Jenis dan Strategi Penelitian Sumber Data

7 metode pemilihan sampel yang setiap sampel dalam populasi memeliki kemungkinan probabilitas yang sama untuk terpilih. Haris Herdiansyah, 2010: 105.

I. Deskripsi

Data Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Kesiapsiagaan Masyarakat Kelurahan Gandekan dalam Mengurangi Resiko Bencana Banjir. Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat. Menurut Jan Sopaheluwakan 2006 kesiapsiagaan individu dan rumah tangga untuk mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu: a pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana; b kebijakan dan panduan; c rencana untuk keadaan darurat bencana; d sistim peringatan bencana dan e kemampuan untuk memobilisasi sumber daya. Menurut narasumber kesiapsiagaan terhadap bencana banjir dilakukan dengan: “...melakukan reboisasi, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir...”. Hasil di atas menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir adalah dengan melakukan reboisasi, tidak membuang sampah sembarang, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh narasumber bahwa: “membersihkan saluran air dan membuang sampah pada tempatnya, sehingga tidak menyumbat saluran air”. Membersihkan saluran air dan membuang sampah pada 8 tempatnya merupakan solusi tepat dalam menanggulangi terjadinya bencana banjir, hal ini sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “membersihkan saluran air, tidak membuang sampah sembarangan serta melakukan gerakan penghijauan”. Selain membersihkan saluran air dan tidak membuang sampah sembarangan narasumber menyampaikan bahwa: “mengikuti penyuluhan- penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengurangi resiko bencana banjir” Penyuluhan yang dilakukan merupakan bentuk dari kesiapsiagan dini dari bagi masyarakat dalam menanggapi bencana banjir sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “... memang sie mbak... harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat mempersiapkan dan menanggulangi datangnya bencana banjir, dengan adanya kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah korban mbak...he..he...”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan upaya pencegahan yaitu melakukan reboisasi, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat, sehingga paham terhadap adanya bencana banjir. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu dilakukan dengan membuyikan sirine, namun ada juga yang menggunakan kenthongan. Lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah tempat yang posisinya 9 yang lebih tinggi dari daerah yang terkena banjir dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah simulasi dalam menghindari bencana banjir dan mempraktekkan keterampilan dalam menghadapi bencana banjir. Bentuk kesiapsiagan masyarakat terhadap bencana banjir disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “...kesiapsiagaan itu dilakukan sebagai bentuk peringatan dini bagi masyarakat terhadap terjadinya bencana banjir, sehingga adanya peringatan dini tersebut maka masyarakat menjadi senantiasa tanggap terhadap terjadinya banjir dan resiko terjadinya korban banjir akan dapat berkurang...” Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah sembarangan, terus membersihkan gorong-gorong saluran air, sehingga tidak menghambat saluran air yang menyebabkan terjadinya banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan bagi masyarakat terhadap bencana banjir. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah kenthongan dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah yang lebih tinggi dari daerah yang terkena banjir sertauntuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir melalui kegiatan simulasi dan praktek keterampilan banjir, sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “...yang bisa saya lakukan ya... dengan membersihkan saluran air dan menjaga kelestarian lingkungan, namun semua itu mbak... tidak dapat terwujud tanpa adanya peran pemerintah dengan membangun tanggul yang bisa menahan luapan air dan tempat pengungsian yang kondusif, seharusnya pemerintah kan juga harus membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana banjir agar tidak ada korban jiwa...”. 10 Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukandengan pembangunan tanggul penahan banjir dan juga tempat yang digunakan untuk evakuasi bagi para korban banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan adanya kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi adanya bencana banjir berupa memelihara kebersihan lingkungan, membentuk pola hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk menanam pohon sebagai tempat meresapnya air. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah sirine, karena suara yang mengaung-ngaung seperti itu memudahkan masyarakat untuk mengenalinya dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah yang mempunyai kondisi tanah yang jauh lebih tinggi, sehingga air tidak dapat menjangkauserta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan simulasi dan praktek keterampilan menghadapi bencana banjir. narasumber berpendapat bahwa: “...keterampilan dalam menanggapi bencana banjir tidak cukup dilakukan dengan menjaga kebersihan, membersihkan gorong-gorong saja, seharusnya perlu adanya pembangunan tanggul yang dapat menahan banjir dan juga ada sebuah rencana yang harus dilakukan sebelum dan sesudah terjadinya bencana banjir, terutama juga adalah dalam mengevakuasi terhadap korban banjir...”. Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan pembangunan tanggul yang bisa menahan luapan air dan tempat pengungsian yang kondusif, seharusnya pemerintah kan juga harus membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana banjir agar tidak ada korban jiwa. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan denganmemberikan pemahaman bagi masyarakat terhadap bencana. Sistem tanda 11 bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah sirine, dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah lokasiyang agak tinggi serta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan simulasi terhadap banjir. Gerakan penghijauan sebagai bentuk kesiapsiagaan terhadap bencana banjir disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “...kesiapsigaan bencana banjir itu bisa dilakukan sejak dini dengan membersihkan saluran air, tidak membuang sampah sembarangan serta melakukan gerakan penghijauan untuk dapat melakukan penyerapan terhadap air dalam tanah...”. Kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana banjir dapat dilakukan dengan melakukan gerakan penghijauan, tidak membangun bangunan di bantaran sungai, pembangunan tanggul penahan banjir serta melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah Kenthongan di Pos Kampling, tetapi di wilayah dekat sungai itu ada sirine, sehingga ketika air mulai naik biasanya sirinenya berbunyi dan lokasi yang aman untuk pengungsian banjir adalah datarannya lebih tinggi serta untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah dengan adanya rencana yang dilakukan pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir, itu biasa disampaikan oleh petugas pada saat simulasi. Kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan yang sudah efektif dalam menghadapi bencana banjir dari tiap tahun yaitu adanya korlap penanganan bencana banjir pada titik-titik 12 tertentu pada waktu bencana banjir terjadi, ada beberapa tindakan-tindakan yang dilakukan di masyarakat kelurahan untuk menghindari resiko bencana banjir tersebut adalah dengan mengungsi untuk menghindari resiko bencana banjir, antisipasi dari masyarakat sendiri terhadap tingkat bencana banjir, segera mengungsi ketempat yang lebih aman, mempersiapkan diri untuk menyiapkan barang- barang berharga, gotong royong menangani bencana banjir, pembuatan pintu air untuk mengurangi, meminimalisir, dan menghindari bencana banjir per kampung dan mengadakan diskusi dipimpinan baru masyarakat dan rencana Peninggian jalan untuk mengurangi bencana banjir. Melalui program bersosialisasi setiap rapat menjelang musim banjir masyarakat belajar mengenai pengurangan resikobencana banjir, yaitu dengan adanya penyuluhan setiap RT untuk masyarakat yang berkaitan dengan bahaya banjir, penyuluhan terhadap sadar bencana dari pihak fasilitas kebencanaan yang kaitannya dengan banjir. Menyadarkan masyarakat terhadap penyebab, bahaya banjir, cara penanggulangan banjir dan diberi penjelasan melalui penyuluhan saja akan tetapi tidak ada simulasi yang dilakukan masyarakat terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana banjir. Sedangkan dalam hal pertolongan pertama pada penanganan kecelakaan pada waktu terjadi bencana banjir masyarakat sudah mengetahui penanganan kecelakaan yaitu melalui antisipasi preventif dengan adanya persiapan dari warga untuk segera menangani, Siaga dari Linmas dibantu dari kesehatan Timsar, gotong royong bersama masyarakat dan segera dibawa ke Puskesmas. Mayoritas masyarakat tidak mempersiapkan secara khusus sarana-sarana apa saja yang 13 harus disiapkan untuk mengurangi resiko bencana banjir. Sarana-sarana yang ada dari mayoritas masyarakat hanya ember, ban, prahu gethek dari batang pisang, sedangkan sarana-sarana yang digunakan masyarakat untukmengungsiketika terjadi banjiradalah di tanggul, masjid, sekolah, dan mengungsiketempat saudara. Kesiapan masyarakat dalam mengetahui pentingnya pembangunan tempat tinggal yang lebih tinggi untuk mengurangi resiko bencana banjir tersebut masyarakat hanya mengetahui melalui persiapan membangun rumah yang lebih tinggi akan tetapi ada sebagian masyarakatyang tidak ingin mengetahui pembangunan tempat yang lebih tinggi untuk mengurangi resiko terjadinya bencana banjir karena masyarakat tersebut lebih memilih pindah ke tempat kelurahan saja. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjir adalah sebesar 72; sehingga dapat diketahui bahwa kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik. 2. Pengetahuan Masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai Bencana Banjir. Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci untuk kesiapsiagaan. Pengetahuan yang dimiliki biasanya dapat mempengaruhi sikap dan kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga dalam mengantisipasi bencana terutama bagi mereka yang bertempat tinggal di daerah rawan bencana seperti banjir. narasumber menyebutkan yang dimaksud dengan banjir adalah: “banjir merupakan bencana yang berupan air menggenang dalam suatu wilayah dan mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi pada masyarakat. Banjir terjadi karena kurangnya kepedulian masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya 14 dan keengganan untuk melestarikan lingkungan”. Banjir itu air yang menggenang di suatu daerah atau wilayah karena adanya penyumbatan saluran air. Banjir terjadi karena kurangnya rasa kepedulian bagi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Penanggulangan banjir dilakukan dengan melakukan rencana kesiapsiagaan terhadap terjadinya bencana banjir. Banjir terjadi karena aliran air yang tidak lancar tersumbat oleh sampah dari masyarakat yang tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan. Bencana banjir dapat ditanggulangi dengan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan apabila banjir melanda dan mendatangkan pelatihan untuk bencana banjir. terjadinya banjir juga disebabkan oleh pembuangan sampah sembarangan, tidak menjaga kebersihan, penebangan hutan secara liar dan intinya banjir itu terjadi karena kurangnya kepedulian masyarakat dalam memelihara lingkungan. Bencana banjir dapat ditanggulangi dengan adanya kesiapsiagaan masyarakat dalam menanggapi adanya bencana banjir berupa memelihara kebersihan lingkungan, membentuk pola hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk menanam pohon sebagai tempat meresapnya air. Rendahnya pemahaman masyarakat dalam menanggulangi bencana banjir ini karena kurangnya pengetahuan dalam menanggulangi bencana banjir, narasumber menyatakan bahwa: “penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman pada masyarakat terhadap kegiatan pencegahan bencana banjir” 15 Terjadinya banjir itu terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat dalam memelihara lingkungan, sehingga banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan menebang hutan secara liar, sehingga berakibat pada kurangnya peresapan air dan aliran air terhalang oleh tumbukan sampah. Penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan pada masyarakat agar mempunyai pemahaman yang baik serta kepedulian terhadap adanya bencana banjir, peningkatan pemahaman inilah yang akan menggerakkan manusia untuk peduli pada lingkungan, sehingga banjir yang biasa terjadi dapat ditanggulangi. Pemahaman masyarakat mengenai bencana banjir bahwa bencana banjir itu merupakan peristiwa dari alam yang tidak bisa dicegah atau dikendalikan. Beberapa yang diketahui masyarakat mengenai dampak bencana banjir adalah Tingkat kerugian besarkecil dari korban material dan korban jiwa, bau yang tidak sedap, dan berbagai penyakit diantaranya adalah panas, diare, kutu air, dan batuk-batuk. Tindakan yang diketahui masyarakat dalam mengurangi bertambah parahnya bencana banjir dilihat dari sisi pembuangan sampah yaitu dengan mengumpulkan sampahnya dikeranjang depan rumah dan diambil gerobak penarik sampah, bahkan sebagian masyarakat yang tinggal didekat sungai juga sudah menyadari, namun sebagian kecil masyarakat juga masih membuang sampah disungai. Selain itu masyarakat mengetahui dan sadar akan kebersihan saluran air hal itu dilakukan pada tiap 2 bulan sekali dengan membersihkan selokan air agar selokan tidak tersumbat oleh sampah dan membantu mengurangi bencana banjir. Masyarakat tidak mengetahui lokasi yang berpotensi terhadap bencana 16 banjir sehingga masihbanyak masyarakat yang pemukimannya dekat dengan bantaran sungai hal tersebut juga karena masyarakat tidak menyesuaikan dengan tata ruang yang berpotensi terhadap bencana banjir. Tingkat pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir adalah sebesar 69; sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik. 3. Kesadaran Masyarakat Kelurahan Gandekan Dalam Melibatkan Diri secara Aktif mengenai Pengurangan Resiko Bencana Banjir. Masyarakat Kelurahan Gandekan menyadari bahwa kesiapan dalam pengurangan resiko bencana banjir harus dipersiapkan dari diri sendiri dan mereka sendiri dan tokoh- tokoh masyarakat serta tokoh yang berwenang akan bencana. Kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan resiko bencana banjir dilakukan dengan reboisasi, tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran air yang menghambat, adanya peringatan bahaya banjir, dan berpartisipasi dalam melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Upaya dalam menghindari bencana banjir dilakukan dengan menjauhi daerah yang terkena banjir. Pemulihan bencana banjir dilakukan dengan membersihkan saluran air yang tersumbat dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir yang sudah dilakukan dengan melakukan simulasi dalam menghindari bencana banjir dan mempraktekkan keterampilan dalam menghadapi bencana banjir. Upaya dalam menghindari bencana banjir dilakukan dengan tidak berada pada daerah yang dekat dengan banjir. Pemulihan bencana banjir dilakukan dengan 17 bergotong royong membersihkan saluran air yang tersumbat dan untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir yang sudah dilakukan dengan membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir melalui kegiatan simulasi dan praktek keterampilan banjir. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “... memang sie mbak... harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini bagi masyarakat untuk dapat mempersiapkan dan menanggulangi datangnya bencana banjir, dengan adanya kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah korban mbak...he..he...”. Setelah terjadi bencana banjir dilakukan dengan bergotong royong membersihkan gorong-gorong atau saluran air agar air dapat berjalan lancar dan tidak menimbulkan genanganserta untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana banjir adalah mengikuti simulasi dan praktek keterampilan menghadapi bencana banjir, dari situ kita tahu tindakan yang dilakukan sebelum, pada saat dan pasca terjadinya banjir. Untuk menghindari bencana banjir dilakukan dengan musyawarah di rumah pak RT kemudian diberikan penyuluhan tentang bagaimana menanggapi terjadinya bencana banjir, sehingga timbul pemahaman akan bencana banjir kepada masyarakat. Pemulihan bencana banjir dilakukan dengan membersihkan membersihkan lingkungan pada gorong-gorong saluran air agar tidak terjadi penyumbatan. Keterampilan dalam menanggapi bencana banjir itu dapat ditingkatkan dengan melakukan pembangunan tanggul yang dapat menahan banjir. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh narasumber sebagai berikut: “...pemulihan bencana banjir itu dilakukan secara spiritual dapat dilakukan dengan 18 penguatan psikologis masyarakat dan secara material dapat dilakukan dengan melakukan pembersihan terhadap saluran air yang terhambat oleh sampah yang menyebabkan terjadinya bencana banjir...”. Kesadaran yang dimiliki masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah dengan melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya bencana banjir. upaya-upaya yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana banjir dengan mengadakan rapat bersama untuk mencegah bencana banjir yaitu dengan rencana proyek pembuatan pintu air, pembuangan sampah yang teratur, dengan meminimalisir membuat tanggul, meninggikan jalan, yang baru direncanakan, tidak membuang sampah disembarang tempat dan pembuatan resapan air. Adanya rembug usaha untuk pembuatan saluran air sehingga masyarakat menyadari pembuatan selokan dari sendiri yaitu dengan berusaha kerja bakti mengurus lingkungan yang kaitannya dengan selokan-selokan umum agar mengurangi aliran banjir. Penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat terhadap pembuangan sampah sudah ada akan tetapi hanya sebagian masyarakat yang sadar pembuangan sampah disungai akan menambah terjadinya bencana banjir yang lebih parah, karena mayoritas masyarakat tidak menyadari sampah akan menambah parahnya bencana banjir. Masyarakat menyadari bahwa bertempat tinggal di dekat lokasi lingkungan sungai akan menyebabkan terjadinya bencana banjir bahkan keseluruhan masyarakat yang tidak terkenapun sudah sadar, tapi masyarakat terkekang dengan keadaan ekonomi sehingga masyarakat sudah terbiasa terkena bencana banjir dan masyarakat tetapbertempat tinggal dilokasi tersebut walaupun masyarakat menyadari bahwa lokasi 19 tersebut beresiko terhadap bencana banjir. Tingkat kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir adalah sebesar 65; sehingga dapat diketahui bahwa kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik.

J. Temuan

Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori Hasil dari penelitian ini adalah kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta, hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana banjir, pengetahuan masyarakat mengenai bencana banjir, dan kesadaran masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko bencana banjir dimana ke tiga hal tersebut sudah dipaparkan di bab sebelumnya yaitu pada landasan teori di bab II. Hasil penelitian ini juga hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Didi Suhendra 2012. Didi Suhendra juga menambah seberapa besar masyarakat mengetahui tindakan mitigasi bencana banjir yang efektif, seberapa besar peran dan kesiapan masyarakat terhadap mitigasi bencana banjir, bagaimana arahan pengelolaan dan penanggulangan banjir terutama pada dataran rendah.

K. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian tentang kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Kesiapsiagaan masyarakat Kelurahan Gandekan dalam mengurangi resiko bencana banjiradalah sebesar 72, sehingga termasuk dalam kategori yang cukup baik, hal ini terlihatdengan beberapa usaha yang dilakukan seperti: mengungsi untuk menghindari resiko bencana banjir, antisipasi dari masyarakat sendiri terhadap tingkat bencana banjir, 20 segera mengungsi ketempat yang lebih aman, mempersiapkan diri untuk menyiapkan barang-barang berharga, gotong royong menangani bencana banjir, pembuatan pintu air untuk mengurangi, meminimalisir, dan menghindari bencana banjir per kampung dan mengadakan diskusi dipimpinan baru masyarakat serta adanya rencana peninggian jalan untuk mengurangi bencana banjir Hasil perhitungan di lampiran 5. b. Pengetahuan masyarakat Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjiradalah sebesar 69, sehingga termasuk dalam kategori cukup baik, masyarakat memahami dampak bencana banjir adalah tingkat kerugian besarkecil dari korban material dan korban jiwa. Tindakan yang diketahui masyarakat dalam mengurangi bertambah parahnya bencana banjir dilihat dari sisi pembuangan sampah yaitu dengan mengumpulkan sampahnya dikeranjang depan rumah Hasil perhitungan di lampiran 5. c. Kesadaran yang dimiliki masyarakat Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah sebesar 65, sehingga termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu dengan melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya bencana banjir. Upaya-upaya yang dilakukan masyarakat untuk mencegah terjadinya bencana banjir dengan mengadakan rapat bersama untuk mencegah bencana banjir yaitu dengan rencana proyek pembuatan pintu air, pembuangan sampah yang teratur, dengan meminimalisir membuat tanggul, meninggikan jalan, yang baru direncanakan, tidak membuang sampah disembarang tempat dan Pembuatan resapan air Hasil perhitungan di lampiran 5.

Dokumen yang terkait

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

0 2 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Nusukan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 2 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN JOYOSURAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta.

1 1 17

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR KELURAHAN SUMBER KECAMATAN BANJARSARI KOTA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Kelurahan Sumber Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

1 3 16

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN KECAMATAN JEBRES Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Dikelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 14

PENDAHULUAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Dikelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 8

NASKAH PUBLIKASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Dikelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 2 13

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN SEMANGGI KECAMATAN Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana banjir di kelurahan semanggi kecamatan pasar kliwon kota surakarta.

0 1 11

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN GANDEKAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 13

PENDAHULUAN Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Di Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

0 1 9