Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Laporan Realisasi Anggaran Pada Pemerintah Provinsi Jawa barat Tahun Anggaran 2009
ii
The research was conducted at the Regional Bureau of Finance Secretariat of the Government of West Java Province. The main purpose of this study was to determine the financial performance analysis approach to the budget realization report on the Government of West Java Province. Based on these objectives, it is known the results of the analysis of financial performance to approach the budget realization report on the Government of West Java Province. The method used in this research is descriptive method, which is a method of describing an outcome of research but not used to make broader conclusions. The data was collected by conducting direct observation of the object to be diiteliti and literature conducted by reading and studying books related to the problem
Budget realization report even though it is the general purposive, but not all users can understand the financial statements properly. Therefore, analysis of budget realization reports are needed to assist users of financial statements in understanding the report so it can be used for decision making. Data were analyzed by comparing the post-post budget reports. The results of this study indicate that the performance of the Government of West Java Province in 2009 showed a good performance.
(2)
i
Penelitian ini dilakukan pada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan tujuan tersebut, maka dapat diketahui hasil dari analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang menggambarkan suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan peninjauan langsung terhadap objek yang akan diiteliti dan kepustakaan yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah.
Laporan realisasi anggaran meskipun sudah bersifat general purposive, tapi tidak semua pengguna dapat memahami laporan keuangan tersebut dengan baik. Oleh karena itu, analisis laporan realisasi anggaran diperlukan untuk membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan tersebut sehingga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Data dianalisis dengan cara membandingkan pos-pos laporan realisasi anggaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 menunjukkan kinerja yang baik.
(3)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pemerintah adalah suatu organisasi yang diberi kekuasaan untuk mengatur kepentingan bangsa dan negara. Lembaga pemerintah dibentuk umumnya untuk menjalankan aktivitas layanan terhadap masyarakat luas dan sebagai organisasi nirlaba yang mempunyai tujuan bukan mencari keuntungan tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan untuk meningkatkan layanan tersebut dimasa yang akan datang. Tujuan yang akan dicapai biasanya ditentukan dalam bentuk kualitatif, yaitu dengan kualitas yang diberikan kepada masyarakat, misalnya meningkatkan kenyamanan dan keamanan, mutu pembangunan, dan kersejahteraan masyarakat.
Pergantian kepemimpinan di Indonesia sebagian besar banyak memberikan perubahan di berbagai bidang. Salah satu perubahan yang terjadi adalah bentuk pemerintahan yang sentralistik, yaitu pemerintahan yang bertujuan menjadikan bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera secara pemerintahan pusat, kemudian diganti pemerintahan desentralistik. Hal ini sudah sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti Undang-undang No. 22 Tahun 2002 tentang Pemerintah Daerah, yang menetapkan bahwa pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan asas
(4)
desentralisasi, asas dekonsentrasi, dan asas tugas pembantuan. Maka dalam rangka desentralisasi dibentuk dan dan disusun pemerintah provinsi dan pemerintah kota yang diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sebagai perwujudan otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan keputusan secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Dengan adanya otonomi daerah kabupaten dan kota, maka pengelolaan keuangan sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah itu sendiri. Pemberian otonomi yang luas kepada pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat.
Dalam menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan secara efisien dan efektif, mampu mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan, serta meningkatkan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimililki oleh masing-masing daerah.
Keberhasilan penyelenggaran otonomi daerah tidak lepas dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator penting dalam menghadapi otonomi daerah. Daerah otonomi diharapkan mampu atau mandiri didalam membiayai kegiatan pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat yang mempunyai proporsi lebih kecil dari pendapatan asli daerah harus menjadi bagian terbesar dalam memobilisasi dana penyelenggaraan
(5)
pemerintah daerah dan sudah sewajarnya PAD dijadikan tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi daerah demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam menghadapi otonomi daerah.
Untuk mengetahui kesiapan suatu daerah dalam menghadapi otonomi daerah, maka perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerahnya demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam era otonomi daerah. Transparansi yang sangat diperlukan oleh publik adalah akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Sedangkan akuntabilitas atas pengelolaan daerah harus didukung sistem ekonomi pemerintah yang mampu menyediakan informasi untuk tujuan pertanggungjawaban, mengontrol, dan kebijakan keuangan disamping konsep value for money, kejujuran, transparansi, dan pengendalian.
Pemerintah daerah sebagai pihak yang diserahi menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat, wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban keuangan daerahnya untuk dinilai apakah pemerintah daerah dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) yang menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai kegiatan pelaksanaan tugas pembangunan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi
(6)
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah harus direalisasikan sesuai dengan keperluan yang bersifat umum dan mengarah pada pembangunan masyarakat yang berkelanjutan, sehingga pemerintah dinilai telah menjalankan kewajibannya sesuai dengan aturan perundang-undangan.
Salah satu komponen pertanggungjawaban APBD menurut Standar Akuntansi Pemerintahan adalah laporan realisasi anggaran belanja. Laporan ini dimaksudkan untuk memberi keterangan tentang belanja yang terealisasi berdasarkan APBD tahun berjalan. Setiap entitas pemerintahan diwajibkan untuk menyusun anggaran realisasi belanja.
Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:
(a) Pendapatan (b) Belanja (c) Transfer
(d) Surplus atau defisit (e) Penerimaan pembiayaan (f) Pengeluaran pembiayaan
(7)
(g) Pembiayaan neto; dan
(h) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)
Masing-masing pos tersebut diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode anggaran sehingga dapat dilakukan perbandingan dengan tahun sebelumnya, dan untuk bahan evaluasi di tahun yang akan datang.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terlibat langsung dalam penyusunan laporan realisasi anggaran secara berkala di sektor pemerintahan, sehingga proses penilaian kinerja keuangan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Proses penyusunan laporan realisasi anggaran ini mengacu pada PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan agar hasil dari laporan keuangan tersebut dinilai wajar.
Dengan dilaksanakannya penyusunan laporan realisasi anggaran, maka kinerja keuangan pemerintahan dapat diukur dan dinilai oleh pihak yang berkepentingan dan nantinya akan dilakukan evaluasi mengarah pada asas otonomi yang seluas-luasnya. Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait dengan penyusunan laporan realisasi anggaran telah melakukan hal tersebut dengan aturan yang berlaku.
Penilaian kinerja keuangan sektor pemerintahan mengacu pada laporan keuangan yang dibuat, salah satunya adalah laporan realisasi anggaran yang didalamnya terdapat perbandingan antara anggaran tahun berkenaan dengan realisasinya. Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2009 terdapat pos pendapatan yang tidak memberikan kontribusi yang optimal, yaitu Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
(8)
dipisahkan yang menunjukan realisasi tidak melebihi anggaran, sehingga hal tersebut dinilai kurang efektif dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki. Dan dalam pos belanja transfer dengan presentase yang jauh dari anggaran, hal tersebut menunjukan telah dilakukannya efisiensi belanja ataukah tidak berjalannya program yang direncanakan, sehingga kinerja pemerintahan dapat dinilai dengan presentase yang ada. (wawancara dengan karyawan di Biro Akuntansi dan Pelaporan)
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Laporan Realisasi
Anggaran Pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2009”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Dalam penulisan laporan ini, pokok permasalahan yang akan dibahas oleh penulis berkaitan mengenai analisis kinerja keuangan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang meliputi:
1. Dalam Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2009 Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdapat pos pendapatan yang tidak memberikan kontribusi yang optimal terhadap realisasinya.
2. Kinerja pemerintah belum sepenuhnya melakukan efisiensi terhadap pos belanja secara menyeluruh, hal ini dapat dilihat dalam pos belanja transfer dan belanja modal dengan realisasi yang jauh dari anggarannya, sehingga menunjukan kurang baiknya perencanaan yang dibuat pemerintah.
(9)
1.2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana prosedur penyusunan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Bagaimana analisis kinerja keuangan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini pada Pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Barat biro Akuntansi dan Pelaporan adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur penyusunan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui analisis kinerja keuangan pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
(10)
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis
1. Bagi Penulis
Penelitian ini berguna bagi penulis untuk menambah pengetahuan mengenai analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan acuan dan bahan referensi khususnya untuk mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian, mengenai analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran.
1.4.2 Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan praktis yang diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Bagi Instansi Perusahaan
Diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran yang berguna dalam peningkatan kualitas kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
(11)
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini pada Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat di bagian Akuntansi dan Pelaporan yang beralamat di Jl. Diponegoro No.22 Bandung 40115,Telp (022) 4232448 – 4233347 – 423096.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli.
Tabel 1.1
Waktu Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan Penelitian
Bulan
Feb Maret April Mei Juni Juli
2011 2011 2011 2011 2011 2011
I Persiapan Penelitian
1. Permohonan Ijin Penelitian
2. Realisasi Ijin Penelitian
3. Penentuan Tempat Penelitian 2.Surat penerimaaan dari instansi
5. Ujian Komprehensif
II Pelaksanaan Penelitian
1. Aktivitas Penelitian
2. Bimbingan Penelitian
pembimbing instansi
III Pelaporan Penelitian
1. Konsultasi Dengan dosen
Penelitian
2. Bimbingan dengan dosen
Penelitian
3. Pembuatan Laporan Penelitian
4. Ujian Penelitian
5. Final pembuatan laporan
Penelitian
(12)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Analisis
Dalam proses penilaian sebaiknya dilakukan perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan (kontinyu), berkelanjutan, sejak dari tahap survei hingga tahap pengamatan. Dalam hal analisis kinerja keuangan, diperlukan peninjauan ulang atau pengkajian guna memberikan umpan balik dalam proses evaluasi.
Pengertian analisis menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002:52) adalah sebagai berikut :
“Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”.
Adapun menurut Syahrul dan Mohammad Afdi Nizar (2000:48) analisis didefinisikan sebagai berikut :
“Analisis adalah melakukan evaluasi terhadap kondisi dari pos-pos
atau ayat-ayat yang berkaitan dengan akuntansi dan alasan-alasan
yang memungkinkan tentang perbedaan yang muncul”.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa analisis adalah merupakan kegiatan memperhatikan, mengamati, dan memecahkan sesuatu (mencari jalan keluar) yang dilakukan oleh seseorang.
(13)
2.1.2 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Pembangunan daerah tidak lepas dari pengelolaan pihak terkait. Masing-masing daerah memiliki cara kerja yang berbeda dalam melakukan pengelolaan sehingga prestasi atau kinerjanya berbeda. Penilaian kinerja berasal dari penentuan secara periodik tentang aktivitas operasional suatu organisasi, bagian pemerintahan dan organisasi yang bersangkutan berdasarkan sasaran, standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui kinerja keuangan, masyarakat dapat menilai kinerja pemerintahan lebih baik. Penilaian kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan analisis keuangan. Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan. Salah satu kegunaan laporan keuangan adalah menyediakan informasi kinerja keuangan.
2.1.2.1 Pengertian Kinerja
Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer. Karena penilaian kinerja pada dasarnya merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kinerja manajer atau pimpinan perusahaan.
Menurut The Scribner-Bantam English Dictionary yang dikutip oleh Sedarmayanti (2004:175-176) definisi kinerja adalah sebagai berikut :
“Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya
(14)
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum, dan sesuai moral maupun etika”.
Menurut Hayadi dan Kristiani (2007:103) definisi kinerja adalah sebagai berikut :
“Kinerja merupakan gambaran tingkat suatu pelaksanaan kegiatan
atau program dalam usaha mencapai tujuan, misi, dan
visiorganisasi”.
Dari definisi diatas disimpulkan bahwa istilah kinerja sering dipakai untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu atau kelompok individu. Pengukuran kinerja merupakan suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang mempuyai tujuan strategis organisasi. Hasil pengukuran terhadap capaian kinerja sebagai dasar bagi pengelola organisasi untuk perbaikan kinerja periode berikutnya.
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Darma (2005) bahwa faktor-faktor tingkat kinerja staf meliputi:mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementarakarakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi: umur, jenis kelamin,pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan,organisasi, penghargaan dan imbalan).
Gibson yang dikutip oleh Sucipto menyatakan terdapat tiga kelompok variabel yangmempengaruhi kinerja dan perilaku yaitu:
1. “Variabel individu yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur dan
(15)
jenis kelamin, asal usul dan sebagainya. Kemampuan dan ketrampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi kinerja individu, sedangkan demografi mempunyai hubungan tidak langsung pada perilaku dankinerja, 2. Variabel organisasi, yakni sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
strukturdan desain pekerjaan,
3. Variabel psikologis, yakni persepsi, sikap, kepribadian, belajar, kepuasan kerja dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian dan belajar merupakan hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung kedalam suatu organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, budaya dan ketrampilan yang berbeda satu sama lainnya”.
Uraian dari variabel kinerja dapat dilihat sebagaiberikut:
1. Tanggungjawab: adalah kesanggupan seorang akuntan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
2. Inisiatif: adalah prakarsa atau kemampuan seorang akuntan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dariatasan.
3. Jumlah pekerjaan: variabel ini berkembang berdasarkan kenyataan bahwa pekerjaan itu berbeda-beda satu sama lain dimana beberapa diantaranya lebih menarik dan menantang dibanding lainnya.
Menurut Mangkunegara (2000:68) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :
a. “Faktor kemampuan
Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.
(16)
Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal”.
Dari faktor-faktor diatas disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja muncul dalam karakteristik perorangan, yaitu dimulai dengan fakor lingkungan dan kemapuannya yang sangat berpengaruh karena dari sana akan ditemukan semangat dan motivasi, sehingga dalam pekerjaannya tumbuh rasa tanggung jawab agar targetnya dapat tercapai.
2.1.2.3 Pengertian Kinerja Keuangan
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggung jawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan.
Pengertian kinerja keuangan Menurut Mulyadi (2005:418) adalah sebagai berikut :
“Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba”.
Adapun menurut Sucipto (2007:29) definisi kinerja keuangan adalah sebagai berikut :
(17)
“Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak
keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh
manajemen”.
Oleh karena itu untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.
2.1.2.4 Pengertian Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Keuangan daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dan kegiatan pembangunan oleh pelayanan kemasyarakatan di daerah, oleh karena itu keuangan daerah diupayakan untuk berjalan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Tujuan keuangan daerah pada masa otonomi adalah menjamin tersedianya keuangan daerah guna pembiayaan pembangunan daerah, pengembangan pengelolaan keuangan daerah yang memenuhi prinsip, norma, asas dan standar akuntansi serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah secara kreatif melalui penggalian potensi, intensifikasi dan ekstensifikasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai keuangan daerah adalah kemandirian keuangan daerah melalui upaya yang terencana, sistematis dan berkelanjutan, efektif dan efisien.
Menurut Kamus Akuntansi Manajemen, Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah adalah sebagai berikut :
“Pengertian kinerja Keuangan pemerintah Daerah diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas selama periode tertentu sebagai bagian dari ukuran keberhasilan pekerjaan. Pengukuran kinerja
(18)
diartikan sebagai suatu sistem keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari suatu aktivitas, suatu proses atau suatu unit organisasi”.
Adapun menurut Sucipto (2005:36) Kinerja keuangan pemerintah daerah didefiniskan sebagai berikut :
“Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian
dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan
perundang- undangan selama satu periode anggaran”.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja keuangan daerah adalah mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah pusat sesuai dengan aturan perundang-undangan.
2.1.2.5 Pengertian Penilaian Kinerja
Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban kinerja manajer, karena dari informasi tersebut akan dilakukan penilaian kinerja. Pada dasarnya penilaian kinerja merupakan penilaian perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
Dalam mengukur kinerja keuangan perlu dikaitkan antara organisasi perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja keuangan. Namun demikian mengatur besarnya
(19)
tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi keuangan tidaklah mudah sebab ada yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.
Menurut Henry Simamora (2004:338) penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
“Penilaian kinerja adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk
mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan”.
Adapun menurut Rivai dan Basri (2004:14) pengertian dari penilaian kinerja adalah sebagai berikut :
“Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai
kinerja yang paling umum digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik. Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain. Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada”.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah ukuran keberhasilan individu dalam menjalankan tugasnya.
2.1.3 Pengertian Anggaran
Anggaran merupakan alat perencanaan yang dilakukan oleh manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan dari anggaran adalah sebagai alat pembanding dalam mengukur hasil pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat terkendali pelaksanaan tersebut.
(20)
Menurut Henry Simamora (2007:202) pengertian anggaran adalah sebagai berikut :
“Anggaran merupakan suatu rencana kuantitatif aktivitas usaha
sebuah organisasi : anggaran mengidentifikasi sumber daya komitmen yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tujuan
organisasi selama periode yang dianggarkan”.
Adapun menurut M. Munandar (2006:201) definisi anggaran adalah sebagai berikut :
“Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang”.
Dari definisi diatas disimpulkan bahwa anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam unit (kesatuan) moneter dalam jangka waktu tertentu.
2.1.3.1 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan realisasi anggaran merupakan komponen dalam penyusunan laporan keuangan pada sektor pemerintahan.Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan, laporan realisasi anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif, dan laporan realisasi anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:
(21)
a. “telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat;
b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBN/APBD); dan c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.
2.1.3.2 Pengertian Laporan Realisasi Anggaran
Menurut Permendagri No. 4 Tahun 2008 Laporan realisasi anggaran adalah :
“Laporan Realisasi Anggaran adalah laporan yang menyajikan
informasi realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan pemerintah
daerah dalam suatu periode tertentu”.
Menurut PSAK No. 2 Tahun 2004 Tentang Standar Laporan Keuangan, laporan realisasi anggaran adalah sebagai beikut :
“Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang
menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya
(22)
2.1.3.3 Isi laporan Realisasi Anggaran
Menurut PSAP No. 2 Tahun 2005 isi laporan realisasi anggaran mencakup hal sebagi berikut :
1. Laporan realisasi anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar.
2. Laporan realisasi anggaran menyandingkan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dengan anggarannya. 3. Laporan realisasi anggaran disajikan lebih lanjut dalam catatan atas
laporan keuangan.
2.1.3.4 Tujuan Laporan Realisasi Anggaran
Menurut PSAP No. 2 Tahun 2005 tujuan dari Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut :
1. Tujuan kebijakan Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian laporan realisasi anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
2. Laporan realisasi anggaran memberikan informasi tentang realisasi dan anggaran secara tersanding di tingkat SKPD/OPD, PPKD, danPemda. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat
(23)
ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan daerah.
2.1.3.5Manfaat Laporan Realisasi Anggaran
Menurut PSAP No. 2 Tahun 2005 manfaat Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut :
1. Laporan realisasi anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan :
a. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;
b. menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
2.1.3.6Periode Pelaporan
Menurut PSAP No. 2 Tahun 2005 laporan realisasi anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan realisasi anggaran tahunan disajikan dengan
(24)
suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut :
a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam laporan realisasi anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
2.1.3.7Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)
Manajemen keuangan daerah, khususnya manajemen anggaran daerah (APBD) dalam konteks otonomi dan desentralisasi menduduki posisi yang sangat penting. Karena adanya tuntutan pertanggungjawaban kepada publik, pemerintah daerah harus melakukan optimalisasi anggaran secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah (APBD) pemerintah daerah haruscermatdalam pengelolaan semua pendapatan/penerimaan dan pengeluaran kas daerah sehingga dapat meminimalkan jumlah kas yang mengganggur serta dapat mencegah terjadinya kekurangan kas.
Menurut Redaksi Great Publisher (2009:208), APBD didefinisikan sebagai berikut :
“APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.”
Adapun menurut Slamet Suwiaty (2006:55) APBD diartikan sebagai berikut :
(25)
"APBD merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang
ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah.”
Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa APBD merupakan dokumen yang berisi perencannan tentang keuangan pemerintah daerah yang selanjutnya ditetapkan dengan peraturan daerah.
Pada sisi yang lain APBD dapat pula menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk melihat atau mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi pendapatan maupun sisi belanja. Khusus dalam penyusunan laporan keuangan daerah, pemerintah daerah di samping harus memiliki kebijakan akuntansi sebagai dasar dalam menyusun laporan keuangan, pemerintah daerah juga harus memiliki SDM, komitmen dan perangkat pendukung yang mampu dalam menyusun laporan keuangan daerah sesuai dengan Permendagri 59 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan konsep-konsep akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
2.1.3.8 Struktur APBD
Menurut Indra Bastian (2005:189) struktur APBD meliputi tiga kelompok, yaitu :
1. “Pendapatan
2. Belanja, dan
3. Pembiayaan.”
(26)
1. Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan/lembaga dari aktivitasnya.
2. Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran.
3. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali.
Menurut Permendagri No. 32 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pos-pos yang harus dipenuhi dalam laporan realisasi APBD, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. “Pendapatan
2. Belanja, dan
3. Pembiayaan (financing).”
Adapun penjelasan dari pos-pos diatas adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan daerah adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan/lembaga dari aktivitasnya.Pendapatan Daerah merupakan sarana Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tujuan maksimalkan kemakmuran rakyat.
2. Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran. Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokan menjadi beberapa kelompok, yaitu :
a. Belanja Administrasi Umum
Semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik. Diantaranya Belanja
(27)
Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.
Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai. Belanja Pegawai meliputi biaya gaji dan tunjangan, Biaya perawatan dan pengobatan, dan biaya pengembangan sumber daya manusia.
Belanja Barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Belanja Barang meliputi biaya jasa kantor, yaitu biaya yang berhubungan dengan pelayanan serta penunjang administrasi kantor. Contohnya biaya kawat dan faks dan biaya pengiriman.
Belanja Pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Diantaranya Biaya pemeliharaan gedung kantor, Biaya pemeliharaan rumah dinas dan asrama, Biaya pemeliharaan meubelair, Biaya pemeliharaan perlengkapan kantor, dan biaya pemeliharaan peralatan kantor.
Belanja Perjalanan Dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik. Biaya ini terdiri atas :
(28)
Biaya perjalanan dinas, yaitu pengeluaran perjalanan pegawai atau dewan yang menjalankan tugas. Contohnya biaya perjalanan dinas dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah.
Biaya perjalanan pindah, yaitu pengeluaran perjalanan bagi pegawai yang pindah. Contohnya biaya perjalanan pindah dalam daerah dan biaya perjalanan pindah luar daerah.
Biaya pemulangan pegawai yang gugur, dipensiunkan, dan cuti besar. Contohnya biaya pemulangan dipensiun dalam daerah, biaya pemulangan dipensiun luar daerah, dan biaya pemulangan pegawai yang gugur.
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publikmerupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik, diantaranya Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.
c. Belanja Transfer
Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Diantaranya Angsuran Pinjaman, Dana Bantuan, dan Dana Cadangan. d. Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan- kegiatan tak terduga dan kejadian- kejadian luar biasa.
(29)
e. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi :
Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik : pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.
Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas. 3. Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Dari pos-pos diatas ditarik kesimpulan bahwa struktur laporan realisasi APBD terdiri dari tiga kelompok, yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
(30)
2.1.3.9 Pengertian Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Realisasi dapat diartikan sebagai tindakan nyata dalam anggaran keuangan. Di dalam pemerintahan, dana yang diterima dalam suatu kegiatan akan direalisasikan sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata realisasi didefinisikan sebagai berikut :
“realisasi adalah menjadi nyata, perwujudan menjadi nyata
(mengusahakan melaksanakan menjadi nyata)”.
Adapun menurut Permendagri No. 13 Tahun 2007 ayat 4 bahwa realisasi APBD didefinisikan sebagai berikut :
“Realisasi APBD adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis
yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan berlaku untuk jangka waktu tertentu dan diwujudkan menjadi nyata, agar rencana yang telah disusun oleh perusahaan dapat terwujud”.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa realisasi merupakan suatu pelaksanaan yang diwujudkan untuk melakukan suatu kegiatan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Perilaku yang berhubungan dengan kinerja adalah yang berkaitan dengantugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan pekerjaan yang dipengaruhi oleh motivasi. Menurut Ambar Teguh Sulistiyani (2003 : 223) bahwa
“Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan
(31)
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program dan kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi. Indikator kinerja merupakan ukuran kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhatikan indikator masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Indikator kinerja harus merupakan suatu yang dapat dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kinerja. Evaluasi kinerja merupakan suatu analisa dari interpretasi keberhasilan atau kegagalan pencapaian suatu kegiatan.
Untuk bisa memahami laporan keuangan pemerintah dengan baik, pembaca dan pengguna laporan perlu memahami elemen laporan keuangan. Pencermatan perlu dilakukan terhadapa setiap elemen (pos) yang dilaporkan. Pencermatan yang dimaksud meliputi penelitian terhadap besaran nilai elemen (pos) yang dilaporkan, kebenaran nilai tersebut serta pengaruhnya terhadap kinerja keuangan. Analisis laporan keuangan dilakukan dengan cara meneliti setiap elemen, membandingkan nilai elemen tertentu dengan elemen lainnya untuk menghasilkan angka rasio keuangan, serta memprediksi kondisi dimasa datang. Selain dari itu laporan keuangan tersebut dapat memberikan informasi seluas mungkin kepada pengguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Penyajian informasi secara luas akan berdampak pada penilaian terhadap pemerintah menjadi baik karena telah melaksanakan prinsip transparansi dan akuntabilitas secara baik. Hal ini tentu akan meningkatkan nilai atau indeks pemerintah daerah dalam penerapan good governance.
(32)
Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 2.1
Pemrov Jabar
Sekretaris Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
Penilaian Kinerja
Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Laporan Realisasi Anggaran Pada Pemerintah Provinsi
Jawa Barat Tahun Anggaran 2009 Penyusunan APBD
Laporan Realisasi Anggaran Neraca
Daerah
Laporan Arus Kas
Catatan Atas Laporan Keuangan
Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pemprov Jabar ditemukan masalah yaitu :
Terdapat pos
pendapatan yang tidak memberikan kontribusi yang optimal.
Efisiensi belanja belum sepenuhnya dijalankan.
(33)
31
3.1 Objek Penelitian
Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2009:13) menyatakan bahwa:
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu).”
Sedangkan menurut Husein Umar (2004:303), mengatakan bahwa objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi
objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah menentukan apa dan siapa yang menjadi objek penelitian yang akan menjadi sasaran untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan yang diperlukan. Berdasarkan penjelasan diatas dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporn realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi
(34)
Jawa Barat. Adapun subjek penelitian ini adalah biro akuntansi dan pelaporan sekretariat daerah pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat tersebut.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu teknis atau cara mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatat data, baik berupa data primer maupun sekunder yang digunakan untuk keperluan penyusunan suatu karya ilmiah dan kemudian menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan terdapat suatu kebenaran data-data yang akan diperoleh.
Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono(2009:2) adalah sebagai berikut :
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Adapun pengertian mengenai metode deskriptif menurut Sugiyono (2009:29) menyatakan bahwa :
“Metode Deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terthadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan menggambarkan secara sistematis tentang fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diselidiki dengan cara mengumpulkan data atau sampel sebagaimana adanya.
(35)
Penulis menggunakan metode deskriptif dalam menyusun laporan ini, yaitu dengan cara menggambarkan objek yang diteliti dengan terlebih dahulu mengumpulkan sampel atau data untuk dibuat kesimpulan yang sebenarnya.
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah didalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat. Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan laporan ini adalah desain deskriptif atau disebut juga desain konklusif.
Menurut Husein Umar (2002:32-33) dalam buku “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis” menyatakan bahwa:
“Desain konklusif adalah desain yang memiliki konklusif
(kesimpulan) pada akhir penelitian dan tujuan dari desain ini untuk
menguraikan sifat atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.”
Pengertian desain penelitian Menurut M Moh Nazir (2008:84) menyatakan bahwa :
“Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.
Menurut Sugiyono(2009:18) menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
(36)
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Metode penelitian
5. Menyusun instrument penelitian
6. Kesimpulan”.
Berdasarkan proses penelitian yang telah disebutkan diatas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Sumber Masalah
Peneliti menentukan masalah-masalah sebagai fenomena untuk dasar penelitian.
2. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuam penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah atau pertanyaan penelitian akan mempengaruhi pelaksanaan tahap selanjutnya didalam tahap penelitian. Pada penelitian ini masalah-masalah dirumuskan melalui suatu pertanyaan, yang akan diuji dengan cara hipotesis.
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipotesis), maka peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (hipotesis). Telaah teoritis mempunyai tujuan
(37)
untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhnya kriteria pengetahuan yang rasional.
4. Metode Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai, pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan statistik deskriptif dan kuantitatif.
5. Menyusun Instrument Penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian. Instrument penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrument ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrument penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
(38)
6. Kesimpulan
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel bermaksud untuk mengetahui hubungan pengukuran variabel-variabel penelitian. Operasionalisasi variabel pun diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-varibel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan benar sesuai dengan judul penelitian Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Laporan Realisasi Anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2009.
Pengertian operasionalisasi variable menurut Jonathan Sarwono (2006 :28) adalah sebagai berikut :
“Operasionalisasi variable adalah yang menjadikan variabel-variabel
yang sedang diteliti menjadi bersifat operasional dalam kaitannya
dengan proses pengukuran variabel-variabel tersebut.”
Adapun definisi dan istilah variabel menurut Sugiyono (2006:39) adalah sebagai berikut :
(39)
“Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi penyebab timbulnya variabel dependent
(terikat)”.
Menurut Jonathan Sarwono (2006 : 54) pengertian variable bebas yaitu :
“Variabel bebas adalah suatu variabel yang variabelnya diukur,
dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan
hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi.”
Dari definisi diatas, variable bebas yaitu variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel.Penulis mengemukakan 1 variabel yang akan diteliti. Adapun yang menjadi variable independent dalam penelitian ini adalah analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Agar dapat memperlancar dalam pengumpulan data dan pengukurannnya maka masing-masing variabel dan sub variabel dalam penelitian ini akan didefinisikan secara rinci untuk kemudian dijabarkan ke dalam masing-masing indikator.
Variabel, indikator, pengukuran yang digunakan untuk variabel X dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
(40)
Tabel 3.1
Tabel Operasionalisasi Variabel
Variabel KonsepVariabel Indikator
Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah dengan
Pendekatan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2009
“Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem
keuangan yang
ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang- undangan selama satu periode anggaran”.
Sucipto (2005:36)
1. Dalam analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran Analisis terhadap kinerja anggaran bisa dilakukan dalam empat bagian, yaitu :
a. Analisis kinerja pendapatan daerah b. Analisis kinerja
belanja
c. Analisis kinerja pembiayaan
d. Analisis kinerja APBD secara umum.
(41)
3.2.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sekunder, dimana penulis memperoleh data yang disajikan oleh instansi. Misalnya: Laporan Realisasi Anggaran dari bagian akuntansi dan pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Menurut Nur Indriantoro (2002:147) yang mengemukakan tentang data sekunder menyatakan bahwa ;
“Data sekunder ,merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan”.
Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memperoleh data dari buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain,serta catatan-catatan pribadi yang didapat selama mengikuti perkuliahan yang ada keterkaitannya dengan pokok pembahasan laporan.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Riset lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu: a. Pengamatan (Observation)
(42)
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajari kegiatan-kegiatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Teknik pengumpulan data yang didapat dengan melakukan tanya jawab dengan para pegawai atau petugas yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
c. Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data laporan, dan catatan yang terdapat di PemProv Jawa-Barat.
3.2.4 Metode Analisis
Dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan metode penyimpulan yaitu data yang didapat penulis dengan cara membandingkan data tersebut dengan teori. Kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan metode yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Dari analisis yang diambil merupakan anggapan atau dugaan sementara yang paling memungkinkan dan dapat dihasilkan saran-saran yang dianggap perlu sebagai masukan umpan balik bagi perusahaan dalam melakukan koreksi.
(43)
41
4.1 Hasil Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian yang dilakukan pada Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat penulis memperoleh data dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan khususnya pada biro akuntansi dan pelaporan Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) Bandung.
4.1.1 Gambaran Umum Instansi 4.1.1.1 Sejarah Singkat Pemprov Jabar
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan, antara lain menyangkut sumber daya air, alam dan pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, pesisir dan laut serta sumber daya perekonomiannya yang sangat maju di berbagai bidang.
Perkembangan sejarah menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang pertama di bentuk di wilayah Indonesia. Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 17 Kabupaten dan 9 Kotamadya, dengan membawahkan 592 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609 Kelurahan.
(44)
Provinsi Jawa Barat telah di pimpin oleh 12 orang Gubernur sampai saat ini,yaitu :
1. M. Sutardjo Kartohadi (1945 – 1946)
2. Mr. Datuk Djamin (1946)
3. M. Sewaka (1946 - 1952)
4. R. Muhammad Sanusi Hardjadinata (1952 - 1956)
5. R. Ipik Gandama (1956 - 1960)
6. H. Mashidu (1960 - 1970)
7. Solihin GP (1970 - 1975)
8. H. Aang Kunaefi (1975 - 1985)
9. HR. Yogie SM (1985 - 1993)
10.R. Nuriana (1933 - 2003)
11.H. Danny Setiawan (2003 - 2008)
12.H. Ahmad Heryawan (2008 – Sekarang)
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari ; Sekretariat Daerah (SETDA), 20 Dinas, 15 Badan, 1 Kas Daerah, dan 1 Kantor Perwakilan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di Jakarta.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan suatu yang mempunyai Visi dan Misi.Visi dan Misi tersebut digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemerintahan Pemprov Jabar, berikut ini Visi dan Misi Pemprov Jabar :
VISI Pemprov Jabar :
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang yang ada di Jawa Barat serta mempertimbangkan budaya yang hidup
(45)
dalam masyarakat, maka Visi Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat adalah :
“Tercapainya masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera” Di dalam Visi tersebut banyak makna yang terucap dan menjadi acuan semua masyarakat Jawa Barat untuk menjadikan Visi tersebut sebagai alat dan penyemangat dalam kehidupan sehari-hari, untuk lebih jelasnya adapula penjabaran dari arti Visi Jawa Barat tersebut,yaitu :
1. Mandiri
Terus berusaha adalah sikap dan kondisi semua masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri untuk lebih maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, tenaga kerja, pelayanan publik yang berbasis e-government , energy, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air.
2. Dinamis
Selalu ingin maju dalam hal apapun adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon sekecil apapun peluang yang ada dan tantangan zaman yang semakin tahun semakin bersaing antara satu dengan yang lainnya juga ikut serta berkontribusi dalam proses pembangunan daerah untuk kepentingan dan kenyamanan bersama sesama warga Jawa Barat.
(46)
3. Sejahtera
Saling menghormati adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir maupun batin mendapatkan rasa aman dan nyaman serta makmur dalam menjalani kehidupan juga saling membantu antara satu sama lain.
MISI Pemprov Jabar :
Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan Misi Provinsi Jawa Barat dalam rangka pencapaian Visi Jawa Barat 2013 ditetapkan dalam 5 misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera, yaitu:
1. Misi Pertama, “Mewujudkan Sumber Daya Manusia Jawa Barat yang
Produktif dan Berdaya Saing”.
Tujuan :Mendorong masyarakat ke arah peningkatan kualitas
pendidikan, kesehatan, dan kompetensi kerja; Menjadikan masyarakat Jawa Barat yang sehat, berbudi pekerti luhur serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sasaran :Tuntasnya program pemberantasan buta aksara;
Meningkatnya akses dan mutu pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pencanangan wajib belajar 12 tahun bagi anak usia sekolah; Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak; Meningkatnya pelayanan sosial dan penangguangan korban bencana; Meningkatnya kesetaraan gender; Meningkatnya kualitas dan perindungan terhadap tenaga kerja; Meningkatnya
(47)
peran pemuda dan prestasi olahraga dalam pembangunan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat; Meningkatnya kualitas kehidupan beragama; Revitalisasi niai-nilai budaya dan kearifan lokal.
2. Misi Kedua, “Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Regional Berbasis
Potensi Lokal”.
Tujuan :Meningkatkan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat melalui pengembangan aktivitas ekonomi berbasis potensi lokal.
Sasaran :Meningkatnya aktivitas ekonomi regional berbasis potensi lokal; Meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja; Meningkatnya peran kelembagaan dan permodalan KUMKM dalam pengembangan ekonomi lokal yang berdaya saing; Meningkatnya investasi yang mendorong penciptaan lapangan kerja; Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.
3. Misi Ketiga, “Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas Infrastruktur Wilayah”.
Tujuan :Menyediakan infrastruktur wilayah yang mampu mendukung
aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.
Sasaran :Tersedianya infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi untuk mendukung pergerakan perhubungan orang, barang dan jasa; Tersedianya infrastruktur sumber daya air dan irigasi yang handal untuk mendukung upaya konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian daya rusak air; Meningkatnya cakupan pelayanan dan kualitas infrastruktur energi dan ketenagalistrikan di Jawa Barat; Meningkatnya akses
(48)
masyarakat terhadap sarana dan prasarana dasar pemukiman (mencakup persampahan, air bersih, air limbah) ;Terwujudnya keamanan dan keserasian dalam pembangunan infrastruktur.
4. Misi Keempat, “Meningkatkan Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”.
Tujuan :Mewujudkan keseimbangan lingkungan dan keberlanjutan pembangunan.
Sasaran :Terkendalinya pertumbuhan, pertambahan jumlah serta persebaran penduduk; Berkurangnya tingkat pencemaran, kerusakan lingkungan, dan resiko bencana; Meningkatnya fungsi kawasan lindung Jawa Barat;Terlaksananya penataan ruang yang berkelanjutan; Meningkatnya ketersediaan dan pemanfaatan energi alternatif yang ramah lingkungan serta energi terbaharukan diantaranya panas bumi, angin, dan surya.
5. Misi Kelima, “Meningkatkan Efektifitas Pemerintahan Daerah dan Kualitas Demokrasi”.
Tujuan :Mengembangkan birokrasi yang semakin profesional dan akuntabel; Mewujudkan kehidupan demokrasi dan terpeliharanya semangat kebangsaan.
Sasaran :Meningkatnya kinerja dan disiplin aparatur yang berbasis kompetensi; Terwujudnya kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah daerahserta pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan berbasis teknologi informasi; Meningkatnya pelayanan publik yang dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh lapisan masyarakat; Meningkatnya
(49)
kinerja pemerintahan desa dan pembangunan perdesaan; Meningkatnya pembangunan dan pembinaan hukum di daerah; Meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; Meningkatnya kerjasama daerah dalam pembangunan; Meningkatnya peran dan fungsi partai politik; Menguatnya peran masyarakat madani dalam kehidupan politik; Tumbuhnya pembangunan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4.1.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan, serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.
Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Biro Keuangan dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan ini membawahi :
(50)
1) Subbagian Anggaran Program; 2) Subbagian Anggaran Non Program; 3) Subbagian Evaluasi dan Pembinaan; b) Bagian Perbendaharaan, membawahkan:
1) Subbagian Perbendaharaan Belanja Program; 2) Subbagian Perbendaharaan Belanja Non Program; 3) Subbagian Belanja Pegawai;
c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan: 1) Subbagian Akuntansi dan Pelaporan;
2) Subbagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset; 3) Subbagian Evaluasi dan Pembinaan;
d) Bagian Kas Daerah, membawahkan: 1) Subbagian Pengelolaan Kas; 2) Subbagian Penerimaan; 3) Subbagian Pengeluaran;
e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan: 1) Subbagian Penganggaran;
2) Subbagian Penatausahaan;
(51)
Struktur Organisasi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Sumber : Pemerintahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2010
Gambar 4.1
Stuktur Organisasi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Kabag. Akuntansi dan Pelaporan Kepala Biro Keuangan
Kabag. perbendaharaan Kabag. Kas daerah Kabag. Anggaran Kasubbag. Akuntansi dan pelaporan Kasubbag. Perbendaharaan Blnj. Program Kasubbag. Pengelolaan Kas Kasubbag. Anggaran Program Kasubbag. Akuntansi dan Inventarisasi Aset Kasubbag. Perbendaharaan Blnj. Non Program Kasubbag. Penerimaan Kasubbag. Anggaran Non Program Kasubbag. Evaluasi dan Pembinaan Kasubbag. Pengeluaran Kasubbag. Evaluasi dan Pembinaan Kasubbag. Belanja Pegawai Kabag. Adm. Keuangan Kasubbag. Pengangg aran Kasubbag. Penatausa haan Kasubbag. Akuntansi dan pelaporan
(52)
4.1.1.3 Uraian Tugas
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada pasal 131 menyebutkan:
1. Biro Keuangan mempunyai fungsi pokok yaitu :
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah.
2. Rincian tugas Biro Keuangan adalah sebagai berikut :
a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro Keuangan b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi serta
fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan
e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah
(53)
g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan Sekretariat Daerah
h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah i. Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD
j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
l. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota m.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan
n. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD) Biro Keuangan
o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
4.1.1.4Aktivitas Pemprov Jabar
Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan yang sangat penting kontribusinya untuk menyusun dan meninjau semua transaksi yang ada/terjadi.
(54)
Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan di Pemprov Jabar oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan.
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan Daerah.
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan Daerah.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan. 5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi. 6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan.
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
8. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan.
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.
10.Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.
11.Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
12.Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan.
(55)
13.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota. 14.Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
15.Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait.
16.Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bagian Akuntansi dan Pelaporan juga membawahkan :
1. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan.
Subbagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas yang di antaranya:
a. Menyusun program kerja Subbagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan.
d. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian akuntansi dan pelaporan.
Kebijakan akuntansi harus dibuat untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan. Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk laporan realisasi anggaran yang memberikan informasi tentang realisasi dan
(56)
anggaran secara tersanding di tingkat SKPD/OPD, PPKD, dan Pemda. Penyandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislative dan eksekutif sesuai dengan peraturan daerah.
Dalam hal ini juga staf yang bertugas menyusun Catatan atas Laporan Keuangan melakukan konsolidasi dengan tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, sub bagian ini pun melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel,yaitu:
1. Menyusun bahan nota pengantar pertanggungjawaban pelaksanaan APBD 2. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
3. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Subbagian Akuntansi dan Pelaporan
4. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
(57)
4.1.2 Prosedur Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD Sebelum Konversi
Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD (LRA SKPD/OPD) disusun untuk semester pertama dan tahunan. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan dan belanja SKPD/OPD yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. Struktur Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD sebelum konversi adalah sebagai berikut :
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT SKPD/OPD....
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER ...
(Dalam Rupiah)
NOMOR
URAIAN
ANGGARAN
REALISASI LEBIH
(KURANG)
URUT SETELAH
PERUBAHAN
1 PENDAPATAN
1 1 Pendapatan Asli Daerah
1 1 1 Pendapatan Pajak Daerah
1 1 2 Pendapatan Retribusi Daerah 1 1 3 Pendapatan Hasil Pengeloaan Kekayaan
Daerah yang dipisahkan
1 1 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
JUMLAH
2 BELANJA
2 1 Belanja Tidak Langsung
2 1 1 Belanja Pegawai
2 2 Belanja Langsung
2 2 1 Belanja Pegawai
2 2 2 Belanja Barang dan Jasa
2 2 3 Belanja Modal
JUMLAH
Surplus/Defisit
Sumber : Data Diolah, 2011
Gambar 4.2
(58)
Konversi Untuk Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD
PERMENDAGRI No.13 Tahun
PP No. 24 Tahun 2005
2006 tentang SAP
PENDAPATAN PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak Daerah 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 2. Retribusi Daerah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan 4. Lain-lain PAD yang Sah 4. Lain-lain PAD yang Sah
Sumber : Data Diolah, 2011
Gambar 4.3
Konversi Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD
1. Pendapatan Asli daerah merupakan wewenang SKPD/OPD untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA seperti terlihat dalam bagan di atas, tidak terdapat perbedaan. Oleh karena itu, untuk PAD tidak memerlukan konversi.
(59)
PERMENDAGRI No.13 Tahun PP No. 24 Tahun 2005
2006 tentang SAP
BELANJA BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung A. Belanja Operasi
1. Belanja Pegawai 1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Bunga
4. Subsidi
5. Hibah
6. Bantuan Sosial
B. Belanja Modal
1. Belanja Tanah
2. Belanja Peralatan dan Mesin
B. Belanja Langsung 3. Belanja Gedung dan Bangunan
1. Belanja Pegawai 4. Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan 2. Belanja Barang dan Jasa 5. Belanja Aset Tetap Lainnya 3. Belanja Modal 6. Belanja Aset Lainnya
Sumber : Data Diolah, 2011
Gambar 4.4
Konversi Laporan Realisasi Anggaran SKPD/OPD
2. Belanja yang merupakan wewenang SKPD/OPD untuk mencatat dan melaporkannya dalam LRA, seperti terlihat dalam bagan diatas, harus dilakukan konversi, yaitu :
Belanja tidak langsung tidak dikenal dalam struktur pada format SPA, sehingga perlu dikonversi ke Belanja Operasi. Sedangkan untuk belanja langsung konversi sebagai berikut :
(60)
a. Dari komponen belanja langsung, yaitu belanja pegawai ke komponen belanja operasi pada akun belanja pegawai,
b. Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja barang dan jasa ke komponen belanja barang, dan
c. Dari komponen belanja langsung, yaitu akun belanja modal ke komponen belanja modal.
3. Dalam konversi agar sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP, pelaporan realisasi belanja dalam LRA tidak berdasarkan program dan kegiatan, sebagaimana klarifikasi anggaran belanja langsung dalam APBD, tetapi untuk tujuan Penajabaran Laporan Realisasi APBD, belanja harus dilaporkan bersama program dan kegiatan. Dengan demikian, perlu dibuat dua versi pelaporan LRA, yaitu berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 kemudian konversinya yang berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005 sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Melapokan Realisasi Anggaran SKPD/OPD Setelah Konversi
Setelah melakukan konversi, maka format laporan realisasi anggaran SKPD/OPD yang berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut :
(61)
PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT SKPD/OPD………
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
NO URAIAN Anggaran Realisasi
% Realisasi
20X1 20X1 20X0
1 Pendapatan
1 1 Pendapatan Asli Daerah
1 1 1 Pajak Daerah
1 1 2 Retribusi Daerah 1 1 3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan 1 1 4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Jumlah Pendapatan
2 Belanja
2 1 Belanja Opersai
2 1 1 Belanja Pegawai
2 1 2 Belanja Bunga
2 2 Belanja Modal
2 2 1 Belanja Tanah
2 2 2 Belanja Peralatan Mesin 2 2 3 Belanja Gedung dan Bangunan 2 2 4 Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan 2 2 5 Belanja Aset Tetap Lainnya 2 2 6 Belanja Aset Lainnya
Jumlah Belanja
Surplus/Defisit
Sumber : Data Diolah, 2011
Gambar 4.5
(1)
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Laporan Realisasi Anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dapat disimpulkan bahwa:
1. Laporan realisasi anggaran yang dibuat telah sesuai dengan PP No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang mencakup elemen (pos) utama, yaitu : Pendapatan, Belanja, Transfer, Surplus/defisit, Pembiayaan,dan SiLPA (SiKPA).
2. Dalam analisis kinerja keuangan dengan pendekatan laporan realisasi anggaran. Analisis terhadap kinerja anggaran bisa dilakukan dalam empat bagian, yaitu :
a. Analisis kinerja pendapatan daerah b. Analisis kinerja belanja
c. Analisis kinerja pembiayaan
d. Analisis kinerja APBD secara umum.
Dari analisis ini dapat dilakukan penilaian terhadap kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan hasil dari analisis kinerja tersebut menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat dinilai baik dalam kinerja
(2)
79
keuangan pada Tahun 2009 karena dapat mengoptimalkan pendapatan, melakukan efisiensi belanja, dan pembiayaan tidak menimbukan keraguan sehingga kebijakan pemerintah diartikan dijalani dengan baik.
5.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dari hasil penelitian kepada pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:
1. Dalam pos-pos yang terdapat dalam laporan realisasi anggaran yang kurang memberikan kontribusi yang optimal sebaiknya dilakukan evaluasi ulang agar pos-pos tersebut pada tahun berikutnya dapat sesuai dengan target atau perencanaan
2. Sebaiknya Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempertahankan tingkat efisiensi dan efektifitas pada pos belanja dan pembiayaan, serta mengoptimalkan potensi yang dimiliki.
(3)
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN
PENDEKATAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN
PADA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT
TAHUN ANGGARAN 2009
Financial Performance Analysis of Budget Realization Report to the
Approach of West Java Provincial Government Fiscal Year 2009
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Akuntansi
Oleh :
Fajrin Hairul Ansar
21308040
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(4)
80
DAFTAR PUSTAKA
Deddi Nordiawan, Iswahyuni Sondi Putra, dan Maulidah Rahmawati. 2007. Akuntansi Pemerintahan, Jakarta : Salemba Empat
Deddy Supriady Bratakusmah, Dadang Solihin. 2004. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Jakarta : Gramedia Pustaka
Great Publisher, 2009. Buku Pintar Politik :Pemerintah dan Ketatanegaraan, Jogjakarta : Graha Ilmu
Husein Umar, 2005. Evaluasi Kinerja Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Indra Bastian.2005. Akuntansi Sektor Publik.Jakarta: Erlangga
Jonathan Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu
Mahmudi. 2010, Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta : C.V Andi Offset
Permendagri No. 13 Tahun 2007 ayat 4 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Rivai, Veithzal dan Basri. 2005. Performance Appraisal: Sistem Yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan Dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung : CV. Alfabeta
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Visimedia: Jakarta
(5)
89
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Fajrin Hairul Ansar Tempat tanggal lahir : Cianjur, 06 Februari1990 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Perum Ciherang Kencana Blok 2 No.126 RT/RW 03/09 Karang Tengah Cianjur Jawa Barat Indonesia
DATA PENDIDIKAN
1996 – 2002 SDN Ciherang Kencana Cianjur 2002 – 2005 SMP Negeri 1 Cianjur
2005 - 2008 SMA Negeri 2 Cianjur
2008 - sekarang Tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Akuntansi DIII Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia
(6)