Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
6
Bahkan berdasarkan ayat ini pula, tidak dapat disangkal bahwa mereka yang memakmurkan masjid-masjid Allah, mendirikan shalat, berzakat dan tidak takut
kepada siapapun selain kepada Allah adalah orang-orang yang benar-benar telah mencapai puncak perolehan dan pengamalan hidayah.
9
Masjid dalam peradaban Islam bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi
sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim serta isnan-insan peradaban Islam.
10
Masjid seharusnya menjadi penggerak kehidupan. Masjid sebagai sentra kehidupan umat Islam harusnya dijadikan penggerak roda kehidupan. Mulai dari
ekonomi, pendidikan, sosial, budaya hingga politik, semuanya bisa dimulai dari masjid.
11
Masjid memiliki peranan besar dalam seluruh dimensi kehidupan umat Islam. Masjid merupakan simbol yang menggambarkan peta kekuatan umat Islam, yang
menyatukan kata mereka dan mewujudkan setiap makna kebaikan. Tanpa masjid, persatuan kaum muslimin akan mudah dipatahkan, umat Islam akan bercerai-berai
Karena itu Rasulullah SAW menaruh perhatian yang begitu besar terhadap masjid. Dimanapun beliau berada di Quba. Madinah dan sebagainya; adalah masjid yang
menjadi pusat perhatiannya. Selain itu, masjid juga mendapat perhatian para
9
M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, Vol. 5, h. 45
10
Miftah Faridl, Masyarakat Ideal, Bandung: Pustaka, 1997, h. 205
11
Imam Addaruqutmi, Masjid harus jadi Penggerak Kehidupan, Jakartaa: Republika, edisi 21 Agustus 2015, h. 3
7
Khulafaur Rasyidin, pemimpin umat Islam di sepanjang masa. Setiap kali baru saja membuka sebuah kawasan baru, pastilah mereka membangun masjid sebelum
membangun rumah, kota dan pasar. Pasalnya, mereka benar-benar memahami masjid. Juga memahami peranannya yang begitu besar bagi kehidupan umat Islam. Hal ini
disebabkan masjid merupakan kutub pergerakan masyarakat muslim sekaligus poros aktifitas mereka.
12
Memakmurkan masjid ‘imarah al-masajid begitu urgen bagi umat Islam, mengingat walaupun data jumlah masjid setiap tahun terus bertambah namun
keberadaan masjid sebagian besar belum optimal dalam meningkatkan keilmuan, kesejahteraan dan kemandirian masjid dan jamaah di sekitarnya. Hal ini terjadi
karena umat Islam khususnya pengurus dan jamaah masjid baru sebatas
menyelenggarakan peran dan fungsi masjid untuk ibadah sholat lima waktu an sich, padahal peran dan fungsi masjid yang makmur pada masa awal Islam begitu luas dan
tidak sebatas untuk pelaksanaan ibadah sholat saja. Inilah yang mendorong penulis ingin mengetahui lebih jauh dan mengangkat
kepermukaan mengenai penafsiran Syeikh Muhammad Ali Ash Shobuni tentang ‘imarah al-masajid yang terdapat dalam tafsir Rawai’u al-Bayan Tafsir ayat al-
Ahkam min al-Qur’an.
12
Huri Yasin Husain, Fikih Masjid, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2011, penerjemah Kholilurahman Fath, dkk., h. 1-2
8