Muhammadiyah Pada Masa kepemimpinan kh.Abdur Razzak fachrudin

MUHAMMAD IV AH P ADA MASA KEPEMIMPINAN
KH. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN
(1969-1990)

SKRIPSI

Oleh:
DIANA SALIM RAHl"1AN
NIM: 102022024360

faャセNts@

ADAH DAN llllMANIORA

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAIa. Terlibat atau tidaknya
Muhammadiyah ke dalam partai politik, itu demi memperjuangkan aspek politik
dari cara muhammadiyah mancapai maksud dan tujuannya, yaitu sebagai
penyaluran aspirasi, pemikiran, serta ide-ide untuk membangun bangsa.
Keterlibatan orang-orang Muhammadiyah dalam partai politik adalah sutau cara
memperjuangkan aspirasi politik tanpa terikat dengan partai politik.

Muhammadiyah

hams

melakukan

politik

kebijakan,

dalam

arti

memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kebikan pemerintah dan
publik yang didasarkan apada paradigma amar ma' ruf nahi munkar.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam bidang politik tidak dijelaskan
dalam AD/ART, karena Muhammadiyah bukanlah organisasi politik melainkan
organisasi masyarakat yang lebih menekankan pada dakwah keagamaan. Namun
demikian Muhammadiyah bisa menampilkan diri menjadi payung semua

kelompok masyarakt, baik atas dasar agama, aliran politik kebijakan, dalam arti
memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kekebijakan pemerintah dan
publik.

BAB III
BIOGRAFI KH. ABDUL RAZZAQ FACHRUDDIN

A. Latar Belakang Keluarga

Kiai Haji Abdur Razzaq Fachruddin adalah pemegang rekor yang paling
lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Sosok
sederhana yang kerap di sapa dengan sebutan Pak AR. Beliau dilahirkan pada
tanggal 14 Februari 1916, di Cilangkap, Purwanggan, Pakualam, Yogyakarta.
Ayahnya bernama KH. Facruddin atau Kiai Imam Puro, seorang Lurah Naib atau
penghulu dari Puro Pakualam yang diangkat oleh Kakek Sri Paduka Paku Alam
VIII, yang berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Ibunya bernama
Maimunnah binti KH. Idris Pakualam atau yang akrab dipanggil Nyai
Fachruddin. 1
A.R. Facruddin dan saudara-saudaranya berjumlah 10 orang, di antaranya
yang telah meninggal dua orang waktu masih kecil. Saudara.A.R. Facruddin

seayah dan seibu di antarannya bernama: (1). \:Vakiyah di Blowong; (2). Umi
Rohmah di Kedungpule, Srandakan; (3). Sukriyah di Bleberan, (4) Abdul Razzaq
Facruddin atau Pak AR; (5) Lukman di Bleberan. Adapun :;audara seayah lain ibu
ialah: (a) Saebani di Bleberan; (b) Mariyah di Bleberan; (c) Ismail di Bleberan. 2

1

Tim Pcnyusuu dan Pencrbit Profil Mul1ammadiyah 2000, Proji/ Muhammadiyah 2000,
Jakarta; Smya Sarana Utama, 2000, Cet.ket-1, h. 25
2
M. Yunan Yusuf, Yusro Rozak dan Sudarnoto Adul Hakim, Ensik!opedi Muhammadiyah,
Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2005, Cet.kct-1, h.103

24

Masa kanak-kanaknya Ia habiskan di Pakualam. Setelah berusia tujuh
tahun Ia bersama orang tuanya pindah ke Purwangan dan disana Ia memasuki
sekolah Standaard School Muhammadiyah. 3 Sejak kecil, Pak AR Facruddin sudah
berkecimpung di Muhammadiyah. Setelah lulus dari bangku Standaard School
(Sekolah Dasar) Muhammadiyah pada tahun 1928, AR kec.il melanjutkan sekolah

ke Muallimin selama dua tahun. Tidak sampai selesai, kar·ena orang tuanya jatuh
pailit. Pak AR pun dipanggil orang tuanya pulang ke desa, dan meneruskan
mengngaji kepada para Kiai di desanya. Pada tahun 1930 ayahnya meninggal di
Bleberan dalam usia 72 tahun. Dan dalam usia 16 tahun, Pak AR menjadi yatim.
Setelah ayahnya meninggal, Pak AR Facruddin kembali ke bangku sekolah, la
belajar di Wustho sampai tahun 1932 kemudian diteruskan ke M11a!limi11 hingga
tahun 1935. 4 Sejak di bangku sekolah, Pak AR sudah dikenal pandai berpidato.
Pada tahun 1937, ketika Pak AR sedang liburan Ramadhan di Yogyakarta.
Pak AR dijodohkan oleh ibunya Nyai Facruddin, dengan Siti Komariyah putri
pamannya Kiai Abu Amar. Pada tanggal 28 Ramadhan 1337 Hijriyyah atau 1
Desember 1937 Masehi, Pak AR melangsungkan pemikahan dengan Siti
Komariyah. Pada waktu itu Siti Komariyah masih perlu meneruskan belajamya,
maka ia pun belum diajaknya ke Ulak Paceh, Sekayu, Palembang. Baru pada

3
Tim Pcnyusun Ensiklopcdi Indoncsi, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ictiar Barn Van Hocvc,
1997,h. 326
1
• Hery Sucipto dan Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dah/an hingga
A. Syafii Maarif: AR Facruddin Jalan Terjal Dakwah Kultural, Jakarta: Grafindo, 2005, Cet.ket-I, h.


180

25

tahun 1940 bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah ke-29 di Yogyakarta
Siti Komariyah diajak ke Pelembang.
Pada tahun 1943 lahirlah putri pertamanya di Muara Maranjat, yang
bernama Wasilah. Anak yang pertama itulah Pak AR mendapat pertolongan dari
Ayuk Nyai H. Robbah Aisyiyah Talang Balai, Tanjung Raja, Ogan Ilir. Ketika
Wasilah berumur tiga belas tahun, Pak AR sekeluarga kembali ke Kulonprogo
Yogyakarta bersama-sama dengan guru Abdul Fatah Djasingan. Wasilah menikah
dengan Ors. H Sutrisno Muhdam, dan mereka dikaruniai tiga orang putra.
Pada tahun 1945, masih dalam zaman pendudukan Balatentara Jepang,
Pak AR bertugas sebagai Azacho di Kelurahan Banaran. Saat itu, lahirlah putra
kedua yang diberi nama Syukri. Nama ini adalah perwujudan rasa syukurnya
kepada Allah karena sudah kembali ke Y ogyakarta dan sebagai peringatan adanya
tentara dan pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam PUTRA (EMPAT
SERANGKAI) dan Pembela Tanah Air. Di kemudian hari Syukri menikah
dengan Dra. Khalifah binti H. Khozin asal Jember, Jawa Timur dan mereka

dikaruniai lima orang putra.
Pasca kemerdekaan tahun 1947, Pak AR masih tinggal di Bleberan,
lahirlah putrinya yang ketiga, yang bernama Siti Zahanah. Di kemudian hari ia
menikah dengan Sadikin dan dikaruniai tiga orang Putra. Ketika Pak AR di
Bleberan dan sudah menjabat sebagai Penghulu Kabupaten Kulonprogo, pada
tanggal 28 Desembar 1949 lahirlah putra yang keempat, diberi nama Lutfi
Pumomo. Di kemudian hari menikah dengan Barkah Setiyawati dan memiliki dua

26

orang putra. Pada tahun 1952, ketika sudah bertempat tinggal di GM 1 atau 260
B 1 di Kauman, Yogyakarta, yang merupakan rumah sewa.an, lahirlah putra yang
kelima, yang bernama Farchan. Di kemudian hari ia menikah dengan Dra. Budi
Hartati dan di karuniai empat orang putra.

5

Pada tahun 1955, lahirlah putra yang keenam, yang bernama Fauzi. Di
kemudian hari ia menikah dengan Uun Ilmiyati dan karuniai dua orang putri. Dua
tahun kemudian tetapnya pada tahun 1957 lahirlah putra yang ketujuh, yang

bernama Siti Wasthiyah. Di kemudian hari ia menikah dengan Agus Purwantoro,
dan dikaruniai dua orang putra.
Rumah tangganya tampak harmonis dan Islami. Shalat berjamaah selalu
dianjurkan dalam keluarga. Dalam mengamalkan tuntunan agama Islam, Pak AR
mengajak putra-putrinya melakukan puasa sunnah Senin dan Kamis. Pak AR
sangat memperhatikan pendidikan putra-putrinya dan mela1:ih anak-anaknya untuk
bertanggung jawab. Karena itu, sejak kecil mereka dibiasakan membantu
pekerjaan di rumah. Di samping itu, putra-purinya dididik agar tidak menjadi
orang yang gumunan (meresa heran). Mengingat gajinya terbatas dan tidak
mencukupi untuk hidup sekeluarga, maka Ibu AR berjualan yang telah
dilakukannya sejak kecil. 6
Ketika Pak AR di Palembang, Ia bekerja swasta dan pasca kemerdekaan Ia
menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu, walaupun dalam segi perekonomian

5
6

Yunan, (dkk.,), Ensik/opedi Muhammad(yah, h. 105
Ibid, h. 105


27

serba terbatas, akan tapi putra-putrinya berhasil menyelesaikan studinya. Dalam
ha! memilih pendidikan dan jodoh, Pak AR memberi kebebasan menurut pilihan
mereka sendiri-sendiri. Pak AR menganjurkan agar memilih pendidikan sesuai
dengan bakat dan minat masing-masing. Kebebasan semacam itu juga diserahkan
dalam memilih jodoh. Pak AR menyadari bahwa hidup berumah tangga hams ada
keharmonisan dan keserasian antara suami dan istri. 7
Pengabdian Pak AR bukan saja di Iingkungan Muhammadiyah, tetapi juga
di pemerintahan dan perguruan tinggi. Sedangkan di Muhammadiyah, dimulai
sebagai pimpinan Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1939-1941. Beliau
menjadi p1mpman mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga menjadi
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah
·'
MLセ@

dipegangnya pada tahun 1968 setelah di fail accompli menggantikan Faqih
Usmat, yang meninggal. Dalam sidang Tanwir di Ponorogo Jawa Timur tahun
1969,


Pak

AR

dikukuhkan

menjadi

ketua

denitif sampai

Muktamar

Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan tahun 1971. Dan
mulai saat itu Pak AR terpilih terns pada tiga mukhtamar lbrikutnya untuk periode
1971-1974, 1974-1978, 1978-1985. 8 Hampir seperempa.t abad beliau menjadi
orang paling atas di Muhammadiyah, sebelum digantikan oleh Almarhum KH.

7


Ibid., h. 106
Nur Acluuad dan Prarnono U. Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah
Indonesia yang Berubah. Jakarta: Gramedia, 2000, h.203
8

28

Azhar Basyir ( setelah tidak lagi bersedia dicalonkan dalam Muktamar
Muhammadiyah 1990) 9
Beliau dikenal masyarakat sebagai orang besar yang rendah hati, bersikap
ngemong, ahli dakwah, penulis, pejuang (anggota pasukan Hizbu!Iah Yon 39 di
bawah pimpinan H. Dawam Razi), mubalig.
Ulama karismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi ketua
Pimpinan Muhammadiyah pada Muktamar ke-42 di Yogyakarta, walaupun masih
diharapkan banyak orang, karena kearifan dan keteladanannya dalam memimpin
Muhammadiyah. Dan beliau pun berharap ada alih generasi yang sehat dalam
Muhammadiyah. 10
Kesehatan Pak AR semakin menurun sejak Agustus 1988. saat. beliau
dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Y ogyakarta karena stroke, beliau

pun pernah berobatke Rumah Sakit Lins of Wales, Sidney, Australia pada 12
Desember 1989 karena sakit vertigo. Pada tahun 1995 Pak AR kembali sakit.
Ketika Pak AR menjalani perawatan intensif di Rumah Saklt Islam (RSI) Jakarta
dalam kondisi tidak stabil. Pak AR wafat hari Jum'at pada tanggal 17 Maret 1995
atau bertepatan dengan 15 Syawal 1415 Hijriyyah di Rumah Sakit Islam Jakarta
pada jam 08. l 0 wib, dalam usia 79 tahun, yang meninggalkan tujuh putra - putri.
Beliau berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan di komplek pemakaman
Karangkajen Yogyakarta.
9

Sucipto dan Rmnly, Tadjid Afuhammadiyah: AR Facruddin Jo/an Terjal Dakwah Kultural,

h.180
10

Aclunad dan Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah Indonesia, h.203

29

B. Latar Balakang Pendidikan
Dari kecil Pak AR sudah berkecimpung di Muhammadiyah. Pada usia
tujuh tahun yaitu pada tahun 1923, A.R. memasuki sekolah formal di Standaard

School Muhammadiyah Bausasran, Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Setelah
ayahnya tidak menjadi penghulu dan usaha dagang batiknya juga jatuh, maka Ia
pulang ke desanya di Bleberan, Kelurahan Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten
Kulonprogo. Karena keinginannya menuntut ilmu, maka pada tahun 1925 Ia
pindah ke sekolah Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan,
Kotagede, Yogyakarta. Ketika duduk di kelas tiga, Ia tinggal bersama keluarga
kakak perempuannya. I I
Pada tahun 1928, A.R. Fachruddin menamatkan Standaard School
Muhammadiyah Prenggan yang dipimpim oleh M. Djayadisantra. Sekarang
sekolah ini terletak di sebelah Utara Masjid Perak Kotagede, Yogyakarta.
Kemudian Ia melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Setelah dua tahun belajar di Madrasah Muallimin, ayahnya memanggilnya untuk
pulang ke Bleberan. Di tanah kelahirannya Bleberan, Ia belajar mengaji kepada
beberapa Kiai di sana, seperti ayahnya sendiri KH. Fachruddin, KH. Abdullah
Rosad dan KH. Abu Amar. Adapun kitab-kitab yang di pelajarinya antara lain;

11

hUp:f/ww\y.M.!ill!lffi\lladiyah.Abdul. Razak Fachruddin.ir.cod

30

Matan Tagrib, Syarah Tagrib, Qatrul Ghaits, Jurumiyah dan lain-lain. Sedangkan
pada malam hari setiap ba'da Magrib kurang lebih jam 21.00, Ia belajar di

Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.
Dua tahun setelah ayahnya meninggal dunia, yaitu pada tahun 1932, AR
belajar di Madarasah Dami Ulum Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur yang
menjadi Kepala Sekolah adalah H.Dawam Razi, seorang alumni Madrasah
Mu'allimin Muhammadiyah dan berhasil tamat pada tahun 1935. Kemudian AR
melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tablig School (Madrasah Muballigin)
Muhammadiyah kelas tiga di Kampung Suronatan, Yogyakarta. Belajarnya dari
pukul 19.00 sampai dengan pukul 22.00. 12 Sejak di bangku sekolah, AR sudah
dikenal pandai berpidato.
Dengan bekal pendidikan tersebut, pada tahun 1935 Pak AR dikirim oleh

Hoojd Bestuur Muhammadiyah (pada periode KH. Hisyam) ke Muhammadiyah
Cabang Talangbalai (sekarang dikenal dengan Ogan Komering Ilir, Palembang,
Sumatera Selatan) untuk mengembangkan gerakan daklvah Muhammadiyah. Di
sana, Ia mendirikan Sekolah Wustha Mu 'allimin Muhammadiyah setingkat SMP.
Pada tahun 1938, Ia pindah ke Cabang Muhammadiyah Kulak Pajek, Sekayu,
Musi Ilir (sekarang dikenal dengan Kabupaten Muba, Musi Banyu Asin), juga
untuk mengembangkan gerakan dakwahnya di Muhammadiyah. Tiga tahun
kemudian, pada tahun 1941, Ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong,
12

Yusuf Yunan (dkk.,), Ensiklopedi Muhammadiyah, h.103

31

Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandese Inlandevs School) Muhammadiyah
yang setingkat dengan SD. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu
pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajamya
ditutup.

Kemudian

Abdur

Razaq

dipindahkan

menga3ar

di

Sekolah

Muhammadiyah Muara Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan
sampai tahun 1944. Sampai akhimya Ia kembali ke Yogyakarta. 13
Berdasarkan uraian di atas sekitar kehidupannya maupun dalam perjalanan
studinya, maka terlihatlah kalau Pak AR sejak kecilnya sudah berkecimpung
dalam Muhammadiyah dan merupakan seorang yang arif bijaksana dan
keteladanan baik dari segi keilmuan keisalamannya maupun dari segi yang
lainnya.
Kualitasnya sebagai seorang Muhammadiyah dinyatakan secara langsung
oleh keluarga Muhammadiyah maupun yang lainnya. Meskipun Pak AR tidak
bergelar Sarjana, akan tetapi tingkat ilmu keislamannya tidak kalah dengan yang
bergelar sarjana. Apalagi dalam memberikan materi ceramah dalam pengajiannya
berbobot dan bermutu. Adapun kelebihan dalam pendekatannya baik dengan umat
sebagai obyek dakwah maupun dalam pendekatannya dengan birokrasi
pemerintah sebagai kelancaran berdakwah sangat memikat.
Pak AR dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, beliau juga dikenal
sebagai penulis yang produktif Karya

ditulisnya banyak dibukukan untuk

dijadikan pedoman hidup anggota Muhammadiyah clan dalam beragama.Disini
13

AR. Facruddin, http://www.Mnhannnadiyah.ir.cod

32

akan dipaparkan bukti-bukti yang otentik akan kearifan dan kebijakan dalam
ilmunya, yang ditandai dengan karya-karyanya, diantaranya adalah :
( 1) U11tuk Masuk Anggota Muhammadiyah;

(2) Mendirikan Ranting;
(3) Jamaah Anggota Muhammadiyah;
(4) Pedomann Bapak atau Jbu Jamaah;
(5) Pedoman Khitan;

(6) Pedoman Perkawinan;
(7) Pedoman Bagi ca/on Penga11ti11 Putra da11 Putri;
(8) Kewajiba11 Suami Jstri;
(9) Pedoman Sha/at;

(10) Pedoman Sesudah Sha/at;
(11) Pedoman Sha/at Nawqfil;
(12) Pedoman Ti/car Sembahyang;

(13) Pedoma11 Menasehati !stri dan Anak;

(l4)Mengatur Rumah Secara Modern;

(15) Pedoman Bera