sukerti menggunakan teori TPA Van Valin, Jr, Lapolla 1997 dan teori tipologi Dixon 2010. Sukendra 2012 melakukan penelitian pada bahasa Sabu BS di daerah Sabu, Nusa Tengara Timur, NTT, yakni dalam disertasinya yang berjudul “Klausa Bahasa Sabu: Kajian Tipologi Sintaksis ”. Penelitian Sukendra menghasilkan beberapa temuan yang menjelaskan bahwa BS termasuk bahasa yang bertipologi akusatif yang minim afiks. Ia juga menjelaskan bahwa BS memiliki tata urutan kanonik SVO dengan alternasi OVS dan memiliki diatesis aktif-pasif dan dapat dimarkahi dengan preposisi ri dan diatesis medial morfologis, perifrastik, dan leksikal. Jika dilihat dari aspek topik, objek penelitian, teori, dan lokasi penelitian yang dilakukan oleh Sukendra berbeda dengan penelitian sekarang. Dari empat disertasi dan tiga tesis pada kajian pustaka yang telah diuraikan di atas, penelitian Mandala 2010 dan Correia 2011 telah memberikan gambaran pada penelitian BMk sekarang dan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan. Kedua disertasi tersebut dipilih sebagai bahan perbandingan dengan penelitian BMk sekarang karena penelitian Mandala difokuskan pada perubahan evolusi fonologis pada BMk dan bahasa-bahasa di Indonesia Timur dan Correia 2011 tentang gambaran BMk yang telah mengilhami penelitian sekarang karena penelitian sekarang lebih difokuskan pada kajian mikro, yaitu tipologi sintaksis BMk yang belum tersentuh oleh para peneliti terdahulu.

2.2 Konsep