Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja Di Dkm Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah - Jakarta Selatan

(1)

i

KEGIATAN KEAGAMAAN REMAJA

DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR

SRENGSENG SAWAH - JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Oleh :

Oleh :

BANDAR ROBI ATTAMIMI NIM : 107053000411

MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014 M / 1435 H


(2)

REMAJA DI DKM MASJID BAITUL MAKMUR SRENGSENG SAWAH-JAKARTA SELATAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada 5 juni 2014. Skripsi telah di terima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Manajemen Dakwah.

Jakarta,5 Juni 2014 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Cecep Castrawijaya, MADrs.Sugiharto,MA

NIP. 19670818 1998031002 NIP. 1966008061996031001

Anggota,

Penguji I Penguji II

.Drs.Cecep Castrawidaja,MA .Drs.Muhammad Sungaidi,MA

NIP. 196708181998031002 NIP. 19600803199731006

Pembimbing

H.Mulkanasir,BA,S.pd,MM NIP 195501011983021001


(3)

i Bandar Robi Attamimi

107053000411

Mengajak ke jalan Allah adalah wajib hukumnya, keberhasilan ajakannya mencerminkan prospek pengembangan Islam dimasa mendatang. Sebab maju

mundurnya agama terletak di tangan – tangan remaja. Hal ini terbukti dari kemalasan

kemalasan para pemuda dalam menuntut ilmu agama serta malas dalam mengikuti kegiatan kegiatan keagamaan.

Disinilah perlunya sebuah strategi dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, Agar pengelolaan dan pergerakan dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.

Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis, selalu bergerak, berubah dan berkembang. Di sinilah peran DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.

Dalam hal perumusan masalah, penulis meneliti bagaimana Strategi DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif, yang teknik pengumpulan datanya diambil berdasarkan hasil survei atau observasi, dokumentasi dan wawancara langsung dengan pihak terkait sebagai subjek penelitian adalah DKM Masjid Baitul Makmur dan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

Sebagai hasil penelitian, maka formulasi strategi pengembangan kegiatan keagaman yang dilakukan dkm masjid baitul makmur sebagai berikut : Melalui Pembinaan Remaja Melalui Masjid, Meningkatkan Kuantitas dan Kualitas Anggota

Remaja Masjid, Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir (DKM) dan Remaja

Masjid, Memelihara Sikap dan Perilaku Aktivis Remaja Masjid, dan Mengembangkan Jenis-Jenis Aktivitas Remaja Masjid.


(4)

ii pengembangan kegiatan keagamaan remaja.


(5)

iii

Alhamdulillah merupakan kalimat yang paling pantas diucapkan ketika penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya hingga akhir zaman.

Penulis telah mencurahkan segenap kemampuan dalam menyelesaikan skripsi ini, dengan waktu yang begitu lama, walaupun demikian tentu masih terlalu jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan milik Allah SWT semata.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Penulisan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil tanpa melibatkan banyak pihak. Untuk itu, penulisan skripsi ini saya dedikasikan kepada allahyarhamu ibunda tercinta Muznah Husain Attamimi yang telah membesarkan serta mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga ajal menyemputnya,”Maa...ampuni dosa kami semua, maa....doakan kami dunia dan akhirat, sedari kecil sehingga dewasa kau menyayang dan sering memanja, menanam iman menyemaikan taqwa mengajak kami muliakan agama, belaianmu masih ku terasa...ya Allah tempatkan ia di syurga.”

Tak lupa untuk ayahanda tercinta Robi Muhammad Attamimi yang telah susah payah mengasuh serta mendidik penulis hingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan.

Adik adikku yang penuh cinta dan sabar mendukung dan membantu perjuanganku serta menjadi motivasi terbaik dalam hidup penulis, disaat penulis


(6)

iv

Tak lupa penulis berterima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan. Suparto, M.Ed, MA selaku Wakil

Dekan I ,Dr.Jamroni,M.Si selaku Wakil Dekan II ,Dr.H.sunandar,MA selaku wakil Dekan III

2. Bapak Drs. Cecep Castra Wijaya, MA dan bapak Drs. H. Mulkanasir, BA,Spd,

MM. selaku ketua dan sekertaris jurusan Manajemen dakwah, yang telah memberikan kesempatan dalam berkonsultasi dan mengarahkan penulis dalam perkuliahan.

3. Bapak Drs.H. Mulkanasir, BA,Spd,MM. selaku pembimbing, yang telah banyak

menyisihkan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan pengarahan dan bmbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan dan para pengelola Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta

Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan riset, dan meluangkan waktu untuk wawancara, pengumpulan data penelitian yang penulis butuhkan.

5. Teman teman di jurusan Manajemen Dakwah Angkatan 2007 yang telah menjadi

motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teman-teman L‟sensi, MU dan MM yang telah memberikan dorongan semangat

serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak saudaraku.


(7)

v fikiran dengan penulis. Syukran katsiran.

Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tak mungkin dapat penulis ungkapkan satu persatu, penulis hanya bisa menghaturkan banyak terima kasih dan berdoa, semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin.

Jakarta, 3 Rajab 1435 H Mei 2014 M


(8)

vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar lsi ... iii

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

Bab II Tinjauan Teoritis ... 9

A. Strategi ... 1.pengertian Strategi secara umum... 2.Langkah-Langkah Strategi ... 13

3.Perumusan Strategi ... 13

4.Impelentasi Strategi ... 14

5.Evaluasi Strategi ... 15

B. Definisi Pengembangan ... 16

Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 17

C. Pengertian dan Fungsi Masjid ... 18

1. Pengertian Masjid ... 18

2. Fungsi Masjid ... 21

Fungsi dan Peranan DKM ... 26


(9)

vii

2. Tujuan Kegiatan Keagamaan ... 32

Bab III Gambaran Umum Masjid Baitul Makmur ... 34

A. Sejarah Berdirinya Masjid Baitul Makmur ... 34

B. Visi dan Misi Masjid Baitul Makmur ... 36

C. Struktur Organisasi Masjid Baitul Makmur ... 36

D. Program Kegiatan Masjid Baitul Makmur ... 43

F. Sarana dan Prasarana Masjid Baitul Makmur ... 45

Bab lV Hasil Temuan dan Analisis ... 47

Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja Di DKM Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta ... 47

1. Penetapan Rumusan Visi dan Misi... 47

2. Melakukan Analisis Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja ... 48

3. Perumusan Pengembangan Kegiatan Keagamaan Terhadap Remaja ... 50

4. Implementasi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Terhadap Remaja ... 55

5. Evalusi Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 59

Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63

Daftar Pustaka ... 64


(10)

viii

B. Agenda Kegiatan DKM Masjid Baitul Makmur ... 72


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat bagi kaum muslimin di seluruh pelosok dunia. Seperti yang diketahui bahwa eksistensi masjid mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi agama Islam baik dalam upaya membentuk nilai-nilai pribadi maupun masyarakat yang bernafaskan

Islam. Fungsi masjid yang utama adalah tempat untuk sholat secara berjama‟ah.

Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah

shallallahu „alaihi wa sallam tentang shalat berjama‟ah merupakan perintah yang

benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin.

Untuk bisa mengoptimalkan fungsi masjid secara utuh, maka masjid harus

difungsikan sebaik mungkin dalam penggunaannya. Masjid adalah tempat ibadah

kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Masjid merupakan tempat disemaikannya berbagai nilai kebaikan dan kemaslahatan umat. Baik yang berdimensi ukhrawi maupun duniawi semuanya bisa berjalan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid. Namun dalam kenyataannya, fungsi masjid yang berdimensi duniawiyah


(12)

kurang memiliki peran yang maksimal dalam pembangunan umat dan peradaban Islam1.

Sejarah membuktikan masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, pendidikan militer dan

fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya2. Sebagaimana makna atau kata dari masjid itu

sendiri yaitu tempat sujud, masjid selain tempat ibadah dapat pula difungsikan sebagai tempat kegiatan masyarakat Islam, baik yang berkenaan dengan sosial,

ekonomi sosial budaya serta sosial politik3.

Di zaman Rasulullah SAW, masjid mempunyai fungsi sebagai tempat peribadatan, pusat kegiatan masyarakat dan berkebudayaan. Dari masjid itulah Rasulullah SAW melaksanakan bimbingan Islam dan pembinaan terhadap

masyarakat. Allah berfirman dalam Al-Qur‟an surat at-Taubah ayat 18 :

Artinya: “Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang yang

beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk”

1 Muhammad Zen, dkk. Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi, Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2007, hal. 253-254

2 Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur’an , Bandung : Mizan, 1998, hal. 462


(13)

Masjid dan kegiatan keagamaan Islam keduanya sangat erat sekali, faktor yang sulit dipisahkan satu sama lain, hubungannya saling mengisi diantaranya. Dengan demikian, masjid yang didirikan harus berperan sebagai tempat, media maupun wadah untuk kegiatan keagamaan Islam. Oleh karenanya kegiatan keagamaan Islam dipandang sebagai suatu yang penting untuk kegiatan meningkatkan syiar Islam di dalam kehidupan beragama dalam masyarakat melalui kegiatan-kegiatan keagamaan di dalam suatu tempat yang disebut masjid.

Menurut pandangan penulis, kiranya disinilah perlunya sebuah strategi dalam penyelenggaraan kegiatan keagamaan, agar pengelolaan dan pergerakan dalam proses kegiatan keagamaan berlangsung efektif dan efisien.

Fenomena dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan para remaja sekitar masjid realitanya menunjukan bahwa remaja tersebut belum optimal dalam menunjukan eksistensinya sebagai remaja yang gemar akan kegiatan kegiatan di masjid. Fenomena diatas terjadi karena adanya perubahan, bukan proses yang terjadi secara tiba tiba. Ada banyak faktor baik alamiah maupun sosial, tentu semuanya berkaitan dengan sifat manusia sebagai agen perubahan yang dinamis, selalu bergerak, berubah dan berkembang. Disinilah peran DKM Masjid dalam mengembangkan kegiatan keagamaan untuk para remaja.

Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan perlu adanya strategi yang dilakukan DKM untuk menarik minat remaja masjid untuk ikut berbondong-bondong melakukan beraneka ragam kegiatan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan masjid tersebut.


(14)

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penilitian dengan judul “Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan

Remaja di DKM di Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka sebenarnya masih banyak kegitan kemasjidan yang penting untuk dikaji, namun penulis membatasi masalah yang akan dikaji dan diteliti yaitu meneliti tentang strategi pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diekplorasikan dalam penulisan skripsi ini adalah: Bagaimana Strategi DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang telah di rumuskan tersebut, maka ada beberapa tujuan yang hendak akan dicapai dalam penulisan skripsi ini antara lain :


(15)

a. Mengenal lebih dekat strategi yang diterapkan DKM Masjid Baitul Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan serta program-program yang ada dalam masjid untuk para remaja khususnya remaja sekitar masjid.

b. Mengetahui dampak dari strategi yang digunakan DKM Masjid Baitul

Makmur dalam pengembangan kegiatan keagamaan terhadap remaja di Srengseng sawah.

2. Manfaat penelitian

a. Manfaat akademisi

1) Memberikan kontribusi bagi pengembangan keilmuan tentang

strategi masjid dalam pengembangan kegiatan keagamaan.

2) Menambah khazanah keilmuan manajemen dakwah khususnya dan

umumnya para mahasiswa fakultas ilmu dakwah komunikasi.

3) Menambah wawasan bagi penulis dalam rangka

mengimplementasikan Strategi Kepengurusan Masjid.

b. Manfaat praktis

Sebagai media untuk mempromosikan dan mensosialisasikan Masjid Baitul Makmur kepada kalayak masyarakat luas.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dilihat dari aspek metodologinya, maka penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif penulis memilihnya dengan alasan bahwa penelitian lapangan ini bertujuan untuk


(16)

mendapatkan informasi atau data secara langsung dari objek penelitian yang tidak bisa lepas dari latar belakang alamiahnya. Pemilihan metode ini didasarkan pula atas pandangan bahwa perumusan gagasan ini bagi kemungkinan aplikasi pengembangan dari strategi dalam mengembangan kegiatan keagamaan.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah DKM Masjid Baitul Makmur Jakarta Selatan. Sedangkan objek Penelitian ini adalah Strategi pengembangan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh DKM Masjid Baitul Makmur untuk para remaja di Srengseng Sawah Jakarta Selatan.

3. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Tempat penulis melakukan penelitian di Masjid Raya Baitul Makmur Jl.Srengseng Sawah No 83 Jagakarsa Jakarta Selatan 12640. Sedangkan waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2014 sampai dengan Mei 2014.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat beberapa metode pengumpulan data, diantaranya yaitu:

a. Metode dokumentasi : Dokumentasi yaitu menelaah buku serta karya tulis

lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b. Metode observasi : Observasi yaitu mengadakan pengamatan langsung ke


(17)

c. Metode wawancara : Wawancara yaitu penulis mengumpulkan data melalui wawancara dan dibantu dengan alat perekam agar materi wawancara dapat direkam secara utuh dan lengkap.

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan data deskriptif analisis, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari pengamatan kemudian menganalisisnya dengan berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis, kemudian menyimpulkannya.

6. Pedoman Penulisan

Dari teknik penelitian skripsi ini, penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis Disertasi” CEQDA yang diterbitkan oleh tim penyusun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan suatu penelitian dalam penyusunan skripsi ini, perlu penulis kemukakan tinjauan pustaka sebagai langkah awal agar terhindar dari kesamaan penelitian dengan skripsi sebelumnya. Berikut adalah skripsi-skripsi tersebut :

1. Oleh Agung Rahardian dengan judul “Manajemen Strategi Dakwah Yayasan

Al Sofwa Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Islam” mahasiswa

tersebut meneliti tentang bagaimana manajemen strategi yang dilakukan oleh suatu lembaga atau Yayasan Al Sofwa, menganalisa lingkungan yayasan Al


(18)

Sofwa, serta penerapan strategi dakwah Yayasan Al Sofwa dan Evaluasi Strategi Dakwah yang kesemuanya itu merupakan proses menejemen strategi dakwah.

2. Selanjutnya oleh Lutfi Saefulah dengan judul “Manajemen Masjid Ibnu Sina

Pamulang Dalam Pengembangan Kegiatan Dakwah Pada Anak Usia Dini”.

Apabila dilihat dari judulnya sama-sama meneliti tentang pengembangan kegiatan, tapi mahasiswa tersebut membahas tentang Manajemen Masjid Ibnu Sina Pamulang, bukan pada strategi mengembangkan kegiatan keagamaan.

3. Selanjutnya oleh Ukhuwah Islamiyah Sayidi dengan judul skripsi

“Manajemen Masjid Raya Pondok Indah Dalam Pengembangan Dakwah dan

Pembinaan Umat.” Membahas tentang manajemen Masjid Raya Pondok Indah untuk mengembangkan dakwah dan pembinaan umat.

Adapun Penelitian yang dilakukan penulis bahasannyanya berbeda dengan peneliti-peneliti sebelumnya sama sama meneliti masjid. Perbedaannya dengan penulis adalah lebih menitikberatkan pada sisi Strategi DKM dalam mengembangkan kegiatan keagamaan bukan sisi manajemennya.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodeologi penelitian, dan sistematika penulisan.


(19)

Tentang strategi Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan kegiatan keagamaan yang terdiri dari pengertian strategi, unsur-unsur strategi dan fungsi manajemen, pengertian dan fungsi masjid, pengertian dakwah dan bagaimana adab berdakwah, serta ruang lingkup kegiatan keagamaan, definisi remaja menurut Islam.

BAB III : GAMBARAN UMUM MASJID BAITUL MAKMUR

JAKARTA

Bab ini berisi tentang sejarah pendirinya Masjid Raya Baitul Makmur, visi dan isi serta motto masjid dan struktur organisasi, program kegiatan masjid serta sarana dan prasarana Masjid Baitul Makmur.

BAB IV : ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN MASJID BAITUL

MAKMUR DALAM PENGEMBANGAN KEGIATAN

KEAGAMAAN REMAJA

Bab ini menganalisis bagaimana strategi yang diterapkan oleh para pengurus DKM Masjid Baitul Makmur dalam mengembangkan kegiatan keagamaan yang ada khususnya pada remaja.

BAB V : PENUTUP

Bab ini merupakan bab penutup dari seluruh uraian penulisan skripsi yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.


(20)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Strategi Secara Umum

Kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu strategos yang berasal dari

kata Stratos yang berarti militer dan Ag yang artinya memimpin. Dan pada

konteks awalnya, strategi diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang

dilakukan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh

dan menenangkan perang.4

Sehingga tidaklah mengherankan bila pada awal perkembangannya istilah strategi digunakan dan populer di lingkungan militer.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kata strategi banyak diadopsi dan diberikan pengertian yang lebih luas sesuai dengan bidang ilmu atau kegiatan yang merangkapkannya. Pengertian strategi tidak lagi terbatas pada konsep atau pun seni seorang jendral dimasa perang, tetapi sudah berkembang pada tanggung jawab seorang pimpinan (manajemen puncak). Menurut penulis, saat ini ada banyak sekali rumusan tentang strategi, akan tetapi dalam rumusan-rumusan yang ada tidaklah merubah pokok-pokok yang terdapat dalam pengertian sebelumnya. Hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya. Pada hakikatnya seorang

4 Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta: Lembaga

Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999, hal. 8


(21)

pimpinan (manajemen puncak) memang terlibat dalam suatu bentuk “peperangan” tertentu.5

Berikut ini pengertian strategi menurut bebeberapa pakar yang diartikan sebagai berikut :

1. Menurut Karl Von Clausewitz “Strategi adalah pengetahuan tentang

penggunaan pertempuran untuk memenangkan peperangan. Sedangkan perang itu sendiri merupakan kelanjutan dari politik”.

2. Menurut A. Halim “Strategi adalah suatu cara dimana organisasi / lembaga

akan mencapai tujuannya, sesuai dengan peluang - peluang dan ancaman - ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi, serta sumber daya dan kemampuan internal”.

3. Menurut Kaplan & Norton “Strategi adalah seperangkat hipotesis dalam

model hubungan cause dan effect, yaitu suatu hubungan yang dapat

diekspresikan melalui kaitan antara pernyataan if-then.”

4. Menurut Stephanie K. Marrus “Strategi didefinisikan sebagai suatu proses

penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.

5. Menurut Hamel & Prahalad (1995) “Strategi merupakan tindakan yang

bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus - menerus, serta


(22)

dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan”.

6. Menurut Sjahfrizal “Strategi adalah cara untuk mencapai tujuan berdasarkan

analisa terhadap faktor internal dan eksternal”.

Dari sudut etimologis (asal kata), penggunaan kata strategi dalam

manajemen suatu organisasi diartikan sebagai “kiat, cara, dan taktik utama

yang dirancang secara sistematik dalam melaksanakan fungsi-fungsi

manajemen yang terarah kepada tujuan strategi organisasi.” 6

Dalam kamus

besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah strategi adalah ”seni atau ilmu

untuk menggunakan sumber daya-sumber daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu”7

Sejarahwan Alferd D. Chandler (1962), sebagimana disebutkan oleh James

AF. Storner, et.al., berpendapat bahwa strategi adalah “Penentuan tujuan dan

sasaran pokok jangka panjang dari suatu usaha, daan pengambilan serangkaian tindakan dan pengalokasian sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan”.8

Dalam salah satu prinsip manajemen istilah strategi pun digunakan sebagai penekanan pada perencanaan yang efektif bagi kelancaran proses manajemen

6 Hadari Nawawi, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang

Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 2000, Cet Ke-1, hal. 147

7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997, hal 199 8 James AF. Storner dan R Edward Freeman, Manajemen, diterjemahkan oleh Wilhelmus W. Bakowatun dan Benyamin


(23)

menyangkut keuangan, operasional dan aspek-aspek sosial perusahan

(perencanaan strategis).9

Dari definisi di atas dapat penulis simpulkan bahwa penggunaan istilah strategi manajemen sebuah organisai dapat diartikan sebagai cara dan kiat yang dirancang dan disiapkan secara sistematis dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi.

Langkah – Langkah Strategi

1. Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi, konseptor harus mempertimbangkan mengenai peluang dan ancaman, serta menetapkan kekuatan dan kelemahan. Perumusan strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan konteks kekuatan, kemudian

mengadakan analisis mengenai kemungkinan kemungkinan serta

memperhitungkan pilihan pilihan dan langkah langkah yang dapat diambil

dalam rangka gerak menuju kepada tujuan itu. 10

Oleh karena itu inilah cara untuk memudahkan dalam merumuskan strategi yang akan ditetapkan.

a. Kekuatan (Strenght)

Kekuatan adalah “sumber daya yang dimiliki oleh organisasi sebagai

model bagi kelanjutan dan perkembangan organisasi.11

b. Kelemahan (Weakness)

9 Ramiler Wertadjaja, et.al., Strategi Pengendalian Administrasi Perusahaan, Bandung : Angkasa, 1991, hal 7 10 Ali Murtopo, Strategi Kebudayaan, hal.18

11 (Fredy Rangkuti, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus, Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997,


(24)

Kelemahan adalah “Keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi

penampilan kinerja organisasi yang memuaskan”12

c. Peluang (Opportunity)

Peluang adalah “Situasi yang menguntungkan dalam lingkup

organisasi memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk meraih

kesempatan terbuka bagi kelangsungan dan kemajuan organisasi”13

d. Ancaman (Thearts)

Ancaman adalah “Kondisi tidak menguntungkan bagi organisasi dan

dapat menghambat terhadap kelanjutan dan kemajuan kegiatan organisasi”

2. Implementasi Strategi

Langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, karena jika tidak maka proses perumusan dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi termasuk pengembangan budaya dalam

mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, mengubah arah, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang masuk. Implementasi strategi sering pula disebut sebagai

12 Sondang P.Siagian, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001 Cet. Ke IV. Hal.173. 13 Freddy Rangkuti,op,cet.h.xiii.


(25)

tindakan dalam strategi, karena implementasi berarti juga memobilisasi untuk mengubah strategi yang telah dirumuskan menjadi tindakan menetapkan tujuan, melengkapi kebijakan, mengalokasi sumber daya dan mengembangkan budaya yang mendukung strategi merupakan usaha yang dilakukan dalam mengimplementasi strategi. Implementasi yang sukses

membutuhkan dukungan disiplin, motivasi serta kerja keras.14

3. Evaluasi strategi

Tahap terakhir dalam sebuah strategi adalah evaluasi strategi. Tiga macam aktivitas mendasar untuk melakukan evaluasi strategi yaitu :

a. Meninjau faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan

faktor-faktor eksternal (berupa peluang dan ancaman) yang menjadi dasar asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan faktor-faktor eksternal seperti tindakan yang dilakukan.perubahan yang ada menjadi satu hambatan dalam pencapaian tujuan begitupula dengan faktor internal yang diantaranya strategi yang tidak efektif atau aktivitas implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

b. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan

kenyataan). Menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi presentasi individual dan penyimak kemajuan yang dibuat ke arah penyampaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan dibukikan, kriteria yang meramalkan hasil


(26)

lebih penting daripada kriteria yang mengungkapkan apa yang telah terjadi.

c. Mengambil tindakan korelatif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai

dengan rencana.dalam mengambil tindakan korelatif tidak harus berarti bahwa strategi yang sudah ada akan ditinggalkan atau bahkan strategi baru harus dirumuskan.

Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan hari ini bukan merupakan jaminan keberhasilan dimasa depan. Evaluasi strategi mungkin berupa tindakan yang kompleks dan peka, karena terlalu banyak penekanan pada evaluasi strategi akan merugikan hasil yang dicapai. Evaluasi strategi sangat penting untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Evaluasi strategi perlu untuk organisasi dari semua kegiatan dengan mempertanyakan dan asumsi manajerial, harus memicu tinjauan dan nilai nilai yang merangsang kreativitas.

B. Definisi Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebituhan pekerjaan/ jabatan melalui pendidikan dan latihan.

Pendidikan meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan, workshop bagi karyawan dapat meningkatkan pengetahuan lebih lagi di luar perusahaan.


(27)

Edwin B. Flippo mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pendidikan adalah berhubungan dengan peningkatan pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh”, sedangkan latihan didefinisikan sebagai berikut : “Latihan adalah merupakan suatu usaha peningkatan pengetahuan dan keahlian seorang karyawan untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu”.

Sedangkan Andrew F. Sikula mendefinisikan pengembangan sebagai berikut : “Pengembangan mengacu pada masalah staf dan personel adalah suatu proses pendidikan jangka panjang menggunakan suatu prosedur yang sistematis dan terorganisasi dengan mana manajer belajar pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan umum”. Sedangkan definisi latihan diungkapkan oleh Andrew F. Sikula yaitu “latihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga karyawan operasional belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”.15

Pengertian Pengembangan Kegiatan Keagamaan

Berbicara mengenai pengembangan kegiatan keagamaan Banyak sekali kegiatan keagamaan yang diselenggarakan oleh DKM masjid-masjid se Indonesia, baik itu yang sifatnya rutin maupun temporer. Kegiatan rutin seperti: jamaah sholat fardhu, kultum, kajian kitan yang diselenggarakan sehabis jamaah sholat Dhuhur, dan pengajian bulanan. Kegiatan temporer, seperti kunjungan dan muhasabah ke berbagai pondok pesantren, peringatan hari besar


(28)

Islam dan kegiatan bulan Ramadhan. Di samping kegiatan yang sifatnya ritual juga diselenggarakan kegiatan sosial terutama untuk masyarakat sekitar, seperti: santunan fakir miskin dn anak yatim dan sunatan massal. Menurut penulis pengembangan kegiatan keagamaan ialah : suatu usaha untuk meningkatkan kinerja daripada kegiatan kegiatan keagamaan yang sudah ada sebelumnya serta terkonsep dan tersusun rapi oleh yang membuat kegiatan.

C. Pengertian Dan Fungsi Masjid

1. Pengertian Masjid

Kebanyakan umat Islam memahami kata masjid sebagai bangunan tempat ibadah umat Islam, tempat sholat dan sebagainya. Pemahaman ini adalah pemahaman umum, walaupun sebenarnya harus dipahami lebih mendalam, definisinya tidak sedangkal itu. Ditinjau dari segi etimologi,

masjid berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata

sajada-sujud-masjad/masjid. Sujud mengandung arti taat, patuh, dan tunduk dengan hormat. Makna-makna ini diekspresikan secara lahiriahnya dalam bentuk meletakkan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki ke bumi. Tempat yang dibangun khusus untuk melakukan sujud seperti ini secara rutinitas disebut masjid. Dalam ilmu tata bahasa Arab atau gramatikal bahasa Arab kata

masjid dinamakan ismu makan, yaitu kata benda yang menunjukkan pada


(29)

sehari-hari bagi umumnya umat Islam, masjid sebagai bangunan tempat

mendirikan shalat bagi umat Islam.16

Sedangkan pengertian masjid secara istilah ialah zikir kepada Allah SWT, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islam. Akan

tetapi, akar kata masjid yaitu sajada, mengandung makna tunduk dan patuh

serta taat, maka hakekat masjid itu adalah tempat melakukan segala macam aktivitas yang mengandung kepatuhan kepada Allah SWT. Dengan kata lain, bahwa masjid itu berarti suatu tempat melakukan segala aktivitas manusia yang mencerminkan nilai-nilai kepatuhan dan ketaatan kepada Allah.

Sejak zaman nabi, masjid selain difungsikan sebagai tempat ibadah, juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan, pusat ilmu pengetahuan serta pusat informasi, pusat pengembangan ekonomi kerakyatan, pusat pengaturan strategi perang, serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya umat secara keseluruhan, pengertian ini menggambarkan bahwa masjid sejak dahulu memiliki peran ganda dalam pengembangan dakwah Islam.

Ditinjau dari segi semiotik, makna suatu masjid dapat dipahami berdasar pada, bentuk, model, dan simbol yang tampak dari masjid itu sendiri. Bentuk dan model fisik bangunan masjid di Indonesia ini banyak terpengaruh dari budaya Timur Tengah, Turki, dan juga tidak lepas dari pengaruh budaya dari adat tradisi daerah setempat tertentu, sehingga bentuk


(30)

dan model bangunan masjid yang ada di Pulau Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan lain-lain berbeda-beda. Namun, yang jelas bahwa bentuk dan model bangunan fisik masjid yang ada di Indonesia ini justru

lebih didorong pada simbol sufistik.17

Hal ini boleh jadi, karena para tokoh yang membangun masjid itu umumnya adalah para sufi dan wali sebagai muballigh yang akan memberikan pencerahan dan penyejukan hati bagi umat Islam. Misalnya saja, di berbagai daerah di Indonesia ini banyak dijumpai bangunan fisik dan material masjid yang berbentuk tiga susun atapnya lalu di atasnya terdapat sebuah kubah kecil yang di tengah-tengah lingkarannya tertancap sebuah menara kecil yang di puncak atasnya terdapat sebuah lambang bulan sabit dan bintang. Bangunan fisik masjid dengan bercirikan model dan bentuk seperti di atas dapat dimaknai sebagai simbol bahwa manusia itu dalam proses persujudan menuju kepada Tuhan.

Masjid sebenarnya adalah sebuah filosofi tempat. Bukan ditekankan pada wujud fisik bangunan. Masjid adalah sebuah tempat bersujud manusia kepada Allah. Sedangkan Masjid juga disebut baitullah atau rumahnya Allah. Maksudnya bukan tempatnya kelompok tertentu. Jadi Sebelum ingin mendefinisikan masjid sebaiknya memahami sifat- sifat Allah dalam Asmaul Husna. Nama Allah adalah Maha Suci, Memiliki semua kebaikan, Arrahman dan Arrahim dan seterusnya. Sehingga karena masjid itu adalah rumahnya Allah maka Sebuah masjid harus bisa mencerminkan sifat-sifat


(31)

Allah. Harus bisa mengayomi, harus bisa memecahkan segala persoalan

bukan malah menciptakan perpecahan dan persoalan.18

Dari pengertian diatas tentang masjid maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian masjid adalah, suatu tempat untuk beribadah, juga tempat bertemunya saudara semuslim, dengan kata lain masjid adalah tempat seseorang untuk melakukan aktifitas baik vertikal

maupun horizontal (habluminallah wa habluminanaas).

2. Fungsi Masjid

Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjama‟ah. Kalau kita perhatikan, shalat berjama‟ah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam tentang shalat berjama‟ah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Abdullah Ibn Mas‟ud r.a. berkata: “Saya melihat semua

kami (para shahabat) menghadiri jama’ah. Tiada yang ketinggalan

menghadiri jama’ah, selain dari orang-orang munafiq yang telah nyata kemunafiqannya, dan sungguhlah sekarang di bawa ke Masjid dipegang lengannya oleh dua orang, seorang sebelah kanan, seorang sebelah kiri, sehingga didirikannya ke dalam shaff.” (HR: Al Jamaah selain Bukhori dan Turmudzi). Ibnu Umar r.a. berkata: “Bersabdalah Rasulullah s.a.w.: “Shalat


(32)

berjama’ah melebihi shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR: Bukhori dan Muslim).

Sebenarnya, inti dari memakmurkan Masjid adalah menegakkan shalat berjama‟ah, yang merupakan salah satu syi‟ar Islam terbesar. Sementara yang lain adalah pengembangannya. Shalat berjama‟ah merupakan indikator utama keberhasilan kita dalam memakmurkan Masjid. Jadi keberhasilan dan kekurang-berhasilan kita dalam memakmurkan Masjid dapat diukur dengan seberapa jauh antusias umat dalam menegakkan shalat berjama‟ah.

Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun Masjid bukanlah hanya tempat untuk melaksanakan shalat saja. Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain dipergunakan untuk shalat, berdzikir dan beri'tikaf, Masjid bisa dipergunakan untuk kepentingan sosial. Misalnya, sebagai tempat belajar dan mengajarkan kebajikan (menuntut ilmu), merawat orang sakit, menyelesaikan hukum li'an dan lain sebagainya. Dalam perjalanan sejarahnya, Masjid telah mengalami perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ ada Masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat da‟wah dan lain sebagainya.

Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna


(33)

mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat.

Utsman Ibn „Affan r.a. berkata: “Rasul s.a.w. bersabda: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Syurga.” (HR. Bukhori & Muslim).

Masjid memiliki fungsi dan peran yang dominan dalam kehidupan umat Islam, beberapa di antaranya fungsi tersebut adalah:

a. Sebagai tempat beribadah

Sesuai dengan namanya Masjid adalah tempat sujud, maka fungsi utamanya adalah sebagai tempat ibadah shalat. Sebagaimana diketahui bahwa makna ibadah di dalam Islam adalah luas menyangkut segala aktivitas kehidupan yang ditujukan untuk memperoleh ridha Allah, maka fungsi Masjid disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas sesuai dengan ajaran Islam.

b. Sebagai tempat menuntut ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar, khususnya

ilmu agama yang merupakan fardhu „ain bagi umat Islam. Disamping

itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di Masjid.

c. Sebagai tempat pembinaan jama‟ah

Dengan adanya umat Islam di sekitarnya, Masjid berperan dalam mengkoordinir mereka guna menyatukan potensi dan kepemimpinan


(34)

umat. Selanjutnya umat yang terkoordinir secara rapi dalam organisasi Ta‟mir Masjid dibina keimanan, ketaqwaan, ukhuwah imaniyah dan da‟wah Islamiyahnya. Sehingga Masjid menjadi basis umat Islam yang kokoh.

d. Sebagai pusat da‟wah dan kebudayaan Islam

Masjid merupakan jantung kehidupan umat Islam yang selalu berdenyut untuk menyebarluaskan da‟wah Islamiyah dan budaya Islami. Di Masjid pula direncanakan, diorganisasi, dikaji, dilaksanakan dan

dikembangkan da‟wah dan kebudayaan Islam yang menyahuti

kebutuhan masyarakat. Karena itu Masjid, berperan sebagai sentra aktivitas da‟wah dan kebudayaan.

e. Sebagai pusat kaderisasi umat

Sebagai tempat pembinaan jama‟ah dan kepemimpinan umat, Masjid memerlukan aktivis yang berjuang menegakkan Islam secara istiqamah dan berkesinambungan. Patah tumbuh hilang berganti. Karena itu pembinaan kader perlu dipersiapkan dan dipusatkan di Masjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa. Di antaranya dengan Taman Pendidikan Al Quraan (TPA), Remaja Masjid maupun Ta‟mir Masjid beserta kegiatannya.

f. Sebagai basis Kebangkitan Umat Islam.

Abad ke-lima belas Hijriyah ini telah dicanangkan umat Islam sebagai abad kebangkitan Islam. Umat Islam yang sekian lama tertidur dan tertinggal dalam percaturan peradaban dunia berusaha untuk bangkit


(35)

dengan berlandaskan nilai-nilai agamanya. Islam dikaji dan ditelaah dari berbagai aspek, baik ideologi, hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial dan lain sebagainya. Setelah itu dicoba untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam kehidupan riil umat. Menafasi kehidupan dunia ini dengan nilai-nilai Islam. Proses Islamisasi dalam segala aspek kehidupan secara arif bijaksana digulirkan.

Pada masa sekarang Masjid semakin perlu untuk difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya serta ditangani dengan organisasi dan manajemen yang baik. Tegasnya, perlu tindakan mengaktualkan fungsi dan peran Masjid dengan memberi warna dan nafas modern. Lokakarya Idarah Masjid yang diselenggarakan di Jakarta oleh KODI DKI pada tanggal 9-10 November 1974 telah merumuskan

pengertian istilah Masjid sebagai berikut: "Masjid ialah tempat untuk

beribadah kepada Allah semata dan sebagai pusat kebudayaan Islam".19

Pemahaman tersebut menunjukkan bahwa Masjid harus bebas dari aktivitas syirik dan harus dibersihkan dari semua kegiatan-kegiatan yang cender ung kepada kemusyrikan. Disamping itu kegiatan-kegiatan sosial yang dijiwai dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam dapat diselenggarakan di dalamnya.

19 Institute Manajemen Masjid Referensi Makalah® Kepustakaan: Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir:


(36)

Pengertian Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan Islam telah memberi warna tersendiri bagi umat Islam modern. Tidaklah mengherankan bila suatu saat, insya Allah, kita jumpai Masjid yang telah dikelola dengan baik, terawat kebersihan, kesehatan dan keindahannya. Terorganisir dengan manajemen yang baik serta memiliki tempat-tempat pelayanan sosial seperti, poliklinik, Taman

Pendidikan Al Qur‟an, sekolah, madrasah diniyah, majelis ta'lim dan

lain sebagainya.

Fungsi dan Peranan DKM

Untuk merealisasikan fungsi dan peran Masjid diperlukan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan manajemen. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.

Dewan Keluarga Masjid, atau Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), merupakan organisasi yang dikelola oleh jemaah muslim dalam melangsungkan aktivitas di masjid. Setiap masjid yang terkelola dengan baik memiliki DKM dengan strukturnya masing-masing. Secara umum, pembagian kerjanya terbagi


(37)

menjadi tiga yaitu Bidang „Idarah (administrasi manajemen masjid), Bidang „Imarah (aktivitas memakmurkan masjid) dan Bidang Ri‟ayah (pemeliharaan fisik masjid).

Di masa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam, selain digunakan sebagai tempat shalat berjama‟ah, Masjid juga memiliki fungsi sosial-budaya. Bagi umat Islam mengaktualkan kembali fungsi Masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan adalah merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul; yang semakin terasa diperlukan di era globalisasi dengan segenap kemajuannya. Reaktualisasi fungsi dan peran Masjid adalah salah satu jawaban untuk meraih kembali kejayaan umat Islam.

Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya berarti kita telah menempatkan Masjid pada posisinya dalam masyarakat Islam. Masjid menjadi pusat kehidupan umat. Artinya umat Islam menjadikan Masjid sebagai pusat aktivitas jama‟ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Pada gilirannya, insya Allah, membawa umat pada keadaan yang lebih baik dan lebih Islami.Untuk merealisasikan fungsi dan peran masjid diperlukan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang mampu mengadopsi prinsip-prinsip organisasi dan management modern. Sehingga aktivitas yang diselenggarakan dapat menyahuti kebutuhan umat serta berlangsung secara efektif dan efisien. Kebutuhan akan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional semakin tidak bisa ditawar lagi mengingat kompleksitas


(38)

kehidupan umat manusia yang semakin canggih akibat proses globalisasi, kemudahan transportasi, kecepatan informasi dan kemajuan teknologi.

Organisasi Dewan Kemakmuran Masjid secara kuantitas sudah banyak, namun sebagian besar kinerjanya masih sangat memprihatinkan. Hal ini terlihat dengan kurang profesionalnya Pengurus maupun minimnya aktivitas

yang diselenggarakan. Banyak faktor yang mempengaruhi kurang

profesionalnya kebanyakan Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid, di antara yang penting adalah minimnya pengetahuan dan kemampuan berorganisasi mereka. Bahkan, ada di antara mereka yang belum mengenal apa itu ilmu organisasi dan manajemen. Sehingga menimbulkan budaya organisasi yang kurang sehat dan dinamis.

Untuk itu, umat Islam perlu menata organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang sudah ada, terutama sistim organisasi dan manajemennya. Merubah budaya organisasi bukan hal yang mudah karena akan menghadapi banyak kendala.

Adanya kendala bukan berarti kita harus menyerah, tetapi justru dituntut untuk lebih serius dalam membawa perubahan positif. Bila perubahan ini berhasil, insya Allah, kita akan menyaksikan organisasi Dewan Kemakmuran Masjid yang profesional. Mereka mampu mengelola aktivitas kemasjidan secara baik dan bisa saling bekerja sama.


(39)

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

1. Pengertian Remaja Menurut Islam

Remaja adalah seseorang yang sudah baligh yang sudah mengalami tanda-tanda akan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa (mimpi basah) kira-kira sekitar usia 15 tahun keatas. Atau dengan kata lain yaitu seseorang yang sudah mengalami mimpi basah dan sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, baik luar dan dalam, akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja juga bisa dikatakan sebagai masa yang berada di antara kanak-kanak dan masa dewasa yang matang, yaitu masa dimana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi ia juga tidak tampak sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita.

2. Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

Pendidikan agama Islam dapat digunakan sebagai terapi terhadap

kenakalan remaja, karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al

mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi al-sudur dan bimbingan agama seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat berpengaruh untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk Selain itu nilai-nilai akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka baik sadar maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di larang agama, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung


(40)

mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada sesuatu yang bersifat hakiki.

Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah karena masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus benar-benar memastikan bahwa teman anak kita adalah teman yang baik dan bukan teman yang menjerumuskan. Oleh karena itu lingkungan yang agamis dirasa perlu. Juga hadis-hadis nabi yang sering di sampaikan di dalam rumah tidak hanya di sekolah akan semakin memperkuat keyakinan anak tersebut untuk bekata tidak pada obat-obatan, karena anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat perhatian terhadapnya.

Jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju kedewasaan maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam keadaan peralihan, disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami kegoncangan, daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang. Emosinya semakin berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang demikian nampak dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Remaja mulai menemukan penhalaman dan penghayatan ke-Tuhanan yang bersifat individual dan sukar digambarkan kepada orang lain.

Islam telah mengatur perilaku remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku


(41)

tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, dan berdoa kepada yang mulanya hanya meniru tingkah laku orang tuanya atau karena diperintahkan kepadanya, lambat laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan. Ia

betul-betul mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan–Nya dalam

menghadapi berbagai kesukaran yang timbul dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan. Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yank di perkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Sedangkan kejahatan terbesar adalah durhaka kepada Allah dan mendustai agama. Akhirnya si anak berusaha menyesuaikan dirinya dengan

ajaran dan kehendak Tuhan.20

Dasar dan Tujuan Kegiatan Keagamaan

1. Dasar Kegiatan Keagamaan

Sebagai seorang muslim tentu menyadari sepenuhnya bahwa setiap apa yang dikerjakan haruslah disesuaikan dengan Al Qur‟an dan Al Hadits. Begitu pula dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, segala tindakan perlu kiranya didasari kedua pedoman pokok umat Islam tersebut. dengan kata lain segala tindakan, tingkah laku dan perbuatan hendaknya bersesuaian dengan

pedoman umat Islam yakni Al Qur‟an dan Al Hadits. Dengan bersandarnya

kita kepada kedua pedoman pokok tersebut, maka akan membawa yang


(42)

bersangkutan (yang dalam hal ini pelaku kegiatan keagamaan tersebut) ke arah keteguhan dan keyakinan serta kenikmatan hidup yang sesungguhnya ini karena kedua pedoman tersebut membimbing pelaku aktivitas ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Al Qur‟an merupakan landasan yang utama dan terutama, ajaran yang terkandung dalam Al Qur‟an mencakup segala demensi kehidupan masyarakat. Sedangkan Al Hadits merupakan sumber kedua. Hadits di sini

sebagai pelaksana dari hubungan-hubungan yang terkandung dalam Al Qur‟an

yang berisikan petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup umat agar menjadi manusia seutuhnya.

2. Tujuan kegiatan Keagamaan

Tujuan adalah pedoman atau arah yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan kegiatan tanpa tujuan diibaratkan membuat rumah tanpa pondasi, seperti bunga tanpa tangkainya. Dengan tujuan yang diolah dengan sadar dan terencana maka dalam pelaksanaannya hendaknya dilaksanakan melalui fase demi fase, tahap demi tahap agar kegiatan keagamaan dapat lebih terarah dalam mencapai tujuan yang dikehendaki. Rumusan tentang tujuan kegiatan biasanya mencakup nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yang merupakan cuta-cita bersama. Pada hakekatnya nilai tersebut merupakan suatu satu kesatuan yang bulat atau merupakan satu sistem nilai ke mana kegiatan itu akan diarahkan.

Jelasnya yang dikehendaki dari tujuan kegiatan keagamaan ini ialah adanya keselarasan hubungan antara manusia dengan penciptanya (Allah),


(43)

sehingga akan menimbulkan rasa keimanan yang dihayati secara sungguh-sungguh yang pada akhirnya membawa dirinya sendiri hidup tenteram di bawah ridha-Nya. Kemudian setelah adanya hubungan dengan Allah SWT. manusia sebagai makhluk sosial membina hubungan sosialnya dengan alam (ciptaan Allah) yang lain, saling menjaga dan membina hubungan Islamiyah dengan yang lainnya.

Jadi tujuan akhir kegiatan keagamaan ialah membentuk yang melakukan kegiatan tersebut untuk selalu beriman dan mengamalkan segala perbuatan yang ma‟ruf yakni dengan menjaga keselarasan hubungan antara dirinya dengan Allah dan berkeseimbangan hubungan dengan sesamanya serta alam sekitarnya. Tujuan ini bersesuaian dengan tujuan kegiatan keagamaan

remaja Masjid Baitul Makmur.21


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASJID RAYA BAITUL MAKMUR

A. Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baitul Makmur

Masjid Raya Baitul Makmur berdiri pada tahun 1963, awalnya masjid tersebut dibangun di lingkungkan keluarga keturunan betawi, masjid tersebut dipindahkan 500 meter dari tempat yang sekarang atas prakasa ketiga orang yang bernama H. Amat (alm), H. Amit (alm), dan H. Miat (alm) dengan alasan bahwa masjid yang tidak terawat dan hampir ambruk di makan usia. Konon masjid tersebut asalnya musholla di zaman Belanda yang didirikan oleh Bapak Jaya dan masyarakat sekitarnya, kemudian musholla didirikan pada zaman belanda dengan tujuan untuk masyarakat muslim agar dapat beribadah, membahas strategi perang, serta mencerdaskan umat Islam pada masa itu. Setelah mengalami perubahan pada tahun 1963 banguan tersebut dipindahkan dan dibangun di halaman H. Miat di atas tanah seluas 100 meter, bangunan tersebut dari batu merah berdinding bambu dan diberi nama Masjid Al Falah

dengan artian Kejayaan Islam yang lahir ditanah betawi pada masa itu.22

Bersamaan dengan dibangunnya Masjid Al Falah, saat itupun dibangun pula tempat pendidikan dengan maksud untuk melengkapi tempat ibadah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mencerdaskan umat Islam, baik yang berada di lingkungan sekitar maupun di lingkungan lainnya, sebagai pelengkap

22

H. Andi Amri, Anggota Bidang Dakwah,Wawancara Pribadi. Jakarta 24 Maret 2014


(45)

madrasah ibtidaiyah yang bernama Al Hidayah dengan kepala madrasah H.M Toies Aminudin dan berkembang cukup menggembirakan pada masa-masa itu sampai tahun 1974. Pada tahun 1970 masjid kembali bergeser kearah barat dan dibangun secara permanen dari batu bata diatas lahan 1000 meter atas tanah wakaf dari H. Miat bin H. Buang namun bangunan ini sampai tahun 1979 tidak selesai. Pada tahun itu pula Madrasah Hidayah dipisahkan dari masjid

Al-Falah dan dikelola dengan baik oleh keluarga H. Amit.23

Pada tahun 1979 masjid ini di bangun oleh PEMDA DKI (Daerah Khusus Ibukota) yang pada waktu itu gurbernurnya dijabat oleh Tyokropranolo. Beliau sekaligus meresmikan bangunan tersebut, dan nama masjid yang sebelumnya Al-Falah berubah nama menjadi masjid Baitul Makmur. Terpilihlah ustad H. Ahmad Suhaimi sebagai ketua DKM pertama masjid Baitul Makmur. Pada tanggal 27 Mei 1997 H.Ahmad Suhaimi meninggal dunia, kemudian ketua DKM dipegang oleh H.A. Rochmat. S melalui rapat umum DKM.

Pada tanggal 20 Agustus 2002 masjid di bongkar total dengan material yang masih bisa digunakan, dihibahkan kepada masjid lain yang membutuhkan. Sebulan setelah pembongkaran dan penugasan masjid dibangun kembali oleh

PEMDA DKI diatas tanah 2140 m2 , pembangunan ini selesai pada desember

2004, diatas kesepakatan jamaah masjid berubah nama menjadi Masjid Raya

Baitul Makmur.24

23Ibid 24Ibid


(46)

Pada tanggal 2 Januari 2005, H.A. Rachmat S. meninggal dunia dan jabatan ketua DKM yang sebelumnya dipegang olehnya digantikan oleh adik beliau.

Status tanah adalah (1000 m2) berupa wakaf dari H.Miat bin H.Buang dan

selebihnya berupa hasil pembebasan dari H.A. Rachmat bin H.Miat.

Demikian sejarah keberadaan Masjid Raya Baitul Makmur dari tahun 1963 sampai sekarang yang letaknya berada di kawasan strategis dan berkembang pesat dengan tumbuhnya perumahan menengah atas, dekat dengan dengan sarana pusat rekreasi Perkampungan Budaya Betawi (Setu Babakan). Dengan didirikannya Masjid Raya Baitul Makmur ini diharapkan menjadikan umat Islam lebih maju dan berkembang.

B. Visi Dan Misi

Kehadiran dari Masjid Baitul Makmur di tengah masyarakat dimaksudkan untuk :

1. Sarana dan prasarana ibadah masyarakat Srengseng Sawah dan sekitarnya

2. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan, serta akhlak karimah.

3. Meningkatkan silaturahim.

4. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota jamaah.

5. Menigkatkan sosial, budaya, dan peradaban serta sebagai sarana pembinaan

ummat.

C. Struktur Organisasi Masjid Raya Baitul Makmur

1. Struktur organisasi

Struktur organisasi masjid adalah susunan unit-unit kerja yang saling berhubungan satu sama lainnya. Masing-masing unit mempunyai fungsi yang


(47)

berbeda, tetapi dihubungkan dengan garis koordinasi. Adanya koordinasi inilah yang menyebabkan antar unit kerja menjadi satu kesatuan.

Setiap organisasi harus dijalankan secara professional dengan menerapkan ilmu manajemen. Dalam ilmu manajemen dikenal adanya struktur organisasi. Struktur organisasi adalah suatu bagan yang bertujuan membagi tugas dalam berbagai pusat kegiatan atau melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan dalam organisasi. Struktur organisasi akan menggambarkan fungsi masing-masing bagian batas wewenang yang dimilikinya, luas tanggung jawab yang harus dipikulnya, hubungannya dengan bagian lain, atasannya dan bawahannya.

Struktur organisasi masjid dapat disederhanakan atau dikembangakan sesuai dengan program dan tujuan dari sebuah masjid yang mungkin berbeda antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya. Tergantung juga karena mekanisme kerja organisasi masjid tersebut.

2. Job Description

Masjid sebagai pusat kegiatan umat Islam membutuhkan sebuah manajemen modern agar benar-benar bisa berfungsi secara optimal. Setelah bersepakat mengelola masjid harus menggunakan manajemen modern, maka tugas takmir/pengurus masjidlah yang kemudian berperan besar. Tanpa adanya takmir tentu semua tidak akan berjalan, karena dialah yang akan menjalankan seluruh program itu. Maka menjadi kebutuhan dari takmir masjid untuk membuat struktur organisasi masjid guna mengatur pembagian tugas.


(48)

Setiap masjid haruslah mempunyai organisasi yang bagus didalamnya. Sehingga masjid tersebut mempunyai peranan dimasyarakat setempat. Didalam organisasi masjid tersebut haruslah dikelola dengan manajemen yang baik dalam manajemen modern. Manajemn inilah yang akan membagi organisasi masjid dalam strutur organisasi.

Dalam membuat strutur organisasi masjid bukanlah hal yang sembarangan. Harus juga memikirkian apa fungsi dari setiap struktur organisai masjid yang telah dibagi dalam departemen-departemen. Sehingga setiap struktur mempunyai tugasnya masing-masing dengan begini organisasi dalam masjid akan tertata dengan baik dan mempunyai peran dalam

masyarakat.25

Struktur organisasi Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah terdiri

dari: Dewan kehormatan, dewan syariah, dewan pertimbangan, badan

pengurus harian, serta bidang fungsionalis.

Adapun tugas-tugas di dalam struktur tersebut ialah:

1. Dewan Kehormatan

a. Mengevaluasi kinerja pengurus DKM Masjid Baitul Makmur.

b. Mengevaluasi program program kerja masing masing bidang

fungsional Masjid Baitul Makmur.

2 Dewan Syariah

a. Menumbuhkembangkan nilai nilai syariah Islam kepada para pengurus.


(49)

b. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan para pengurus untuk membentuk organisasi ini.

d. Badan Pengurus

a. Ketua Umum :

1) Memimpin dan mengorganisasikan kegiatan masjid dalam

melaksanakan tugasnya.

2) Mewakili organisasi dengan baik kedalam atau keluar.

3) Mengawasi pelaksanaan program kerja.

4) Menandatangani surat-surat penting.

5) Memimpin evaluasi atas pelaksanaan program kerja.

6) Membuat laporan pertanggung jawaban (LPJ) dari program-program

kerja yang telah dilakukan diakhir pengurusan.

b. Wakil Ketua Umum :

1) Mewakili ketua apabila berhalangan.

2) Membantu ketua dalam menjalankan program kerja.

3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

tugas-tugasnya pada ketua.

c. Sekretaris

1) Mewakili ketua dan wakil ketua apabila berhalangan.

2) Bertanggung jawab terhadap segala bentuk administrasi masjid.

3) Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan


(50)

d. Bendahara

1) Mengelola keuangan masjid.

2) Merencanakan sumber dana masjid

3) Menerima, menyimpan, dan membukukan keuangan.

4) Mengeluarkan uang sesuai kebutuhan.

5) Menyimpan tanda bukti penerima dan pengeluaran

6) Membuat laporan rutin dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan

tugas- tugasnya pada ketua.

e. Bidang Dakwah

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan dakwah, meliputi :

1) Membuat jadwal kajian kajian keagamaan

2) Membuat jadwal pembicara pada setiap kajian

3) Membuat jadwal imam, khatib, muazin dan bilal shalat jumat

4) Mengkoordinir kegiatan remaja masjid, ibu-ibu dan anak-anak

5) Membuat program program kegiatan keagamaan yang berhubungan

dengan dakwah.

6) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dakwah.

7) Mengkoordinir shalat jumat26

f. Bidang Pengembangan dan Pembangunan Masjid

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemeliharaan masjid yang meliputi :

1) Membuat program rehabilitasi dan pembangunan masjid


(51)

2) Membuat rencana anggaran

3) Melaksanakan program pembangunan dan rehabilitasi masjid

4) Mengatur kebersihan, keindahan dan kenyamanan masjid

5) Mendata segala kerusakan sarana dan pra sarana masjid

g. Bidang Pendidikan

Merencanakan, mengatur dan melaksanakan kegiatan pendidikan, meliputi :

1) Membuat jadwal TPA dan TK

2) Membuat draft kompetensi guru TPA dan TK pada setiap kajian

3) Mengumumkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

pendidikan.

h. Bidang Sosial

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Program Kerja sosial dan kesejahteraan ummat. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

yang bersifat sosial atau kemasyarakatan.

2) Membantu jama'ah dalam mengurusi atau menanggulangi musibah

dan kematian.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada


(52)

i. Bidang Pembinaan Remaja

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam Program Kerja Pembinaan Remaja Masjid. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur, membina dan menyelenggarakan organisasi

Remaja Masjid.

2) Menyelenggarakan kegiatan peningkatan keimanan, keilmuan,

keterampilan dan kemasjidan bagi anggota dan Pengurus Remaja Masjid.

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Ketua DKM.

j. Bidang PHBI

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Peringatan Hari Besar Islam. Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:

1) Merencanakan, mengatur dan menyelenggarakan kegiatan yang

mengambil momentum hari-hari besar Islam.

2) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Ketua DKM

k. Bidang Pemberdayaan Perempuan

Membantu Ketua DKM, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program dakwah dan pembinaan khusus ibu-ibu (perempuan). Melaksanakan kegiatan organisasi antara lain:


(53)

2) Mengatur pelaksanaan pengajian ibu-ibu (perempuan)

3) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas kepada

Ketua DKM.27

D. Program Kegiatan Masjid Baitul Makmur

Program kegiatan ialah susunan kegiatan yang telah digambarkan masa yang akan datang dari pelaksanaan kegiatan yang dilangsungkan saat ini, dalam hal ini adalah kegiatan program kegiatan keagamaan. Proyeksi ini, terkait dengan visi para pengurus DKM khususnya dan harapan warga secara umum. Harapan warga tentang remaja Islam di lingkungannya, agar dapat mengikuti program program yang telah dibuat oleh DKM. program semestinya bisa disuarakan melalui Dewan Syura, yang kemudian dirumuskan menjadi visi DKM..

Tujuan dari program kegiatan keagamaan yang dibuat DKM Masjid Baitul Makmur adalah : mengenalkan lingkungan masjid kepada para remaja, mempererat tali silaturahmi antar remaja dengan warga sekitar, menjalin kedekatan untuk mencintai Islam secara keseluruhan, mengasah serta menyalurkan kreatifitas para remaja dengan hal hal keagamaan yang sangat positif, menumbuhkan jiwa sosial remaja serta menanam ajaran islam serta sebagai sarana promosi kegiatan masjid.

Beberapa tips mengenai bagaimana menjadikan program kegiatan berjalan dengan efektif.

1) Memiliki Gambar Besar.


(54)

Milikilah gambar besar bagaimana pola yang akan kita selenggarakan. Dengan gambar besar itu, setidaknya kita mengetahui kemana arah yang hendak kita tuju dalam pelaksanaannya. Seandainya terjadi penyimpangan atau modifikasi di lapangan, kita dapat menilainya apakah masih sesuai dengan gambar besar atau tidak.

2) Buat program jangka pendek.

Buat rencana-rencana jangka pendek (mingguan/bulanan) mengenai kegiatan yang akan kita laksanakan bersama. Buat rencana belajar apa dan bagaimana cara belajarnya sehingga kita tahu apa yang harus kita siapkan. Program mingguan ini dapat membantu kita menilai efektifitas proses yang sudah kita jalani.

3) Jadwalkan Kegiatan Harian.

Dalam perencanaan, buatlah jadwal harian sehingga anak-anak kita dapat mengisi hari-harinya dengan efektif. Jadwal ini juga berguna untuk membantu anak-anak mengetahui ekspektasi yang diharapkan dari proses belajarnya.

4) Lakukan semua dengan kesepakatan.

Lakukan semua perencanaan ini bersama-sama. Dengan kesepakatan bersama akan meningkat rasa kepemilikan dan tanggung-jawabnya. Jika program dan jadwal itu berangkat dari minat dan inisiatif anak, rasa keterlibatan itu akan jauh lebih besar lagi.

5) Evaluasi.

Setelah membuat rencana dan melaksanakannya, jangan lupa melakukan evaluasi efektifitas kegiatan yang sudah kita laksanakan.


(55)

6) Porto folio.

Dokumentasikan proses dan karya-karya yang lahir selama proses pembelajaran. Dokumentasi itu dapat berupa dokumentasi karya, atau berupa

foto kegiatan dan jurnal aktifitas.28

D. Sarana Dan Prasarana Masjid Baitul Makmur

Masjid Baitul Makmur memiliki sarana dan prasarana dalam rangka memakmurkan masjid untuk para jamaah,

1. Majelis Ta‟lim & Ikatan Remaja Masjid

Majlis taklim yang ada di Masjid Baitul Makmur, Alhamdulillah sampai

sekarang ini masih berjalan dengan rutin setiap malam rabu mulai Ba‟da

maghrib s/d Selesai. Pada ta‟lim ini selain membaca al-qur‟an secara bersama

-sama dihadirkan juga pemater-pemateri yang masih pengurus Masjid Baitul Makmur.

2. Unit Pemberdayaan Perempuan

Unit pemberdayaan perempuan yang terdapat di masjid baitul makmur di khususkan kepada ummahat ibu-ibu serta remaja putri dengan berbagai kegiatan, salah satunya pengajian rutin yang diadakan sabtu pagi s/d selesai.

3. Ikatan Remaja masjid

Ikatan remaja masjid sebagai wadah atau sarana untuk mengumpulkan remaja yang aktif dalam kegiatan kegiatan dakwah disediakan di dalam masjid. Organisasi ini beranggotakan para remaja sekitar yang gemar memakmurkkan


(56)

masjid. Remaja masjid sangat berperan aktif dalam membantu kegiatan fungsional daripada DKM masjid.

4. Unit pelayanan kesehatan

Unit pelayanan kesehatan ini ada di dalam masjid untuk para jamaah meliputi klinik gratis untuk warga tidak mampu khususnya warga sekitar Masjid Baitul Makmur yang butuh pertolongan pertama.

5. Ruang Serba Guna

Ruang serbaguna diperuntukan untuk warga yang mengadakan kegiatan kegiatan keagamaan serta di sewakan juga untuk kepentingan umum seperti resepsi pernikahan.

6. Perlengkapan Pengurusan Jenazah

Perlengkapan pengurusan jenazah sudah disiapkan di dalam masjid, di peruntukan untuk warga sekitar masjid.

7. Ambulans

Ambulans merupakan hadiah dari suku dinas Pemprov Dki Jakarta sebagai sarana menunjang daripada unit kesehatan atau klinik yang ada di dalam Masjid Baitul Makmur.


(57)

BAB IV

Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja di DKM Masjid Baitul Makmur Srengseng Sawah Jakarta Selatan

Untuk dapat menetapkan Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan yang tepat dalam upaya pencapaian tujuan, Visi dan Misi DKM Masjid Baitul Makmur, maka DKM Masjid Baitul Makmur melakukan analisis yang akurat terhadap kondisi Remaja yang melakukan kegiatan keagamaan.Hasil analisis ini akan dapat memudahkan dalam meluruskan Strategi yang akan di tetapkan. A.Perumusan Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Terhadap Remaja

Masjid sebagai pusat pembinaan umat, mengandung pengertian bahwa pembinaan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan meliputi material dan spiritual, sehingga terbentuklah profil umat Islam yang kaffah. Remaja merupakan kelompok yang sangat potensial untuk dibina karena remaja merupakan generasi harapan, baik bagi dirinya keluarga masyarakat dan agama. Tidaklah mudah menjadi seorang remaja yang dapat berperan aktif dalam berbagai kegiatan kegiatan keagamaan di masjid, banyak dari mereka yang merasa kegiatan kegiatan keagamaan tidak memberikan sesuatu yang berarti dalam diri mereka, pola fikir seperti ini yang harus kita ubah.


(58)

Dampak dakwah dari kegiatan keagamaan untuk para remaja adalah

memberikan pengaruh serta pengembangan diri yang bermanfaat.29

Berdasarkan visi misi,tujuan dengan menggunakan SWOT,maka formulasi strategi pengembangan kegiatan keagaman yang dilakukan dkm masjid baitul makmur sebagai berikut :

1. Melalui Pembinaan Remaja Melalui Masjid

Pembinaan remaja dalam Islam bertujuan agar remaja tersebut menjadi anak yang shalih; yaitu anak yang baik, beriman, berilmu, berketerampilan dan berakhlak mulia. Anak yang shalih adalah dambaan setiap orangtua muslim yang taat. Sabda Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam: Apabila anak Adam mati, maka semua amalnya terputus, kecuali tiga: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih yang mendoakannya. (HR. Muslim).

Untuk membina remaja bisa dilakukan dengan berbagai cara dan penyiapan sarana, salah satunya melalui pembinaan Remaja Masjid. Yaitu suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan Masjid sebagai pusat aktivitas. Remaja Masjid merupakan salah satu alternatif pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi ini, mereka memperoleh lingkungan yang islami serta dapat mengembangkan kreatitivitas.


(59)

Remaja Masjid membina para anggotanya agar beriman, berilmu dan beramal shalih dalam rangka mengabdi kepada Allah subhanahu wa ta‟ala untuk mencapai keridhaan-Nya.

2. Meningkatkan Kuantitas Dan Kualitas Anggota Remaja Masjid

Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan memerlukan perjuangan yang sungguh-sungguh dengan memanfaatkan segenap sumber daya dan kemampuan. Dalam perjuangan dibutuhkan kesabaran tanpa batas, hanya bentuknya saja yang mengalami perubahan.

Perjuangan yang dilakukan Remaja Masjid adalah dalam kerangka da‟wah

islamiyah, yaitu perjuangan untuk menyeru umat manusia kepada kebenaran yang datangnya dari Allah subhanahu wa ta‟ala. Ada pertarungan antara yang haq dengan yang bathil. Dimana telah diketahui bahwa kebenaran, insya Allah, akan mampu mengalahkan kebathilan. Namun perlu diingat, bahwa di dunia ini kebathilan yang terorganisir juga memiliki peluang untuk dapat mengalahkan kebenaran yang tidak terorganisir. Karena itu, dalam perjuangan melawan kebathilan perlu persiapan yang sungguh-sungguh dan tertata dengan rapi, seperti

bunyanun marshush.30 Untuk membentuk bangunan yang tersusun kokoh (bunyanun marshush), diperlukan organisasi dan manajemen yang tangguh serta didukung sumber daya manusia (SDM) yang mencukupi dan

berkualitas. Perekrutan (recruitment) dan kaderisasi anggota sangat

diperlukaan oleh Remaja Masjid dalam meningkatkan kuantitas dan


(60)

kualitas anggotanya. Hal ini dilakukan untuk menjamin kelangsungan aktivitas dan misi organisasi dalam menda'wahkan Islam. Bertambahnya anggota akan menambah semangat dan tenaga baru, sedang tersedianya kader-kader yang berkualitas akan mendukung suksesnya estafet kepemimpinan organisasi. Remaja muslim adalah unsur utama organisasi Remaja Masjid Keberadaan dan keterlibatan mereka dalam organisasi dapat dibedakan sebagai kader, aktivis, partisipan dan simpatisan. Pengurus perlu meningkatkan kuantitas dengan melakukan:

1) Melakukan pendaftaran (regristerasi) anggota.

2) Mendaftar remaja muslim warga baru.

3) Melakukan penyadaran kepada remaja muslim yang belum menjadi

anggota, agar mereka mau bergabung dalam wadah bersama.

3. Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir (Dkm) Dan Remaja Masjid

Ta‟mir Masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan Masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan remaja muslim di sekitar Masjid. Pengurus Ta‟mir Masjid harus berupaya untuk membentuk Ramaja Masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja muslim. Dengan adanya Remaja Masjid tugas pembinaan remaja muslim akan menjadi

lebih ringan. Pengurus Ta‟mir Masjid, melalui Bidang Pembinaan Remaja

Masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada Remaja Masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan


(61)

nilai-nilai Islam. Remaja Masjid merupakan anak organisasi (underbouw)

Ta‟mir Masjid atau DKM.

4. Memelihara Sikap Dan Perilaku Aktivis Remaja Masjid

Sebagai generasi muda muslim pewaris Masjid, aktivis Remaja Masjid seharusnya mencerminkan muslim yang memiliki keterikatan dengan tempat beribadah umat Islam tersebut. Sikap dan perilakunya islami, sopan-santun dan menunjukkan budi pekerti yang mulia (akhlaqul karimah). Pemikiran, langkah dan tindak-tanduknya dinafasi oleh nilai-nilai Islam. Mereka berkarya dan berjuang untuk menegakkan kalimat Allah dalam rangka beribadah mencari keridlaan-Nya. Allah subhanahu wa ta‟ala menjadi tujuannya, dan Rasulullah menjadi contoh tauladan dan sekaligus idolanya. Gerak dan aktivitasnya berada dalam siklus: beriman, berilmu, beramal shalih dan ber‟amar ma‟ruf nahi munkar, menuju kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

5. Mengembangkan Jenis-Jenis Aktivitas Remaja Masjid

Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa Remaja Masjid adalah organisasi yang menghimpun remaja muslim yang aktif datang dan beribadah shalat berjama‟ah di Masjid. Karena keterikatannya dengan Masjid, maka peran utamanya tidak lain adalah memakmurkan Masjid. Ini berarti, kegiatan yang berorientasi pada Masjid selalu menjadi program utama. Di dalam melaksanakan perannya, Remaja Masjid meletakkan prioritas pada pengembangan kegiatan-kegiatan peningkatan keislaman, keilmuan dan keterampilan anggotanya.


(62)

Adapun jenis-jenis aktivitas Remaja Masjid adalah:

1) Berpartisipasi dalam memakmurkan Masjid.

2) Melakukan pembinaan remaja muslim.

3) Menyelenggarakan proses kaderisasi umat.

4) Memberi dukungan pada penyelenggaraan aktivitas Ta‟mir Masjid.

5) Melaksanakan aktivitas da‟wah dan sosial.

Semakin banyaknya kegiatan keagamaan yang di ikuti oleh para remaja akan berdampak baik bagi kehidupan remaja tersebut, para remaja dapat meningkatkan kreatifitas dalam hal pengembangan dakwah dan akan lebih berwawasan luas tentang kegiatan kegiatan keagamaan atau dakwah yang dijalaninya serta dapat menyalurkan aspirasi generasi muda islam yang ada dalam diri remaja tersebut guna meningkatkan kualitas potensi diri.

B. Implementasi Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Terhadap Remaja di DKM Masjid Baitul Makmur

Dalam pelaksanaan strategi, DKM Masjid Baitul Makmur dapat ditinjau melalui strategi fungsional di tiap-tiap bidang fungsional yang terdapat dalam struktur DKM Masjid Baitul Makmur. Dalam strategi ini DKM Masjid Baitul Makmur merumuskan program program jangka pendek serta menengah untuk diterjemahkan dari strategi induk yang berjangka panjang.

1. Pembinaan remaja melalui masjid

Pembinaan dilakukan dengan menyusun aneka program yang selanjunya ditindaklanjuti dengan berbagai aktivitas. Remaja Masjid yang telah mapan biasanya mampu bekerja secara terstruktur dan terencana. Mereka


(63)

menyusun Program Kerja periodik dan melakukan berbagai aktivitas yang berorientasi pada: keislaman, kemasjidan, keremajaan, keterampilan dan keilmuan. Mereka juga melakukan pembidangan kerja berdasarkan kebutuhan organisasi, agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. Beberapa bidang kerja dibentuk untuk mewadahi fungsi-fungsi organisasi yang disesuaikan dengan Program Kerja dan aktivitas yang akan diselenggarakan, di antaranya:

a) Administrasi dan Kesekretariatan.

b) Keuangan.

c) Pembinaan Anggota.

d) Perpustakaan dan Informasi.

e) Kesejahteraan Umat.

f) Kewanitaan.

2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas remaja masjid

Peningkatan kualitas yang dilakukan adalah untuk meningkatkan keimanan, keilmuan dan amal shalih mereka. Hal itu dilakukan dengan melakukan proses kaderisasi yang dilakukan secara serius, sistimatis dan berkelanjutan, melalui jalur: pelatihaan, kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas . Dalam proses perkaderan dilakukan upaya-upaya penanaman nilai-nilai, akhlaq, intelektualitas, profesionalisme, moralitas dan integritas Islam. Sehingga diperoleh kader ideal Remaja Masjid yang memiliki profil : remaja muslim yang beriman, berilmu dan berakhlaq mulia yang


(1)

program kerja DKM Masjid Baitul Makmur termasuk pengembangan kegiatan keagamaan untuk remaja.32

Dari penjelasan mengenai Strategi Pengembangan Kegiatan Keagamaan Remaja, DKM Masjid Baitul Makmur dapat diketahui bahwa DKM Masjid Baitul Makmur telah menjalankan strategi dakwah yang baik dan matang terhadap pengembangan kegiatan keagamaan remaja.


(2)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KEGIATAN KEAGAMAAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari baba bab sebelumnya, serta hasil analisis terhadap data, maka penulis temukan dalam penelitian dan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Strategi pertama yang harus dilakukan Dkm Masjid Baitul Makmur terhadap remaja adalah dengan merumuskan visi dan misi yang sesuai dengan tujuan dan harapan DKM Masjid Baitul Makmur yang diperoleh dari analisis kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman.

2. Implementasi terhadap strategi sebuah kegiatan keagamaan oleh DKM Masjid Baitul Makmur atau DKM-DKM masjid lainnya dalam rangka mengembangkan kegiatan keagamaan terhadap remaja dengan cara Pembinaan remaja melalui masjid, Meningkatkan kualitas dan kuantitas remaja masjid, Melakukan Intensitas Hubungan Antara Ta‟mir (DKM) Dan Remaja Masjid serta Memelihara Sikap Dan prilaku aktivis remaja masjid, dan mengenali apa saja jenis jenis kegiatan keagamaan yang perlu dikembangkan.


(3)

memiliki wawasan luas dan yang terpenting adalah memiliki tanggung jawab dan komitmen yang tinggi terhadap perkembangan proses kegiatan keagamaan.

B. Saran-saran

1. Dalam pengelolaan masjid menurut pandangan penulis diperlukan pengembangan dalam hal pemahaman masjid, dimana masjid diartikan sebagai tempat ibadah saja, banyak kegiatan yang bisa kita lakukan di masjid. 2. Untuk lebih meningkatkan efektifitas progam program kegiatan keagamaan di

masjid hendaknya masjid dapat bekerja sama dengan beberapa lembaga lembaga dakwah bahkan dengan pemerintah daerah.

Pentingnya peran lembaga lembaga tersebut diharapkan dapat mengatasi problematika yang terjadi ditengah tengah remaja yang sulit dibendung . 3. Dakwah Islam sangatlah luas, termasuk dalam kegiatan kegiatan keagamaan

yang diprogram oleh dkm terhadap para remaja haruslah berjalan dengan efektin dan efesien, serta harus adanya persatuan dan kesamaan visi dan misi antara para pengurus DKM dan tokoh masyarakat setempat sehingga dapat menyebarkan ajaran islam ditengah tengah remaja.

4. Kegiatan kegiatan tersebut haruslah berkembang di tengah kehidupan masyarakat maupun remaja agar dapat menarik minat remaja untuk mengikuti kegiatan kegiatan keagamaan tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟anul Karim

Alfred R David, Manajemen Strategi Konsep, Jakarta; Prenhalindo, 2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1997.

Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual, Cet.I; Jakarta: Gema Insani Press, 1998.

Ghazalba Sidi, Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakarta : Pustaka Al Husna, 1989.

Hari Setiawan Purnomo dan Zulkieflimansyah, Manajemen Strategi Sebuah Konsep

Pengantar, Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi UI, 1999.

Institute Manajemen Masjid Referensi Makalah® Kepustakaan: Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: Grafiti Press, 1990. Murtopo Ali, Strategi Kebudayaan.

Nawawi Hadari, Manajemen Statejik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan

dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan, Yogyakarta : Gajahmada University

Press, 2000.

P. Siagian Sondang, Manajemen Stratejik, Jakarta : Bumi Aksara, 2001.

Rangkuti Fredy, Andris SWOT; Tekhnik Membedah Kamus Bismus, Jakarta : Gramedia, Pustaka Utama, 1997.


(5)

Zen Muhammad, Dakwah “Jurnal Kajian Dakwah dan Komunikasi”, Jakarta:

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi-pengembangan. Http://Putra-Parry.Blogspot.Com, Rabu 04 Januari 2014.


(6)