7 metode pemilihan sampel yang
setiap sampel dalam populasi memeliki
kemungkinan probabilitas yang sama untuk
terpilih. Haris Herdiansyah, 2010: 105.
I. Deskripsi
Data Hasil
Penelitian dan Pembahasan
1. Kesiapsiagaan
Masyarakat Kelurahan Gandekan dalam
Mengurangi Resiko Bencana Banjir.
Kesiapsiagaan adalah
upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya
bencana guna
menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan
berubahnya tata
kehidupan masyarakat.
Menurut Jan
Sopaheluwakan 2006
kesiapsiagaan individu
dan rumah
tangga untuk
mengantisipasi bencana alam, khususnya banjir yaitu: a
pengetahuan dan sikap terhadap resiko bencana; b kebijakan
dan panduan; c rencana untuk keadaan darurat bencana; d
sistim peringatan bencana dan e
kemampuan untuk
memobilisasi sumber
daya. Menurut
narasumber kesiapsiagaan terhadap bencana
banjir dilakukan dengan: “...melakukan reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarangan, membersihkan
saluran air yang menghambat, adanya
peringatan bahaya
banjir, dan
berpartisipasi dalam
melakukan simulasi
apabila terjadi banjir...”. Hasil
di atas
menunjukkan bahwa
upaya yang
dilakukan untuk
mencegah terjadinya
banjir adalah
dengan melakukan
reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarang, membersihkan saluran air yang
menghambat, adanya
peringatan bahaya banjir dan berpartisipasi dalam melakukan
simulasi apabila terjadi banjir. Hal ini sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh narasumber bahwa:
“membersihkan saluran air dan membuang
sampah pada
tempatnya, sehingga
tidak menyumbat saluran air”.
Membersihkan saluran air dan membuang sampah pada
8 tempatnya merupakan solusi
tepat dalam
menanggulangi terjadinya bencana banjir, hal
ini sebagaimana disampaikan oleh
narasumber sebagai
berikut: “membersihkan saluran air,
tidak membuang
sampah sembarangan serta melakukan
gerakan penghijauan”. Selain
membersihkan saluran air dan tidak membuang
sampah sembarangan
narasumber menyampaikan
bahwa: “mengikuti
penyuluhan- penyuluhan
yang dilakukan
oleh pemerintah
dalam mengurangi resiko bencana
banjir” Penyuluhan
yang dilakukan merupakan bentuk
dari kesiapsiagan dini dari bagi masyarakat dalam menanggapi
bencana banjir sebagaimana disampaikan oleh narasumber
sebagai berikut: “... memang sie mbak...
harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti
ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena
dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini
bagi masyarakat untuk dapat mempersiapkan
dan menanggulangi
datangnya bencana banjir, dengan adanya
kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah
korban mbak...he..he...”. Berdasarkan
hasil penelitian
diketahui bahwa
kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko
bencana banjir dapat dilakukan dengan
upaya pencegahan
yaitu melakukan
reboisasi, tidak
membuang sampah
sembarangan, membersihkan
saluran air yang menghambat, adanya
peringatan bahaya
banjir, dan melakukan simulasi apabila terjadi banjir. Dalam
rangka meminimalisir resiko bencana
banjir itu
dapat dilakukan dengan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat, sehingga
paham terhadap
adanya bencana banjir. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu dilakukan dengan membuyikan sirine, namun ada
juga yang
menggunakan kenthongan. Lokasi yang aman
untuk pengungsian
banjir adalah tempat yang posisinya
9 yang lebih tinggi dari daerah
yang terkena banjir dan untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah simulasi dalam menghindari
bencana banjir
dan mempraktekkan
keterampilan dalam
menghadapi bencana
banjir. Bentuk
kesiapsiagan masyarakat terhadap bencana
banjir disampaikan
oleh narasumber sebagai berikut:
“...kesiapsiagaan itu dilakukan sebagai bentuk peringatan dini
bagi masyarakat
terhadap terjadinya
bencana banjir,
sehingga adanya peringatan dini tersebut maka masyarakat
menjadi senantiasa tanggap terhadap terjadinya banjir dan
resiko terjadinya korban banjir
akan dapat berkurang...” Kesiapsiagaan
dalam mengurangi
resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan tidak
membuang sampah
sembarangan, terus
membersihkan gorong-gorong saluran air, sehingga tidak
menghambat saluran air yang menyebabkan terjadinya banjir.
Dalam rangka meminimalisir resiko bencana banjir itu dapat
dilakukan dengan memberikan pengetahuan bagi masyarakat
terhadap bencana banjir. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu adalah kenthongan dan lokasi yang aman untuk
pengungsian banjir adalah yang lebih tinggi dari daerah yang
terkena banjir
sertauntuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah dengan
membuat rencana
sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir melalui kegiatan
simulasi dan
praktek keterampilan
banjir, sebagaimana disampaikan oleh
narasumber sebagai berikut: “...yang bisa saya lakukan ya...
dengan membersihkan saluran air dan menjaga kelestarian
lingkungan, namun semua itu mbak... tidak dapat terwujud
tanpa adanya peran pemerintah dengan membangun tanggul
yang bisa menahan luapan air dan tempat pengungsian yang
kondusif,
seharusnya pemerintah kan juga harus
membuat rencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana
banjir agar tidak ada korban
jiwa...”.
10 Kesiapsiagaan
dalam mengurangi
resiko bencana
banjir dapat dilakukandengan pembangunan tanggul penahan
banjir dan juga tempat yang digunakan untuk evakuasi bagi
para korban banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko
bencana banjir
itu dapat
dilakukan dengan
adanya kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menanggapi adanya
bencana banjir
berupa memelihara
kebersihan lingkungan, membentuk pola
hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk
menanam pohon sebagai tempat meresapnya air. Sistem tanda
bahaya bila akan terjadi banjir itu adalah sirine, karena suara
yang mengaung-ngaung seperti itu memudahkan masyarakat
untuk mengenalinya dan lokasi yang aman untuk pengungsian
banjir adalah yang mempunyai kondisi tanah yang jauh lebih
tinggi, sehingga air tidak dapat menjangkauserta
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah dengan simulasi dan praktek
keterampilan menghadapi
bencana banjir.
narasumber berpendapat bahwa:
“...keterampilan dalam
menanggapi bencana banjir tidak cukup dilakukan dengan
menjaga kebersihan,
membersihkan gorong-gorong saja, seharusnya perlu adanya
pembangunan tanggul yang dapat menahan banjir dan juga
ada sebuah rencana yang harus dilakukan sebelum dan sesudah
terjadinya
bencana banjir,
terutama juga adalah dalam mengevakuasi terhadap korban
banjir...”. Kesiapsiagaan
dalam mengurangi
resiko bencana
banjir dapat dilakukan dengan pembangunan tanggul yang bisa
menahan luapan air dan tempat pengungsian yang kondusif,
seharusnya pemerintah kan juga harus
membuat rencana
sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana banjir agar tidak
ada korban jiwa. Dalam rangka meminimalisir resiko bencana
banjir itu dapat dilakukan denganmemberikan
pemahaman bagi masyarakat terhadap bencana. Sistem tanda
11 bahaya bila akan terjadi banjir
itu adalah sirine, dan lokasi yang aman untuk pengungsian
banjir adalah lokasiyang agak tinggi serta untuk meningkatkan
kesiapsiagaan masyarakat
dalam mengurangi
resiko bencana banjir adalah dengan
simulasi terhadap
banjir. Gerakan penghijauan sebagai
bentuk kesiapsiagaan terhadap bencana banjir disampaikan
oleh narasumber
sebagai berikut:
“...kesiapsigaan bencana banjir itu bisa dilakukan sejak dini
dengan membersihkan saluran air, tidak membuang sampah
sembarangan serta melakukan gerakan
penghijauan untuk
dapat melakukan penyerapan terhadap air dalam tanah...”.
Kesiapsiagaan dalam
mengurangi resiko
bencana banjir dapat dilakukan dengan
melakukan gerakan
penghijauan, tidak membangun bangunan di bantaran sungai,
pembangunan tanggul penahan banjir serta melakukan simulasi
apabila terjadi banjir. Dalam rangka meminimalisir resiko
bencana banjir
itu dapat
dilakukan dengan memberikan penyuluhan pada masyarakat
untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat. Sistem tanda bahaya bila akan terjadi
banjir itu adalah Kenthongan di Pos Kampling, tetapi di wilayah
dekat sungai itu ada sirine, sehingga ketika air mulai naik
biasanya sirinenya berbunyi dan lokasi
yang aman
untuk pengungsian
banjir adalah
datarannya lebih tinggi serta untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
masyarakat dalam
mengurangi resiko
bencana banjir adalah dengan adanya rencana yang dilakukan
pada saat sebelum, saat dan sesudah terjadi banjir, itu biasa
disampaikan oleh petugas pada saat simulasi.
Kesiapsiagaan masyarakat
Kelurahan Gandekan yang sudah efektif
dalam menghadapi
bencana banjir dari tiap tahun yaitu
adanya korlap
penanganan bencana banjir pada titik-titik
12 tertentu pada waktu bencana
banjir terjadi, ada beberapa tindakan-tindakan
yang dilakukan
di masyarakat
kelurahan untuk menghindari resiko bencana banjir tersebut
adalah dengan mengungsi untuk menghindari resiko bencana
banjir, antisipasi
dari masyarakat sendiri terhadap
tingkat bencana banjir, segera mengungsi ketempat yang lebih
aman, mempersiapkan
diri untuk
menyiapkan barang-
barang berharga, gotong royong menangani
bencana banjir,
pembuatan pintu air untuk mengurangi,
meminimalisir, dan menghindari bencana
banjir per kampung dan mengadakan diskusi dipimpinan
baru masyarakat dan rencana Peninggian
jalan untuk
mengurangi bencana banjir. Melalui
program bersosialisasi
setiap rapat
menjelang musim
banjir masyarakat belajar mengenai
pengurangan resikobencana
banjir, yaitu dengan adanya penyuluhan setiap RT untuk
masyarakat yang
berkaitan dengan
bahaya banjir,
penyuluhan terhadap
sadar bencana dari pihak fasilitas
kebencanaan yang kaitannya dengan banjir. Menyadarkan
masyarakat terhadap penyebab, bahaya
banjir, cara
penanggulangan banjir
dan diberi
penjelasan melalui
penyuluhan saja akan tetapi tidak
ada simulasi
yang dilakukan masyarakat terhadap
kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana banjir. Sedangkan
dalam hal
pertolongan pertama
pada penanganan kecelakaan pada
waktu terjadi bencana banjir masyarakat sudah mengetahui
penanganan kecelakaan yaitu melalui
antisipasi preventif
dengan adanya persiapan dari warga untuk segera menangani,
Siaga dari Linmas dibantu dari kesehatan
Timsar, gotong
royong bersama masyarakat dan segera dibawa ke Puskesmas.
Mayoritas masyarakat
tidak mempersiapkan secara khusus
sarana-sarana apa saja yang
13 harus
disiapkan untuk
mengurangi resiko
bencana banjir. Sarana-sarana yang ada
dari mayoritas
masyarakat hanya ember, ban, prahu gethek
dari batang pisang, sedangkan sarana-sarana yang digunakan
masyarakat untukmengungsiketika
terjadi banjiradalah di tanggul, masjid,
sekolah, dan
mengungsiketempat saudara.
Kesiapan masyarakat dalam mengetahui
pentingnya pembangunan tempat tinggal
yang lebih
tinggi untuk
mengurangi resiko
bencana banjir
tersebut masyarakat
hanya mengetahui
melalui persiapan membangun rumah
yang lebih tinggi akan tetapi ada sebagian masyarakatyang
tidak ingin
mengetahui pembangunan
tempat yang
lebih tinggi untuk mengurangi resiko terjadinya bencana banjir
karena masyarakat
tersebut lebih memilih pindah ke tempat
kelurahan saja.
Tingkat kesiapsiagaan
masyarakat Kelurahan Gandekan dalam
mengurangi resiko
bencana banjir adalah sebesar 72;
sehingga dapat diketahui bahwa kesiapsiagaan
masyarakat Kelurahan Gandekan dalam
mengurangi resiko
bencana banjir termasuk dalam kategori
cukup baik. 2.
Pengetahuan Masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai Bencana Banjir.
Pengetahuan merupakan faktor utama dan menjadi kunci
untuk kesiapsiagaan.
Pengetahuan yang
dimiliki biasanya dapat mempengaruhi
sikap dan
kepedulian masyarakat untuk siap dan siaga
dalam mengantisipasi bencana terutama bagi mereka yang
bertempat tinggal di daerah rawan bencana seperti banjir.
narasumber menyebutkan yang dimaksud dengan banjir adalah:
“banjir merupakan bencana yang berupan air menggenang
dalam suatu
wilayah dan
mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi pada masyarakat.
Banjir terjadi
karena kurangnya
kepedulian masyarakat yang membuang
sampah tidak pada tempatnya
14 dan
keengganan untuk
melestarikan lingkungan”. Banjir itu air yang
menggenang di suatu daerah atau wilayah karena adanya
penyumbatan saluran air. Banjir terjadi karena kurangnya rasa
kepedulian bagi masyarakat dalam
menjaga kebersihan
lingkungan. Penanggulangan
banjir dilakukan
dengan melakukan
rencana kesiapsiagaan
terhadap terjadinya
bencana banjir.
Banjir terjadi karena aliran air yang tidak lancar tersumbat
oleh sampah dari masyarakat yang
tidak mempunyai
kepedulian terhadap
lingkungan. Bencana
banjir dapat
ditanggulangi dengan
senantiasa menjaga kebersihan lingkungan,
mempersiapkan hal-hal yang perlu dilakukan
apabila banjir melanda dan mendatangkan pelatihan untuk
bencana banjir. terjadinya banjir juga
disebabkan oleh
pembuangan sampah
sembarangan, tidak menjaga kebersihan, penebangan hutan
secara liar dan intinya banjir itu terjadi
karena kurangnya
kepedulian masyarakat dalam memelihara
lingkungan. Bencana
banjir dapat
ditanggulangi dengan adanya kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menanggapi adanya
bencana banjir
berupa memelihara
kebersihan lingkungan, membentuk pola
hidup bersih dan memberikan kesadaran masyarakat untuk
menanam pohon sebagai tempat meresapnya
air. Rendahnya
pemahaman masyarakat dalam menanggulangi bencana banjir
ini karena
kurangnya pengetahuan
dalam menanggulangi bencana banjir,
narasumber menyatakan bahwa: “penanggulangan
bencana banjir dapat dilakukan
dengan memberikan
pemahaman pada
masyarakat terhadap
kegiatan pencegahan
bencana banjir”
15 Terjadinya banjir itu
terjadi karena
kurangnya pemahaman masyarakat dalam
memelihara lingkungan,
sehingga banyak masyarakat yang
membuang sampah
sembarangan dan menebang hutan secara liar, sehingga
berakibat pada
kurangnya peresapan air dan aliran air
terhalang oleh
tumbukan sampah.
Penanggulangan bencana banjir dapat dilakukan
dengan memberikan
pengetahuan pada masyarakat agar mempunyai pemahaman
yang baik serta kepedulian terhadap adanya bencana banjir,
peningkatan pemahaman inilah yang
akan menggerakkan
manusia untuk peduli pada lingkungan, sehingga banjir
yang biasa
terjadi dapat
ditanggulangi. Pemahaman masyarakat
mengenai bencana banjir bahwa bencana banjir itu merupakan
peristiwa dari alam yang tidak bisa dicegah atau dikendalikan.
Beberapa yang
diketahui masyarakat mengenai dampak
bencana banjir adalah Tingkat kerugian besarkecil dari korban
material dan korban jiwa, bau yang tidak sedap, dan berbagai
penyakit diantaranya adalah panas, diare, kutu air, dan
batuk-batuk. Tindakan yang diketahui masyarakat dalam
mengurangi bertambah
parahnya bencana banjir dilihat dari sisi pembuangan sampah
yaitu dengan mengumpulkan sampahnya dikeranjang depan
rumah dan diambil gerobak penarik
sampah, bahkan
sebagian masyarakat
yang tinggal didekat sungai juga
sudah menyadari,
namun sebagian kecil masyarakat juga
masih membuang
sampah disungai. Selain itu masyarakat
mengetahui dan sadar akan kebersihan saluran air hal itu
dilakukan pada tiap 2 bulan sekali dengan membersihkan
selokan air agar selokan tidak tersumbat oleh sampah dan
membantu mengurangi bencana banjir.
Masyarakat tidak
mengetahui lokasi
yang berpotensi terhadap bencana
16 banjir sehingga masihbanyak
masyarakat yang
pemukimannya dekat dengan bantaran sungai hal tersebut
juga karena masyarakat tidak menyesuaikan
dengan tata
ruang yang berpotensi terhadap bencana
banjir. Tingkat
pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir adalah sebesar
69; sehingga dapat diketahui bahwa pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjir termasuk dalam
kategori cukup baik. 3.
Kesadaran Masyarakat
Kelurahan Gandekan Dalam Melibatkan Diri secara Aktif
mengenai Pengurangan Resiko Bencana Banjir.
Masyarakat Kelurahan Gandekan menyadari bahwa
kesiapan dalam pengurangan resiko bencana banjir harus
dipersiapkan dari diri sendiri dan mereka sendiri dan tokoh-
tokoh masyarakat serta tokoh yang berwenang akan bencana.
Kesadaran masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan resiko bencana
banjir dilakukan
dengan reboisasi,
tidak membuang
sampah sembarangan,
membersihkan saluran air yang menghambat,
adanya peringatan
bahaya banjir, dan berpartisipasi dalam
melakukan simulasi
apabila terjadi banjir. Upaya dalam
menghindari bencana banjir dilakukan
dengan menjauhi
daerah yang terkena banjir. Pemulihan
bencana banjir
dilakukan dengan
membersihkan saluran air yang tersumbat
dan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan
terhadap bencana banjir yang sudah
dilakukan dengan
melakukan simulasi
dalam menghindari bencana banjir dan
mempraktekkan keterampilan
dalam menghadapi
bencana banjir.
Upaya dalam
menghindari bencana banjir dilakukan dengan tidak berada
pada daerah yang dekat dengan banjir.
Pemulihan bencana
banjir dilakukan
dengan
17 bergotong
royong membersihkan saluran air yang
tersumbat dan
untuk meningkatkan
kesiapsiagaan terhadap bencana banjir yang
sudah dilakukan
dengan membuat rencana sebelum, saat
dan sesudah terjadi banjir melalui kegiatan simulasi dan
praktek keterampilan banjir. Ini sesuai
dengan apa
yang disampaikan oleh narasumber
sebagai berikut: “... memang sie mbak...
harusnya di daerah yang rawan dengan bancana banjir seperti
ini perlu adanya kesiapsiagaan bagi masyarakatnya, karena
dengan resiko bencana banjir hal itu menjadi peringatan dini
bagi masyarakat untuk dapat mempersiapkan
dan menanggulangi
datangnya bencana banjir, dengan adanya
kesiapsiagaan banjir tersebut kan akan mengurangi jumlah
korban mbak...he..he...”. Setelah terjadi bencana
banjir dilakukan
dengan bergotong
royong membersihkan gorong-gorong
atau saluran air agar air dapat berjalan
lancar dan
tidak menimbulkan
genanganserta untuk
meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana
banjir adalah
mengikuti simulasi
dan praktek
keterampilan menghadapi
bencana banjir, dari situ kita tahu tindakan yang dilakukan
sebelum, pada saat dan pasca terjadinya
banjir. Untuk
menghindari bencana banjir dilakukan dengan musyawarah
di rumah pak RT kemudian diberikan penyuluhan tentang
bagaimana menanggapi
terjadinya bencana
banjir, sehingga timbul pemahaman
akan bencana banjir kepada masyarakat. Pemulihan bencana
banjir dilakukan
dengan membersihkan
membersihkan lingkungan pada gorong-gorong
saluran air agar tidak terjadi penyumbatan.
Keterampilan dalam
menanggapi bencana
banjir itu dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembangunan
tanggul yang
dapat menahan banjir. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
narasumber sebagai berikut: “...pemulihan bencana banjir
itu dilakukan secara spiritual dapat
dilakukan dengan
18 penguatan
psikologis masyarakat
dan secara
material dapat
dilakukan dengan melakukan pembersihan
terhadap saluran air yang terhambat oleh sampah yang
menyebabkan
terjadinya bencana banjir...”.
Kesadaran yang dimiliki masyarakat dalam melibatkan
diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah dengan
melakukan upaya-upaya untuk mencegah terjadinya bencana
banjir. upaya-upaya
yang dilakukan masyarakat untuk
mencegah terjadinya bencana banjir
dengan mengadakan
rapat bersama untuk mencegah bencana banjir yaitu dengan
rencana proyek
pembuatan pintu air, pembuangan sampah
yang teratur,
dengan meminimalisir
membuat tanggul, meninggikan jalan,
yang baru direncanakan, tidak membuang
sampah disembarang
tempat dan
pembuatan resapan air. Adanya rembug usaha untuk pembuatan
saluran air sehingga masyarakat menyadari pembuatan selokan
dari sendiri
yaitu dengan
berusaha kerja bakti mengurus lingkungan
yang kaitannya
dengan selokan-selokan umum agar mengurangi aliran banjir.
Penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat
terhadap pembuangan sampah sudah ada
akan tetapi hanya sebagian masyarakat
yang sadar
pembuangan sampah disungai akan
menambah terjadinya
bencana banjir yang lebih parah,
karena mayoritas
masyarakat tidak menyadari sampah
akan menambah
parahnya bencana
banjir. Masyarakat menyadari bahwa
bertempat tinggal di dekat lokasi lingkungan sungai akan
menyebabkan terjadinya
bencana banjir
bahkan keseluruhan masyarakat yang
tidak terkenapun sudah sadar, tapi
masyarakat terkekang
dengan keadaan
ekonomi sehingga masyarakat sudah
terbiasa terkena bencana banjir dan masyarakat tetapbertempat
tinggal dilokasi
tersebut walaupun
masyarakat menyadari
bahwa lokasi
19 tersebut
beresiko terhadap
bencana banjir.
Tingkat kesadaran
masyarakat Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko
bencana banjir adalah sebesar 65; sehingga dapat diketahui
bahwa kesadaran masyarakat Kelurahan Gandekan dalam
melibatkan diri secara aktif mengenai pengurangan risiko
bencana banjir termasuk dalam kategori cukup baik.
J. Temuan
Studi yang
Dihubungkan dengan Kajian Teori
Hasil dari penelitian ini adalah kesiapsiagaan masyarakat
dalam menghadapi bencana banjir di
Kelurahan Gandekan
Kecamatan Jebres Kota Surakarta, hasil penelitian ini memberikan
gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat
dalam mengurangi
resiko bencana banjir, pengetahuan masyarakat
mengenai bencana
banjir, dan kesadaran masyarakat dalam melibatkan diri secara aktif
mengenai pengurangan
risiko bencana banjir dimana ke tiga hal
tersebut sudah dipaparkan di bab sebelumnya yaitu pada landasan
teori di bab II. Hasil penelitian ini juga
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Didi Suhendra
2012. Didi
Suhendra juga
menambah seberapa
besar masyarakat mengetahui tindakan
mitigasi bencana banjir yang efektif, seberapa besar peran dan
kesiapan
masyarakat terhadap
mitigasi bencana banjir, bagaimana arahan
pengelolaan dan
penanggulangan banjir terutama pada dataran rendah.
K. Kesimpulan
Berdasarkan dari
hasil penelitian tentang kesiapsiagaan
masyarakat dalam
menghadapi bencana
banjir di
Kelurahan Gandekan Kecamatan Jebres Kota
Surakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Kesiapsiagaan
masyarakat Kelurahan
Gandekan dalam
mengurangi resiko
bencana banjiradalah
sebesar 72,
sehingga termasuk
dalam kategori yang cukup baik, hal
ini terlihatdengan
beberapa usaha yang dilakukan seperti:
mengungsi untuk menghindari resiko bencana banjir, antisipasi
dari masyarakat
sendiri terhadap tingkat bencana banjir,
20 segera
mengungsi ketempat
yang lebih
aman, mempersiapkan
diri untuk
menyiapkan barang-barang
berharga, gotong
royong menangani
bencana banjir,
pembuatan pintu air untuk mengurangi,
meminimalisir, dan menghindari bencana banjir
per kampung dan mengadakan diskusi
dipimpinan baru
masyarakat serta
adanya rencana peninggian jalan untuk
mengurangi bencana
banjir Hasil perhitungan di lampiran
5. b.
Pengetahuan masyarakat
Kelurahan Gandekan mengenai bencana banjiradalah sebesar
69, sehingga termasuk dalam kategori
cukup baik,
masyarakat memahami dampak bencana banjir adalah tingkat
kerugian besarkecil dari korban material dan korban jiwa.
Tindakan yang
diketahui masyarakat dalam mengurangi
bertambah parahnya bencana banjir
dilihat dari
sisi pembuangan
sampah yaitu
dengan mengumpulkan
sampahnya dikeranjang depan rumah Hasil perhitungan di
lampiran 5. c.
Kesadaran yang
dimiliki masyarakat
Kelurahan Gandekan dalam melibatkan
diri secara aktif mengenai bencana banjir adalah sebesar
65, sehingga termasuk dalam kategori cukup baik, yaitu
dengan melakukan upaya-upaya untuk
mencegah terjadinya
bencana banjir. Upaya-upaya yang
dilakukan masyarakat
untuk mencegah
terjadinya bencana
banjir dengan
mengadakan rapat
bersama untuk mencegah bencana banjir
yaitu dengan rencana proyek pembuatan
pintu air,
pembuangan sampah
yang teratur, dengan meminimalisir
membuat tanggul, meninggikan jalan, yang baru direncanakan,
tidak membuang
sampah disembarang
tempat dan
Pembuatan resapan air Hasil perhitungan di lampiran 5.