20
2.1.3 Teori Struktur Modal
1 Modigliani-Miller MM Theory
Pendekatan klasik yang diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller ini mengasumsikan bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan
tidak mengalami perubahan sehingga baik tingkat kapitalisasi maupun tingkat biaya utang relatif konstan Sartono, 2010:228. Inti dari teori ini adalah tidak ada
rasio utang yang optimal dan rasio utang tidak menjelaskan nilai perusahaan dan teori ini menggunakan asumsi bahwa tidak ada pajak, tidak ada asimetri informasi
dan tidak ada biaya transaksi Joni dan Lina, 2010. Brigham dan Houston 2011:33 menyatakan bahwa ada beberapa asumsi dalam teori ini, yaitu;
1 Tidak ada biaya pialang.
2 Tidak ada pajak.
3 Tidak ada biaya kebangkrutan.
4 Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan.
5 Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang
peluang-peluang investasi di masa depan. 6
EBIT tidak berpengaruh pada penggunaan utang Namun teori ini dikatakan kurang relevan karena adanya pengurangan pajak
penghasilan atas penggunaan utang, kondisi pasar dengan asimetri informasi serta biaya transaksi dalam pasar modal yang tidak dimasukkan kedalam teori MM
Joni dan Lina, 2010. Sisi positif dari utang adalah utang menurunkan biaya keagenan ekuitas. Penggunaan utang juga akan mendisiplinkan manajer untuk
21 tidak sembarangan menggunakan aktiva perusahaan untuk kepentingannya karena
pengawasan oleh kreditur biasanya jauh lebih ketat dan efektif dari pada pengawasan para pemegang saham diluar perusahaan dengan informasi yang
relatif terbatas Joni dan Lina, 2010. 2
Pecking Order Theory Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson tahun 1961 dan penanaman
pecking order theory dilakukan oleh Myers tahun 1984. Teori ini menjelaskan mengenai mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang
paling disukai. Perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan akumulasi
depresiasi Kartika, 2009. Akumulasi depresiasi merupakan dana internal berupa modal cadangan yang
dimiliki perusahaan untuk mengganti aktiva tetapnya namun dana ini dapat dipergunakan dahulu untuk membelanjai perusahaan meskipun terdapat jangka
waktu yang terbatas sampai saat penggantian aktiva tetap tersebut. Perusahaan yang apabila menggunakan pendanaan dari luar external financing maka akan
menerbitkan sekuritas yang lebih aman terlebih dulu yaitu penerbitan obligasi kemudian sekuritas yang berkarakteristik opsi, apabila masih belum mencukupi
maka diterbitkan saham baru. Menurut Sartono 2010:249 perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan menggunakan dana pinjaman yang sedikit,
hal ini sesuai dengan pecking order theory, karena kebutuhan dana sudah
22 tercukupi dari menggunakan sumber dana internal yaitu laba ditahan sedangkan
perusahaan yang kurang profitabel akan menggunakan hutang yang lebih besar. Menurut Siregar 2005, ada empat alasan mengapa pecking order theory
memprediksi perusahaan lebih mengutamakan utang dari pada modal sendiri saat pendanaan eksternal dilakukan, yaitu:
1 Pasar mengalami kerugian karena adanya asimetri informasi antara manajer
dengan pasar. Manajemen cenderung menggunakan saham baru saat overpriced sedangkan penerbitan saham baru akan mengakibatkan harga
saham akan mengalami penurunan. 2
Utang dan saham sama-sama membutuhkan biaya transaksi bagi perusahaan, namun biaya transaksi hutang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan
saham. 3
Perusahaan mendapatkan manfaat pajak dengan mengeluarkan sekuritas hutang; manfaat pajak ini diperoleh oleh perusahaan karena adanya biaya
bunga yang dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak. 4
Kontrol manajemen, dalam hal ini insider ownership yaitu pemilikan oleh manajemen dapat dipertahankan apabila perusahaan menerbitkan sekuritas
utang. 3
Trade Off Theory Teori Pertukaran Teori pertukaran atau trade off theory adalah adanya fakta bahwa bunga yang
dibayarkan sebagai beban pengurangan pajak membuat hutang menjadi lebih murah dibandingkan dengan saham biasa atau saham preferen, secara tidak
23 langsung pemerintah membayar sebagian biaya hutang atau dengan kata lain
hutang memberikan manfaat perlindungan pajak Brigham dan Houston, 2011:183. Trade off Theory merupakan model struktur modal yang mempunyai
asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distress kesulitan
keuangan dan agency cost Nuswandari, 2013. Pendekatan Trade off berarti tingkat utang perusahaan kembali kepada target atau tingkat optimal Garcia dan
Mira, 2008. 4
Signaling Theory Struktur modal atau penggunaan hutang merupakan signal yang disampaikan
oleh manajer ke pasar. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston 2011:186 adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang
memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen menilai prospek perusahaan. Mardinawati 2011 menyatakan bahwa perusahaan yang tumbuh
pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan- perusahaan yang tumbuh secara lambat. Signaling Theory menyatakan bahwa
penggunaan hutang merupakan sinyal positif, diharapkan kreditur akan menangkap sinyal tersebut, yang akan menunjukkan bahwa perusahaan
mempunyai prospek bagus, sehingga hutang merupakan tanda atau sinyal positif. Brigham dan Houston 2011:186 menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai prospek menguntungkan akan menghindari penjualan saham, apabila membutuhkan modal baru akan dilakukan dengan cara lain, yaitu termasuk
24 penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal normal dan apabila
perusahaan dalam kondisi yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Jadi, signaling theory mengindikasikan perusahaan lebih
menggunakan dana eksternal dan hal terlihat dari perusahaan memberi sinyal positif bagi investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan.
5 Agency Theory
Menurut Horne dan Wachowicz 2012:16 pihak manajemen dapat dianggap sebagai agen dan pemegang saham yang disebut principle atau pemilk perusahaan.
Para pemegang saham berharap agen bertindak atas kepentingan mereka sehingga medelegasikan wewenang kepada agen. Untuk melihat kinerja manajemen
berfungsi dengan baik, maka manajemen harus diberikan bonus atau intensif dan pegawasan. Pegawasan dapat dilakukan dengan cara yaitu, dengan pengikatan
agen, pemerikasaan laporan keuangan dan pembatasan terhadap keputusan yang bisa dilakukan manajemen. Biaya agensi merupakan biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditor dan pemegan saham. Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan
pemilik, berdasarkan kenyataan bahwa manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, dengan demikian belum tentu selalu bertindak
untuk kepentingan pemilik.
25 Rachmawati 2008 menyatakan bahwa agency theory adalah siapapun yang
mengeluarin biaya pengawasan tersebut akhirnya ditanggung oleh pemegang saham. Semakin besar kemungkinan pegawasan, semakin tinggi biaya bunga dan
semakin rendah nilai perusahaan bagi para pemegang saham. 6
Asymmetric Information Theory Asymmetric Information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham
dan Houston 2011:184 adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda lebih baik mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki
investor. Adanya asymmetric information membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak di dalam menentukan strategi capital structure karena lebih
menguasai informasi yang terjadi di dalam perusahaan. Informasi baru yang ada selalu relevan dengan harga saham yang beredar di pasar, sebenarnya informasi
ini bersifat murah dan harus tersedia bagi semua pihak. Namun, karena kompetisi pasar diantara para investor membuat informasi baru segera direfleksikan ke
dalam harga saham di pasar secara cepat, sehingga terjadi pula kompetisi dalam mencari informasi untuk mendapatkan keuntungan sesaat Indrawati dan
Suhendro, 2006. Teori asimetri dapat digunakan untuk menjelaskan teori pecking order
perusahaam memilih dana internal dan menggunakan penerbitan saham baru sebagai langkah terakhir hal ini karena dana internal tidak memiliki biaya
asimetri sedangkan hutang dan penerbitan saham berdampak pada timbulnya biaya asimetri namun dengan proporsi biaya yang berbeda sehingga urutan
26 preferensi penggunaan dana berdasarkan biaya asimetri adalah dana internal,
hutang dan penerbitan saham.
2.1.4 Likuiditas