Pengertian dan Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

D. Pengertian dan Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam

1. Pengertian Remaja Menurut Islam Remaja adalah seseorang yang sudah baligh yang sudah mengalami tanda-tanda akan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa mimpi basah kira-kira sekitar usia 15 tahun keatas. Atau dengan kata lain yaitu seseorang yang sudah mengalami mimpi basah dan sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang terjadi pada tubuh remaja, baik luar dan dalam, akan membawa akibat yang tidak sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja juga bisa dikatakan sebagai masa yang berada di antara kanak-kanak dan masa dewasa yang matang, yaitu masa dimana individu tampak bukan anak-anak lagi, tapi ia juga tidak tampak sebagai orang dewasa yang matang, baik pria maupun wanita. 2. Ruang Lingkup Remaja Menurut Islam Pendidikan agama Islam dapat digunakan sebagai terapi terhadap kenakalan remaja, karena sifat ajaran Islam universal adalah shiroth al mustaqim, hudan wa rohmah, syifaun lima fi al-sudur dan bimbingan agama seperti ajaran moral yang diajarkan kepada mereka akan sangat berpengaruh untuk mencegah mereka dari perbuatan yang buruk Selain itu nilai-nilai akhlak yang ditanamkan sejak kecil akan mencegah mereka baik sadar maupun tidak sadar untuk cenderung menjauhi hal-hal yang di larang agama, karena pada dasarnya manusia diciptakan dengan fitrah yang cenderung mencintai kebaikan dan kebenaran. Oleh karena itu dengan pengetahuan agama kita bisa mempertajam fitrah kita dan mengarahkan kita kepada sesuatu yang bersifat hakiki. Kebanyakan penyimpangan yang dilakukan oleh remaja adalah karena masalah sosialisasi anak terkait dengan teman sebayanya. Oleh karena itu kita sebagai orang tua harus benar-benar memastikan bahwa teman anak kita adalah teman yang baik dan bukan teman yang menjerumuskan. Oleh karena itu lingkungan yang agamis dirasa perlu. Juga hadis-hadis nabi yang sering di sampaikan di dalam rumah tidak hanya di sekolah akan semakin memperkuat keyakinan anak tersebut untuk bekata tidak pada obat-obatan, karena anak akan merasa bahwa orang tuanya sangat perhatian terhadapnya. Jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju kedewasaan maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam keadaan peralihan, disamping keadaan jiwanya yang labil dan mengalami kegoncangan, daya pemikiran abstrak, logik dan kritik mulai berkembang. Emosinya semakin berkembang, motivasinya mulai otonom dan tidak dikendalikan oleh dorongan biologis semata. Keadaan jiwa remaja yang demikian nampak dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik batin. Remaja mulai menemukan penhalaman dan penghayatan ke-Tuhanan yang bersifat individual dan sukar digambarkan kepada orang lain. Islam telah mengatur perilaku remaja. Perilaku tersebut merupakan batasan-batasan yang dilandasi nilai-nilai agama. Oleh karena itu perilaku tersebut harus diperhatikan, dipelihara, dan dilaksanakan oleh para remaja. Kegiatan ibadah seperti sholat, puasa, dan berdoa kepada yang mulanya hanya meniru tingkah laku orang tuanya atau karena diperintahkan kepadanya, lambat laun semakin dihayati dan dilaksanakan dengan kesungguhan. Ia betul- betul mencari keridhaan Allah dan memohon pertolongan –Nya dalam menghadapi berbagai kesukaran yang timbul dalam dirinya sendiri atau dari lingkungan. Peningkatan rasa ke-Tuhanan dalam hubungan emosional yank di perkuat dengan ikatan moral akan dapat menumbuhkan penilaian, bahwa kebaikan tertinggi adalah mengikuti perintah Allah dan meninggalkan laranganNya. Sedangkan kejahatan terbesar adalah durhaka kepada Allah dan mendustai agama. Akhirnya si anak berusaha menyesuaikan dirinya dengan ajaran dan kehendak Tuhan. 20 Dasar dan Tujuan Kegiatan Keagamaan 1. Dasar Kegiatan Keagamaan Sebagai seorang muslim tentu menyadari sepenuhnya bahwa setiap apa yang dikerjakan haruslah disesuaikan dengan Al Qur‟an dan Al Hadits. Begitu pula dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, segala tindakan perlu kiranya didasari kedua pedoman pokok umat Islam tersebut. dengan kata lain segala tindakan, tingkah laku dan perbuatan hendaknya bersesuaian dengan pedoman umat Islam yakni Al Qur‟an dan Al Hadits. Dengan bersandarnya kita kepada kedua pedoman pokok tersebut, maka akan membawa yang 20 http:putra-parry.blogspot.com, Rabu 04 Januari 2012. bersangkutan yang dalam hal ini pelaku kegiatan keagamaan tersebut ke arah keteguhan dan keyakinan serta kenikmatan hidup yang sesungguhnya ini karena kedua pedoman tersebut membimbing pelaku aktivitas ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT. Al Qur‟an merupakan landasan yang utama dan terutama, ajaran yang terkandung dalam Al Qur‟an mencakup segala demensi kehidupan masyarakat. Sedangkan Al Hadits merupakan sumber kedua. Hadits di sini sebagai pelaksana dari hubungan- hubungan yang terkandung dalam Al Qur‟an yang berisikan petunjuk pedoman untuk kemaslahatan hidup umat agar menjadi manusia seutuhnya. 2. Tujuan kegiatan Keagamaan Tujuan adalah pedoman atau arah yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan kegiatan tanpa tujuan diibaratkan membuat rumah tanpa pondasi, seperti bunga tanpa tangkainya. Dengan tujuan yang diolah dengan sadar dan terencana maka dalam pelaksanaannya hendaknya dilaksanakan melalui fase demi fase, tahap demi tahap agar kegiatan keagamaan dapat lebih terarah dalam mencapai tujuan yang dikehendaki. Rumusan tentang tujuan kegiatan biasanya mencakup nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat yang merupakan cuta-cita bersama. Pada hakekatnya nilai tersebut merupakan suatu satu kesatuan yang bulat atau merupakan satu sistem nilai ke mana kegiatan itu akan diarahkan. Jelasnya yang dikehendaki dari tujuan kegiatan keagamaan ini ialah adanya keselarasan hubungan antara manusia dengan penciptanya Allah, sehingga akan menimbulkan rasa keimanan yang dihayati secara sungguh- sungguh yang pada akhirnya membawa dirinya sendiri hidup tenteram di bawah ridha-Nya. Kemudian setelah adanya hubungan dengan Allah SWT. manusia sebagai makhluk sosial membina hubungan sosialnya dengan alam ciptaan Allah yang lain, saling menjaga dan membina hubungan Islamiyah dengan yang lainnya. Jadi tujuan akhir kegiatan keagamaan ialah membentuk yang melakukan kegiatan tersebut untuk selalu beriman dan mengamalkan segala perbuatan yang ma‟ruf yakni dengan menjaga keselarasan hubungan antara dirinya dengan Allah dan berkeseimbangan hubungan dengan sesamanya serta alam sekitarnya. Tujuan ini bersesuaian dengan tujuan kegiatan keagamaan remaja Masjid Baitul Makmur. 21 21 Ibid BAB III GAMBARAN UMUM MASJID RAYA BAITUL MAKMUR

A. Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baitul Makmur