Pengumpulan Sumber Lisan Heuristik Pengumpulan Sumber

Octaviany Maulida , 2015 PERKEMBANGAN UPACARA ADAT MITEMBEYAN DI DESA LINGGAMUKTI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 1984-2005 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu “Manusia dan Kebudayaan di Indonesia” karangan Koentjaraningrat tahun 2008, dan buku “Moral Ekonomi Petani” karangan J.C. Scott tahun 1983. 3. Perpustakaan Institut Seni dan Budaya Indonesia Bandung, dari perpustakaan ini peneliti mendapatkan buku yang berjudul “Adat Istiadat Sunda” karangan H. Hasan Mustapa tahun 2010, “Seni dan Ritual Agama” karangan Y. Sumandiyo Hadi tahun 2006, “Ilmu Budaya Dasar” karangan Ramdani Wahyu tahun 2008, dan “Kebudayaan Sunda Suatu Pendekatan Sejarah Jilid I ” karangan Edi S. Ekadjati tahun 2007. 4. Perpustakaan pribadi, yaitu buku tentang “Rupa-rupa Upacara Adat Sunda Jaman Ayeuna” karangan Moh. Hasim tahun 1984, dan “Upacara Adat di Pasundan” karangan Prawirasuganda tahun 1964.

3.4.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan

Sumber lisan memiliki peranan yang penting sebagai sumber sejarah yang lainnya. Dalam menggali sumber lisan dilakukan dengan teknik wawancara, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan relevan dengan permasalahan yang dikaji kepada pihak-pihak sebagai pelaku dan saksi. Sumber lisan dalam penelitian ini digunakan hanya sebagai penunjang terhadap aspek-aspek yang tidak dijelaskan lebih rinci dalam sumber tertulis tetapi juga diposisikan sebagai bahan acuan karena pada umumnya dalam sejarah lokal sumber lisan menempati posisi yang penting, sebab sumber tertulis cukup sulit ditemukan. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu menentukan orang-orang yang dapat dijadikan narasumber yang dapat mengemukakan hal-hal yang diketahui sehingga informasi yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berdasarkan hal tersebut peneliti mewawancarai mereka sehingga diperoleh informasi mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya yaitu latar belakang lahirnya upacara mitembeyan dari tahun 1984-2005, proses pelaksanaan upacara mitembeyan, Octaviany Maulida , 2015 PERKEMBANGAN UPACARA ADAT MITEMBEYAN DI DESA LINGGAMUKTI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 1984-2005 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu tanggapan masyarakat terhadap keberadaan upacara mitembeyan dan upaya pelestarian upacara mitembeyan. Peneliti mengkategorikan narasumber ke dalam dua golongan yaitu pelaku dan saksi. Pelaku adalah mereka yang benar-benar mengalami peristiwa atau kejadian yang menjadi bahan kajian yang peneliti teliti seperti para pelaku upacara mitembeyan yang merupakan pelaku sejarah yang mengikuti perkembangan upacara mitembeyan dari waktu ke waktu, sedangkan saksi adalah mereka yang melihat dan mengetahui bagaimana peristiwa itu terjadi, misalnya masyarakat sebagai pendukung dan penikmat upacara tradisional serta pemerintah sebagai lembaga terkait. Dalam menetapkan narasumber yang akan diwawancarai, terlebih dahulu penulis mengunjungi kantor Kepala Desa Linggamukti untuk mencari tahu tentang tokoh pelaksana upacara adat mitembeyan. Berdasarkan informasi dari tokoh masyarakat desa diketahui bahwa yang menjadi ketua pelaksana upacara adat mitembeyan adalah Abah Yaya 61 tahun. Beliau diharapkan dapat memberikan informasi yang mendalam mengenai asal usul dan pelaksanaan upacara adat mitembeyan. Setelah menetapkan narasumber yang akan diwawancarai, selanjutnya penulis menyusun instrumen wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber. Penyusunan instrumen wawancara dilakukan agar pertanyaan yang akan diajukan dapat terorganisir sehingga proses wawancara dapat berlangsung secara efektif dan memperoleh informasi yang diharapkan. Teknik wawancara yang digunakan pada saat pengumpulan informasi lisan adalah teknik wawancara gabungan dari terstruktur dan tidak terstruktur. Teknik wawancara terstruktur adalah teknik yang mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun dalam instrument wawancara. Sehingga pertanyaan yang diajukan dapat terorganisir dan wawancara berlangsung efektif. Sedangkan Octaviany Maulida , 2015 PERKEMBANGAN UPACARA ADAT MITEMBEYAN DI DESA LINGGAMUKTI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 1984-2005 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu wawancara tidak terstruktur dilakukan tanpa mengacu pada instrument wawancara dan diajukan secara spontan dan sesuai dengan kebutuhan. Untuk memudahkan penulis dalam melakukan pengumpulan data, maka penulis mengklarifikasikan narasumber ke dalam dua kategori. Kategori pertama adalah narasumber dari kalangan masyarakat yang melakukan upacara adat mitembeyan. Narasumber dalam kategori ini merupakan narasumber inti yang memberikan informasi mengenai gambaran pelaksanaan upacara adat mitembeyan. Kategori kedua adalah narasumber dari kalangan aparat pemerintahan, budayawan maupun masyarakat setempat yang berkaitan dengan pelestarian kebudayaan di Kabupaten Purwakarta. Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu menemui Bapak Haji Jamal di kediamannya di Desa Linggamukti Kabupaten Purwakarta. Dari bapak Haji Jamal inilah kemudian penulis memperoleh beberapa nama yang dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan upacara adat mitembeyan, diantaranya adalah: 1 Bapak H. R. Jamaluddin 43 tahun Bapak H. R Jamaluddin biasa disapa Bapak Haji Jamal merupakan tokoh masyarakat Desa Linggamukti yang selalu mendampingi Abah Yaya dalam penyelenggara upacara adat mitembeyan. Bapak Haji Jamal mengetahui banyak tentang pelaksanaan upacara adat mitembeyan dan makna-makna yang terkandung di dalamnya. 2 Abah Yaya 61 tahun Abah Yaya adalah tokoh masyarakat di Desa Linggamukti yang setiap diadakannya upacara mitembeyan dipercaya sebagai ketua pelaksana dalam penyelenggaraan upacara tersebut. Beliau masih sehat dan bisa memberikan informasi mengenai mitembeyan, sehingga bisa dijadikan sebagai narasumber dalam penulisan skripsi ini. Octaviany Maulida , 2015 PERKEMBANGAN UPACARA ADAT MITEMBEYAN DI DESA LINGGAMUKTI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 1984-2005 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3 Bapak M. Syafe’i 35 tahun Bapak Syafe’i merupakan tokoh agama di Desa Linggamukti. Beliau sangat setuju dengan adanya upacara adat mitembeyan karena selain melestarikan budaya dari nenek moyang, upacara ini juga tidak menyimpang dari ajaran Islam. 4 Bapak Cucu Udin 40 tahun Bapak Cucu adalah salah satu warga masyarakat Desa Linggamukti yang berprofesi sebagai petani dan selalu mengikuti upacara adat mitembeyan. Beliau terlibat secara langsung sebagai peserta dalam serangkaian prosesi mitembeyan. 5 Bapak Udus Sutisna 35 tahun Sebagaimana Bapak Cucu, Bapak Udus juga merupakan salah satu warga masyarakat Desa Linggamukti yang berprofesi sebagai petani. Beliau selalu mengikuti upacara adat mitembeyan dan berperan sebagai peserta dalam serangkaian prosesi mitembeyan. Hasil wawancara dengan para narasumber kemudian disalin dalam bentuk tulisan untuk memudahkan peneliti dalam proses pengkajian yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. Setelah semua sumber yang berkenaan dengan masalah penelitian diperoleh dan dikumpulkan, kemudian dilakukan penelaahan serta pengklasifikasian terhadap sumber-sumber yang relevan dengan masalah penelitian yang dikaji.

3.4.2 Kritik Sumber